You are on page 1of 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU

PENCEGAHAN KEPUTIHAN
Maftuhah
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang
Email : putrialam91@gmail.com

Abstrak: Keputihan merupakan gejala yang sering dialami oleh sebagian besar wanita.
Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh remaja. Hampir semua remaja yang
telah mengalami haid pernah mengalami keputihan. Keadaan yang lembab pada daerah
kewanitaan akan lebih mendukung berkembangnya jamur penyebab keputihan. Padahal,
keputihan bisa jadi indikasi penyakit bila perawatan organ reproduksinya tidak benar. Dalam
melakukan perawatan ini diperlukan pengetahuan yang cukup agar menghasilkan perilaku
yang maksimal.
Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan metode cross-sectional. Dengan
jumlah sampel sebanyak 44 responden dengan menggunakan teknik simpel random sampling.
Dengan memberikan kuesioner pada remaja dan penelitian ini dilakukan selama 2 hari.
Terdiri dari dua variabel indepedennya adalah pengetahuan sedangkan variabel dependennya
adalah perilaku pencegahan keputihan remaja, dengan menggunakan uji statistik spearman.
Dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
remaja putri berhubungan dengan perilaku pencegahan keputihan (α < 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja putri berhubungan dengan perilaku
pencegahan keputihan. untuk studi lebih lanjut diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak
dan pengukuran yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Kata kunci : perilaku, keputihan, pengetahuan
Abstract : Whitish is a symptom that is often experienced by most women. Whitish is often
not taken seriously by teenagers. Almost all teenagers who have experienced menstruation
have experienced vaginal discharge. Damp conditions in the feminine area will further
support the development of whitish fungus. In fact, whiteness may be an indication of disease
if the reproductive organs are not properly treated. In doing this treatment required sufficient
knowledge to produce maximum behavior.
This research uses correlational design with cross-sectional method. With a total
sample of 44 respondents by using simple random sampling technique. By giving a
questionnaire to the adolescent and this research was done for 2 days. Consisting of two
independent variables is knowledge while the dependent variable is teenage whiteness
prevention behavior, using spearman statistical test. With significance level α <0,05. The
results showed that the knowledge of young women related to the behavior of prevention of
whiteness (α <0,05).
It can be concluded that the knowledge of young women related to the behavior of prevention
of whiteness. For further study required more sample quantities and better measurements to
obtain accurate results.
Keywords: behavior, whiteness, knowledge
PENDAHULUAN :
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dimana terjadi

pacu tumbuh seperti timbul ciri-ciri seksual sekunder contohnya, tercapainya fertilitas dan

terjadi perubahan psikologi dan kognitif (Mareta, 2012). Batasan usia remaja menurut WHO

adalah 12 sampai 24 tahun (Ahmad, 2012). Pada masa ini diharapkan remaja mulai

memperhatikan kesehatan diri terutama kesehatan reproduksi / hygiene genitalia. Hasil

sensus penduduk Indonesia tahun 2010 terdapat sebanyak 237,6 juta jiwa, yang didalamnya

terdapat 63,4 juta jiwa adalah remaja yang terdiri dari laki-laki 32.164.436 (50,70%) dan

perempuan sebanyak 31.279.021 (49,30%) (Arsin, 2015). Kurangnya pengetahuan yang

memadai tentang cara perawatan organ genetalia yang benar membuat seseorang akan mudah

berperilaku tidak sehat terutama tentang menjaga kebersihan genitalia seperti segera

mengganti celana dalam ketika celana basah, tidak menggunakan pembersih vagina, serta

tidak saling bergantian dalam menggunakan handuk, dan sebaliknya jika seseorang yang

memiliki pengetahuan tentang cara perawatan kebersihan genitalia yang benar akan lebih

memilih berperilaku yang tepat dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya (Arsin, 2015).

Lawrence green mengatakan perilaku seseorang dibentuk oleh beberapa faktor yaitu,

predisposisi, pendukung, dan pendorong, yang mana ketiga domain ini dapat diukur dari

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan di asrama putri 2 pondok pesantren Darul

‘Ulum Jombang menyatakan bahwa dari 30 remaja putri 18 orang yang masih belum

mengetahui tentang cara pencegahan keputihan. Mereka juga masih melakukan pencegahan

keputihan dengan cara menggunakan pembersih vagina, menggunakan bedak, dan lain

sebagainya.hal ini dapat memicu keputihan yang abnormal baik dilihat dari sanitasi asrama

dan juga perilaku remaja. Pengetahuan mereka masih kurang karena Mereka masih belum

paham apa itu keputihan serta penyebabnya. Mereka juga masih meniru temannya untuk

pencegahanya.
METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan
cross sectional. Populasi sebanyak 50 remaja putri, jumlah sampel sebanyak 44 remaja putri.
Penelitian ini menggunakan tehnik Probablity Sampling dengan metode Simple Random
Sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa lembar Kuisioner.
Tempat penelitian ini di Asrama Putri 2 Al-Khodijah Darul ‘Ulum, sedangkan waktu
penelitian di mulai 14-15 Mei 2017. Prosedur pengambilan dan pengumpulan data diawali
dengan memberikan surat izin ke Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang. Untuk
mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan
keputihan. Peneliti menggunakan uji komputasi Chi Square T-Test.

HASIL PENELITIAN :

Hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa remaja yang memiliki pengetahuan tinggi
dengan perilaku sangat baik 22,7%, pengetahuan tinggi dengan perilaku baik 4,5%,
pengetahuan tinggi dengan perilaku kurang baik 4,5%, pengetahuan tinggi dengan perilaku
buruk 6,8%, pengetahuan sedang dengan perilaku sangat baik 6,8%, pengetahuan sedang
dengan perilaku baik 4,5%, pengetahuan sedang dengan perilaku kurang baik 2,3%,
pengetahuan sedang dengan perilaku buruk 4,5%, dan pengetahuan rendah dengan perilaku
sangat baik 9,1%, pengetahuan rendah dengan perilaku baik 6,8%, pengetahuan rendah
dengan perilaku kurang baik 15,9%, pengetahuan rendah dengan perilaku buruk 11,4%.
Hasil uji korelasi spearman dengan dengan tingkat kemaknaan α < 0,05
didapatkan nilai signifikasi p sebesar 0,001 yang berarti bahwa H0 ditolak mengartikan
terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja di
Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang dan koefisien korelasi antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan keputihan remaja adalah 0,471 menunjukkan
bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan rendah. Korelasi positif menunjukkan semakin
tinggi nilai pengetahuan, maka semakin tinggi pula nilai perilaku remaja terhadap
pencegahan.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan remaja berada pada
kategori tinggi 38,6%, kemudian remaja dengan pengetahuan rendah 43,2%. Pada kategori
pengetahuan dari tinggi hingga rendah dapat dibuktikan dari jawaban kuesioner nomer 1
tentang pengertian dari keputihan yang mana remaja putri harus mengetahui tentang apa itu
keputihan sebagai pengetahuan dasar dari pencegahan keputihan pada remaja. Pengetahuan
menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi. Pengetahuan remaja selain dipengaruhi oleh pendidikan, dimana pada tabel
5.3 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden lebih dari saparuh responden
berpendidikan SMP 54,5%, sedangkan untuk remaja berpendidikan SMA 45,5%. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mautra (1994) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat. Begitu juga dengan media massa, banyak remaja mendapatkan informasi kesehatan
melalui guru 52,2%. Hal ini dipengaruhi usia remaja masih usia pelajar mulai dari usia 12-17
tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku remaja dengan kategori sangat baik
sebanyak 17 responden, , perilaku remaja dengan kategori kurang baik sebanyak 10
responden, dan perilaku remaja dengan kategori buruk sebanyak 10 responden. D. G. Leather
dikutip oleh Rahmat (2000), mengemukakan bahwa tindakan atau perilaku individu
dipengaruhi oleh pengalaman atau pengetahuan, pengalaman atau pengetahuan akan
bertambah jika melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi individu tersebut.
Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pengetahuan remaja maka akan
semakin meningkat perilaku remaja terhadap pencegahan keputihan. Dari data umum banyak
remaja yang haid pertamanya mulai usia 15-17 tahun 47,7% sedangkan data dari usia remaja
awal, 12-14 tahun 52,3%. Ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang baru mengalami haid,
pengetahuannya tentang pencegahan keputihan masih kurang, sehingga hasil dari penelitian
ini masih banyak remaja (45,4%) yang berperilaku kurang baik bahkan buruk. Hasil uji
spearmen pada penelitian ini menunjukkan bahwa signifikan (α) 0,001 dan koefisien korelasi
sebesar 0,471 ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan keputihan remaja putri. Perilaku yang tidak sehat pada penanganan keputihan
dapat memicu infeksi atau jamur pada daerah vagina dan dapat berlanjut pada infeksi saluran
panggul. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang kurang yang mengakibatkan perilaku
kurang baik bahkan buruk, seperti Lawrence green mengatakan perilaku seseorang dibentuk
oleh beberapa faktor yaitu, predisposisi, pendukung, dan pendorong, yang mana ketiga
domain ini dapat diukur dari pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri di Asrama 2 masih banyak yang
rendah sebanyak 19 responden. Pengetahuan dapat dianggap sebagai penyebab seseorang
berperilaku, jika perilaku seseorang itu baik maka tingkat pengetahuannya juga tinggi.
Namun sebaliknya jika pengetahuannya itu rendah maka perilaku remaja terhadap
pencegahan keputihan juga kurang baik bahkan buruk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku remaja dengan kategori sangat baik sebanyak
17 responden, , perilaku remaja dengan kategori kurang baik sebanyak 10 responden, dan
perilaku remaja dengan kategori buruk sebanyak 10 responden. D. G. Leather dikutip oleh
Rahmat (2000), mengemukakan bahwa tindakan atau perilaku individu dipengaruhi oleh
pengalaman atau pengetahuan, pengalaman atau pengetahuan akan bertambah jika melalui
rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi individu tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan remaja maka akan semakin meningkat perilaku remaja terhadap
pencegahan keputihan. Dari data umum banyak remaja yang haid pertamanya mulai usia 15-
17 tahun 47,7% sedangkan data dari usia remaja awal, 12-14 tahun 52,3%. Ini dapat
disimpulkan bahwa remaja yang baru mengalami haid, pengetahuannya tentang pencegahan
keputihan masih kurang, sehingga hasil dari penelitian ini masih banyak remaja (45,4%) yang
berperilaku kurang baik bahkan buruk. Hasil uji spearmen pada penelitian ini menunjukkan
bahwa signifikan (α) 0,001 dan koefisien korelasi sebesar 0,471 ini berarti bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan keputihan remaja putri. Perilaku
yang tidak sehat pada penanganan keputihan dapat memicu infeksi atau jamur pada daerah
vagina dan dapat berlanjut pada infeksi saluran panggul. Hal ini disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang yang mengakibatkan perilaku kurang baik bahkan buruk, seperti
Lawrence green mengatakan perilaku seseorang dibentuk oleh beberapa faktor yaitu,
predisposisi, pendukung, dan pendorong, yang mana ketiga domain ini dapat diukur dari
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja putri di Asrama 2 masih banyak yang rendah sebanyak 19 responden.
Pengetahuan dapat dianggap sebagai penyebab seseorang berperilaku, jika perilaku seseorang
itu baik maka tingkat pengetahuannya juga tinggi. Namun sebaliknya jika pengetahuannya itu
rendah maka perilaku remaja terhadap pencegahan keputihan juga kurang baik bahkan buruk.
KESIMPULAN
Pengetahuan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah 19 orang. Hal ini
karena tingkat pengetahuan mereka masih rendah dilihat dari tingkatan sekolah. Dari hasil
penelitian di Asrama 2 sebagian besar responden dengan perilaku kurang baik 10 orang dan
perilaku buruk 10 orang. Diliht dari usia pertama haidnya masih baru mengalami haid
sehingga masih kurang pengetahuan atau pengalamannya dan terdapat hubungan antara
pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok
Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih untuk kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan semangat, selalu


sabar, dukungan materi, motivasi dsb. Kepada Pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang selalu
memberikan arahan serta bimbingan kepada saya. Dan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kurniawan. (2012). Menurut WHO yang disebut remaja
adalah mereka yang berada. Jakarta: http://eprints.uny.ac.id/8119/4/bab%205%20-
08520244018.pdf.

Arikunto, Suharsini . (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. jakarta : Rineka
Cipta.
Arsin. (2015). Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan kesehatan diri
(personal hygiene) terutama kesehatan reproduksi. . journal internasional, 13.

Emi, R. (2012). faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan


keputihan patologis pada siswi SLTA atau sederajat di kota banjar baru. jurnal
Nasional.

Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
medika.

Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita . Jakarta: Salemba
Medika.

Lia. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Kebersihan
Genitalia Eksterna Dan Kejadian Keputihan Di Sma Negeri 1 Sukodono. jurnal
nasional, 8.

M, S. (1989). community health nursing. USA: Mosbay Company St.

Mareta. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene
Dengan Tindaka Pencegahan Keputihan Di Sma Negeri 9 Semarang Tahun 2012.
Journal Internasional, 2.

Mubarak. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Niken. (2014, Juni Kamis). Kebersihan Genetalia Yang Terjaga. menjaga Keputihan , p. 6.

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika .

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Reda. (2014). Effect of Health Education Program on Knowledge and Practices about
Menstrual Hygiene among Adolescents Girls at Orphanage Home. Journal
Internasional, 3.

Rita, dkk. (2012). Hubungan Pengetahuan Dan Prilaku Remaja Putri Dengan Kejadian
Keputihan Di Kelas Xii Sma Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012.
journal internasional, 2.

Tarwoto. (2010). Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Tutik. (2014). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihangenetalia Eksterna Di
Kelas Vii Smp Masehi Kudus. Journal Nasional, 3.

Zuhriy. (2011). Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter pada Pondok Pesantren Salaf.
Jurnal Nasional.

You might also like