You are on page 1of 57

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK

PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)


MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

ARGA WISNU PRADANA


A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN

ARGA WISNU PRADANA. Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik


Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi
Hidroponik. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas dan media tanam


terbaik terhadap produksi dan kualitas melon pada sistem budidaya hidroponik di
dalam rumah kaca. Penelitian dilaksanakan pada Januari-April 2012 di rumah
kaca University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan.
Percobaan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah varietas melon
(Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun Lady), sedangkan faktor kedua
adalah media tanam (arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk kandang
ayam). Terdapat 48 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan berisi 2 tanaman.
Pada perkembangan vegetatif tanaman, terdapat perbedaan yang nyata
antara varietas terhadap tinggi tanaman dan panjang ruas pada 1 dan 4 MST
(minggu setelah transplan). Perbedaan nyata pada jumlah buku terjadi pada 1-3
MST. Varietas Sun Lady memiliki pertumbuhan terbaik diantara empat varietas
yang diuji. Jenis media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan
jumlah buku selama 5 minggu. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata
terhadap panjang ruas pada 3-5 MST. Media tanam arang sekam dan kompos
daun bambu menghasilkan data yang tidak berbeda nyata, akan tetapi lebih baik
daripada media pupuk kandang ayam
Rata-rata umur panen buah melon adalah 72.75-77.75 HST. Perlakuan
varietas dan media tanam tidak berpengruh nyata terhadap umur panen buah
melon. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap karakter kuantitatif panjang
buah dan tebal daging buah. Perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap karakter kuantitatif buah melon. Pada media tanam pupuk
kandang ayam tidak terbentuk buah. Media pupuk kandang ayam jenuh dengan
larutan hara yang diberikan sehingga menyebabkan perkembangan akar dan
serapan hara terhambat. Kandungan hara mikro Fe, Cu, Zn, Mn yang relatif tinggi
diduga juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada media pupuk kandang
ayam.
Melon varietas Golden Apollo unggul dari segi rasa, memiliki bentuk
lonjong, warna kulit kuning tidak berjuring, tekstur sangat renyah dan memiliki
kadar kemanisan mencapai 12.21 oBrix. Varietas Sky Rocket memiliki tingkat
kemanisan mencapai 12.96 oBrix, bertekstur renyah berserat, aroma wangi,
berbentuk bulat dengan juring sedang, warna kulit kuning dan warna daging buah
hijau. Varietas Red Aroma unggul dari segi penampilan, karena memiliki daging
buah berwarna jingga kemerahan dan memiliki tebal daging buah paling tinggi
(42.75 mm). Melon varietas Red Aroma memiliki bentuk bulat dengan juring yang
dalam dan tersebar merata menyelimuti kulit. Kulit melon berwarna hijau,
memiliki daging buah yang renyah, berserat, dan aroma wangi. Varietas Sun Lady
memiliki keunggulan dari segi aroma yang sangat wangi. Bentuk buah lonjong
dengan kulit berwarna putih susu tanpa juring. Daging buah berwarna jingga,
tekstur buah sangat lunak dan kurang disukai konsumen. Melon varietas Golden
Apollo dan Red Aroma cocok untuk budidaya di dalam rumah kaca dengan sistem
hidroponik. Melon Golden Apollo menghasilkan rata-rata bobot per buah
mencapai 1654.3 kg, sehingga produktivitas melon tersebut mencapai 21.7 ton per
hektar.
Media tanam kompos daun bambu memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan arang sekam, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti media
arang sekam dalam budidaya melon hidroponik. Interaksi perlakuan varietas dan
media tanam terjadi pada panjang ruas 4 MST dan skor aroma buah
PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK
PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARGA WISNU PRADANA


A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK


PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK
Nama : ARGA WISNU PRADANA

NIM : A24080087

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi.


NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :............................


RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari Taufan Budi Prasetyo, SP. dan Ir. Siswi
Wahyuningrum Handayani, MSi. Penulis lahir di Madiun tanggal 24 Juni 1990.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994-1996 di Taman Kanak-kanak Al-
Hidayah. Kemudian pada tahun 1996-2002 penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar Manisrejo 05. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh
penulis pada tahun 2002-2005 di SMP Negeri 3 Madiun. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Madiun pada tahun 2005-2008. Penulis
diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen
Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008 melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) dan sebagai panitia di berbagai kegiatan.
Penulis berkesempatan menjadi staf divisi internal HIMAGRON pada periode
kepengurusan 2009-2010. Kemudian penulis menjadi ketua divisi Internal
HIMAGRON pada periode kepengurusan 2010-2011. Penulis mendapat
kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura pada
tahun 2012.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penelitian ini berjudul “Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada
Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik”.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan varietas dan media tanam yang paling
cocok untuk budidaya hidroponik di dalam rumah kaca. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada :.
1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberi bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa
perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Dini Dinarti, MSi. dan Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. selaku dosen
penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
4. Bapak, mama, dan adik yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih
sayang selama ini.
5. Pak Mamat dan Staf University Farm yang telah membantu kelancaran
penelitian penulis.
6. Faradila, Tri, Sihab, Nisa, Dito, Nida, Ika, Tama, Fajar, keluarga besar
Garuda dan teman-teman Indigenous 45 yang telah membantu dan
memberi dukungan selama persiapan penelitian hingga skripsi ini selesai.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Bogor, Agustus 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Melon .................................................................................................. 4
Syarat Tumbuh Melon .................................................................................... 5
Hidroponik ...................................................................................................... 6
Fertigasi ........................................................................................................... 7
Greenhouse ..................................................................................................... 7
Arang Sekam ................................................................................................... 8
Kompos Daun Bambu ..................................................................................... 9
Pupuk Kandang Ayam .................................................................................... 9
Kualitas Buah .................................................................................................. 10
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu .......................................................................................... 11
Bahan dan Alat ................................................................................................ 11
Metode Penelitian ........................................................................................... 11
Pelaksanaan ..................................................................................................... 12
Pengamatan ..................................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum ................................................................................................ 15
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ..................................................................... 16
Tinggi Tanaman .............................................................................................. 17
Jumlah Buku Tanaman ................................................................................... 17
Panjang Ruas Tanaman ................................................................................... 18
Umur Panen dan Posisi Buah .......................................................................... 20
Bobot, Panjang Buah, Lingkar Buah, Tebal Daging Buah ............................. 20
Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah ......................................... 21
Pengamatan Kualitatif ..................................................................................... 22
Pembahasan ..................................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32
LAMPIRAN ........................................................................................................... 35
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ............................................................... 16


2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman ............ 17
3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman
Melon ....................................................................................................... 18
4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman
Melon ....................................................................................................... 19
5. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap
Panjang Ruas Tanaman Pada 4 MST ...................................................... 19
6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Umur Panen dan
Posisi Buah ............................................................................................... 20
7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Kuantitatif
Buah Melon .............................................................................................. 21
8. Kandungan Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah ............... 22
9. Deskripsi Karakter Kualitatif Empat Varietas Melon .............................. 23
10. Uji Organoleptik Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon ................ 25
11. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap
Skor Aroma Buah ...................................................................................... 26
12. Uji Kruskal Wallis Skor Rasa, Aroma, dan Penampilan
Buah Melon .............................................................................................. 26
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tanaman Melon Pada Umur 8 MST ........................................................ 15


2. Warna Daging Buah Melon ...................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jadwal Penyiraman Tanaman ................................................................... 36


2. Analisis Kandungan Hara Media Tanam ................................................. 37
3. Analisis Usaha Melon .............................................................................. 38
4. Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca ........................................................ 42
5. Hama dan Penyakit Tanaman ................................................................... 43
6. Lembar Uji Organoleptik ......................................................................... 44
7. Empat Varietas Melon .............................................................................. 45
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) memiliki teknik budidaya seperti sayuran,


namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan
(Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus
Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007). Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan
bahwa produksi melon nasional tahun 2010 adalah 85,161 ton dan produksi tahun
2009 adalah sebesar 85,860 ton. Angka produksi buah melon pada tahun 2010
lebih rendah dari tahun 2009.
Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh
masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang.
Kandungan zat gizi dalam 236 g bagian buah melon yang dapat dimakan adalah
78 kalori, 28 mg sodium, 593 mg potassium, 25 g karbohidrat, 2 g serat, 21 g
gula, 90 mg vitamin C, 4 mg kalsium, 10 mg zat besi (Lester, 1997). Berdasarkan
data Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah (2011), konsumsi buah di
Indonesia saat ini baru mencapai 34.06 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat
konsumsi per kapita yang direkomendasi FAO adalah sebesar 65 kg
buah/kapita/tahun.
Penyakit cucumber mosaic virus (CMV) sering menyerang tanaman melon
di Indonesia dan menyebabkan menurunnya produksi dan kualitas buah (Daryono
et al., 2003). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu
dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya. Hama dan penyakit
tanaman melon menjadi permasalahan dalam budidaya melon di lapang (Everhart
et al., 2009). Produksi melon di lapang dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang
berbeda (suhu, sinar matahari, curah hujan), praktek manajemen dan budidaya
yang berbeda, jenis tanah dan drainase (Ohashi et al., 2009).
Resh (2004) menyatakan bahwa sistim irigasi tetes akan mengalirkan hara
ke sistem hidroponik secara bertahap sehingga tanaman dalam rumah kaca tidak
kekurangan unsur hara. Acquaah (2005) menyatakan bahwa budidaya buah
dengan teknologi hidroponik dalam rumah kaca akan lebih terjamin kondisi
lingkungan tumbuhnya karena rumah kaca akan memberikan iklim yang sesuai
2

dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan sehingga potensi produksi


tanaman dapat tercapai.
Resh (2004) menyatakan bahwa budidaya hidroponik menggunakan media
inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji.
Media yang digunakan harus dapat memacu perakaran tanaman dan terhindar dari
zat beracun. Sudarjat dan Saridewi (2010) menyatakan bahwa penggunaan bahan
organik akan memberikan suatu sistem pertanian alami yang dapat memberikan
lingkungan pertanian maupun mutu hasil produk yang lebih baik. Indrasari dan
Syukur (2006) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari kotoran hewan
mempunyai kandungan bahan organik dan KTK cukup tinggi, bereaksi netral,
cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu. Anif et al., (2007)
menyatakan bahwa kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki
kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik 40,38%, nitrogen diperlukan
tanaman untuk menunjang pertumbuhan.
Semakin mahalnya hara hidroponik menjadikan budidaya dengan sistem
hidroponik hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar dan terlalu mahal
untuk para petani (Wijayani dan Wahyu, 2005). Pemanfaatan bahan organik
sebagai media tanam diharapkan mampu mengurangi dosis hara hidroponik
karena bahan organik dapat menyediakan sebagian kebutuhan hara tanaman.
Evaluasi produksi melon didalam rumah kaca menggunakan teknologi hidroponik
perlu dilakukan untuk mendapatkan varietas terbaik dan mengetahui apakah
pemanfaatan bahan organik dapat digunakan sebagai pengganti media arang
sekam. Varietas dan media tanam organik terbaik dapat digunakan oleh
masyarakat dalam budidaya melon hidroponik dengan tujuan komersial.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas melon dan media


tanam terbaik terhadap produksi dan kualitas melon pada sistem budidaya
hidroponik di dalam greenhouse.
3

Hipotesis

1. Terdapat varietas melon terbaik untuk budidaya secara hidroponik di dalam


rumah kaca.
2. Terdapat pengaruh penggunaan jenis media tanam terhadap hasil dan kualitas
buah melon
3. Terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap hasil dan kualitas
buah melon
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Melon

Melon (Cucumis melo L.) berasal dari afrika, sedangkan jenis liarnya
ditemukan di India dan pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia
Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon merupakan komoditas
hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat
langsung dikonsumsi setelah matang. Melon memiliki teknik budidaya seperti
sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-
buahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan
genus Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007).
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) pembungaan melon dapat
dengan cara monoecious dan kadang-kadang andromonoecious. Bunga jantan
terbentuk dalam kelompok tiga hingga lima bunga pada tangkai bunga ramping.
Bunga betina dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk
pendek, tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali
selama awal pagi hari dan diserbuki oleh serangga. Adams dan Early (2004)
menyatakan bahwa melon memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
dalam satu pohon atau sering disebut tanaman monoecious.
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa daun melon
berbentuk agak bundar, bulat telur atau seperti ginjal, lebar sekitar 8-15 cm, dan
bersudut-sudut atau memiliki lima hingga tujuh lekuk dangkal. Menurut Poincelot
(2004) daun pada tanaman hortikultura merupakan tambahan mendatar dari
permukaan batang yang berpola dan memiliki permukaan yang lebar untuk
menyerap energi cahaya secara efisien untuk fotosintesis dan transpirasi.
Pembentukan buah pada sebagian besar sepesies tanaman disebabkan oleh
penyerbukan dan adanya hormon giberelin. Hormon ini akan dibawa dalam
serbuk sari dan memicu produksi auksin dalam ovarium yang menyebabkan sel
untuk tumbuh (Adams dan Early, 2004). Ukuran, bentuk, dan kekerasan kulit
buah sangat beragam pada berbagai tipe dan kultivar melon. Buah biasanya
berbentuk bulat atau bulat telur lonjong. Permukaan buah rata, tidak berbulu,
5

beberapa sangat bersudut, dan yang lainnya tertutup oleh jala-jala bergabus atau
retikulat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Daging buah melon yang sebenarnya adalah dinding bakal buah memiliki
beragam ketebalan, warna, dan teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau,
merah jambu, atau jingga. Aroma yang muncul dari buah melon merupakan
perpaduan senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, dan ester yang terbentuk
selama pematangan. Jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai
varietas melon yang akan memberikan sifat dan aroma rasa yang berbeda
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Syarat Tumbuh Melon

Melon dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 30 oC dan tidak ada
embun atau salju (Acquaah, 2005). Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah
tropik dan subtropik. Melon dapat tumbuh pada ketinggian 300-1000 m diatas
permukaan laut dan dengan suhu antara 25-30 oC. Tanaman ini memerlukan sinar
matahari penuh, sehingga tidak cocok ditanam pada daerah lembab dan ternaung
(Ashari, 2006). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan
suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya (Everhart et al., 2009).
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon memerlukan
tanah yang dalam dan berdrainase baik untuk pertumbuhannya. Tanah bertekstur
halus dengan pH antara 7-8 menghasilkan melon lebih produktif. Kelembaban
tanah juga harus selalu terjaga, kelembaban rendah akan memunculkan sebagian
besar penyakit daun. Menurut Poincelot (2004) ketersediaan air yang konstan
sangat diperlukan melon untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah.
Ashari (2006) menambahkan bahwa melon sangat baik tumbuh pada tanah
berlempung dengan pH netral, penanaman melon secara hidroponik atau dengan
media tanpa tanah sudah banyak dilakukan.
Persemaian melon memerlukan tanah atau media semai dengan suhu 23.9-
35.0 oC, untuk menunjang perkecambahan benih harus tertutup media semai
dengan ketebalan 0.5-1.5 inch (Poincelot, 2004). Melon merupakan tanaman yang
benihnya dapat ditanam langsung pada bedeng yang telah disediakan (Acquaah,
2005).
6

Perawatan tanaman melon lebih intensif daripada mentimun. Melon


membutuhkan hara lebih banyak yang disebabkan umur melon yang lebih
panjang. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk
meminimumkan kontak langsung buah dengan air (Rubatzky dan Yamaguchi,
1999). Menurut Acquaah (2005) suplai nitrogen, fosfor, dan kalium harus rutin
dilakukan untuk pertumbuhan dan perkembangan melon.

Hidroponik

Ada beberapa cara budidaya melon yang dikenal oleh masyarakat, salah
satunya adalah hidroponik. Hidroponik dapat didefinisikan sebagai ilmu
membudidayakan tanaman tanpa menggunakan tanah, tetapi dengan
menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung
atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan nutrisi yang mengandung semua
elemen penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal (Resh, 2004). Menurut Adams dan Early (2004) dalam
sistem budidaya hidroponik tanaman dapat tumbuh karena adanya larutan nutrisi
yang diberikan secara terkontrol dengan media tanam yang tidak solid sehingga
tanaman memperoleh suplai oksigen yang cukup untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan.
Resh (2004) menyatakan bahwa media tanam harus terhindar dari zat
beracun. Pemilihan media tanam dalam sistem hidroponik harus berdasarkan
ketersediaan media, biaya, kualitas, dan jenis metode hidroponik yang akan
digunakan. Menurut Rice (2011) media tanam yang digunakan dalam polibag
harus memiliki porositas yang besar, sehingga dapat menunjang perkembangan
akar karena akar mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Resh (2004) menyatakan bahwa penerapan sistem hidroponik yang
menggunakan fertigasi dapat memberikan hara bersamaan dengan penyiraman.
Larutan hara yang digunakan adalah hara AB mix yang terdiri dari larutan stok A,
larutan stok B, dan asam dengan jumlah 15-20% dari total larutan stok. Menurut
Susila (2006) larutan stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, dan
FeEDTA, sedangkan larutan stok B mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4,
MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3, dan NH4-MoO4. Nutrisi yang diberikan
7

mempunyai EC antara 1.6-1.7 mmhos/cm dan diharapkan akan meningkat


menjadi 2.0-2.5 mmhos/cm di media tanam arang sekam setelah sehari dilakukan
pemberian nutrisi.

Fertigasi

Shaw et al., (2004) menyatakan bahwa kualitas air irigasi harus menjadi
perhatian utama, terutama pada irigasi dalam sistem hidroponik. Penyiraman
terjadwal yang disesuaikan dengan media tanam dan kebutuhan tanaman akan
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Rice (2011)
irigasi pada kegiatan budidaya tanaman merupakan kegiatan yang paling sering
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman. Volume irigasi harus
memperhatikan jenis tanaman dan jenis media yang digunakan dalam budidaya
tanaman.
Hidroponik pada umumnya menggunakan sistem fertigasi, yaitu
pemberian unsur hara yang dialirkan melalui sistem irigasi. Larutan stok mengalir
ke aliran irigasi utama melalui pipa. Aliran irigasi ini membawa larutan stok yang
telah dicampur dari tangki pencampuran dan akan menuju ke sistem hidroponik
dalam rumah kaca. Filter berukuran 200 mesh dipasang pada aliran utama untuk
menyaring partikel-partikel sehingga tidak partikel tersebut tidak ikut masuk
dalam sistem irigasi tetes (Resh, 2004).
Menurut Resh (2004) perlengkapan yang harus disediakan untuk sistem
fertigasi hidroponik adalah tangki untuk air dan larutan stok AB, injektor untuk
mengatur volume larutan stok yang keluar, komputer, pH dan EC meter, pompa
air, saringan, alat sterilisasi Ozon dan UV, dan tangki pencampuran.

Greenhouse

Emekli et al., (2010) menyatakan bahwa rumah kaca merupakan


komponen yang penting untuk melakukan budidaya tanaman dengan teknologi
modern seperti hidroponik. Rumah kaca secara umum menyediakan lingkungan
yang optimum untuk produksi tanaman hortikultura sehingga dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik dapat
dilakukan di rumah kaca karena tingkat radiasi matahari, suhu, kelembaban, dan
8

banyaknya nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat diberikan secara


terkontrol.
Boodley (1998) menyatakan bahwa secara umum desain rumah kaca dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumah kaca terpisah (detached greenhouse)
dan rumah kaca terhubung (connected greenhouse). Menurut Emekli et al., (2010)
untuk melakukan budidaya tanaman intensif dalam rumah kaca, hendaknya desain
rumah kaca disesuaikan dengan ekologi negara tempat tanaman tersebut
dibudidayakan.
Boodley (1998) menyatakan bahwa keuntungan dari sebuah rumah kaca
terpisah adalah lebih mudah untuk instalasi dan menjaga suhu untuk memenuhi
kebutuhan tanaman secara spesifik. Selain itu, sebuah rumah kaca yang terpisah
lebih mudah untuk pergantian udara tanpa mengganggu tanaman terutama pada
udara dingin. Pada rumah kaca terhubung, keuntungannya adalah bangunan ini
lebih murah dan efisien tempat, tidak adanya dinding samping antara rumah kaca
menyebabkan lebih sedikit bahan-bahan bangunan yang diperlukan. Pertukaran
panas dapat dilakukan lebih efisien karena ada bagian yang terbuka antara rumah
kaca yang terhubung. Rumah kaca terpisah lebih mudah perawatan dan
pengelolaannya daripada rumah kaca terhubung, rumah kaca terpisah model even
span lebih sering digunakan karena rumah kaca ini memiliki besi penopang atap
yang tipis, sehingga cahaya matahari yang masuk tidak terhalang dengan adanya
penopang atap.

Arang Sekam

Arang sekam merupakan salah satu media tanam hidroponik yang sering
digunakan. Media ini memiliki ukuran partikel yang lebih besar daripada serbuk
gergaji. Sekam padi dapat meningkatkan drainase dan biasanya digunakan untuk
subtitusi media peat. Sekam memiliki ukuran yang seragam, ringan dan mampu
melindungi dari kerusakan akibat penipisan kadar nitrogen oleh mikroorganisme
(Mastalerz, 1977). Menurut Soeminaboedhy dan Tejowulan (2007) arang sekam
dapat menyediakan unsur hara tambahan walaupun tidak sebanyak pupuk
anorganik, penggunaan arang sekam juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Arang sekam padi mempunyai total luas permukaan lebih besar dibandingkan
9

dengan jenis arang lainnya yaitu 200-300 m2/g sehingga memungkinkan


melepaskan unsur fosfor lebih banyak.
Ermina (2010) menyatakan bahwa media arang sekam mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah,
bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang
baik. Kekurangannya yaitu hanya dapat digunakan dua kali tanam. Menurut
Rosana (2011) media ini memiliki aerasi (sirkulasi) udara dan porositas tanah
yang baik sehingga perakaran tanaman berkembang optimal

Kompos Daun Bambu

Kompos daun adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan
hijauan dengan proses dekomposisi (Sulistyorini, 2005). Kompos yang berasal
dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik
40,38%, nitrogen diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan (Anif et al.,
2007).
Rosana (2011) menyatakan bahwa kompos daun bambu memiliki aerasi
(sirkulasi) udara dan porositas tanah yang baik sehingga perakaran tanaman dapat
berkembang optimal. Media kompos daun bambu yang dicampur dengan sekam
dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mawar. Faruqi (2011) menyatakan
bahwa kompos daun bambu yang dicampur dengan arang sekam menghasilkan
tinggi tanaman lebih besar dan ruas tanaman lebih baik daripada media tanam
lainnya.

Pupuk Kandang Ayam

Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah


sumber hara nitrogen, fosfor, kalium, dan lainnya. Nitrogen dari pukan umumnya
dirubah menjadi bentuk nitrat sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pupuk
kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung
jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak.
Pupuk kandang ayam memiliki kadar hara P yang relatif lebih tinggi
daripada pupuk kandang lain. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang
ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama.
10

Kandungan N, P2O5, K2O dan CaO dari pupuk kandang ayam berturut-turut
adalah sebesar 1.5%, 1.3%, 0.8%, dan 4.0%, sedangkan kandungan air dan bahan
organiknya adalah 57% dan 29% (Hartatik dan Widowati, 2006). Pemberian
pupuk kandang ayam dapat memenuhi ketersediaan hara sepanjang pertumbuhan
tanaman dan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik daripada pupuk
kandang sapi dan kambing (Mayadewi, 2007).

Kualitas Buah

Kualitas produk hortikultura sangat tergantung pada lingkungan tumbuh


dan faktor genetik tanaman. Faktor lingkungan tumbuh yang berperan dalam
produksi hortikultura diantaranya adalah tanah, nutrisi, air, sinar matahari,
temperatur, dan ketinggian tempat (Ashari, 2006).
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon berkualitas
tinggi memiliki kandungan padatan terlarut 10% atau lebih. Sari (2009)
menyatakan bahwa kualitas buah melon dapat dilihat dari nilai padatan terlarut
total, tekstur daging buah, penampakan buah, dan aroma daging buah. Nilai
padatan total terlarut (PTT) digunakan untuk mengetahui tingkat kemanisan buah
melon. Menurut Siswanto (2010) buah melon diminati oleh konsumen karena
penampilan buah, kandungan gizi, dan rasa yang manis.
11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm IPB, unit


lapangan Cikabayan, dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Penelitian
dilaksanakan mulai Januari sampai April 2012.

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan melon varietas Golden Apollo, Sky Rocket,


Red Aroma, dan Sun Lady. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam,
kompos daun bambu (diayak dengan saringan berukuran 0.5 cm), dan pupuk
kandang ayam, sedangkan media semai menggunakan kascing. Hara yang
digunakan adalah pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok
B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3,
ZnSO4 dan NaMoO4). Komposisi hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm,
NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4– 60 ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4- 113
ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan
Mo 0.046 ppm. Furadan 3G (bahan aktif Carbofuran), fungisida Dithane M-45
(bahan aktif Mancozeb 80%), dan insektisida Confidor (bahan aktif Imidakloprid
5%). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tray semai, polybag
ukuran 35 x 35 cm, irigasi tetes, sprayer ukuran 15 liter, gelas ukur 100 ml dan
1000 ml, ember, benang ajir, meteran, termo-hygrometer, hand refractometer,
hand penetrometer, EC meter, pH meter, timbangan digital, jangka sorong dan
kontainer yang digunakan berukuran 100 liter dan 2000 liter.
.
Metode Penelitian

Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Kelompok


Lengkap Teracak (RKLT) faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Penelitian ini
menggunakan 4 varietas melon (Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun
Lady) dan 3 macam media tanam (arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk
kandang ayam), sehingga terdapat 48 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan
terdiri dari 2 tanaman. Model RKLT faktorial :
12

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk


Yijk : Nilai pengamatan pada Varietas ke-i, Media ke-j, dan
Kelompok ke-k
µ : Rataan Umum
αi : Pengaruh Varietas ke-i
βj : Pengaruh Media ke-j
(αβ)ij : Pengaruh Interaksi Varietas ke-i dan Media ke-j
ρk : Pengaruh Kelompok ke-k
εijk : Galat Percobaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembersihan greenhouse, lalu


mempersiapkan penyemaian benih serta pembuatan larutan stok A dan B. Pupuk
ABmix dilarutkan dalam kontainer A dan kontainer B dengan volume masing-
masing 90 liter. Sebanyak 10 liter masing-masing larutan stok, diencerkan pada
kontainer besar berukuran 2000 liter. Kemudian dilakukan pengukuran EC dan pH
larutan, dengan nilai EC antara 2.1-2.5 mS dan nilai pH 6.5-6.8. Penyiraman
tanaman menggunakan irigasi tetes, penyiraman fase vegetatif pada umur 1 MST
setiap hari dilakukan 4 kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman
dilakukan pada pukul 07.00, 10.00,13.00,15.00. Pada umur 2-3 MST dilakukan 5
kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman dilakukan pada pukul 07.00,
09.00, 11.00, 13.00, 15.00. Pada fase pembungaan (4 MST) penyiraman
dilakukan 5 kali dengan volume 150 ml. Penyiraman pada 5 MST-12 MST setiap
hari dilakukan sebanyak 4 kali. Penyiraman pada fase pembungaan (5 MST)
dengan volume 200 ml, fase pembentukan buah (6 MST) dengan volume 250 ml,
fase perkembangan buah (7-8 MST) dengan volume 300 ml, fase pematangan
buah (9-12 MST) dengan volume 200 ml.
Benih disemai selama 18 hari pada tray semai dengan media kascing. Bibit
yang telah berumur 18 hari dipilih dan dipindahkan ke polybag yang telah terisi
media tanam arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk kandang ayam.
Pengisian media tanam dilakukan didalam rumah kaca. Polybag disusun 2 baris,
13

jarak antar polybag adalah 60 cm dan diletakkan secara zig-zag. Dripper stick
(alat irigasi tetes) ditancapkan pada setiap polybag.
Selama penelitian dilakukan pemeliharaan seperti pemangkasan daun,
penyemprotan dan pembersihan rumah kaca. Pemangkasan dilakukan dengan
membuang tunas lateral yang tumbuh dibawah buku ke-10 dan diatas buku ke-13.
Tunas lateral pada buku ke-24 hingga buku ke-29 tidak dipangkas karena
beberapa tanaman melon baru terbentuk calon buah pada buku tersebut.
Pemangkasan batang utama juga dilakukan pada fase generatif agar hasil
fotosintesis dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perkembangan buah.
Seleksi buah melon dilakukan ketika diameter buah mencapai + 3 cm dan pada
satu pohon hanya dipelihara satu buah.
Penyemprotan tanaman dilakukan dengan menggunakan fungisida dengan
dosis 2 g/l dan insektisida dengan dosis 2 g/l. Penyemprotan fungisida dan
insektisida dilakukan secara bergantian dalam selang waktu 1 minggu.
Penyemprotan pestisida dihentikan 2 minggu sebelum panen. Panen perdana
dilakukan ketika tanaman berumur 63 hari setelah tanam.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai pemindahan bibit ke polybag hingga panen.


Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi pengamatan vegetatif (pada 1-5
MST) dan generatif (pada 6-12 MST). Pengamatan karakter kuantitatif dan
kualitatif dilakukan setelah buah dipanen.
Fase vegetatif:
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh.
2. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah
ruas.
3. Jumlah buku (buah), dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir.
Fase generatif :
1. Umur panen (hst), dari pindah tanam hingga panen.
2. Posisi buah dipanen (buku ke-).
14

Karakter kuantitatif :
1. Bobot buah (gr), diukur menggunakan timbangan kasar.
2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah.
3. Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah.
4. Kekerasan kulit buah (Kg/s), diukur menggunakan hand penetrometer
pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong.
6. Kandungan padatan terlarut total (PTT). Diukur menggunakan hand
refractometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah.
Karakter kualitatif :
1. Tipe juring dengan kriteria tidak berjuring, dangkal, sedang, dan dalam.
2. Aroma buah dengan kriteria wangi dan tidak wangi.
3. Rasa daging buah dengan kriteria manis dan tidak manis.
4. Warna daging buah, diukur dengan colour chart.
5. Warna kulit buah, diukur dengan colour chart.
6. Tekstur daging buah, dengan kriteria berserat, renyah, lunak.
7. Bentuk buah disesuaikan dengan standar Descriptor for Melon IPGRI.
8. Uji Organoleptik rasa, aroma, dan penampilan dengan 10 responden untuk
setiap perlakuan.
15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Daya berkecambah benih dari 4 varietas melon memiliki perbedaan, daya


berkecambah masing-masing varietas Golden apollo, Sky Rocket, Red aroma, dan
Sun lady, berturut-turut 84%, 60%, 65%, 70%. Bibit melon siap dipindah tanam
ke dalam rumah kaca setelah berumur 18 hari.
Tanaman dengan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu
menunjukkan pertumbuhan yang baik mulai minggu pertama. Tanaman pada
media pupuk kandang ayam terhambat pertumbuhannya yang diduga karena jenuh
dengan larutan hara dan tingginya kandungan Fe, Mn, Zn, Cu pada media pupuk
kandang ayam. Hama penggorok daun (Leaf minner) mulai menyerang tanaman
pada 2 MST dengan intensitas serangan ringan (10%), sehingga tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara 24-42 oC. Penyemprotan
insektisida dan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% dan Imidakloprid 5%
dilakukan secara bergantian dengan selang waktu 1 minggu mulai umur 2 MST
hingga 8 MST. Panen perdana dilakukan pada 63 hari setelah tanam.

Gambar 1. Tanaman Melon Pada Umur 8 MST


16

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Hasil analsis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan varietas


berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1 dan 4 MST, jumlah buku 1-3 MST,
panjang ruas 1 dan 4 MST, posisi buah, panjang buah, tebal buah, rasa, aroma,
dan penampilan buah. Perlakuan media tanam memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 1-5 MST, jumlah buku 1-5 MST, panjang ruas 3-5 MST,
dan uji aroma buah. Interaksi antara varietas dan media tanam terjadi pada
panjang ruas 4 MST dan aroma buah.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam


Peubah Umur Varietas Media Interaksi kk (%)
(MST) Tanam
Tinggi Tanaman 1 0.0029** 0.0004** 0.3628 23.47
Jumah Buku 1 0.0183* 0.0007** 0.5367 24.67
Panjang Ruas 1 0.0102* 0.3590 0.1037 18.20
Tinggi Tanaman 2 0.0545 <.0001** 0.5927 30.55
Jumah Buku 2 0.0336* <.0001** 0.4023 21.31
Panjang Ruas 2 0.5089 0.1985 0.5883 17.49
Tinggi Tanaman 3 0.0894 <..0001** 0.3797 27.37
Jumah Buku 3 0.0493* <.0001** 0.2951 19.30
Panjang Ruas 3 0.4734 <.0001** 0.4560 15.57
Tinggi Tanaman 4 0.0240* <.0001** 0.1697 19.35
Jumah Buku 4 0.0581 <.0001** 0.4362 15.64
Panjang Ruas 4 0.0007** <.0001** 0.0074** 7.94
Tinggi Tanaman 5 0.1834 <.0001** 0.5093 14.37
Jumah Buku 5 0.0512 <.0001** 0.8612 12.86
Panjang Ruas 5 0.0657 0.0311* 0.3996 8.53
Umur Panen 0.5282 0.1527 0.4289 6.19
Posisi buah 0.0244* 0.8817 0.6583 23.08
Bobot 0.5821 0.3593 0.8958 21.24
Panjang Buah 0.0267* 0.1283 0.6323 6.18
Lingkar Buah 0.3977 0.3829 0.5532 8.19
Tebal Daging 0.0480* 0.2474 0.6283 6.55
Padatan Terlarut Total 0.7260 0.0802 0.2030 7.51
Kekerasan Kulit Buah 0.6864 0.1370 0.8631 16.31
Uji Skor Rasa 0.0111* 0.3531 0.6242 23.98
Uji Skor Aroma 0.0116* 0.0188* 0.0277* 17.53
Uji Skor Penampilan 0.0002** 0.1763 0.8725 17.67
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %.
17

Tinggi Tanaman

Empat varietas melon yang ditanam menunjukkan perbedaan tinggi yang


nyata pada 1 MST dan 4 MST (Tabel 2). Varietas Sun Lady memiliki tinggi
tanaman tertinggi dibandingkan dengan tiga varietas yang lain. Perlakuan media
tanam yang digunakan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman pada 1-5 MST. Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun
bambu tidak menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda, akan tetapi kedua
perlakuan tersebut menghasilkan data lebih tinggi daripada media tanam pupuk
kandang ayam. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap
tinggi tanaman melon.

Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Melon
Perlakuan Umur Tanaman
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas -----------------------cm-------------------------
Golden apollo 7.27a 14.50 61.21 117.71b 199.88
Sky rocket 5.46b 12.54 61.79 117.75b 200.04
Red aroma 5.06b 13.25 61.21 118.87b 204.50
Sun lady 6.21ab 17.37 77.26 144.46a 223.54
Uji F ** tn tn * tn
Media -----------------------cm-------------------------
Arang sekam 6.45a 16.92a 76.75a 143.03a 224.66a
Kompos daun bambu 6.83a 17.19a 84.75a 156.72a 239.59a
Pupuk kandang ayam 4.72b 9.14b 34.60b 74.34b 156.72b
Uji F ** ** ** ** **
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Jumlah Buku

Berdasarkan data pada Tabel 3, rata-rata jumlah buku pada empat varietas
melon menunjukkan perbedaan nyata pada 1-3 MST. Varietas Sun Lady memiliki
rata-rata jumlah buku lebih tinggi dibandingkan tiga varietas yang lain. Perlakuan
media tanam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah buku pada 1-5
MST. Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu
menghasilkan jumlah buku tanaman lebih tinggi daripada media pupuk kandang
18

ayam. Tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap
rata-rata jumlah buku tanaman melon.
.
Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman
Melon
Perlakuan Umur Tanaman
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas
Golden apollo 2.2a 4.7ab 11.3ab 17.2 26.1
Sky rocket 2.1ab 4.5b 10.6b 16.5 25.8
Red aroma 1.7b 4.2b 11.2b 18.4 28.7
Sun lady 2.3a 5.4a 13.1a 19.6 29.2
Uji F * * * tn tn
Media
Arang sekam 2.3a 5.4a 13.4a 20.5a 30.4a
Kompos daun bambu 2.3a 5.6a 13.6a 21.2a 30.5a
Pupuk kandang ayam 1.6b 3.1b 7.7b 12.1b 21.4b
Uji F ** ** ** ** **
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Panjang Ruas

Perlakuan empat varietas melon berpengaruh nyata terhadap panjang ruas


tanaman pada 1 dan 4 MST. Varietas Golden Apollo memiliki panjang ruas
tertinggi pada 1 MST, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Red
Aroma. Varietas Sun Lady memiliki rata-rata panjang ruas lebih rendah daripada
varietas lain pada 1 MST, namun mulai umur 3 MST varietas tersebut memiliki
rata-rata panjang ruas lebih tinggi daripada varietas lain. Pada 4 MST varietas Sun
Lady memiliki panjang ruas paling tinggi dibandingkan dengan tiga varietas lain.
Perlakuan media tanam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap panjang ruas
pada 3-5 MST. Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu
memiliki rata-rata panjang ruas lebih tinggi daripada media tanam pupuk kandang
ayam. Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terjadi pada 4 MST
(Tabel 4).
Berdasarkan data pada tabel 5, pengaruh interaksi antara perlakuan
varietas dan media tanam menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh media
tanam terhadap varietas Golden Apollo, Red Aroma, dan Sun Lady. Pada varietas
19

Sky Rocket media kompos daun bambu memberikan hasil yang terbaik terhadap
panjang ruas tanaman dibandingkan dengan media lainnya.

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman
Melon
Perlakuan Umur Tanaman
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas -----------------------cm-------------------------
Golden apollo 3.34a 3.12 5.28 6.76b 7.61
Sky rocket 2.75b 2.82 5.44 6.75b 7.64
Red aroma 3.06ab 3.03 5.10 6.23c 7.06
Sun lady 2.61b 3.11 5.63 7.26a 7.72
Uji F * tn tn ** tn
Media -----------------------cm-------------------------
Arang sekam 2.84 3.11 5.73a 6.97a 7.44ab
Kompos daun bambu 3.09 3,13 6.14a 7.35a 7.85a
Pupuk kandang ayam 2.88 2.82 4.22b 5.92b 7.24b
Uji F tn tn ** ** *
Interaksi tn tn tn ** tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang
Ruas Tanaman Pada 4 MST
Varietas Media Panjang Ruas
Golden apollo Arang sekam 6.78
Kompos daun bambu 7.01
Pupuk kandang ayam 6.48
P value 0.3945tn
Sky rocket Arang sekam 7.12b
Kompos daun bambu 7.95a
Pupuk kandang ayam 5.17c
P value <.0001**
Red aroma Arang sekam 6.64
Kompos daun bambu 6.68
Pupuk kandang ayam 5.38
P value 0.0525tn
Sun lady Arang sekam 7.34
Kompos daun bambu 7.78
Pupuk kandang ayam 6.66
P value 0.0783tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).
20

Umur Panen dan Posisi Buah

Umur panen buah melon dihitung dari pindah tanam ke rumah kaca hingga
panen. Berdasarkan data pada Tabel 6, rata-rata umur panen buah melon adalah
72.75-77.75 HST. Perlakuan varietas dan media tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap umur panen buah melon.
Pada pengamatan posisi buah, perlakuan varietas melon menunjukkan
pengaruh nyata terhadap posisi buah. Posisi buah pada varietas Golden Apollo
terdapat pada buku yang lebih rendah dibandingkan dengan tiga varietas lainnya.
Perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap posisi buah.
Media pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan tidak adanya
tanaman yang berbuah pada media tersebut. Tidak terdapat interaksi antara
perlakuan varietas dan media tanam terhadap posisi buah.

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Umur Panen dan Posisi
Buah Melon
Perlakuan Umur panen (HST) Posisi buah (buku ke-)
Varietas
Golden apollo 72.75 13.00b
Sky rocket 76.25 22.50a
Red aroma 77.75 21.50a
Sun lady 72.75 27.25a
Uji F tn *
Media
Arang sekam 77.37 21.25
Kompos daun bambu 73.62 20.87
Pupuk kandang ayam - -
Uji F tn tn
Interaksi tn tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT (α = 5%).

Bobot, Panjang buah, Lingkar buah, Tebal daging buah

Berdasarkan data pada Tabel 7, perlakuan varietas dan media tanam


memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap rata-rata bobot per buah dan
lingkar buah melon. Rata-rata bobot per buah melon berkisar antara 1344.8-
1654.3 g, sedangkan rata-rata lingkar buah melon berkisar 43.65-47.55 cm.
21

Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap panjang


buah dan tebal daging buah melon. Rata-rata panjang buah melon berkisar antara
23.15–27.27 cm, sedangkan rata-rata tebal daging buah berkisar antara 36.25–
42.75 mm. Varietas Golden Apollo memiliki rata-rata panjang buah tertinggi,
sedangkan varietas Red Aroma memiliki rata-rata tebal daging buah tertinggi
dibandingkan dengan varietas lainnya. Tebal daging buah red aroma tidak berbeda
nyata dengan varietas Golden Apollo dan Sky Rocket. Tebal daging buah terkecil
terdapat pada varietas Sun Lady. Perlakuan media tanam tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot per buah, panjang buah, lingkar buah, dan tebal
daging buah melon. Perlakuan media pupuk kandang ayam tidak memiliki data
yang disebabkan tidak adanya tanaman yang berbuah pada media tersebut. Tidak
terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap bobot per
buah, panjang buah, lingkar buah, dan tebal daging buah melon.

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Kuantitatif


Buah Melon
Perlakuan Parameter
Bobot per Panjang Lingkar Tebal daging
buah (g) buah (cm) buah (cm) buah (mm)
Varietas
Golden apollo 1654.3 27.27a 47.55 38.50ab
Sky rocket 1466.8 24.27b 46.97 39.75ab
Red aroma 1428.8 23.15b 44.05 42.75a
Sun lady 1344.8 23.82b 43.65 36.25b
Uji F tn * tn *
Media
Arang sekam 1396.9 23.97 44.69 38.50
Kompos daun bambu 1550.4 25.29 46.42 40.12
Pupuk kandang ayam - - - -
Uji F tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT (α = 5%)..

Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah

Dilihat dari data pada Tabel 8, rata-rata kadar kemanisan buah melon
berkisar pada 12.03–12.96 oBrix. Perlakuan varietas dan media tanam tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai padatan terlarut total buah melon.
22

Media tanam pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan oleh
tanaman pada media tersebut tidak menghaslkan buah. Tidak terdapat interaksi
antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap padatan total terlarut buah
melon.
Perlakuan varietas dan media tanam tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai kekerasan kulit. Rata-rata kekerasan kulit buah melon berkisar pada
0.93–1.07 Kg/s. Media tanam pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang
disebabkan oleh tanaman pada media tersebut tidak menghasilkan buah. Tidak
terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap kekerasan
kulit buah melon.

Tabel 8. Kandungan Padatan Total Terlarut dan Kekerasan Kulit Buah


Perlakuan PTT (oBrix) Kekerasan Kulit (Kg/s)
Varietas
Golden apollo 12.21 1.06
Sky rocket 12.96 0.99
Red aroma 12.41 1.04
Sun lady 12.47 0.93
Uji F tn tn
Media
Arang sekam 12.99 0.93
Kompos daun bambu 12.03 1.07
Pupuk kandang ayam - -
Uji F tn tn
Interaksi tn tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %.

Pengamatan Kualitatif

Karakter kualitatif empat varietas melon yang diuji menunjukkan


penampilan yang berbeda pada setiap varietas. Deskripsi karakter kualitatif empat
varietas melon terdapat pada Tabel 9, sedangkan data uji organoleptik rasa, aroma
dan penampilan buah melon terdapat pada Tabel 10.
Uji karakter kualitatif empat varietas melon berdasarkan Descriptor for
Melon (IPGRI, 2003) menunjukkan bahwa varietas Golden Apollo dan Sun Lady
memiliki bentuk buah lonjong, sedangkan varietas Sky Rocket dan Red Aroma
memiliki bentuk buah bulat. Kode warna kulit dan daging buah didapatkan
dengan menyamakan warna kasat mata dengan kode pada Color Chart for
23

Training Program of Variety Protection Center. Penampakan warna kulit buah


tua dan tipe juring pada empat varietas yang diuji menunjukkan keragaman.
Varietas Golden Apollo memiliki warna kulit kuning tanpa juring. Varietas Sky
Rocket memiliki kulit kuning muda dengan intensitas juring sedang atau tidak
meyelimuti permukaan kulit secara penuh. Varietas Red Aroma memiliki warna
kulit hijau muda dengan intensitas juring yang dalam atau menyelimuti penuh
permukaan kulit. Varietas Sun Lady memiliki warna kulit putih susu tanpa juring.
Varietas Golden Apollo memiliki warna daging buah putih dengan tekstur
buah renyah dan berair. Rasa varietas Golden Apollo yang manis dengan tekstur
renyah disukai oleh konsumen, namun varietas ini kurang wangi dibandingkan
dengan varietas yang lain. Varietas Sky Rocket memiliki warna daging buah hijau
cerah dengan rasa manis paling tinggi diantara varietas lain dan memiliki tekstur
yang renyah dan berserat dengan aroma yang lebih wangi daripada varietas
Golden Apollo. Varietas Red Aroma memiliki warna daging buah jingga
kemerahan dan hampir sama dengan warna daging buah varietas Sun Lady.
Tekstur buah varietas Red Aroma renyah agak berserat dengan aroma wangi dan
rasa yang manis. Varietas Sun Lady unggul dalam aroma buah yang sangat wangi,
namun aroma yang wangi tersebut tidak sebanding dengan rasa yang memiliki
tingkat kemanisan paling rendah diantara empat varietas yang diuji. Tekstur yang
sangat lunak pada varietas Sun Lady juga kurang disukai oleh konsumen.

Tabel 9. Deskripsi karakter kualitatif empat varietas melon yang diuji


Varietas
Karakter
Golden Apollo Sky Rocket Red Aroma Sun Lady
Bentuk buah Lonjong Bulat Bulat Lonjong
Warna kulit buah tua Kuning Kuning Hijau muda Putih Susu
FFFF66 muda CCFF33 FFFF99
FFCC99
Tipe juring Tidak Berjuring Berjuring Tidak
berjuring sedang dalam berjuring
Warna daging buah Putih Hijau Jingga Jingga
FFFFCC CCFF66 FFCC00 FFCC66
Tekstur daging buah Renyah Renyah Renyah Lunak
Berserat Berserat
Rasa daging buah Manis Manis Manis Manis
Aroma daging buah Kurang wangi Wangi Wangi Wangi
24

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2. Warna daging buah melon (a) Varietas Golden Apollo, (b) Varietas Sky
Rocket, (c) Varietas Red Aroma, (d) Varietas Sun Lady.

Berdasarkan data pada Tabel 10, perlakuan varietas memberikan pengaruh


nyata terhadap skor rasa, aroma, dan penampilan. Perlakuan media tanam
menghasilkan skor yang berbeda nyata terhadap aroma buah. Varietas Golden
Apollo memiliti nilai skor tertinggi pada uji rasa dengan rata-rata skor 3.90, hal ini
disebabkan rasa yang manis dengan tekstur sangat renyah dan berair pada varietas
ini. Varietas Sun Lady memiliki skor tertinggi pada uji aroma dengan rata-rata
skor 3.80, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Golden Apollo dan Red
25

Aroma. Varietas Red Aroma memiliki skor tertinggi pada uji penampilan dengan
rata-rata skor 4.20, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Sun Lady. Skor
penampilan yang lebih tinggi ini disebabkan penampilan daging buah yang
berwarna jingga kemerahan dan lebih tebal daripada varietas lain yang diuji,
selain itu intensitas juring yang penuh menyelimuti kulit menjadikan penampilan
buah ini lebih menarik. Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam
terjadi pada skor aroma buah. Pada Tabel 11, interaksi antara perlakuan varietas
dan media tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap aroma buah. Media
tanam arang sekam menghasilkan aroma yang lebih baik pada varietas Golden
Apollo dan Red Aroma.
Hasil olah data skor rasa, aroma, dan penampilan menggunakan metode
Kruskal Wallis disajikan pada Tabel 12. Perlakuan varietas berpengaruh nyata
terhadap skor rasa, aroma, dan penampilan. Varietas Golden Apollo memiliki
peringkat tertinggi pada uji rasa, namun memiliki peringkat yang rendah pada
penampilan buah. Varietas Red Aroma memiliki peringkat tertinggi pada
penampilan buah. Varietas ini juga memiliki peringkat rasa yang lebih tinggi dari
varietas Sky Rocket dan Sun Lady. Aroma buah varietas Red Aroma memiliki
peringkat lebih tinggi daripada varietas Golden Apollo dan Sky Rocket.

Tabel 10. Uji Organoleptik Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon
Perlakuan Skor
Rasa Aroma Penampilan
Varietas
Golden apollo 3.90a 3.40ab 3.35b
Sky rocket 3.45ab 3.15b 3.40b
Red aroma 3.60a 3.40ab 4.20a
Sun lady 3.00b 3.80a 3.85a
Uji F * * **
Media
Arang sekam 3.57 3.60a 3.80
Kompos daun bambu 3.40 3.27b 3.60
Pupuk kandang ayam - - -
Uji F tn * tn
Interaksi tn * tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).
Keterangan Skor : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka
26

Tabel 11. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Skor
Aroma Buah
Varietas Media Skor Aroma
Golden apollo Arang sekam 3.70
Kompos daun bambu 3.10
P value 0.0203*
Sky rocket Arang sekam 3.40
Kompos daun bambu 2.90
P value 0.0541tn
Red aroma Arang sekam 3.70
Kompos daun bambu 3.10
P value 0.0041**
Sun lady Arang sekam 3.60
Kompos daun bambu 4.00
P value 0.2954tn
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,
** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %.

Tabel 12. Uji Kruskal Wallis Skor Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon
Rasa Aroma Penampilan
Perlakuan
Skor Rank Skor Rank Skor Rank
Varietas
Golden apollo 4.0 51.2 3.0 38.9 3.0 31.5
Sky rocket 3.5 39.6 3.0 32.2 3.0 31.4
Red aroma 3.5 42.6 3.0 39.9 4.0 54.8
Sun lady 3.0 28.7 4.0 51.0 4.0 44.3
H 10.85 8.59 16.51
P value 0.013* 0.035* 0.001**
Media Tanam
Arang sekam 4.0 43.1 4.0 46.3 4.0 43.3
Kompos daun bambu 3.0 37.9 3.0 34.7 4.0 37.7
Pupuk kandang ayam - - - - - -
H 1.16 6.22 1.37
P value 0.282tn 0.013* 0.241tn
Keterangan : H= Nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value > 0.05, *= P value <0.05, **= P value <0.01

Pembahasan

Pengamatan parameter vegetatif dimulai sejak 1 minggu setelah pindah


tanam di rumah kaca yang meliputi pengamatan tinggi, jumlah buku, dan panjang
ruas tanaman. Perlakuan varietas Sun Lady memiliki pertumbuhan vegetatif
terbaik dibandingkan dengan tiga varietas lainnya. Jenis media tanam memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi dan jumlah buku tanaman selama 5
27

minggu. Pada parameter panjang ruas tanaman, perlakuan media tanam mulai
berpengaruh nyata pada 3-5 MST. Semakin besar jumlah buku dan panjang ruas
yang dihasilkan tanaman melon maka akan semakin besar peluang mendapatkan
buah melon yang berkualitas, karena dalam 1 tanaman melon hanya disisakan 1
calon buah yang terbaik. Menurut Faruqi (2011) pada tanaman mentimun Gherkin
jumlah buku akan berpengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan. Tanaman
yang memiliki ruas lebih panjang akan memiliki ruang tumbuh buah yang lebih
renggang sehingga perkembangan buah lebih baik.
Media tanam arang sekam dan kompos daun bambu menghasilkan data
pertumbuhan yang tidak berbeda nyata, namun media tanam pupuk kandang
ayam menghasilkan pertumbuhan paling rendah. Hal ini diduga bibit yang
ditanam pada media tanam pupuk kandang ayam mengalami stres yang
disebabkan media tersebut jenuh dengan larutan fertigasi dan relatif tingginya
kandungan hara mikro. Pupuk kandang ayam memiliki porositas media yang lebih
rendah daripada arang sekam dan kompos daun bambu, sehingga penyiraman
secara rutin dengan larutan hara hidroponik menimbulkan akumulasi hara pada
media pupuk kandang ayam dan menyebabkan media tersebut tergenang dengan
larutan hara (Lampiran 1). Menurut Ashari (2006) tanah atau media tanam yang
tergenang dengan air menyebabkan kandungan oksigen dalam media tanam
menurun dan respirasi akar terhambat, sehingga serapan hara untuk tanaman akan
berkurang. Analisis hara media tanam menunjukkan kandungan hara mikro Fe,
Mn, Zn, Cu pada media pupuk kandang ayam berturut-turut sebesar 23,275.26
ppm, 1,406.85 ppm, 1,440.73 ppm, dan 273.28 ppm (Lampiran 2).
Pada pengamatan kuantitatif, varietas Golden Apollo memiliki panjang
buah tertinggi (27.27 cm) karena tanaman ini berbentuk lonjong seperti varietas
Sun Lady namun berukuran lebih besar daripada varietas Sun Lady. Melon
varietas Sun Lady memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik, namun tebal daging
buahnya paling rendah dibandingkan tiga varietas lainnya. Panjang buah dan tebal
daging berpengaruh terhadap bobot buah. Penelitian Sari (2009) menunjukkan
bahwa peningkatan panjang, lingkar dan diameter buah dapat menghasilkan bobot
per buah semakin tinggi, sehingga daging buah lebih tebal.
28

Produktivitas melon tergantung pada bobot buah per tanaman. Empat


varietas melon yang ditanam di rumah kaca menghasilkan rata-rata bobot per buah
mencapai 1654.3 kg, sehingga produktivitas melon tersebut mencapai 21.7 ton per
hektar. Tingkat produksi tersebut menunjukkan bahwa melon didalam rumah kaca
memiliki produksi lebih tinggi daripada budidaya di lahan terbuka. Menurut
Rahim dan Sukari (2011) produksi melon di lahan terbuka berkisar antara 10-15
ton per hektar. Emekli et al., (2010) menyatakan bahwa rumah kaca secara umum
menyediakan lingkungan yang optimum untuk produksi tanaman hortikultura
sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum.
Biaya produksi per kilogram buah melon didalam rumah kaca lebih tinggi
dibandingkan dengan budidaya di lahan terbuka. Biaya produksi di rumah kaca
adalah 6,152–7,551 rupiah per kilogram buah melon (Lampiran 3). Menurut
Sudarto (2011) biaya produksi buah melon varietas unggul (MAI 116) di lahan
terbuka adalah 1,277 rupiah per kilogram. Wijayani dan Wahyu (2005)
menyatakan bahwa biaya produksi melon rumah kaca lebih tinggi disebabkan oleh
tingginya harga hara hidroponik untuk satu musim dalam satu rumah kaca. Harga
hara hidroponik yang terlalu tinggi untuk kalangan petani menyebabkan budidaya
hidroponik hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar.
Perlakuan varietas dan media tanam menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata terhadap nilai padatan terlarut total dan kekerasan kulit buah. Nilai
padatan total terlarut (PTT) digunakan untuk mengetahui kadar kemanisan buah.
Kadar kemanisan buah melon yang diuji mencapai 12.96 oBrix. Penelitian Sobir et
al., (2007) menunjukkan bahwa melon Golden Apollo yang ditanam pada lahan
terbuka menghasilkan tingkat kemanisan mencapai 10.43 oBrix. Budidaya melon
Golden Apollo didalam rumah kaca memberikan tingkat kemanisan yang lebih
tinggi (12.1 oBrix) daripada di lahan terbuka. Kekerasan kulit buah melon dapat
digunakan sebagai kriteria ketahanan buah terhadap serangan hama dan untuk
transportasi jarak jauh. Tingkat kekerasan kulit buah melon yang diuji berkisar
antara 0.93-1.07 Kg/s.
Uji organoleptik melon dilakukan untuk mengetahui tingkat selera
konsumen terhadap buah melon. Perlakuan varietas menunjukkan perbedaan nyata
pada skor penampilan melon. Melon varietas Red Aroma memiliki skor tertinggi
29

dalam penampilan buah (skor 4.20). Responden menyukai daging buah yang
tebal (42.75 mm) dengan warna jingga kemerahan dan rasa yang manis. Varietas
ini juga unggul dari segi aroma buah (skor 3.40) akan tetapi lebih rendah dari
varietas Sun Lady. Varietas ini juga memiliki peringkat rasa yang lebih tinggi dari
varietas Sky Rocket dan Sun Lady. Aroma buah varietas Red Aroma memiliki
peringkat lebih tinggi daripada varietas Golden Apollo dan Sky Rocket. Menurut
Sari (2009) kualitas buah melon dapat dilihat dari tingkat kemanisan, tekstur
daging buah, penampakan buah, dan aroma daging buah.
Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil buah
melon. Menurut Anif et al., (2007) kompos yang berasal dari sampah tanaman
memiliki kandungan nitrogen dan bahan organik yang diperlukan tanaman untuk
menunjang pertumbuhan tanaman. Media kompos daun bambu dapat digunakan
sebagai pengganti arang sekam untuk budidaya melon hidroponik. Media tanam
pupuk kandang ayam tidak memiliki data kuantitatif yang disebabkan tanaman
pada media ini tidak ada yang berbuah. Kondisi tanaman yang tidak berbuah pada
media pupuk kandang ayam disebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
melon pada fase vegetatif, sehingga terjadi penundaan pembungaan. Menurut
Ashari (2006) bunga yang terbentuk secara tidak bersamaan akan mengurangi
keberhasilan penyerbukan dan bunga tersebut akan rontok.
Suhu greenhouse yang mencapai 42 oC pada siang hari menjadikan
transpirasi tanaman meningkat pesat dan tanaman menunjukkan respon layu tidak
permanen (Lampiran 4). Tingginya suhu lingkungan dapat mengakibatkan kurang
maksimumnya kadar kemanisan buah karena mobilitas fotosintat akan berkurang
(Poerwanto, 2003).
Serangan embun tepung (powdery mildew) meningkat pada 7 MST sampai
buah dipanen (Lampiran 5). Meningkatnya serangan penyakit embun tepung
disebabkan oleh daun-daun tanaman dewasa yang lebat sehingga kelembaban
dalam tajuk tanaman meningkat. Pemangkasan daun-daun menjelang buah panen
akan mengurangi kelembaban dan dapat mengurangi intensitas serangan penyakit
embun tepung, sehingga proses pematangan buah tidak terganggu. Menurut Sari
(2007) pemangkasan pucuk tanaman (topping) dapat mengurangi kelembaban
30

dalam tajuk tanaman, sehingga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit
tanaman.
Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap panjang ruas tanaman 4 MST dan aroma buah.
Interaksi pada panjang ruas tanaman 4 MST menunjukkan bahwa media tanam
kompos daun bambu cocok digunakan untuk varietas Sky Rocket. Interaksi pada
skor aroma menunjukkan bahwa media tanam arang sekam menghasilkan aroma
yang lebih baik pada varietas Golden Apollo dan Red Aroma.
31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Varietas Golden Apollo dan Red Aroma cocok untuk budidaya dengan
sistem hidroponik di dalam rumah kaca. Varietas Golden Apollo memiliki tingkat
produksi yang paling tinggi (1654.3 kg per buah) dan rasa yang renyah. Varietas
Red Aroma disukai oleh konsumen karena penampilan luar, daging buah yang
berwarna jingga kemerahan, aroma yang wangi dan rasa yang renyah berserat.
Media tanam kompos daun bambu memberikan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan arang sekam sehingga dapat digunakan sebagai pengganti media arang
sekam dalam budidaya melon hidroponik.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap dosis penyiraman hara pada


masing-masing media tanam, karena untuk media tanam pupuk kandang ayam
tidak diperlukan penyiraman hara yang terlalu sering.
32

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2005. Horticulture : Principles and Practices 3th Edition. Prentice


hall. New Jersey. 822 p.

Adams, C.R. and M.P. Early. 2004. Principles of Horticulture 4th Edition.
Butterworth Heinemann. Oxford. 230 p.

Anif, S., T. Rahayu, dan M. Faatih. 2007. Pemanfaatan limbah tomat sebagai
pengganti em-4 pada proses pengomposan sampah organik. Jurnal
Penelitian Sains dan Teknologi 8(2) : 119–143.

Ashari, S. 2006. Hortikultura : Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press.


Jakarta. 490 hal.

Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-


Ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 182 Hal.

Boodley, J.W. 1998. The Commercial Greenhouse 2nd Edition. Delmar. USA.
612p.

Daryono, B.S., S. Somowiyarjo, and K.T. Natsuaki. 2003. New source of


resistance to cucumber mosaic virus in melon. Sabrao journal of breeding
and genetics 35(1) : 19-26.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah. 2011. Gerakan peningkatan konsumsi.


http://ditbuah.hortikultura.go.id/ [29 Oktober 2011].

Emekli, N.Y., B. Kendirli, and A. Kurunc. 2010. Structural analysis and


functional characteristics of greenhouse in the mediterranean region of
turkey. African Journal of Biotechnology 9 (21) : 3131-3139.

Ermina. 2010. Media tanaman hidroponik dari arang sekam. http://www2.bbpp-


lembang.info/. [26 november 2011]

Everhart, E., C. Haynes, and H. Taber. 2009. Melons. Iowa State University,
University Extension. Iowa. 4 pg.

Faruqi, I. 2011. Pengaruh Media Tanam Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) pada Sistem Hidroponik.
Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hal.

Ghebretinsae, A.G., M. Thulin, and J.C. Barber. 2007. Relationships of


cucumbers and melons unraveled: Molecular phylogenetics of cucumis
and related genera (benincaseae, cucurbitaceae). American Journal of
Botany 94 (7): 1256–1266.
33

Hartatik, W. dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati : Pupuk
Kandang. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Hal
59-82.

Indrasari, A. dan A. Syukur. 2006. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur
hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yang dikapur. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2) : 116-123.

IPGRI. 2003. Descriptor for Melon (Cucumis melo L.). International Plant
Genetic Resources Institute. Rome, Italy. 65p.

Kuswara, M.I. 2011. Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah
Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Lester, G. 1997. Melon (Cucumis melo L.) fruit nutritional quality and health
functionality. Hortechnology 7 (3): 222-227.

Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment : The Effect Of


Environmental Factors On The Growth and Development Of Flower
Crops. John Wiley & Sons. New York. 629 p.

Mayadewi, N.N.A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. J. Agritrop 28 (4):153-160.

Ohashi, A., F.A. Al-Said, and I.A. Khan. 2009. Evaluation of different
muskmelon (Cucumis melo) cultivars and production systems in Oman.
Int. J. Agric. Biol. 11: 596–600.

Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan, modul IV. Program Studi


Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45 hal.

Poincelot, R.P. 2004. Sustainable Horticulture : Today and Tomorrow. Prentice


Hall. New Jersey. 870 p.
Rahim, I. dan Sukarni. 2011. Pertumbuhan dan produksi melon pada dua jenis
bokashi dan berbagai konsentrasi pupuk organik cair. Jurnal Agronomika 1
(2): 87-91.

Resh, H.M. 2004. Hydroponic Food Production 6th Edition : A Definitife Guide
Book for The Advanced Home Gardener and The Comercial Hydroponic
Grower. New Concept Press. Mahwah, New Jersey. 567 p.

Rice, L.W. and R.P. Rice. 2011. Practical Horticulture 7th Edition. Prentice Hall.
New Jersey. 438 p.

Rosana, N. 2011. Teknik penggunaan beberapa media tanam pada beberapa klon
mawar mini. Buletin Teknik Pertanian 16 (1): 21-23.
34

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3 : Prinsip, Produksi,


dan Gizi (diterjemahkan dari : World Vegetables : Principles, Production,
and Nutritive Value, Second Edition, penerjemah : C. Herison). Penerbit
ITB. Bandung. 320 hal.

Sari, A.Y.N. 2009. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) Terhadap
Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem
Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Shaw, N.L., D.J. Cantliffe., J. Funes, and C. Shine. 2004. Succesful beit alpha
cucumber production in the greenhouse using pine bark as an alternative
soilless media. Hortechnology 14 (2) : 289-294.

Siswanto., B. Wisnu, dan Purwadi. 2010. Karakteristik lahan untuk tanaman


melon (Cucumis melo L.) Dalam kaitannya dengan peningkatan kadar
gula. Jurnal Pertanian MAPETA 12 (2) : 126-138.

Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. UPN Veteran Jawa
Timur. Surabaya. 90 hal.

Sobir., W.B. Suwarno, dan E. Gunawan. 2007. Uji multilokasi melon hibrida
potensial dan perakitan varietas melon hibrida unggul. Prosiding seminar
hasil-hasil penelitian IPB. 10 hal.
Soeminaboedhy, I.N. dan R.S. Tejowulan. 2007. Pemanfaatan berbagai macam
arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah. J.
Agroteksos 17 (2) : 114-122.

Sudarjat, J. dan T.R. Saridewi. 2010. Pembinaan kelompok tani melalui


pembuatan dan penggunaan kompos jerami pada tanaman padi sawah
(Oryza sativa L.) di kecamatan juntinyuat kabupaten indramayu provinsi
jawa barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian 5 (1): 78-86.

Sudarto. 2011. Budidaya melon: Alternatif usahatani hortikultura yang sangat


menguntungkan. http://ntb.litbang.deptan.go.id [17 Juli 2012]

Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan sampah dengan cara menjadikannya kompos.


Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (1): 77–84.

Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Agroforestry and


Sustainable Vegetable Production in Southeast Asian Wathershed Project.
SANREM-CRSP-USAID. 131 hal.

Wijayani, A. dan W. Widodo. 2005. Usaha meningkatkan kualitas beberapa


varietas tomat dengan sistem budidaya hidroponik. Jurnal Ilmu Pertanian
12 (1): 77-83.
35

LAMPIRAN
36

Lampiran 1. Jadwal Penyiraman Tanaman

Tahap Perkembangan Umur Waktu Volume (ml) EC (mS)


Tanaman Tanaman Siram
Vegetatif 1 MST 07.00 100 ml 2.0
10.00
13.00
15.00
Vegetatif 2-3 MST 07.00 100 ml 2.0
09.00
11.00
13.00
15.00
Pembungaan 4 MST 07.00 150 ml 2.0
09.00
11.00
13.00
15.00
Pembungaan 5 MST 07.00 200 ml 2.0
10.00
13.00
15.00
Pembentukan Buah 6 MST 07.00 250 ml 2.2
10.00
13.00
15.00
Perkembangan Buah 7-8 MST 07.00 300 ml 2.2
10.00
13.00
15.00
Pematangan Buah 9-12 MST 07.00 200 ml 2.4
10.00
13.00
15.00
37

Lampiran 2. Analisis Kandungan Hara Media Tanam

Kompos Daun Pupuk Kandang


Nama Media Arang Sekam
Bambu Ayam
C 29.16% 29.89% 29.95%
N 1.62% 3.01% 0.38%
P 0.20% 1.69% 0.12%
K 0.13% 2.81% 0.65%
Ca 0.09% 5.49% 0.22%
Mg 0.10% 1.78% 0.10%
Fe 6,613.28 ppm 23,275.26 ppm 748.45 ppm
Cu 31.08 ppm 273.28 ppm 9.25 ppm
Zn 140.19 ppm 1,440.73 ppm 39.05 ppm
Mn 522.53 ppm 1,406.85 ppm 205.90 ppm
Sumber : Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2012.
38

Lampiran 3. Analisis Usaha Melon Dalam Rumah Kaca


Analisis Usaha Varietas Golden Apollo
Harga Total
No Uraian Satuan
Satuan (Rupiah)
Biaya Produksi Tetap
1 Sewa Greenhouse 160 m2 1,000 160,000
2 Benih melon Golden Apollo 210 biji 881.81 185,180.1
3 Media Arang Sekam* 40 karung 10,000 400,000
4 Polibag 210 buah 200 42,000
5 Nutrisi AB mix 1 paket 600,000 600,000
6 Insektisida 1 paket 5,000 5,000
7 Fungisida 1 paket 5,000 5,000
8 Listrik + air 2 bulan 40,000 80,000
9 Tali ajir 2 rol 15,000 30,000
Jumlah 1,507,180

Biaya Tenaga kerja


1 Sterilisasi Rumah Kaca 1 HKP 30,000 30,000
2 Pengisian polibag +
penanaman 2 HKP 30,000 60,000
3 Pengikatan tanaman 1 HKP 30,000 30,000
4 Penyiraman + pemangkasan 15 HKP 30,000 450,000
5 Penyemprotan 1 HKP 30,000 30,000
6 Panen 1 HKP 30,000 30,000
630,000
7 Total Biaya Produksi 2,137,180
8 Biaya per kg buah 6,152
9 Produksi 347.34 kg
10 Kehilangan hasil 5 % 17.37 kg
11 Produksi siap jual 329.87 kg
12 Penjualan 329.87 15,000 4,948,095
13 Keuntungan 2,810,915
14 R/C rasio 2.31
*Keterangan :
 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30
karung.
 Harga Pupuk Kandang Ayam Rp. 8,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 50
karung.
39

Lampiran 3. Lanjutan
Analisis Usaha Varietas Sky Rocket
Harga Total
No Uraian Satuan
Satuan (Rupiah)
Biaya Produksi Tetap
1 Sewa Greenhouse 160 m2 1,000 160,000
2 Benih melon Sky Rocket 210 biji 418,18 87,817.8
3 Media Arang Sekam 40 karung 10,000 400,000
4 Polibag 210 buah 200 42,000
5 Nutrisi AB mix 1 paket 600,000 600,000
6 Insektisida 1 paket 5,000 5,000
7 Fungisida 1 paket 5,000 5,000
8 Listrik + air 2 bulan 40,000 80,000
9 Tali ajir 2 rol 15,000 30,000
Jumlah 1,409,818

Biaya Tenaga kerja


1 Sterilisasi Rumah Kaca 1 HKP 30,000 30,000
2 Pengisian polibag +
penanaman 2 HKP 30,000 60,000
3 Pengikatan tanaman 1 HKP 30,000 30,000
4 Penyiraman + pemangkasan 15 HKP 30,000 450,000
5 Penyemprotan 1 HKP 30,000 30,000
6 Panen 1 HKP 30,000 30,000
630,000
7 Total Biaya Produksi 2,039,818
8 Biaya per kg buah 6,625
9 Produksi 307.86 kg
10 Kehilangan hasil 5 % 15.39 kg
11 Produksi siap jual 292.47 kg
12 Penjualan 292.47 kg 8,000 2,339,736
13 Keuntungan 299,918
14 R/C rasio 1.15
*Keterangan :
 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30
karung.
 Harga Pupuk Kandang Ayam Rp. 8,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 50
karung.
40

Lampiran 3. Lanjutan
Analisis Usaha Varietas Red Aroma
Harga Total
No Uraian Satuan
Satuan (Rupiah)
Biaya Produksi Tetap
1 Sewa Greenhouse 160 m2 1,000 160,000
2 Benih melon Red Aroma 210 biji 400 84,000
3 Media Arang Sekam 40 karung 10,000 400,000
4 Polibag 210 buah 200 42,000
5 Nutrisi AB mix 1 paket 600,000 600,000
6 Insektisida 1 paket 5,000 5,000
7 Fungisida 1 paket 5,000 5,000
8 Listrik + air 2 bulan 40,000 80,000
9 Tali ajir 2 rol 15,000 30,000
Jumlah 1,406,000

Biaya Tenaga kerja


1 Sterilisasi Rumah Kaca 1 HKP 30,000 30,000
2 Pengisian polibag +
penanaman 2 HKP 30,000 60,000
3 Pengikatan tanaman 1 HKP 30,000 30,000
4 Penyiraman + pemangkasan 15 HKP 30,000 450,000
5 Penyemprotan 1 HKP 30,000 30,000
6 Panen 1 HKP 30,000 30,000
630,000
7 Total Biaya Produksi 2,036,000
8 Biaya per kg buah 6,789
9 Produksi 299.88 kg
10 Kehilangan hasil 5 % 14.99 kg
11 Produksi siap jual 284.88 kg
12 Penjualan 284.88 14,000 3,988,404
13 Keuntungan 1,952,404
14 R/C rasio 1.96
*Keterangan :
 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30
karung.
 Harga Pupuk Kandang Ayam Rp. 8,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 50
karung.
41

Lampiran 3. Lanjutan
Analisis Usaha Varietas Sun Lady
Harga Total
No Uraian Satuan
Satuan (Rupiah)
Biaya Produksi Tetap
1 Sewa Greenhouse 160 m2 1,000 160,000
2 Benih melon Sun Lady 210 biji 854.54 179,453.4
3 Media Arang Sekam 40 karung 10,000 400,000
4 Polibag 210 buah 200 42,000
5 Nutrisi AB mix 1 paket 600,000 600,000
6 Insektisida 1 paket 5,000 5,000
7 Fungisida 1 paket 5,000 5,000
8 Listrik + air 2 bulan 40,000 80,000
9 Tali ajir 2 rol 15,000 30,000
Jumlah 1,501,453

Biaya Tenaga kerja


1 Sterilisasi Rumah Kaca 1 HKP 30,000 30,000
2 Pengisian polibag +
penanaman 2 HKP 30,000 60,000
3 Pengikatan tanaman 1 HKP 30,000 30,000
4 Penyiraman + pemangkasan 15 HKP 30,000 450,000
5 Penyemprotan 1 HKP 30,000 30,000
6 Panen 1 HKP 30,000 30,000
630,000
7 Total Biaya Produksi 2,131,453
8 Biaya per kg buah 7,551
9 Produksi 282.24kg
10 Kehilangan hasil 5 % 14.11 kg
11 Produksi siap jual 268.13 kg
12 Penjualan 268.13 kg 14,000 3,753,792
13 Keuntungan 1,622,339
14 R/C rasio 1.76
*Keterangan :
 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30
karung.
 Harga Pupuk Kandang Ayam Rp. 8,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 50
karung.
42

Lampiran 4. Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca

Pagi Siang Sore


Waktu 0 0 0
Suhu ( C) RH (%) Suhu ( C) RH (%) Suhu ( C) RH (%)
1 MST 26 82 38 59 34 57
2 MST 33 69 42 49 38 55
3 MST 25 90 42 49 41 52
4 MST 27 82 40 52 34 63
5 MST 26 82 36 50 28 74
6 MST 28 82 32 69 39 55
7 MST 27 82 38 52 29 75
8 MST 25 90 36 64 32 76
9 MST 25 90 39 51 39 49
10 MST 25 81 34 63 33 57
11 MST 25 90 39 50 36 54
12 MST 24 81 35 64 31 68
43

Lampiran 5. Hama dan Penyakit Tanaman

Hama Penggorok Daun Penyakit Embun Tepung


(Leaf minner) (Powdery mildew)

Penyakit Busuk Pangkal Batang Penyakit Layu Pada Tanaman


44

Lampiran 6. Lembar Uji Organoleptik

Lembar Uji Organoleptik


Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Produksi dan Kualitas
Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik.

Nama :
Skor
Perlakuan
Rasa Aroma Penampilan

Keterangan Skor :
1= sangat tidak suka
2= tidak suka
3= netral
4= suka
5= sangat suka
45

Lampiran 7. Empat Varietas Melon

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan :
a. Varietas Golden Apollo
b. Varietas Sky Rocket
c. Varietas Red Aroma
d. Varietas Sun Lady

You might also like