You are on page 1of 24

BAGIAN IKFR LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2017


UNIVERSITAS HASANUDDIN

OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA

OLEH :
1. Nurul Ain Binti Rojmi C111 13 849
2. Diana Natasha Bt Zailani C111 13 850

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Nila Mayasari, Sp. KFR

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Ain Binti Rojmi C111 13 849


Diana Natasha Bt Zailani C111 13 850

Judul Laporan Kasus : Osteoarthritis Genu Dextra

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Juli 2017


Mengetahui,

Penguji, Supervisor,

dr. Nila Mayasari, Sp. KFR

Koordinator Pendidikan Mahasiswa IKFR

dr. Husnul Mubarak, Sp. KFR

2
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………… 3
BAB I: PENDAHULUAN………………………………………….… 4
BAB II: TINJAUAN KEPUSTAKAAN….…………..…………….. 5
2.1 Definisi ..............................…….………………………… 5
2.2 Patogenesis..........………………………………………… 5
2.3 Patofisiologi……......…………………………………….. 6
2.4 Faktor Resiko……………………..…………………..… 6
2.5 Klasifikasi……………………………………………….. 8
2.6 Diagnosis………………………………………………… 9
2.7 Differential Diagnosis…………………………………… 13
2.8 Penatalaksanaan………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA…………………............................................ 18
BAB III: LAPORAN KASUS……………………………………….. 21
3.1 Identitas Pasien…………………………………………… 21
3.2 Anamnesis………………………………………………. 21
3.3 Pemeriksaan fisis....…………………………………….. 21
3.4 Diagnosis… ……………………………….………….... 22
3.5 Planning… ……………………………….…………….. 23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan


dengan kerusakan kartilago sendi. Predileksinya biasa pada vertebra, panggul,
lutut dan pergelangan kaki. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup
tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA
biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang lebih berat, nyeri
dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.
Faktor risiko timbulnya OA tergantung pada biomekanik, cedera dan
presentase gangguan masing-masing sendi. Secara garis besar, faktor-faktor
risiko tersebut antara lain usia, kegemukan, faktor genetik, jenis kelamin dan
trauma pada sendi.(1)
Pada umumnya, pasien OA menyatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah
berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan. Nyeri sendi merupakan
keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri atau kaku
sendi timbul setelah imobilitas yang lama, seperti duduk terlalu lama atau
setelah bangun tidur. Adanya pembesaran sendi (deformitas) yang seringkali
terlihat pada lutut atau tangan juga merupakan keluhan lain pasien OA. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya hambatan gerak baik konsentris (seluruh
arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).(2)
Adanya krepitasi merupakan gejala lain OA yang timbul karena gesekan
kedua permukaan tulang sendi pada saat digerakkan. Pembengkakan sendi
yang seringkali asimetris akibat efusi pada sendi atau adanya osteofit yang
dapat mengubah permukaan sendi juga merupakan gejala spesifik pada pasien
OA. Tanda peradangan sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan kemerahan) dapat dijumpai pada pasien OA sebagai akibat dari
adanya sinovitis.(5)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif noninflamasi pada


sendi yang terutama terlihat pada orang tua, yang ditandai dengan
degenerasi tulang rawan articular, hipertrofi tepi tulang, dan perubahan
dalam membrane synovial. Disertai dengan nyeri, biasanya setelah
melalukan aktivitas lama, dan kekakuan terutama di pagi hari.5
Osteoarthritis adalah penyakit kronik pada sendi, yang
melemahkan sendi akibat dari perubahan tulang, kartilago, meniscus,
ligament, dan jaringan synovial secara degenerative.6
Osteoarthritis adalah gangguan yang terjadi pada satu atau lebih
sendi, awalnya oleh adanya gangguan lokal pada kartilago dan bersifat
progresif degeneratif, re-modelling pada tulang subkondral dan
inflamasi sekunder membran sinovial.7
Jadi osteoartritis adalah penyakit kronik pada kartilago sendi
akibat proses degenerative yang ditandai dengan adanya proses
degenerasi kartilago sendi, remodelling tulang dan inflamasi sekunder
dari membrane synovial.

2.2 Patogenesis Osteoarthritis


Berdasarkan patogenesisnya, OA dibedakan menjadi dua, yaitu OA non
inflamasi dan OA inflamasi. OA non inflamasi terdiri dari OA primer dan OA
sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik, yaitu OA yang penyebabnya
tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun
proses perubahan lokal pada sendi. OA primer ini merupakan OA yang paling
sering ditemukan. OA sekunder didasari oleh adanya kelainan konginetal, pe-
nyakit tulang dan penyakit sendi lainnya seperti rhematoid arthritis, gout arthritis
dan paget’s disease of bone atau penyakit lainnya seperti diabetes mellitus,
acromegaly, hypothyroidism, neuropathic (Charcot) arthopathy dan Frostbite. OA

5
inflamasi disebut juga OA erosif, yang merupakan bentuk lanjut dari OA,
biasanya mengenai sendi distal phalang atau proksimal phalang, dimana pada
pemeriksaan faktor Rematoid negatif.8

2.3 Patofisiologi Osteoarthritis


Osteoarthritis terjadi pada sendi-sendi synovial. Kartilago sendi
mengalami degenerasi dan sebagai reaksi terjadi pembentukan tulang baru di
daerah tepi serta daerah subkondrium sendi. Degenerasi terjadi karena kerusakan
pada kondrosit. Kartilago tersebut menjadi lunak seiring pertambahan usia dan
terjadi penyempitan rongga sendi. Cedera mekanis menyebabkan erosi kartilago
sendi sehingga tulang yang ada di bawahnya tidak lagi terlindungi. Keadaan ini
menimbulkan sclerosis atau penebalan dan pengerasan tulang yang berada di
bawah kartilago. Serpihan kartilago akan mengiritasi lapisan synovial yang
kemudian menjadi jaringan fibrosis dan membatasi gerakan sendi. Cairan synovial
dapat terdorong merembes keluar untuk memasuki defek pada tulang sehingga
terbentuk kista. Tulang baru yang dinamakan osteofit akan terbentuk pada bagian
tepi sendi ketika terjadi erosi kartilago sehingga timbul perubahan kontur tulang
yang nyata dan pembesaran tulang.9

2.4 Faktor Resiko Osteoarthritis1


1) Umur
Dari semua factor resiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah dijumpai pada
anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di
atas 60 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur
dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago
sendi.
2) Jenis Kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
timbulnya OA pada wanita lebih tinggi dari pria, atau dengan kata lain

6
prevalensi OA tinggi pada wanita yang telah menopause. Ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA itu sendiri.
3) Suku Bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan
pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
4) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya
mutase dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
5) Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoarthritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
osteoarthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung
koroner, diabetes mellitus dan hipertensi.
6) Cedera Sendi (trauma), Pekerjaan dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-
menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoarthritis tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7
2.5 Klasifikasi Osteoarthritis

Gambar 1. Klasifikasi OA menurut Kellgren and Lawrence10

Kellgren dan Lawrence10


a. Derajat 0 (KL-0)
Tidak tampak gambaran radiologi osteoartritis.
b. Derajat I (KL-I)
Tampak penyempitan celah sendi meragukan dan kemungkinan
terdapat lipping osteofit.
c. Derajat II (KL-II)
Memberikan gambaran osteofit yang nyata, dan kemungkinan
penyempitan celah sendi pada anteroposterior.
d. Derajat III (KL-III)
Tampak multipel osteofit, penyempitan celah sendi nyata, sklerosis, dan
kemungkinan deformitas tulang.
e. Derajat IV (KL-IV)
Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi jelas, sklerosis berat dan
deformitas tulang nyata.

8
2.6 Diagnosis Osteoarthritis1
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
a) Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisis1
- Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang saat istirahat. Nyeri pada OA
dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada OA
servikal dan lumbal.
- Hambatan Gerak
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri. Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja).

- Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu kurang
lebih 30 menit atau bahkan setelah bangun tidur.
- Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit. Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut.
Awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini timbul karena gesekan
kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara
pasif dimanipulasi.
- Pembesaran Sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali
terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi

9
yang biasanya tidak banyak (<100 cc), selain itu osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi.
- Perubahan Gaya Berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir
semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau pinggul
berkembang menjadi pincang.

b) Pemeriksaan radiologi11
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoartritis
sudah cukup memberikan gambaran diagnostik.
Gambaran Radiologi:
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista periartikuler
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi

Predileksi Osteoartritis6, 11-14


- Osteoarthritis pada tangan dan pergelangan tangan biasanya
banyak menyerang bagian sendi distal dan proximal
interphalangeal, sendi trapezoschapoid, dan sendi carpometacarpal
I. Biasanya pasien datang dengan nyeri sendi, deformitas, dan
krepitasi dan semakin buruk setelah beraktivitas. Dengan
gambaran radiologi seperti penyempitan celah sendi, permukaan
artikular sclerosis, pembentukan kista subkondral, pembentukan
osteofit, subluksasi radial pada basis metacarpal I

10
Gambar 2. Osteoarthritis pada manus tampak penyempitan celah sendi pada
distal dan proximal interphalangeal, permukaan articular sclerosis dan
pembentukan ostofit11

- osteoartritis pada panggul biasanya muncul dengan nyeri, dan


berkurangnya ruang gerak dan fungsi dari sendi. Dengan
gambaran radiologi seperti penyempitan celah sendi, permukaan
artikular sclerosis, pembentukan kista subkondral, pembentukan
osteofit

.
Gambar 3. Osteoartritis pada sendi panggul12
- Osteoartritis pada lutut, merupakan kejadian yang tersering dan
terbanyak. Bisa terjadi pada salah satu lutut maupun keduanya
sehingga menyebabkan terjadinya deformitas. Biasa terjadi valgus
dan varus derfomitas. Gambaran radiologinya penyempitan celah

11
sendi, permukaan artikular sclerosis, pembentukan kista
subkondral, pembentukan osteofit

Gambar 4. Osteoartritis pada genu12

- Osteortritis pada sendi cervical, biasanya pasien datang dengan


keluhan nyeri atau kaku pada tengkuk atau punggung bagian atas.
Gambaran radiologinya adalah perubahan dari lordosis normal,
diskus intervertebralis menyempit, permukaan articular sclerosis,
pembentukan osteofit, ada hypertrofi sendi.

Gambar 5. Osteoartritis pada spine tampak penyempitan pada diskus


intervertebralis, articular sclerosis, pembentukan ostofit, dan perubahan
lordosis12

12
c) Pemeriksaan Laboratorium1
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, Laju Endap Darah) dalam batas normal.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai dengan peradangan mungkin didapatkan
penurunan viskositas, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m), dan
peningkatan protein.

2.4 Differensial Diagnosis Radiologi


Rheumatoid Arthritis (RA)
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai
oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan
target utama. Manifestasi klinis klasik RA adalah poliarthritis simetris
yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain
lapisan sinovial sendi, RA juga bisa mengenai organ-organ diluar
persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata. Manifestasi klinis
RA berupa arthritis simestris yang onsetnya terjadi secara perlahan dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan disertai kekakuan sendi pada pagi
hari yang berlangsung selama satu jam atau lebih, ditambah beberapa
gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia dan demam
ringan.(8)

Gout Arthritis
Arthritis gout merupakan penyakit yang diakibatkan oleh deposisi
Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat
di dalam cairan ekstraseluler. Manifestasi klinis arthritis gout berupa
akumulasi Kristal pada jaringan yang merusak tulang sehingga membentuk
tofus disertai adanya peninggian kadar asam urat (hiperurisemia).(8)

13
Arthritis Psoriatik
Psoriasis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh autoimun sel-
T. penyakit ini biasa didapatkan pada daerah yang hangat atau panas.
Gambaran penyakit ini utamanya terdapat kelainan pada kulit dengan
gambaran plaque yang tebal dengan permukaan yang bersisik. Penyakit ini
dapat menyerang bagian lain pada fase kronik (sendi). Predileksi sendi
yang terkena biasa pada sendi DIP, lutut dan pergelangan tangan atau kaki.
Gejala khas arthritis psoriatik yaitu sendi yang membengkak disertai nyeri,
kuku yang pecah-pecah dan permukaan kulit yang bersisik.(11)

Nama Penyakit Foto Radiologi Ciri Khas


-Tidak ada pembengkakan
pada soft tissue.
-Tidak ada garis fraktur,
erosi, dan osteofit pada
permukaan tulang.
-Tidak terdapat pengapuran
Normal
pada eminentia
intercondylaris medial dan
lateral.
-Tulang-tulang intak dengan
celah sendi yang tidak
menyempit.
-Penyempitan celah sendi.
-Sklerosis tulang
subkhondral.
Osteoarthritis (OA)
-Kista tulang.
-Osteofit pada pinggir sendi.

-Ada pembengkakan jaringan


lunak di sekitar sendi.
-Osteoporosis periartikuler.
Rheumatoid Arthritis (RA)
-Penyempitan rongga sendi
dan erosi periartikuler.
-Pada kondisi kronik, dapat

14
timbul subluksasi.
-Punch out lesion (tofus).
-Penyempitan MTP 1.
-Terdapat gambaran
Gout Arthritis
osteolitik pada phalanges.

-Penyempitan ruang sendi


difus disertai erosi.
-Soft tissue swelling.
Arthritis Psoriatik -Pada fase kronis, ada
gambaran osteomyelitis
dengan kalsifikasi
periartikuler.

2.7 Penatalaksanaan
1) Terapi non farmakologis:
a. Edukasi: menjelaskan kepada penderita tentang seluk beluk
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar tidak bertambah parah
b. Terapi fisik dan rehabilitasi: melatih pasien agar persendiannya agar
tetap dapat dipakai, evaluasi pola kerja dan aktivitas sehari- hari
c. Penurunan berat badan: karena merupakan salah satu faktor
resiko, penderita disarankan untuk menurunkan berat badan hingga
bila mungkin mendekati ideal.
d. Terapi listrik
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah
penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk
merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit ini biasanya
dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan
merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat
terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut.
TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan
50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi

15
pengurangan rasa sakit. Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas
di bawah kontraksi motor (intensitas sensorik). Pada frekuensi tinggi,
secara selektif merangsang syaraf tertentu 'non-sakit' serat untuk
mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya
membawa pesan rasa sakit. Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan
intensitas yang menghasilkan kontraksi motor. Pada frekuensi rendah,
dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan rasa
sakit-hormon.
Perangsangan listrik dengan menggunakan Neuromuscular Electrical
Stimulation (NMES) dengan intensitas tinggi pada saraf-saraf otot
yang diberikan ke ototquadriceps dapat berhasil memperbaiki
kekuatan otot quadriceps dan aktivasinya pada para pasien yang telah
mengalami rekonstruksi ligament krusiat anterior dan arthroplasty
lutut total. Namun keberhasilan NMES dalam memperbaiki fungsi
otot quadriceps pada pasien yang menderita osteoarthritis tingkat awal
adalah kurang. Dalam penelitian ini, saya mengevaluasi apakah
NMES dan exercise dapat memperbaiki aktivasi dan kekuatan otot
quadriceps pada orang yang menerima interverensi NMES dan
exercise akan menunjukan perbaikan-perbaikan dalam fungsi dan
peningkatan kekuatan otot quadriceps dibandingkan dengan para
orang yang tidak menerima perlakuan. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui, (1) pengaruh pemberian NMES dan exercise dalam
meningkatkan kekuatan otot quadriceps pada penderita Osteoarthritis,
(2) pengaruh pemberian exercise dalam meningkatkan kekuatan otot
pada penderita Osteoarthritis.
e. Therapeutic exercise (Hydrotherapy exercise)
Merujuk kepada penggunaan kolam atau tempat yang lebih besar yang
dapat digunakan oleh pasien berbagai intervensi terapi termasuk
diantaranya stretching, penguatan, mobilisasi sendi dan latihan
ketahanan.

16
Hal-hal penting dalam air yang memberi efekfisiologis adalah
buyoncy, tekanan hidrostatik, temperature.

Buyoncy adalah tendensi objek untuk terapung atau muncul di


permukaan pada saat tubuh berada di dalam air. Saat tubuh secara
bertahap masuk didalam air, air memberikan tenaga buyoncy, secara
progresif menghilangkan beban pada sendi terendam tubuh dalam air.

Tekanan hidrostatik: gaya tekan air pada permukaan tubuh saat


istirehat. Tekanan hidrostatik terbesar adalah berada pada dasar
kolam. Maka ketika anggota gerak di bawah berada dalam air gaya
kompresi diberikan pada seluruh permukaan anggota gerak bawah ini.

Suhu air: panas/dingin dalam air dipindahkan melalui 2 mekanisme:


konduksi dan konveksi. Efek panas/ dingin hidroterapi > efek terapi
panas/ dingin local karena didapati efek yang lebih sistemik
ekstremitas yang edema memiliki kandungan air lebih banyak dan
cairan ini lebih ringan daripada jaringan otot, sehingga bagian tubuh
yang edema ini memiliki densitas yang lebih rendah dan cenderung
mengapung relatif.

f. Strenghthening exercise (static : isometric dan dinamik)


Latihan kelenturan dinamis melalui gerakangerakan ritmis dengan
pola pergerakan ayunan dari putaran sederhana. Tujuan latihan ritmis
untuk mengembangkan kebebasan dan kehalusan gerakan. Contoh:
Lakukan setiap gerakan dengan cara mengulangulang sampai hitungan
tertentu tanpa menahan terlebih dahulu. Perlu diperhatikan setiap
gerakan latihan harus sama jumlah hitungannya serta dilakukan
sungguhsungguh untuk menghindari cedera. Contoh: duduk selonjor
dengan kedua kaki lurus, usahakan untuk mencapai ujung jari kaki
dengan jari-jari tangan dengan gerakan menekuk pinggang.

17
Latihan statis adalah latihan yang dilakukan dengan mempertahankan
sikap tanpa bergerak (static) untuk beberapa saat. Latihan statis pada
prinsipnya sama dengan latihan dinamis untuk melatih kebebasan
gerakan, dan mempertahankan gerakan sampai hitungan tertentu,
dapat dilakukan dengan fokus pergerakan pada kepala, tangan, kaki,
atau sekitar pinggang. Contoh metode latihan statis di antaranya:
berdiri dengan posisi kaki lebih lebar dibanding lebar bahu dan posisi
tangan di pinggang. Tundukkan kepala ke arah depan dan
menahannya sampai hitungan tertentu, lakukan juga ke arah belakang.
Menengokkan kepala ke arah kanan dan menahannya sampai hitungan
tertentu, lakukan juga ke arah kiri. Miringkan kepala ke arah samping
kanan sampai menyentuh bahu kanan dan menahannya sampai
hitungan tertentu, lakukan juga ke arah kiri. Perlu diperhatikan agar
jumlah hitungannya sama.

g. Latihan aerobic:
Latihan aerobik penting untuk penderita OA lutut karena pada
penderita OA lutut sering terjadi penurunan kapasitas aerobik sebagai
akibat kurangnya aktivitas. Manfaat latihan aerobik antara lain
meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot, daya tahan, serta
pengurangan berat badan. Selain itu, latihan aerobik juga dapat
menyebabkan pelepasan opioid endogen, serta memperbaiki gejala
depresi dan kecemasan. Latihan aerobik bisa dilakukan di darat dan di
air (aquaterapi). Bentuk latihan aerobik yang dianjurkan adalah
berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan senam aerobik di
kolam. Berenang dan latihan di kolam menghasilkan stres sendi yang
lebih ringan dibandingkan bentuk latihan aerobik lain. Setiap sesi
latihan aerobik harus diawali oleh latihan pemanasan yang terdiri dari
latihan ROM diikuti pendinginan dan peregangan. Jika latihan jalan
kaki atau jogging memperberat gejala, intensitas latihan harus
dikurangi atau bentuk latihan diubah. Alas kaki yang baik sangat

18
penting dan latihan lebih baik di permukaan lunak. Peningkatkan
kapasitas aerobik heart rate yang harus dicapai adalah 60%-85%
denyut jantung maksimal, denyut jantung maksimum dihitung
menggunakan rumus 220-Usia1,4 untuk latihan selama 20-30 menit,
3-4 kali seminggu. Naik turun tangga juga merupakan bentuk latihan
aerobik yang baik, tetapi menyebabkan joint loading maksimal pada
panggul dan lutut, sehingga tidak dianjurkan untuk pasien OA lutut
dan panggul. Latihan dengan sepeda statik dilakukan dengan setting
lutut ekstensi saat pedal sepeda berada di bawah. Tingkat beban diatur
bertahap mulai minimal sampai sedang. Latihan dilakukan 5 menit
dengan beban ringan selama 2 hari, kemudian beban dinaikkan dan
waktu ditambah 5 menit. Setiap peningkatan dilatih selama 3 hari
sampai waktu latihan 20-30 menit.

2) Terapi farmakologis:
a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk
menghilangkan nyeri.
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf
local.
c. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS): analgetik-
antiinflamasi. Namun, penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak
menyebabkan efek samping berupa gastritis hingga ulkus peptikum.
d. Chondroprotective agent : obat- obat yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti
menggolongkannya dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs
(SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMOADs):
i) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim MMP
ii) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas
cairan synovial, diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat

19
ternyata memegang peranan penting dalam pembentukan matriks
tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan.
iii) Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi
tuang rawan., seperti hialuronidase, protease, elastase, dan
katepsin.
iv) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung
kondroitin sulfat adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian
dari proteoglikan. Kondroitin sulfat memiliki efek: antiinflamasi,
efek metabolic terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan, dan
anti degradatif melalui hambatan enzim proteolitik
v) Vitamin C: menghambat enzim lisozim.
vi) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl
radikal yang merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan.
vii) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada
OA sehingga mampu mengurangi rasa sakit, tetapi
penggunaannya masih controversial.
3) Terapi bedah: jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.

20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
* Nama : Ibu SK
* Jantina : Perempuan
* Tanggal lahir : 27/5/1972
* Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
* Alamat : BTN Pebapri, Makassar
* Tanggal masuk : 2/2/2017

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri lutut kanan
* Anamnesis terpimpin : nyeri pada sendi lutut kanan dirasakan saat
beraktifitas dan pada saat bangun di pagi hari. Riwayat mengkonsumsi
obat anti nyeri tidak diketahui nama obat. Nyeri dirasakan berkurang
setelah mengkonsumsi obat.
* Tidak ada riwayat trauma, operasi.
* Riwayat penyakit kolesterol ada.
* Tidak ada riwayat DM, asam urat.
* Riwayat keluarga mempunyai keluhan yang sama terutama setelah
menopause.

3.3 Pemeriksaan fisis


* Keadaan umum : baik
* Berat Badan : 60 kg
* Tinggi Badan : 147 cm
* IMT : 28kg/m2
Tanda-Tanda Vital:
* Tekanan Darah : 136/73 mmHg
* Nadi : 86x/menit
* Suhu : 36.2°C

21
* Pernapasan : 18x/menit
* Pain Score (VAS) : 5/10 (durasi 15 menit), ada krepitasi
Radiologi

gambar 11: foto genu dextra posisi AP dan lateral

Foto genu AP/lateral


- Alignment genu intak, tidak tampak dislokasi
- Tidak tampak fraktur dan detsruksi tulang
- Osteofit pada condyles medial et. Lateral os femur dextra
- Mineralisasi tulang baik
- Femorortibial joint dextra kesan baik
- Jaringan lunak sekitar baik
Kesan:
Osteoartritis genu dextra grade 1 (klasifikasi kellgren and lawrence)
3.4 Diagnosis
* Klinis : Osteoarthritis Genu Dextra
* Penyakit penyerta : Carpal tunnel syndrome
* Diagnosis medik
a) Impairment : radang pada sendi lutut

22
b) Disability : gangguan pada saat berjalan
c) Handicapped : kesulitan melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari (memasak, mencuci dan lain lain)
Problem list
Gangguan ambulasi - Normal
ADL - Lutut kaku dan berasa nyeri selepas duduk atau
berdiri lama dan fungsi menurun
Komunikasi - Normal
Psikologis - Normal
Vokasional - Normal
Sosioekonomi - Normal
Others - Normal
3.5 Planning
Medis:
* Pemeriksaan laboratorium : LED, faktor rheumatoid, asam urat
* Pemeriksaan radiologi : foto rontgen/MRI
* Terapi : 7,5mg 1 kali sehari
Rehabilitasi Medik :
* Terapi listrik
* Therapeutic exercise (Hydrotherapy exercise)
* Strenghthening exercise (static : isometric dan dinamik)
* Aerobic
Edukasi:
* Mempertahankan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga
* Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
* Hindari gerakan yang meregangkan sendi
* Pencegahan penyakit berulang - minum obat secara teratur
* Menggunakan pelindung lutut untuk mencegah cedera sendi

23
24

You might also like