You are on page 1of 10

PENAPISAN FITOKIMIA DAN KARAKTERISASI SIMPLISIA DAUN JAMBU MAWAR

(Syzygium jambos Alston)

Selpida Handayani1, Komar Ruslan Wirasutisna2, Muhamad Insanu2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
2
Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung
Email : Selpida.handayani@umi.ac.id

ABSTRAK
Syzygium jambos Alston adalah tumbuhan dari suku Myrtaceae. Secara tradisional
daun dan awetan bunga biasanya digunakan sebagai obat penenang, kulit kayu dan bijinya
dapat mengobati demam, diare dan disentri. Buah dan kulit batang mengandung saponin,
flavonoid dan tannin, di samping itu daun dan buahnya mengandung polifenol. Namun
penelitian kandungan kimia tumbuhan yang bermanfaat tersebut di Indonesia masih sedikit
dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan senyawa fitokimia dan
mengkarakterisasi simplisia daun S. jambos. Dilakukan pengambilan sampel dan
pengolahan simplisia daun jambu mawar kemudian dilakukan ekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut dengan kepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan
metanol). Dilakukan karakterisasi serbuk simplisia meliputi penetapan kadar air, penetapan
kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam, penetapan susut pengeringan serta
penetapan kadar sari larut air dan etanol. Pemeriksaan kandungan kimia alkaloid:
menggunakan pereaksi Dragendroff dan Mayer; flavonoid: menggunakan pereaksi serbuk
magnesium, HCl 2 N serta amil alcohol; tannin : diberikan pereaksi FeCl3, larutan gelatin 1%
dan Steasny; fenol : ditetesi larutan FeCl3 10%; saponin: ditambahkan beberapa tetes asam
klorida 2 N; steroid/triterpenoid: diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard. Diperoleh nilai
kadar air 8,33 ±1,52, kadar abu total 7,64 ±0,08 dan kadar abu tidak larut asam 5,41 ±0,15,
susut pengeringan 15,33 ±4,04, kadar sari larut air 20,90 ±0,56 serta kadar sari larut etanol
22,43 ±1,35. Penapisan fitokimia ekstrak daun S. jambos mengandung fenol, flavonoid, dan
steroid/triterpenoid.
Kata Kunci : Syzygium jambos, penapisan fitokimia, karakteristik simplisia

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu menyembuhkan penyakit dan lebih dari
negara dengan kekayaan hayati terbesar 80% penduduk dunia menggunakan obat
di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 herbal untuk mendukung kesehatan
spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga mereka. Fakta fakta tersebut menunjukkan
saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman bahwa tumbuhan obat memiliki arti
telah diketahui khasiatnya namun kurang penting yakni secara mendasar
dari 300 tanaman yang yang sebagai mendukung kehidupan maupun potensi
bahan baku industri farmasi secara perdagangan.
regular. Sekitar 1000 jenis tanaman telah Fakta bahwa obat berbasis
diidentifikasi dari aspek botani sintematik tumbuhan telah melekat dalam di dalam
tumbuhan yang baik. WHO pada tahun kehidupan masyarakat, indonesia negara
2008 mencatat bahwa 68% penduduk terkaya biodiversitasnya, kecendrungan
dunia masih menggantungkan sistem orang kembali ke alam meneguhkan peran
pengobatan tradisional yang mayoritas penting tumbuhan sebagai sumber obat
melibatkan tumbuhan untuk bahakan berpotensi nilai ekonomi tinggi.
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 174
Namun isu yang besar yang menjamin Penyiapan bahan meliputi, sortasi basah,
pemikiran pemerintah saat ini adalah pencucian, pemotongan, pengeringan
bagaimana menjamin obat yang berbasis kemudian penggilingan sehingga
herbal di atas memiliki mutu yang terukur, didapatkan serbuk kering yang siap
mampu mendukung derajat kesehatan diekstraksi. Determinasi tumbuhan
dan terjamin keamanan terbebas dari dilakukan di Herbarium Bandungense,
bahan dan mikroba berbahaya serta Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH)
bagaimana menaikkan nilai ekonomi Institut Teknologi Bandung.
sehingga menjadi negara produsen yang B. Karakterisasi Serbuk Simplisia
bermartabat. Dilakukan karakterisasi serbuk
Syzygium jambos Alston adalah simplisia meliputi penetapan kadar air,
tumbuhan dari suku Myrtaceae. Secara penetapan kadar abu total dan kadar abu
tradisional daun dan awetan bunga tidak larut asam, penetapan susut
biasanya digunakan sebagai obat pengeringan serta penetapan kadar sari
penenang, kulit kayu dan bijinya dapat larut air dan etanol.
mengobati demam, diare dan disentri. 1. Penetapan kadar air
Buah dan kulit batang mengandung Penetapan kadar air ditetapkan

saponin, flavonoid dan tannin, di dengan cara destilasi toluena.

samping itu daun dan buahnya Toluena yang digunakan dijenuhkan

mengandung polifenol.. Syzygium jambos dengan air terlebih dahulu, setelah

Alston adalah tumbuhan dari suku dikocok didiamkan, kedua lapisan air

Myrtaceae (Zheng, 2011). Kandungan dan toluena akan memisah, lapisan

tanaman ini dapat menjadi sumber obat air dibuang. Sebanyak 2,0 g simplisia

utama (Haque, 2015). Beberapa penelitian yang ditimbang dengan seksama

menunjukkan minyak essensial dari dimasukkan kedalam labu alas bulat

tanaman suku Myrtaceae memiliki dan ditambahkan toluena yang telah

bioaktivitas, seperti antioksidan, dijenuhkan dengan air. Alat dipasang

insektisida, antifungi (Lee dkk., 2006). dan toluena dituangkan dalam tabung

Namun penelitian kandungan kimia penerima melalui pendingin. Labu

tumbuhan yang bermanfaat tersebut di dipanaskan hati-hati selama 15 menit,

Indonesia masih sedikit dilaporkan. setelah toluena mulai mendidih,


penyulingan diatur 2 tetes/detik lalu 4

METODE PENELITIAN tetes/detik. Setelah semua toluena

A. Pengambilan dan Pengolahan sampel mendidih, pendingin dicuci dengan

Pengumpulan daun Syzygium toluena sambil dibersihkan dengan

jambos di peroleh dari desa Parompong, sikat kecil dan sulingan dilanjutkan

Jawa Barat pada bulan September 2015. selama 5 menit. Dibiarkan tabung

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 175


penerima mendingin sampai kertas saring bebas abu yang tidak
temperatur kamar. Setelah lapisan air larut dalam asam terhadap bahan
dan toluena memisah sempurna, yang dikeringkan. Penetapan
volume air dibaca dan dihitung kadar dilakukan triplo untuk masing-masing
air dalam % terhadap berat simplisia ekstrak (Depkes RI, 2000).
semula. Pekerjaan diulang 3 kali. 3. Penetapan susut Pengeringan
Sebaiknya devisiasi hasil antar Susut pengeringan Penetapan
pekerjaan tidak lebih dari susut pengeringan susut pengeringan
25%.(Saifudin, 2011) adalah persentasesenyawa yang
2. Penetapan kadar abu menghilang selama proses
a. Penetapan Kadar abu tidak larut pemanasan (tidak hanya
dalam air panas menggambarkan airyang hilang,
Lebih kurang 2,0 g simplisia tetapi juga senyawa menguap
ditimbang seksama dimasukkan ke lain yang hilang).Pengukuran sisa
dalam krus silikat yang telah zatdilakukan dengan pengeringan
dipijarkan dan ditarakan kemudian pada temperatur 105°C selama 30
dipijarkan kembali perlahan-lahan menit atau sampai beratkonstan dan
hingga arang habis, didinginkan dan dinyatakan dalam persen (metode
ditimbang. Jika cara ini arang tidak gravimetri). Dalam redaksi yang
dapat dihilangkan, ditambahkan air laindinyatakan bahwa susut
panas, di saring melalui kertas saring pengeringan merupakan pengukuran
bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas sisa zat setelah pengeringanpada
saring dalam kurs yang sama. temperatur 105oC selama 30 menit
Dimasukan filtrat ke dalam kurs, atau sampai konstan, yang
diuyapkan dipijarkan hingga bobot dinyatakan dalampersen. Dalam hal
tetap dan ditimbang. Kadar abu khusus (jika bahan tidak mengandung
dihitung terhadap bahan yang telah minyak menguap/atsiri dan
dikeringkan. Penetapan dilakukan sisapelarut organik) identik
triplo untuk masing-masing simplisia dengan kadar air, yaitu
(Depkes RI, 2000). kandungan air karena berada
b. Penetapan Kadar abu yang tidak larut diatmosfer/lingkungan udara terbuka
dalam asam (Depkes RI, 2000).Perhitungan susut
Abu yang diperoleh pada pengeringan.susut pengeringan =
penetapan kadar abu total, dididihkan (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal
dengan 25 ml asam sulfat encer p x100%
selama 5 menit, dikumpulkan bagian
yang tidak larut asam, saring melalui
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 176
4. penetapan kadar sari larut air dan masing tiga kali untuk mendapatkan
etanol. rendemen yang maksimal. Hasil ekstraksi
a. Timbang seksama lebih kurang 5 g kemudian di uapkan menggunakan
serbuk (4/18) yang telah dikeringkan rotavapor.
di udara. Masukkan ke dalam labu D. Penetapan Bobot Jenis Ekstrak
tersumbat, tambahkan 100 mL air Bobot jenis ekstrak ditentukan
jenuh kloroform, kocok berkali-kali terhadap hasil pengenceran ekstrak 1%
selama 6 jam pertama, biarkan 18 dalam pelarut etanol dalam piknometer.
jam. Saring, uapkan 20 mL filtrate Digunakan piknometer bersih, kering dan
hingga kering dalam cawan dangkal telah dikalibrasi dengan menetapkan
beralas datar yang telah dipanaskan bobot piknometer dan bobot air yang telah
0
105 dan ditara, panaskan sisa pada dididihkan pada suhu 25⁰ C. suhu diatur
suhu 1050 hingga bobot tetap. Hitung hingga ekstrak cair lebih kurang 20⁰ C,
kadar dalam % sari larut air(Depkes lalu dimasukkan dalam piknometer.
RI, 2000). Diatur suhu piknometer yang telah
b. Timbang seksama lebih kurang 5 g diisi hingga suhu 250C. kelebihan ekstrak
serbuk (4/18) yang telah dikeringkan cair dibuang dan ditimbang. Kurangkan
di udara. Masukkan ke dalam labu bobot piknometer kosong dari bobot
tersumbat, tambahkan 100 mL etanol piknometer yang telah diisi. Bobot jenis
95% P., kocok berkali-kali selama 6 ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh
jam pertama, biarkan 18 jam. Saring dengan membagi bobot ekstrak dan bobot
cepat untuk menghindarkan air, dalam piknometer dalam suhu 250C
penguapan etanol, uapkan 20 mL (Anam, 2013).
filtrate hingga kering dalam cawan E. Penapisan Fitokimia
dangkal beralas datar yang telah 1. Alkaloid
dipanaskan 1050 dan ditara, panaskan Sebanyak 2 g serbuk simplisia
0
sisa pada suhu 105 hingga bobot dibasahi dengan 5 mL amonia dan
tetap. Hitung kadar dalam % sari larut digerus dalam mortar. Kloroform
etanol (Depkes RI, 2000). sebanyak 20 mL ditambahkan ke
C. Ekstraksi Simplisia dalam mortar dan digerus kuat-kuat.
Serbuk simplisia sebanyak 1 kg Campuran disaring, filtrat yang
diekstraksi secara bertingkat diperoleh diteteskan pada kertas
menggunakan metode maserasi selama 3 saring dan diberi beberapa tetes
x 24 jam dengan menggunakan tiga jenis pereaksi Dragendorf. Reaksi positif
pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu ditunjukkan oleh pembentukan warna
n-heksana, etil asetat dan metanol. Setiap merah atau jingga. Sisa filtrat
jenis pelarut dilakukan ekstraksi masing- diekstraksi dua kali dengan asam
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 177
klorida 10% (1:2) dan fraksi asam positif tanin ditunjukkan dengan
diambil. Fraksi asam dibagi menjadi pembentukan endapan putih. Tabung
dua tabung masing-masing 5 mL. ketiga ditetesi pereaksi Steasny. Hasil
Tabung pertama ditetesi pereaksi positif tanin katekat ditunjukkan
Dragendorf, positif alkaloid bila dengan pembentukan endapan
terbentuk endapan merah bata. merah. Campuran dari tabung ketiga
Tabung kedua ditetesi pereaksi Mayer disaring dan filtratnya ditambahkan
dan reaksi positif ditunjukkan dengan natrium asetat hingga jenuh. Filtrat
terbentuknya endapan putih kemudian ditetesi larutan FeCl3 10%.
(Farnsworth, 1966). Hasil positif tanin galat ditunjukkan
2. Flavonoid, Tanin, dan Kuinon dengan perubahan warna menjadi
Sebanyak 1 g simplisia biru tinta (Farnsworth, 1966).
dipanaskan dalam 100 mL air hingga Pemeriksaan kuinon dilakukan
air mendidih selama 5 menit terhadap 2 mL fase air dari
kemudian disaring dan didinginkan pemeriksaan flavonoid dan 2 mL fase
(ekstrak air). air di atas endapan gelatin pada
Untuk pemeriksaan flavonoid pemeriksaan tanin di dalam dua
dilakukan dengan 5 mL ekstrak air tabung reaksi berbeda. Ke dalam dua
yang dimasukkan ke dalam tabung tabung tersebut masing-masing
reaksi. Serbuk magnesium, 2 mL HCl ditambahkan beberapa tetes larutan
2 N serta 5 mL amil alkohol NaOH. Hasil positif kuinon ditunjukkan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. dengan perubahan warna menjadi
Tabung reaksi ditutup dan dikocok merah (Farnsworth, 1966).
kuat kemudian dibiarkan hingga 3. Fenol
menjadi dua fase. Hasil positif Ekstrak air dimasukkan ke
ditunjukkan dengan terbentuknya dalam tabung reaksi, kemudian
warna jingga pada lapisan amil ditetesi larutan FeCl3 10%. Hasil
alkohol (Farnsworth, 1966). positif senyawa fenol ditunjukkan
Untuk pemeriksaan tanin, dengan terbentuknya warna hijau,
ekstrak air dimasukkan ke dalam tiga biru, atau hitam (Depkes RI, 1979).
tabung reaksi dengan masing-masing 4. Saponin
3 mL ekstrak. Tabung pertama Sebanyak 10 mL ekstrak air
ditetesi larutan FeCl3 10%. Hasil dikocok vertikal selama 10 detik dan
positif senyawa fenol ditunjukkan dibiarkan selama 10 menit. Hasil
dengan terbentuknya warna hijau, positif ditunjukkan dengan
biru, atau hitam. Tabung kedua terbentuknya busa yang mantap
ditetesi larutan gelatin 1%. Hasil selama 10 menit dengan tinggi 1-10
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 178
cm. Ke dalam tabung reaksi kemudian penetapan kadar sari larut air dan etanol
ditambahkan beberapa tetes asam dapat dilihat pada Tabel 1.
klorida 2 N. Hasil positif saponin Tabel 1. Hasil pemeriksaan Karakteristik
mutu simplisia S. jambos
ditunjukkan dengan busa yang tetap
stabil (Farnsworth, 1966). Pemeriksaan Hasil (%b/b)
5. Steroid/Triterpenoid Kadar air (*) 8,33 ±1,52
Sebanyak 1 gram serbuk Kadar abu total 7,64 ±0,08
simplisia dimaserasi dengan 20 mL Kadar abu tidak larut asam 5,41 ±0,15

eter selama 2 jam. Hasil maserasi Susut pengeringan 15,33 ±4,04


Kadar sari larut air 20,90 ±0,56
kemudian disaring dan filtrat
Kadar sari larut etanol 22,43 ±1,35
diuapkan. Ke dalam residu diteteskan
pereaksi Liebermann-Burchard. Hasil
Keterangan : (*) = b/v
positif steroid/triterpenoid ditunjukkan
dengan pembentukan warna biru hijau
Dilakukan penetapan kadar air
atau merah ungu (Farnsworth, 1966).
simplisia, kadar abu total, kadar abu tidak
larut asam, kadar abu larut air, susut
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengeringan, kadar sari larut air dan kadar
Penyiapan bahan meliputi
sari larut etanol. Karakterisasi simplisia
pengumpulan daun Syzygium jambos,
dilakukan bertujuan untuk mengetahui
sortasi basah, pencucian, pemotongan,
spesifikasi simplisia yang diteliti.
pengeringan kemudian penggilingan
Spesifikasi dilakukan untuk mengetahui
sehingga didapatkan serbuk kering yang
kejelasan bahan yang diteliti karena asal
siap diekstraksi. Determinasi tumbuhan
lingkungan tumbuh berpengaruh pada
dilakukan di Herbarium Bandungense,
kandungan senyawa aktif.
Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH)
Kandungan air yang berlebihan pada
Institut Teknologi Bandung. Determinasi
bahan / sediaan obat tradisional akan
tanaman dilakukan untuk memastikan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan
kesahihan tanaman karena tanaman obat
juga dapat mempermudah terjadinya
sangat banyak dan sangat mirip secara
hidrolisa terhadap kandungan kimianya
morfologi sehingga secara fundamental
sehingga dapat mengakibatkan penurunan
perlu dihindari kesalahan dalam
mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu
pengambilan spesies (Saifudin, 2011).
batas kandungan air pada suatu simplisia
Hasil karakterisasi serbuk simplisia
sebaiknya dicantumkan dalam suatu
meliputi penetapan kadar air, penetapan
uraian yang menyangkut persyaratan dari
kadar abu total dan kadar abu tidak larut
suatu simplisia (Fauzi,2013). Tujuan dari
asam, penetapan susut pengeringan serta
penetapan kadar air adalah utuk

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 179


mengetahui batasan maksimal atau memberikan batasan maksimal (rentang)
rentang tentang besarnya kandungan air tentang besarnya senyawa yang hilang
dalam bahan. Hal ini terkait dengan pada proses pengeringan. Nilai atau
kemurnian dan adanya kontaminan dalam rentang yang diperbolehkan terkait
simplisia tersebut. Dengan demikian, dengan kemurnian dan kontaminasi
penghilangan kadar air hingga jumlah (Anonim, 2013).
tertentu berguna untuk memperpanjang Penetapan kadar abu merupakan
daya tahan bahan selama penyimpanan. cara untuk mengetahui sisa yang tidak
Simplisia dinilai cukup aman bila menguap dari suatu simplisia pada
mempunyai kadar air kurang dari 10%. pembakaran. Pada penetapan kadar abu
Penetapan kadar air dapat dilakukan total, abu dapat berasal dari bagian
dengan 3 cara yaitu (Fauzi,2013). Metode jaringan tanaman sendiri atau dari
ini efektif untuk penetapan kadar air pengotoran lain misalnya pasir atau tanah
karena terjadi penyulingan berulang ulang (Fauzi, 2013). Penetapan Kadar Abu yang
kali di dalam labu dan menggunakan tidak larut Asam ditujukan untuk
pendingin balik untuk mencegah adanya mengetahui jumlah pengotoran yang
penguapan berlebih. Sistem yang berasal dari pasir atau tanah silikat (Fauzi,
digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi 2013).
oleh kelembaban (Fauzi,2013). Penetapan Kadar Sari yang larut
Susut pengeringan adalah kadar dalam air dimaksudkan untuk mengetahui
bagian yang menguap suatu zat kecuali jumlah senyawa yang dapat tersari
dinyatakan lain , suhu penetapan adalah dengan air dari suatu simplisia
o
105 C , keringkan pada suhu penetapan (Fauzi,2013). Penetapan Kadar Sari yang
hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat larut dalam etanol untuk mengetahui
lebih rendah dari suhu penetapan, jumlah senyawa yang dapat tersari
pengeringan dilakukan pada suhu antara dengan etanol dari suatu simplisia
o o
5 C dan 10 C dibawah suhu leburnya (Fauzi,2013).
selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian Serbuk simplisia 1 kg diekstraksi
pada suhu penetapan selama waktu yang dengan metode maserasi menggunakan
ditentukan atau hingga bobot tetap tiga pelarut dengan kepolaran meningkat,
(Fauzi,2013). yaitu n-heksana (nonpolar), etil asetat
Dalam hal khusus jika bahan tidak (semipolar) dan metanol (polar). Maserasi
mengandung minyak menguap/ atsiri dan dilakukan selama 3 x 24 jam dengan
sisa pelarut organik menguap identik sesekali pengadukan/pengocokan dalam 6
dengan kadar air, yaitu kandungan air jam pertama. Maserasi dilakukan 3 kali
karena berada di atmosfer/ lingkungan untuk masing-masing pelarut sehingga
udara terbuka. Tujuannya adalah untuk dapat diperoleh rendemen ekstrak yang
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 180
optimum. Ekstrak cair hasil maserasi sampai kuning (Marliana.,2005).
diuapkan menggunakan rotavapor untuk Penambahan amonia 25% untuk
mendapatkan ekstrak kental kemudian melepaskan alkaloid menjadi basa bebas
dihitung rendemennya. Berat ekstrak kemudian ditambahkan kloroform. Filtrat di
kental, rendemen serta nilai bobot jenis ekstraksi cair-cair dengan HCl karena
dapat dilihat pada Tabel 2. alkaloid bersifat basa sehingga biasanya
Tabel 2. Berat rendemen ekstrak beserta diekstrak dengan pelarut yang
bobot jenis ekstrak S. Jambos
mengandung asam (Harborn, 1996). Bila
Ekstrak Berat ekstrak Rendemen Bobot jenis
(g) (%) 1% (b/v) positif setelah ditambahkan pereaksi
N-heksan 50,77 5,06 0,80 ±0,00 Mayer terbentuk endapan putih. Adanya
Etil asetat 44,23 4,41 0,80 ±0,00
protein yang mengendap pada
Metanol 245,77 24,5 0,80 ±0,00
penambahan pereaksi yang mengandung
Hasil dari penapisan dari simplisia daun logam berat (pereaksi Mayer) dapat
jambu mawar dapat dilihat pada Tabel 3. memberikan reaksi positif palsu pada

Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia beberapa senyawa (Santos dkk.,1998)


Simplisia dan Ekstrak S. jambos pada pemeriksaan tanin, sampel dibagi
Simpli E. n- E. etil E. dalam 3 bagian. Filtrat A ditambahkan
Golongan
sia heksana asetat metanol
Alkaloid - - - - dengan FeCl3 memberikan hasil positif

Fenol + - + +
mengandung fenol karena terjadi warna
yang berbeda dari pereksi. Filtrat B
Flavonoid + - + +
ditambahkan gelatin dan memberikan
Tanin + - - +
hasil positif. Adanya tanin akan
Kuinon - - - -
mengendapkan protein pada gelatin
Terpenoid - - - -
(Marliana, 2005). Tanin bereaksi dengan
Steroid/Tri + + + - gelatin membentuk kopolimer mantap
terpenod
Saponin - - - - yang tidak larut dalam air (Harborne,
Kumarin - - - - 1996). Filtrat C ditambahkan pereaksi
Stiasny lalu dipanaskan. Hasil positif tanin
Keterangan : (+) terdeteksi (-) tidak terdeteksi
katekat pada simplisia dan ekstrak

Pada analisis skrining fitokimia, metanol karena terbentuk endapan merah

komponen yang terdapat dalam simplisia muda kemudian disaring, filtrat

dan ekstrak pada uji Mayer dan uji ditambahkan natrium asetat dan FeCl3

Dragendorff diperoleh hasil negatif. memberikan hasil positif tanin galat

Adanya alkaloid pada uji Mayer dengan warna biru tinta.

membentuk endapan putih dan hasil Filtrat B adanya endapan putih


positif pada uji Dragedorff juga ditandai kemudian disaring untuk dilanjutkan pada

dengan terbentunya endapan coklat muda uji Flavonoid. Filtrat lalu ditambahkan
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 181
serbuk Mg, HCl pekat dan amil alkohol mengandung fenol, flavonoid, dan
kemudian dikocok kuat. Bagian yang steroid/triterpenoid.
terpisah akan memberikan hasil positif
dengan warna merah, kuning, jingga pada KEPUSTAKAAN
lapisan amil alkohol. Kemudian Anam, S., Muhammad, Y., Alfred, T.,
Nurlina, I., Ahmad, K.,
dihilangkan lapisan amil alkoholnya yang Ramadanil, Sulaiman, Z.
akan dilanjutkan untuk uji kuinon. Filtrat Standarisasi Ekstrak Etil Asetat
Kayu Sanrego (Lunasia amara
ditambahkan NaOH dengan hasil negatif Blanko), Online Jurnal Of Natural
kuinon. Warna merah yang terjadi dapat Science, Vol 2(3): 01-08. 2013.

memberikan hasil positif palsu. Pada Depkes RI. Parameter Standar Umum
meriksaan saponin, timbulnya busa pada Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta.
2000.
uji Forth menunjukkan adanya glikosida
yang mempunyai kemampuan membetuk Depkes RI. Materia Medika Indonesia,
Jakarta. 1979.
buih dalam air terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lain (Rusdi, 1990). Farnsworth, N.R. Biological and
Phytochemical Screening of
Untuk pemeriksaan steroid/triterpenoid Plants, Journal of
dengan pereaksi Liebermann-Burchard Pharmaceutical Science, 55 (3),
243-268.1966.
memberikan hasil positif merah,
hijau,ungu,dan biru. Sedangkan skrining Fauzi,Ahmad. PembuatanSimplisia. 2013.
https://sites.google.com/site/wwwi
fitokimia tidak dikerjakan untuk terpenoid lmukitacom/system/app/pages/re
karena tidak ada pereaksi yang spesifik. centChanges?offset=25, Diakses
tanggal : 3 September 2017.
Uji Liebermen-Burchard yang biasa
dikerjakan untuk terpenoid hanya Harborne, J. B. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern
mendeteksi gugus steroid, padahal selain Menganalisis Tumbuhan,
terdapat dalam tepenoid, gugus ini juga Cetakan Kedua. Penerbit ITB,
Bandung. 1996.
terdapat pada saponin, kardenolin dan
bufadienol (Marliana, 2005). Haque, M., Marium, B., Moynul, H.,
Rahman, T., Iftekhar, H., Mizanur
R., Hazrat A., Asharul I., Zakir S.,
KESIMPULAN Reyad-ul, F., dan Mahmood, H.
Investigation of the Medicinal
Dari penelitian Diperoleh nilai kadar
Potentials of Syzygium jambos
air 8,33 ±1,52, kadar abu total 7,64 ±0,08 (L) Extract and Characterization
of the Isolated
dan kadar abu tidak larut asam 5,41
Coumpounds, American
±0,15, susut pengeringan 15,33 ±4,04, Journal of Bio Science, (12-18).
2015.
kadar sari larut air 20,90 ±0,56 serta kadar
sari larut etanol 22,43 ±1,35. Penapisan Marliana, D,W., Venty, S., dan Suyono.
Skrining Fitokimia dan Analisis
fitokimia ekstrak daun S. jambos positif
Kromatografi Lapis Tipis
Komponen Kimia Buah Labu

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 182


Siam (Sechium edule Jacq. Santos, A.F., B.Q. Guevera, A.M.
Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Mascardo, dan C.Q. Estrada.
Biofarmasi 3(1): 26-31. 2005. Phytochemical Microbiological
and Pharmacological, Screening
Lee, S.J., Terkeltau, R.A., Kavanaugh, A., of Medical Plants. Manila:
Recent developments in diet and Research Center University of
gout, Current Opinion in Santo Thomas. 1978.
Rheumatology, 18 (2), 193-198.
2006. Zheng, Ni., Zhaoyu, Wang, Feng, chen,
dan Jingming. Evaluation to The
Rusdi. Tetumbuhan Sebagai Sumber Antioxidant Activity of Total
Bahan Obat. Padang : Pusat Flavonoids Extract From
Penelitian Universitas Andalas. Syzygium jambos Seeds and
1990. Optimization by Response
Surface Methodology, African
Saifudin, A., dkk. Standardisasi Bahan Journal of Pharmacy and
Obat Alam, Graha Ilmu, Pharmacology Vol. 5(21), pp.
Yogyakarta. 2011. 2411-2419. 2011.

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 183

You might also like