You are on page 1of 11

TUJUAN: Kami berusaha untuk meninjau risiko dan manfaat manajemen kehamilan dengan

preeklamsia berat yang tidak terikat dengan pakem , dan memberikan rekomendasi untuk
manajemen kehamilan, evaluasi ibu dan janin, pengobatan, dan indikasi untuk rujukan.

METODE: Studi diidentifikasi melalui pencarian dari database MEDLINE dari


artikel peer-review yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dari Januari 1980 sampai
Desember 2010. Selain itu, Cochrane Library, pedoman dalam organisasi, dan
penelitian diidentifikasi melalui review dokumen di atas dan artikel review dimanfaatkan
untuk mengidentifikasi artikel yang relevan. Dimana data yang dapat diandalkan tidak tersedia,
pendapat dihormati, otoritas diakui.

HASIL DAN REKOMENDASI: Diterbitkan percobaan acak dan Studi observasi


tentang pengelolaan preeklampsia berat yang terjadi pada usia kehamilan < 34 minggu
menunjukkan bahwa manajemen kehamilan pada pasien terpilih (subjek) dapat meningkatkan
angka neonatal akan tetapi perujukan sering diperlukan jika kondisi ibu atau janin memburuk.
pasien yang tidak memenuhi syarat sebagai subjek untuk manajemen kehamilan ini adalah
wanita dengan eklampsia, edema paru, intravaskular koagulasi disseminata, insufisiensi ginjal,
solusio plasenta,
pengujian janin abnormal, sindrom HELLP, atau gejala persisten dari preeklamsia berat.
Untuk wanita dengan preeklamsia berat sebelum batas kelayakan hidup janin yang
dikandungnya, manajemen kehamilan yang ini telah dikaitkan dengan morbiditas ibu atau
manfaat minimal pada bayi yang baru lahir. Manajemen kehamilan dari kelompok wanita dengan
preeklamsia berat
yang terjadi pada kehamilan <34 minggu dapat meningkatkan angka bayi baru lahir akan tapi
membutuhkan kehati-hatian di rumah sakit pengawasan ibu dan janin.
KATA KUNCI: manajemen hamil, pembatasan pertumbuhan janin, sindrom HELLP, parah
preeklamsia
PENGANTAR
Preeklamsia adalah gangguan multisistem dengan manifestasi klinis hipertensi dan
proteinuria dengan atau tanpa gejala yang menyertainya, Hasil abnormal uji laboratorium ibu,
intrauterin growth restriction (IUGR), atau volume cairan ketuban yang berkurang. Insiden
preeklampsia berat berkisar 0,6-1,2% dari kehamilan di negara Barat. Preeklamsia <37 minggu
dan preeklampsia berat <34 minggu usia kehamilan, dengan kejadian komplikasi 0,6-1,5% dan
0,3% dari kehamilan. Kemungkinan keparahan
dan prematur preeklampsia secara substansial meningkat pada wanita dengan riwayat
preeklampsia,
dan pada mereka dengan diabetes mellitus, hipertensi kronis, atau multifetal gestation. laporan
hasil penelitian menggunakan kriteria yang berbeda untuk diagnosa preeklamsia, preeklamsia
parah dan preeklamsia yang didapat, dan HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low
platelets) sindrom. Definisi umum yang digunakan disajikan dalam Table. Pada perempuan
dengan hipertensi atau proteinuria sebelumnya, diagnosis preeklampsia berat dapat lebih sulit,
tapi hipertensi berat onset baru atau proteinuria, atau pengembangan klinis lainnya atau temuan
laboratorium yang mangacu pada preeklamsia parah menjadi kriteria dalam subjek preeklamsia
dalam penelitian ini.

Preeklampsia berat yang terjadi pada fase kehamilan prematur dapat mengakibatkan
kondisi acute pada ibu dan janinnya, dan pada jangka panjang mengakibatkan komplikasi bagi
ibu dan janinnya. Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia berat seperti (Tabel) (infark
miokard, stroke, sindrom gangguan pernapasan akut, koagulopati, gagal ginjal berat, cedera
retina) terjadi lebih sering dalam
dalam gangguan medis praeksisten, dan dengan disfungsi akut organ ibu terkait dengan
preeclampsia. morbiditas Ibu jarang bertahan setelah menderita preeklamsia parah, meskipun
resiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari lebih sering terjadi tanpa gejala klinis.
Komplikasi pada Janin dan neonatal dari ibu dengan preeklampsia berat merupakan akibat dari
ketidakcukupan aliran nutrisi dari uteroplasenta dan / atau dari kelahiran yang prematur.

Dalam cacatan sebelumnya, wanita dengan preeklamsia berat telah dilakukan rujukan
dimulai pada awal diagnosis untuk membatasi komplikasi pada maternal dari memburuknya
penyakit. perjalanan klinis preeklampsia berat sering ditandai dengan penurunan kondisi yang
progresif jika pengiriman tidak segera dilakukan. Namun, beberapa pendapat telah menentang
pandangan bahwa semua pasien dengan preeklampsia berat harus dirujuk. upaya pertama
manajemen kehamilan dengan preeklamsia berat yang ditujukan untuk dapat memperpanjang
usia kehamilan yaitu dengan administrasi kortikosteroid antenatal, tetapi potensi untuk
manajemen kehamilan ini menarik karena beberapa pasien tetap stabil atau meningkat selama
pengamatan awal. Studi lebih lanjut menunjukkan hasil median latency pada manajemen
kehamilan yang berkisar 7-14 hari.
Dalam laporan ini, risiko dan manfaat dari manajemen kehamilan pada preeklampsia
berat jauh dari hasil terakhir, dan disarankan rekomendasi mengenai manajemen kehamilan, ibu
dan evaluasi janin, dan indikasi untuk dirujuk. Untuk tujuan dokumen ini, manajemen kehamilan
didefinisikan sebagai setiap upaya untuk menunda rujukan untuk dilakukan administrasi
kortikosteroid antenatal atau lebih.

Apa manfaat dan risiko manajemen kehamilan dengan preeklamsia berat kehamilan < 34
minggu?
Percobaan acak

Hanya 2 percobaan acak rujukan vs pengelolaan hamil prematur preeklamsia berat telah
dipublikasikan. Odendaal et al mempelajari 38 wanita dengan preeklamsia berat antara usia
kehamilan 28-34 minggu dan dengan Berat janin diperkirakan antara 650 - 1500 gram. Delapan
belas perempuan menerima kortikosteroid antenatal untuk pematangan janin dan kemudian
diperlakukan dengan sebaik-baiknya, dengan rujukan hanya untuk ibu tertentu atau janin dengan
indikasi. Lain lagi 20 pasien diberikan kortikosteroid antenatal dengan rujukan yang
direncanakan setelah 48 jam. Perbedaan rujukan (7.1 vs 1.3 hari; P< .05) dan usia kehamilan saat
melahirkan (223 vs 221 hari; P< .05) dengan keduanya menghasilkan angka yang lebih besar
dengan manajemen kehamilan sementara, total komplikasi neonatal berkurang (33% vs 75%;
P< .05) Dibandingkan dengan yang direncanakan rujukan.

Sibai et al mempelajari 95 wanita dengan preeklampsia berat dan tidak dengan


persamaan komplikasi medis (misalnya, penyakit ginjal, insulin-dependent diabetes, penyakit
jaringan ikat) atau komplikasi obstetrik (misalnya, perdarahan vagina, ketuban pecah dini,
multifetal kehamilan, persalinan prematur) pada usia kehamilan 28-32 minggu. Pengacakan
digunakan pada manajemen kehamilan pada kehamilan usia lebih tua (32,9 vs 30,8 minggu,P< .
01), dan memiliki bayi baru lahir dengan berat lahir yang lebih tinggi (1622 vs 1233 g; P<.01)
yang memerlukan unit perawatan neonatal intensif lebih jarang (76% vs 100%; P<.01). Bayi
yang baru lahir dari kelompok yang diuji yang memiliki gangguan sindrom pernafasan (distress)
lebih jarang (22,4% vs 50%; P=.002) Dan nekrotik eterocolitis (0% vs 10,9%;P= .02), tetapi
lebih sering untuk usia kehamilan muda yang dilahirkan (30.1 vs 10.9; P=.04). Tidak ada kasus
ibu dengan eklampsia atau edema paru dalam setiap penelitian. Pada solutio plasenta memiliki
frekuensi yang sama antara kelompok di kedua penelitian, tetapi tidak ada beda pada kelompok
manajemen kehamilan dan non kelompok manajemen kehamilan pada penelitian Odendaal et al
(22% vs 15%) dibandingkan dengan studi Sibai et al (4,1% vs 4,3%). Komplikasi Sindrom
HELLP hanya terjadi pada 2 kasus di kelompok manajemen kehamilan dan 1 kasus pada
kelompok agresif manajemen pada studi terakhir (4,1% vs 2,1%).

Dua percobaan tambahan yakni intervensi terapeutik yang dievaluasi acak selama
manajemen kehamilan. Fenakel et al menjelaskan 49 wanita dengan preeklamsia berat pada
kehamlan 26-36 minggu yang telah diacak di instruksikan untuk menerima baik sublingual dan
oral nifedipin atau treatment dengan intravena dan oral hydralazine untuk hipertensi berat selama
manajemen kehamilan.
Mereka diinstruksikan untuk mendapat terapi nifedipin lebih sering pada ≥ 36 minggu, dengan
diagnosis akut fetal distress lebih sedikit ditemukan, dan bayi mereka memiliki durasi waktu unit
perawatan intensif neonatal rata-rata lebih pendek daripada instruksi untuk terapi hydralazine
(P<01 untuk masing-masing). Namun, rata-rata usia kehamilan saat melahirkan (34.6 vs 33.6
minggu,P< .20) dan kehamilan yang diperpanjang (15,5 vs 9,5 hari; P<.07) tidak ada kemajuan,
dan tidak ada perbedaan
dalam frekuensi komplikasi "major" atau "Minor" bayi baru lahir antara setiap kelompok.
Dalam penelitian multicenter terapi antihipertensi tunggal vs terapi antihipertensi ditambah
plasma volume ekspansi, Ganzevoort et al menemukan bahwa ekspansi volume tidak memberi
manfaat tambahan di antara perempuan pada manajemen kehamilan dengan preeklamsia berat
pada usia kehamilan 24-33 minggu 6 hari.

Studio bservasional

Studi observasi mengenai pengelolaan hamil preeklampsia berat memiliki variasi dalam
kriteria inklusi dan indikasi untuk dirujuk . Beberapa yang termasuk hanyalah wanita yang stabil
setelah 24-48 jam pengamatan, sementara yang lain termasuk wanita dalam manajemen
kehamilan dari saat di diagnosis. baru-baru ini tinjauan sistematis meringkas frekuensi
komplikasi yang berhubungan dengan preeklamsia berat jauh dari pakem yang ada. Disajikan
dalam bentuk (median; kisaran interkuartil
[IQR]), komplikasi manajemen kehamilan termasuk: masuk ke unit perawatan intensif (median,
27,6%, IQR, 1,5-52,6), hipotensi (median, 17,0%, IQR, 12,0-21,0), sindrom HELLP (median,
11,0%; IQR, 5,3-17,6]), hipertensi berat berulang (median, 8,8%, IQR, 3,3-27,5), solutio plasenta
(median, 5,1%; IQR,
2,2-8,5), edema paru (median, 2,9%; IQR, 1,5-52,6), eklampsia (median, 1,1%; IQR, 0-2,0),
hematoma subcapsular (median, 0,5%, IQR, 0,2-0,7), stroke (median, 0,4%, IQR, 0-3,1), lahir
mati (median, 2,5%, IQR, 0 -11,3), dan kematian neonatal (median, 7,3%; IQR, 5,0 -10,7). untuk
bayi usia kehamilan yang terlalu kecil pada umumnya (median, 36,8%; IQR, 20,5-53,8) setelah
manajemen kehamilan. Indikasi perujukan untuk janin (46%) atau ibu (40%) adalah sama sering.

Singkatnya, manajemen kehamilan terhadap kejadian preeklampsia berat pada kehamilan


< 34 minggu bertujuan untuk meningkatkan usia kehamilan saat perujukan dan berat lahir, dan
mengurangi komplikasi neonatal pada kasus tertentu, tapi kehati-hatian pada ibu di rumah sakit
dan pengawasan pada janin dianjurkan.
Apakah evaluasi awal (inisial) dan pengelolaan preeklampsia berat pada umur kehamilan
<34 minggu?

Wanita yang diduga preeklampsia berat harus dirawat di rumah sakit untuk
mengkonfirmasi diagnosis, evaluasi ibu dan kondisi janin, dan memonitor perkembangan yang
cepat dari penyakit. Selama penilaian awal, magnesium sulfat intravena untuk profilaksis kejang
telah disarankan oleh beberapa pakar, dan mungkin dipertimbangkan. Pemantauan denyut
jantung janin dan kontraksi rahim terus menerus harus dilakukan jika ingin memberikan
keuntungan pada janin. Penilaian pada ibu harus mencakup evaluasi penting pada tanda-tanda
dan pemeriksaan fisik dengan perhatian spesifik untuk tanda-tanda preeklampsia dan
komplikasinya. Tes laboratorium harus mencakup setidaknya darah lengkap jumlah sel dengan
jumlah trombosit, serum kreatinin, dan enzim hati (aspartat aminotransferase, alanine
aminotransferase). Protein urin atau jumlah urin protein / kreatinin rasio, untuk mengkonfirmasi
proteinuria signifikan, yang sering dievaluasi dari sampel urin acak. Namun, karena tes ini tidak
bisa secara pasti hanya memeriksa kadar proteinuria secara signifikan
atau jumlah akurat quantitate proteinuria, pengumpulan urin 24 jam dan analisis umumnya harus
dilakukan. Studi koagulasi termasuk serum fibrinogen, waktu protrombin,
dan waktu trombin parsial, dan evaluasi untuk hemolisis (smear perifer, serum
bilirubin dan / atau laktat dehidrogenase) harus dipertimbangkan jika jumlah trombosit
< 100.000 / mm3, jika enzim hati meningkat, atau jika ada temuan sugestif
solusio plasenta. USG harus dilakukan untuk mengevaluasi presentasi janin, mencari bukti IUGR
dan / atau oligohidramnion.

Wanita dengan gejala persisten preeklamsia berat, hipertensi berat tak terkendali,
eklampsia, edema paru, solusio plasenta, disseminate koagulasi intravaskular, disfungsi ginjal
(Serum kreatinin? 1,5 mg / dL), HELLP sindrom, dan mereka yang memiliki hasil pengawasan
janin yang abnormal biasanya harus dirujuk (pervaginam atau bedah caesar diperlukan) tepat
setelah stabilisasi ibu awal (Gambar) .Sisanya mungkin sebagai subjek perpanjangan kehamilan
jangka pendek untuk mencapai manfaat antenatal pengobatan kortikosteroid, atau untuk
perpanjang masa kehamilan yang bertujuan untuk
pertumbuhan dan pematangan janin. Sedangkan data khusus untuk kelompok manajemen
kehamilan dengan preeklamsia berat terbatas, percobaan acak terkontrol yang melibatkan
kehamilan dengan komplikasi oleh sindrom hipertensi telah membuktikan bahwa pengobatan
kortikosteroid antenatal
menghasilkan frekuensi terjadinya gangguan pernapasan sindrom (distress) lebih sedikit terjadi
(rasio risiko [RR], 0,50; 95% confidence interval [CI], 0,35-0,72), kematian neonatal (RR, 0,50,
95% CI, 0,29-
0.87), dan perdarahan intraventrikular (RR, 0,38, 95% CI, 0,17-0,87). Dalam satu studi
terkontrol plasebo, betametason mingguan untuk wanita dengan berat preeklamsia antara
kehamilan 26-34 minggu, pengobatan (rata-rata 1,7 paparan dosis) mengurangi frekuensi
sindrom gangguan pernapasan (distress) (RR, 0,53, 95% CI, 0,35- 0.82) dan perdarahan
intraventrikular (RR, 0,35, 95% CI, 0,15-0,86), diantara complication yang lain. Dalam
penelitian ini, ada adalah 2 kematian ibu di antara 218 kehamilan.

Jika sebelumnya tidak diberikan, dan jika diperkirakan bahwa akan ada waktu untuk
kemanfaatan janin dari intervensi ini, pemberian kortikosteroid antenatal harus dianggap diluar
dari rencana untuk manajemen kehamilan. Mereka yang menemukan onset baru kontraindikasi
untuk manajemen kehamilan sebelum atau setelah pemberian pengobatan antenatal
kortikosteroid harus disampaikan (Gambar). Jika kondisi ibu dan janin tetap stabil selama
pemantauan rawat inap awal, manajemen kehamilan pada ibu < 34 minggu Usia kehamilan
dapat diteruskan. pemantauan janin secara Kontinyu, dan magnesium sulfat sebagai profilaksis
kejang jika sudah diberikan, dapat dihentikan. ibu yang diduga dengan janin IUGR dan / atau
oligohidramnion biasanya tidak dianggap masuk manajemen kehamilan, di luar penyelesaian
terapi antenatal kortikosteroid karena risiko meningkat untuk hasil yang merugikan termasuk
kematian perinatal. Manajemen dalam setiap kasus harus individual dan berdasarkan pada
tingkat keparahan IUGR, oligohidramnion, dan hasil surveilans kehidupan janin. Untuk
perempuan yang tersisa, potensi resiko ibu dan manfaat perinatal lanjutan pada manajemen
kehamilan setelah pengobatan antenatal kortikosteroid harus ditentukan setelah
mempertimbangkan faktor klinis seperti usia kehamilan, status ibu, dan kemungkinan signifikan
kehamilan yang diperpanjang. Karena potensi kerusakan yang cepat pada kondisi ibu dan / atau
janin selama manajemen kehamilan dengan preeklamsia berat, wanita tersebut secara optimal
harus dirawat di rumah sakit dengan layanan yang mampu mengelola komplikasi kasus obstetri
dan bayi baru lahir prematur. Evaluasi ibu harus mencakup pemantauan tekanan darah, output
urin, dan tanda-tanda atau gejala perhatian (Sakit kepala terus-menerus, perubahan visual, nyeri
epigastrium, nyeri perut, atau
perdarahan vagina). Frekuensi dan pemantauan pada janin harus didasarkan pada usia kehamilan
dan status janin. Selama manajemen kehamilan awal, di penilaian harian berupa jumlah sel
darah dengan jumlah trombosit, juga tes fungsi faal hati dan fungsi ginjal dapat membantu
mengidentifikasi mereka dengan penyakit yang bertambah parah dan membutuhkan perujukan.
Evaluasi parameter koagulasi ibu biasanya tidak diperlukan. Frekuensi pengujian laboratorium
berikutnya dapat ditentukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan perkembangan
penyakit. tingkat Asam urat
dan perubahan konsentrasi protein urin tidak bisa secara pasti memprediksi kondisi ibu atau
perinatal dan karena itu pengukuran seri menawarkan sedikit keunggulan secara klinis.
Tergantung pada durasi
manajemen kehamilan, USG tindak lanjut pemeriksaan untuk evaluasi pertumbuhan janin
dan estimasi volume cairan ketuban juga harus dilakukan. Jika kontraindikasi untuk manajemen
kehamilan tidak didapati pada kehamilan 34 minggu, persalinan harus dimulai pada waktu itu
juga karena risiko yang berkelanjutan untuk ibu dan risiko janin selama lanjutan manajemen
kehamilan.
Haruskah proteinuria parah mengubah pendekatan terhadap pengelolaan preeklampsia
berat?

Kehadiran proteinuria berat pada wanita dengan preeklamsia berat tidak terkait dengan
hasil manajemen kehamilan yang lebih buruk. Dalam satu studi dari 42 wanita hamil yang
dimanajemen
dengan proteinuria berat (didefinisikan sebagai ≥ 5 g/24 jam), perpanjangan kehamilan
signifikan
terjadi, komplikasi ibu yang tidak meningkat, dan resolusi disfungsi ginjal terjadi pada semua
wanita 3 bulan setelah dirujuk. kedua studi mempelajari wanita dengan kategori yaitu,
preeklampsia berat dengan proteinuria ringan (<5 g/24 jam), berat (5-9,9 g/24 jam), atau masif
(>10 g/24 h) . Tidak ada perbedaan dalam tingkat eklampsia, solusio plasenta, paru edema,
sindrom HELLP, kematian neonatal, atau morbiditas neonatal yang diidentifikasi antara
kelompok tersebut. Meskipun jumlah proteinuria meningkat dari waktu ke waktu pada
manajemen kehamilan, perubahan ini tidak bisa memprediksi kehamilan yang dapat
diperpanjang atau hasil dari perinatal. Atas dasar data ini, proteinuria berat tunggal dan tingkat
perubahan proteinuria tidak bisa menjadi pertimbangan Kriteria untuk menghindari atau
menghentikan manajemen kehamilan.

Haruskah manajemen kehamilan ditawarkan ketika HELLP Sindrom hadir?

Wanita dengan sindrom HELLP telah di eksklusi dari sebagian studi manajemen
kehamilan prematur dengan preeklamsia berat, kelainan ini seharusnya dikelola sebagai indikasi
untuk dirujuk. Selanjutnya, kriteria diagnostik yang digunakan untuk sindrom HELLP memiliki
variasi antara jurnal yang di publikasi. Dalam review sistematis dari 12 studi, Magee et al
mengevaluasi frekuensi komplikasi yang dapat terjadi ketika manajemen kehamilan dilakukan
pada subjek dengan sindrom HELLP pada usia kehamilan < 34 minggu. Median [IQR] latensi
untuk dirujuk dalam 5.8 hari [0,8-10,3] tidak dirujuk untuk
indikasi umum janin (median, 70,8%; IQR, 53,9-89,0). Komplikasi (Median [interquartile])
termasuk
hipertensi berat berulang (median, 46,2%; IQR, 33,6 -58,8), solusio plasenta (Median, 5,1%,
IQR, 3,3-6,4), eklampsia (Median, 0,8%, IQR, 0-4,9), hematoma subcapsular (median 3,1%;
IQR, 1,6-4,7), stroke (6,3%), lahir mati (median, 10,5%, IQR, 3,4 - 19,1), dan kematian neonatal
(median, 5,5%; IQR, 4,3-8,9). Pengiriman untuk usia kehamilan bayi kecil (56,3%). Kematian
ibu juga terjadi selama manajemen hamil dari HELLP syndrome.

Sebuah metaanalisis terbaru dari 11 percobaani yang sudah dievaluasi dampak antenatal
pada ibu dengan pengobatan kortikosteroid pada perinatal selama manajemen kehamilan dengan
HELLP. Kajian sistematis ditemukan peningkatan jumlah trombosit ibu ketika diberikan
kortikosteroid,
tapi tidak ada bukti perbaikan angka kematian ibu, morbiditas ibu, atau kematian perinatal / bayi.
Mengingat bukti dan risiko ibu tanpa menunjukkan kemanfaatan pada janin, wanita dengan
sindrom HELLP harus dikelola dengan perujukan, dan pervaginam atau sesar harus diupayakan.
Pemberian kortikosteroid antenatal dapat diberikan bersamaan, jika diperkirakan bahwa akan ada
waktu yang cukup untuk keuntungan janin dari pengobatan itu, tetapi risiko komplikasi bedah
dalam pengaturan
trombositopenia harus dipertimbangkan. Jika pengiriman tertunda selama pemberian antenatal
kortikosteroid (misalnya, untuk pasien dengan temuan yang tidak lengkap, diduga dengan
diagnosis HELLP syndrome), magnesium sulfat profilaksis kejang harus dilanjutkan dan
berkesinambungan
pemantauan janin harus dilakukan karena potensi untuk eklampsia dan kematian janin.
Pengiriman harus dikejar jika kondisi ibu atau janin memburuk, atau setelah selesai pengobatan
ini

Haruskah manajemen hamil akan ditawarkan ketika pertumbuhan janin diduga terjadi
kemunduran (IUGR)?

Meskipun tidak ada uji coba prospektif yang telah dievaluasi manfaat dan risiko
manajemen kehamilanketika diduga terjadi IUGR dalam pengaturan preeklampsia berat
prematur, 2 retrospektif observasional penelitian menjelaskan hasil pada beberapa
kehamilan.Dalam salah satu penelitian terhadap ekspansi volume selama manajemen kehamilan
dengan preeklamsia berat, dengan dugaan pembatasan pertumbuhan janin (IUGR) (didefinisikan
sebagai USG perkiraan berat < Persentil ke-10 atau lingkar perut < Persentil ke-5) memiliki
kehamilan rata-rata perpanjangan 7 hari, dan frekuensi hasil yang merugikan (kematian perinatal,
penyakit paru-paru kronis, kelas ≥ 3 perdarahan intraventrikular, atau kelas ≥ 2 leukomalacia
periventrikular) untuk kelompok ini adalah sama dengan keseluruhan cohort. Penelitian kedua
membandingkan 14 wanita dengan preeklampsia berat dan diperkirakan berat badan janin <
persentil ke-10 dengan 33 wanita tanpa IUGR. Hanya perpanjangan kehamilan singkat (3,1 hari)
terlihat dengan manajemen kehamilan, dan insiden morbiditas neonatal adalah serupa antara
mereka dengan atau tanpa pembatasan pertumbuhan janin (IUGR). Peneliti ini
merekomendasikan perujukan setelah pemberian kortikosteroid antenatal dalam kasus tersebut.
sementara penelitian lain yang telah diterbitkan gagal untuk menunjukkan manfaat dari
manajemen kehamilan dengan preeklampsia berat bersamaan dengan adanya IUGR, jumlah mata
pelajaran yang dikaji kecil dan ada keparahan dengan spektrum yang luas pada IUGR.
Keputusan mengenai pasien manajemen kehamilan ini harus individual.
Dapatkah preeklampsia berat terjadi sebelum batas viabilitas kehamilan mendapat
pengobatan?

Preeklamsia berat yang berkembang dekat dengan batas viabilitas janin dikaitkan dengan
kemungkinan tinggi morbiditas perinatal dan kematian, terlepas dari manajemen kehamilan.
Namun, data mengenai hasil manajemen kehamilan yang dikategorikan dalam satu minggu
kehamilan pada
diagnosis ini adalah terbatas. Tingkat kelangsungan hidup dari 0/34 (0%), 4/22 (18,2%), dan
15/26 (57,7%) telah dilaporkan setelah manajemen kehamilan dengan preeklampsia berat
dimulai
< 23 minggu, pada 23 minggu, dan pada 24 minggu usia kehamilan. Laporan lainnya juga
menyarankan kelangsungan hidup yang jarang pada manajemen hamil dengan preeklampsia
berat. < 23-24 minggu, Explicit konseling tentang kemungkinan buruk hasil perinatal dengan
manajemen kehamilan
harus disediakan. Perujukan harus dipertimbangkan ketika preeklampsia berat
terjadi sebelum batas viabilitas (Gambar)

Apa peran terapi antihipertensi selama manajemen kehamilan?

Pada wanita dengan preeklamsia berat, mengontrol tekanan darah ibu diperlukan untuk
mengurangi risiko akut hipertensi (misalnya, kerusakan serebrovaskular, iskemia miokard), tapi
penurunan dramatis juga dapat mengganggu perfusi uteroplasenta. obat antihipertensi harus
dipertimbangkan jika tekanan darah sistolik masih terus-menerus > 160 mmHg, Atau jika darah
diastolik Tekanan terus berlanjut > 110 mm Hg. Sekali diobati, kisaran target Tekanan darah
sistolik harus 140-155 mm Hg dan tekanan darah diastolik 90-105 mm Hg. Meskipun parenteral
Terapi antihipertensi mungkin diperlukan pada awalnya untuk mengkontrol tekanan darah akut,
obat-obatan oral dapat dimanfaatkan untuk manajemen kehamilan dapat dilanjutkan. Labetalol
per oral dan calcium channel blockers umumnya telah digunakan. Satu pendekatan, yaitu
memulai rejimen awal labetalol di 200mg per oral setiap 12 jam, dan meningkatkan dosis hingga
800 mg per oral setiap 8-12 jam sesuai kebutuhan (total maksimum 2.400 mg / d). Jika dosis
maximum yang tidak memadai untuk mencapai tujuan tekanan darah yang diinginkan, maka
short-acting nifedipin oral dapat ditambahkan pada dosis awal 10 mg oral setiap 6 jam dan
meningkat sesuai kebutuhan hingga 20 mg setiap 4 jam (40-120 mg / d). sebuah alternatif
rejimen, yaitu persiapan long-acting nifedipin (sampai 30-60 mg / d). Berikut kontrol awal
hipertensi berat, tekanan darah harus diukur setidaknya setiap 6-8 jam. Jika ada hipertensi berat
persisten berulang, meskipun telah diterapi memadai dengan antihipertensi oral atau intravena,
perujukan harus segera dilakukan setelah ibu stabil.
Strategi apa yang tersedia untuk penilaian janin selama manajemen kehamilan?

Tidak ada percobaan acak yang telah mengidentifikasi Metode optimal penilaian janin
selama
manajemen kehamilan dengan preeklampsia berat, namun ada kesepakatan bahwa pengujian
janin diindikasikan jika kehamilan dianggap viable. Nonstress testing (NST) dianjurkan, tetapi
frekuensi optimal pengujian dan nilai tambahan profil biofisik pengujian belum ditentukan. Salah
satu pendekatan untuk surveilans janin melibatkan setidaknya NST harian, dengan biofisik
pengujian profil anonreactive
Hasil NST ditemui. Tindak lanjut evaluasi pertumbuhan janin dan estimasi volume cairan
ketuban harus
juga dapat dilakukan. Jika ada IUGR, dan manajemen kehamilan dilakukan, maka penggabungan
studi aliran darah dan Doppler menjadi Skema manajemen individual yang sudah tepat.

Apa indikasi untuk perujukan setelah manajemen kehamilan?

Dalam penelitian yang dipublikasikan manajemen kehamilan dengan preeklamsia


prematur berat, perujukan biasanya telah dilakukan di sekitar 34 minggu masa gestasi. Namun,
kondisi ibu
dan / atau kondisi janin sebelum usia kehamilan ini adalah alasan paling umum untuk perujukan.
indikasi ibu untuk perujukan yang digambarkan pada Gambar. Pengiriman juga harus
dipertimbangkan untuk wanita dengan Pengamatan rawat inap berkelanjutan; persisten
epigastrium berkembang atau kuadran kanan atas nyeri, mual, atau muntah, dan untuk mereka
yang mengalami kelahiran prematur atau
pecah ketuban (Gambar). Ketika pengiriman diindikasikan, persalinan pervaginam sering bisa
dicapai, tapi ini kurang mungkin dengan usia kehamilan yang terlalu muda. dengan tenaga
induksi, kemungkinan kelahiran sesar meningkat dengan berkurangnya kehamilan usia dalam
pengaturan ini (kisaran, 93-97% < 28 minggu, 53-65% pada 28-32 minggu, dan 31-38% pada
usia kehamilan 32-34 minggu)

REKOMENDASI
Bukti Tingkat I dan II
Rekomendasi level A
1. Manajemen kehamilan dengan preeklampsia berat jauh dari istilah yang tepat
dalam kasus-kasus tertentu, dan terkait dengan perpanjangan kehamilan dan peningkatan bayi
baru lahir.
Bukti Tingkat II dan III
Rekomendasi tingkat B
2. Wanita dengan gejala persisten preeklampsia berat, hipertensi tak terkendali parah, eklampsia,
paru edema, solusio plasenta, koagulasi intravaskular disseminata, disfungsi ginjal yang
signifikan dengan onset baru, dan mereka yang memiliki Hasil surveilans abnormal pada janin,
biasanya harus segera dirujuk setelah ibu stabil.
Bukti Tingkat I
Rekomendasi level A
3. Jika sebelumnya tidak diberikan, dan jika dipertimbangkan bahwa akan ada waktu untuk
kemanfaatan janin dari intervensi ini sebelum dilakukan perujukan, administrasi antenatal
kortikosteroid harus dipertimbangkan terlepas dari rencana untuk manajemen kehamilan.
Bukti Tingkat III
Rekomendasi level C
4. Karena risiko yang sedang berlangsung untuk ibu dan risiko janin selama manajemen
kehamilan lanjutan, perujukan untuk preeklamsia berat harus dilakukan pada usia kehamilan 34
minggu untuk
mereka yang mengatakan bisa untuk mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan ini.
Bukti Tingkat II
Rekomendasi level A
5. Proteinuria berat tunggal dan tingkat perubahan proteinuria harus tidak dianggap sebagai
kriteria untuk menghindari atau mengakhiri manajemen kehamilan.
Bukti Tingkat I dan II
Rekomendasi level A
6. Wanita dengan HELLP syndrome tidak bisa memenuhi syarat untuk dilakukan manajemen
kehamilan. akhiri persalinan pervaginam atau kelahiran sesar harus segera dilaksanakan.
Bukti Tingkat II dan III
Rekomendasi tingkat B
7. Keputusan mengenai manajemen hamil dengan preeklampsia berat dicurigai dengan IUGR
harus secara individual.
Bukti Tingkat I dan II
Rekomendasi tingkat B
8. Konseling eksplisit mengenai potensi risiko ibu harus disediakan dan perujukan harus
dipertimbangkan ketika preeklampsia berat terjadi sebelum batas viabilitas

You might also like