You are on page 1of 89

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN
DI ASRAMA PUTRI 2 PONDOK PESANTREN DARUL
„ULUM JOMBANG

PENELITIAN KEPERAWATAN

OLEH :

MAFTUHAH
NIM: 7313072

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL„ULUM
JOMBANG
2017
i
ii

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI ASRAMA PUTRI 2 PONDOK
PESANTREN DARUL „ULUM JOMBANG

PENELITIAN KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unipdu Jombang

Oleh :

MAFTUHAH
7313072

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2017

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Maftuhah

NIM : 7313073

Tempat & tanggal lahir : Sampang, 16 April 1995

Institusi : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri

Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren

Darul „Ulum Jombang” adalah bukan skripsi milik orang lain baik sebagian

maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan

sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Jombang, 26 Maret 2017

Yang menyatakan,

Maftuhah

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi penelitian oleh : Maftuhah

Judul : Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Perilaku

Pencegahan Keputihan Di Asrama Putri 2 Pondok

Pesantren Darul „Ulum Jombang

Telah Disetujui Untuk Diajukan Dihadapan Dewan Penguji Skripsi.

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Urifah, S.kep. Ns, M. SN. Nasrudin, S.KM.M.Kes.


11 010810 166 11 010901 053

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh tim Penguji pada Ujian Skripsi pada Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul

‟Ulum Jombang.

Pada tanggal : Juni 2017

Mengesahkan,

Tim Penguji

Penguji I : Khotimah, S.Kep.,Ners., M.Kes.

Penguji II : Mukhoirotin, S. Kep., Ns,M. Kes

Penguji III : Siti Urifah, S.kep. Ns, M. SN

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum Jombang

Mukhamad Rajin, S. Kep., Ns., M. Kes.


NIPY: 11 010901 031

v
PERSEMBAHAN

1. Terima kasih untuk kedua orang tua saya (Aba Mas‟ad dan Ummik

Misyati). Selama proses pangambilnya sarjana ini selalu

mendengarkan keluh kesah saya, mendukung dan memotivasi saya.

2. Terima kasih untuk kedua saudara saya (kak Basit dan Fivi), kakak

ipar saya (teh Nita), dan juga ponakan saya (aa‟ Azka) yang selalu

memberikan saran dan menyemangati saya selama kuliah ini.

3. Terima kasih untuk teman saya (Ifik, Adi,Febri,Febi,)yang telah

menemani saya dan memberikan warna dipertemanan ini.

4. Terima kasih untuk Mbk-Mbk kape. Mbk latep, Mbk pit, Bu de,

Abang, Dek cer, Sripah, Caelek, dan Ipiek. Telah memotivasi selama

proses pengambilan gelar sarjana ini.

5. Terima kasih untuk teman S1 keperawatan 2013 banyak pelajaran

yang dapat saya ambil dari perjuangan ini. Sukses selalu untuk kita

semua.

6. Terima kasih untuk teman Astrida angkatan 2013. Fahim, Ifik,

Asyrifah, Atiqa, Luthfi, Iswa, Rahmani, Liha, Iid, Susi, Nia, dan

Ninis. Teman seperjuangan di Astrida saya, kekonyolan kalian tak kan

terlupakan.

7. Terima kasih untuk semuanya, yang tak dapat saya sebutkan satu

persatu. Tanpa kalian saya bukanlah apa-apa. Semoga kita dapat

bertemu saat kita sama-sama sukses.

vi
MOTTO

“Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut

dipupuk,

Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri dan Sanak family”

“Berotak London, Berhati Masjidil Haram, Bekerja Jepang”

“Jangan lupa khusnudzon”

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya berupa kesehatan dan

kesempatan waktu yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku

pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Strata S1 Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum

Jombang.

Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada jujungan sekaligus

panutan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran islam yang hakiki

kepada kita sekalian, sehingga termotivasi dalam menyelesaikan proposal ini,

Mengingat dalam membuat proposal ini tidak dapat lepas dari berbagai pihak

yang membantu dalam memberi dorongan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. Selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi

Darul „Ulum Jombang.

2. Andi Yudianto, S. Kep. Ns., M. Kes. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum Jombang.

3. Mukhammad Rajin,S.Kep., Ners., M.Kes selaku Ka.Prodi S1 keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum

Jombang.

viii
4. Siti Urifah, S. Kep. Ners., M. SN. Selaku pembimbing 1 saya yang senantiasa

sabar dan memberikan motivasi yang luar biasa terhadap saya dalam

pembuatan skripsi ini.

5. Nasrudin, S.KM.,M.Kes Selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam pembuatan proposal ini yang saya sangat

rasakan dukungannya.

6. Seluruh Staff Pengajar Prodi Sarjana 1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum Jombang.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis

menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.

Jombang, 25 Maret 2017

Penulis

ix
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN


PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI ASRAMA PUTRI 2
PONDOK PESANTREN DARUL „ULUM JOMBANG

Oleh : Maftuhah

Keputihan merupakan suatu kondisi dimana cairan yang berlebihan


keluar dari vagina. Keputihan dapat dibagi menjadi 2, yaitu keputihan
normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Tujuan diakukan
penelitian ini untuk menganalisis adanya hubungan pengetahuan remaja
putri dengan perilaku pencegahan keputihan diasrama putri 2 Pondok
Pesantren Darul „Ulum Jombang.

Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan metode cross-


sectional dengan populasi 50 remaja putri dan dengan jumlah sampel
sebanyak 44 responden dengan menggunakan teknik simpel random
sampling. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari dengan memberikan
kuesioner. Uji statistik menggunakan uji spearmen tingkat kemaknaan p
< 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikan (α) 0,001. Sehingga ada


hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan
keputihan di Asrama putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku


seseorang dalam melakukan tindakan pada pencegahan keputihan. Serta
perilaku sangat dipengaruhi dengan tingkat pengetahuan,baik itu remaja
SMP mau pun SMA.

Kata kunci : perilaku, keputihan, pengetahuan

x
ABSTRAC

RELATIONSHIP KNOWLEDGE OF ADOLESCENT KNOWLEDGE


WITH BEHAVIOR PREVENTION BEHAVIOR IN DORMITORY 2
PONDOK PESANTREN DARUL 'ULUM JOMBANG

By : Maftuhah

Flour albus is a condition where excessive fluid comes out of the vagina.
Whitish can be divided into 2, namely normal Flour albus (physiological)
and abnormal (pathological) whiteness. The purpose of this research is to
analyze the existence of the relationship of knowledge of young women
with the behavior of the prevention of the Flour albus of in dormitory
daughter 2 Pondok Pesantren Darul 'Ulum Jombang.

This study uses correlational design with cross-sectional method with


population of 50 female teenager and with total sample counted 44
respondents by using simple random sampling technique. This research
was conducted for 2 days by giving questionnaire. Statistical test using
spearmen test of significance level p < 0,05.

The results showed that significant (α) 0.001. So there is a relationship of


knowledge of young women with flour albus prevention behavior in
female dormitory 2 Pondok Pesantren Darul 'Ulum Jombang.

It can be concluded that knowledge can affect a person's behavior in taking


action on the prevention of whiteness. As well as behavior is strongly
influenced by the level of knowledge, be it junior high school adolescents
and even high school.

Keywords: behavior, Flour albus, knowledge

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR .............................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRAC............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.4.1 Bagi peneliti ...........................................................................................4
1.4.2 Bagi peneliti selanjutnya........................................................................5
1.4.2 Bagi Masyarakat ....................................................................................5
BAB II6 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1 Konsep Remaja .............................................................................................. 6
2.1.1 Definisi Remaja .....................................................................................6
2.1.2 Perkembangan Fisik Remaja .................................................................6
2.1.3 Perkembangan Psikososial Remaja .......................................................7
2.1.4 Tugas Perkembangan Remaja................................................................8
2.2 Konsep Permasalahan Keputihan pada Remaja .......................................... 10
2.2.1 Flour albus (leuchorroe) ......................................................................10
2.2.2 Patogenesis Keputihan .........................................................................11
2.3 Konsep Pencegahan Keputihan Pada Remaja ............................................. 16
2.3.1 Anatomi Sistem Reproduksi Remaja .................................................. 16
2.3.2 Cara Mencegah Keputihan Pada Remaja Putri ................................... 20
2.4 Konsep perilaku ........................................................................................... 21
2.4.1 Definisi perilaku ................................................................................. 21
2.4.2 Teori perilaku...................................................................................... 22
xii
2.5 Konsep Pengetahuan .................................................................................... 22
2.5.1 Pengetahuan (knowlegde) ................................................................... 22
2.5.2 Sikap (attitude) ................................................................................... 24
2.5.3 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku .................................................... 24
2.6 Definisi Peran Perawat ................................................................................ 25
2.6.1 Peran Perawat ..................................................................................... 25
2.7 Kerangka Konsep Teori............................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ........................... 29
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................................. 29
3.2 Hipotesis ...................................................................................................... 29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 31
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 31
4.2 Kerangka Kerja ............................................................................................ 32
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 33
4.3.1 Populasi ...............................................................................................33
4.3.2 Sampel .................................................................................................33
4.3.3 Sampling ..............................................................................................34
4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 34
4.4.1 Identifikasi Variabel ............................................................................34
4.4.2 Variabel Independen ............................................................................35
4.4.3 Variabel Dependen ..............................................................................35
4.4.4 Definisi Operasional ............................................................................35
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 38
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 38
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ........................................... 38
4.7.1 Pengambilan Data ................................................................................38
4.7.2 Pengumpulan data ................................................................................39
4.7.3 Pengolahan Data ..................................................................................39
4.8 Analisis Data ............................................................................................... 41
4.8.1 Analisa Univariat .................................................................................41
4.8.2 Analisa Bivariat ...................................................................................42
4.9 Etika Penelitian .......................................................................................43
4.9.1 Lembar Persetujuan ( Informen consent )............................................43
4.9.2 Tanpa Nama ( Anonimity )...................................................................44
4.9.3 Kerahasiaan (Confiddentially) .............................................................44
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 45
5.1 Hasil penelitian ..............................................................................................45
5.1.1 Data Umum ..........................................................................................45
5.1.2 Data Khusus .........................................................................................46
5.1.2.1 Pengetahuan ......................................................................................46
5.1.2.2 Perilaku .............................................................................................47

xiii
5.1.3 Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan
keputihan ...........................................................................................47
5.2 Pembahasan ...................................................................................................48
5.2.1 Pengetahuan remaja dalam melakukan pencegahan keputihan ...........48
5.2.2 Perilaku pencegahan keputihan pada remaja .......................................49
5.2.3 Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan
keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren Darul „Ulum
Jombang ............................................................................................50
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................52
6.2 Saran ..........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................................... 56

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan pengetahuan remaja putri


tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di
asrama putri 2 pondok pesantren darul „ulum jombang ................... 36

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, haid pertama, haid


pertama, dan pendidikan pada remaja di Asrama Putri 2 Pondok
Pesantren Darul „Ulum Jombang bulan Mei 2017 ......................... 46

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pada remaja


di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang
bulan Mei 2017................................................................................. 46

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan perilaku pada remaja di


Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang bulan
Mei 2017. ......................................................................................... 47

Tabel 5.4 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan perilaku


pencegahan keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren Darul
„Ulum Jombang bulan Mei 2017 ...................................................... 47

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Genitalia Eksterna Pada Remaja Putri ............................................ 17

Gambar 2.2 Genitalia Interna Pada Remaja Putri ............................................... 17

Gambar 2.3 Kerangka Teori ............................................................................... 28

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 29

Gambar 4.1 Kerangka Kerja .............................................................................. 32

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Pencarian Data ...................................................... 56

Lampiran 2 Kuesioner dan Tabulasi ................................................................... 57

Lampiran 3 Hasil SPSS ....................................................................................... 63

Lampiran 4 Lembar Konsul ................................................................................ 66

Lampiran 5 Daokumentasi .................................................................................. 68

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh seperti timbul ciri-ciri seksual sekunder

contohnya, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan psikologi dan kognitif

(Mareta, 2012). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24

tahun (Ahmad, 2012).

Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan kesehatan

diri terutama kesehatan reproduksi / hygiene genitalia. Hasil sensus

penduduk Indonesia tahun 2010 terdapat sebanyak 237,6 juta jiwa, yang

didalamnya terdapat 63,4 juta jiwa adalah remaja yang terdiri dari laki-laki

32.164.436 (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.021 (49,30%) (Arsin,

2015).

Keputihan adalah cairan yang keluar selain darah dari liang vagina

diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta diseratai rasa gatal

setempat. Keputihan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu keputihan normal dan

abnormal. Keputihan normal adalah cairan encer, bening, tidak gatal, tidak

berbau, jumlahnya sedikit cairan ini keluar dari vagina yang berwarna putih

yang biasanya keluar menjelang haid, sedangkan keputihan yang abnormal

adalah Cairan kental berwarna putih susu / hijau, berbau, dan terasa gatal.

Keputihan abnormal dapat menyebabkan infeksi atau peradangan, ini terjadi

karena perilaku yang tidak sehat seperti membersihkan vagina dengan air
1
2

kotor, menggunakan cairan pembersih vagina yang berlebihan, cara cebok

yang salah, stress yang berkepanjangan, serta penggunaan bedak talcum / tisu

dan sabun dengan pewangi pada daerah vagina (Kusmiran, 2012). Perilaku

yang tidak sehat tersebut dapat di sambung oleh pengetahuan yang kurang,

seperti pengetahuan tentang keputihan dan macam-macam keputihan serta

akibat dari keputihan. (Emi, 2012).

Di Indonesia sebanyak 75% remaja pernah mengalami keputihan

minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami

keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Desi dkk, 2016). Salah satu faktor

keputihan disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang terjadi karena

membersihkan vagina dengan air kotor, pemakaian pembilasan yang

berlebihan, serta celana dalam yang tidak menyerap keringat (Desi dkk,

2016). Keputihan banyak terjadi pada remaja yang berada di pondok

pesantren karena lingkungan pesantren yang lembab dan sanitasi yang buruk

(Fitriyah dkk, 2013).

Perawatan genetalia yang tidak benar dapat mengakibatkan

terjadinya keputihan yang patologis. Hal ini disebabkan karena banyak

remaja putri yang belum paham dan peduli bagaimana cara merawat organ

reproduksinya (Emi, 2012). Kurangnya pengetahuan yang memadai tentang

cara perawatan organ genetalia yang benar membuat seseorang akan mudah

berperilaku tidak sehat terutama tentang menjaga kebersihan genitalia seperti

segera mengganti celana dalam ketika celana basah, tidak menggunakan

pembersih vagina, serta tidak saling bergantian dalam menggunakan handuk,

dan sebaliknya jika seseorang yang memiliki pengetahuan tentang cara


3

perawatan kebersihan genitalia yang benar akan lebih memilih berperilaku

yang tepat dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya (Arsin, 2015).

Lawrence green mengatakan perilaku seseorang dibentuk oleh beberapa

faktor yaitu, predisposisi, pendukung, dan pendorong, yang mana ketiga

domain ini dapat diukur dari pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan di asrama putri 2

pondok pesantren Darul „Ulum Jombang menyatakan bahwa dari 30 remaja

putri 18 orang yang masih belum mengetahui tentang cara pencegahan

keputihan. Mereka juga masih melakukan pencegahan keputihan dengan cara

menggunakan pembersih vagina, menggunakan bedak, dan lain

sebagainya.hal ini dapat memicu keputihan yang abnormal baik dilihat dari

sanitasi asrama dan juga perilaku remaja. Pengetahuan mereka masih kurang

karena Mereka masih belum paham apa itu keputihan serta penyebabnya.

Mereka juga masih meniru temannya untuk pencegahanya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku

pencegahan keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren darul „ulum

jombang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana hubungan pengetahuan


4

remaja putri dengan perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2

Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku

pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan

di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

2. Mengidentifikasi perilaku pencegahan keputihan remaja putri di

Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan

perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren

Darul „Ulum Jombang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Sebagai bahan pertimbangan dalam menggambarkan hubungan

pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan keputihan di

Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.


5

1.4.2 Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam

menggambarkan hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku

pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada masyarakat

dalam perawatan kesehatan khususnya dalam mengatasi perilaku

pencegahan keputihan pada remaja putri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun

demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga

istilah adolesens (dalam bahasa Inggris: adolescence). Para ahli

merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat

dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial

atau kematangan yang menyertai masa pubertas. Menurut WHO (2010),

yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan

penggolongan umur, masa remaja terbagi atas masa remaja awal (10-13

tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun) dan masa remaja akhir (17-19

tahun) (Depkes Jakarta I, 2010).

2.1.2 Perkembangan Fisik Remaja

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya

seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima

perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu pertambahan tinggi

badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder,

perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta

6
7

perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan

kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada periode

pubertas berlangsung dengan sangat cepat dalam siklus yang teratur dan

berkelanjutan. (Batubara, J.R.L, 2010 dikutip dari sari pediatri Vol. 12)

2.1.3 Perkembangan Psikososial Remaja

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada

remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk

tubuhnya dan mencoba mmbandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika

perubahan lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan

emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak

perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya.

Perubahan psikososial pada remaja dibagi pada tiga tahap yaitu

remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir

(late adolscent)

Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi

pada usia- usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar

pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan

perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.

Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia

15-17 tahun. Pada periode ini middle adolescent mulai tertarik akan

intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan,

mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian pada

lawan jenis.
8

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh

tercapainya maturitas fisik secara sempurna. (Batubara,J.R.L, 2010 dikutip

dari sari pediatri Vol. 12)

2.1.4 Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Widiyastuti (2009), ada beberapa tahap perkembangan

remaja :

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin. Artinya

memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria,

menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka dapat

bekerjasama dengan orang lain dengan tujuan bersama, dapat

menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar

memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing-masing. Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-

masing sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat.

c. Menerima kenyataan, jasmanilah serta menggunakan seefektif

mungkin dengan perasaan puas.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang

tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang

tua atau orang lain.

e. Mencapai kebebasan ekonomi, dia merasa sanggup untuk hidup

berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama penting bagi laki-laki. Akan


9

tetapi dewasa ini bagi kaum wanitapun tugas ini berangsur-angsur

menjadi tambah penting.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan,

artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan

mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

g. Mempersipkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan

keluarga dan memiliki anak. Bagi kaum wanita hal ini harus

dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana

mengurusi rumah tangga dan mendidik anak.

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya

adalah bahwa untuk menjadi warga Negara yang baik perlu memiliki

pengethauan tentang hokum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi,

tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungajwabkan.artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan

sosial sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab, menghormati

serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya

baik regioanal maupun nasional.

j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakan dan sebagai pandangan hidup.


10

2.2 Konsep Permasalahan Keputihan pada Remaja

Keputihan merupakan suatu kondisi dimana cairan yang berlebihan

keluar dari vagina. Keputihan dapat dibagi menjadi 2, yaitu keputihan

normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan yang

bukan merupakan penyakit (fisiologis) dapat terjadi pada setiap remaja.

Cairan yang keluar biasanya bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

gatal. Jumlah cairan yang keluar bisa sedikit atau cukup banyak. Biasanya

terjadi sebelum dan sesudah mensturasi, pada saat terangsang secara

seksual, stress, atau usai olahraga. Sedangkan ciri-ciri cairan yang abnormal,

cairannya sudah tidak bening lagi, berwarna putih kekuningan, keabu-abuan

sampai kehijauan, kental, berbau seperti telur busuk atau anyir, gatal dan

jumlahnya lebih banyak. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya kanker

serviks (Niken, 2014).

2.2.1 Flour albus (leuchorroe)


Flour albus (keputihan) adalah cairan yang keluar berlebihan dari

vagina dan bukan berupa darah. Menurut Winknjosastro, flour albus adalah

nama gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari organ genitalia

yang tidak berupa darah. Sedangkan menurut kusmiran (2012), keputihan

adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik

berbau ataupun tidak, disertai rasa gatal setempat. Keputihan terbagi

menjadi 2 macam yaitu :

1. Keputihan fisiologis

Keputihan fisiologis adalah cairan yang keluar kadang-kadang

berupa mucus yang banyak mengandung epitel dengan leukosit yang jarang
11

atau cairan yang keluar dari vagina berbau, berwarna hijau, dan terasa gatal.

Sedangkan keputihan patologis kandungan leukositnya banyak. Keputihan

fisiologis dipengaruhi oleh hormon, yang biasanya terjadi pada saat

menjelang dan sesudah haid, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus

mensturasi saat terangsang hamil, kelelahan, stress, dan mengkonsumsi

obat-obat hormonal seperti pil KB.

2. Keputihan patologis

Adalah cairan eksudat yang banyak mengandung leukosit. Ini

terjadi karena reaksi tubuh terhadap luka (jejas).jejas biasanya diakibatkan

oleh infeksi mikroorganisme seperti jamur (Kandadi Albikan), parasit

(Trikomonas), dan parasit (E.Coli, Staphylococcus,Treponema pallidum).

Flour albus juga bisa disebabkan benda asing, neoplasma jinak, lesi,

prakanker, dan neoplasma ganas. (Emi, 2012)

2.2.2 Patogenesis Keputihan

Dalam perkembangan organ genitalia wanita mengalami berbagai

perubahan mulai bayi hingga menopause.keputihan yang fisiologis dapat

berubah menjadi patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Seperti jamur,

parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina terganggu,

mengakibatkan PH vagina menjadi basa membuat kuman penyakit

berkembang dan hidup subur dalam vagina.


12

1. Etiologi

Keputihan fisiologis disebabkan oleh :

1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina

janin sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari

mengeluarkan keputihan.

2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.

3. Rangsangan saat koltus.

4. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim

saat masa ovulasi.

5. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk

mencegah kuman masuk kerongga uterus

2. Keputihan patologis dapat terjadi karena disebabkan :

1. Infeksi

a. Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah Kandida

Albikan. Biasanya disebut juga dengan Kandiasis Genitalia.

Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat terjadi pada wanita

yang belum menikah. Beberapa faktor pencetus antara lain

pemakaian obat antibiotika kortikosteroid yang lama, kehamilan,

kontrasepsi hormonal, kelainan endokrin seperti diabetes militus.

Selain itu bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubuh seperti

penyakit-penyakit kronis, serta selalu memakai pakaian dalam yang

ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.

Keluhan yang biasa ditimbulkan adalah rasa gatal atau panas pada

alat kelamin, lendir kental dan berwarna putih, bergumpal seperti


13

butiran tepung. Kadang disertai rasa nyeri waktu senggama dan

keluarnya cairan pada masa sebelum mensturasi. Vulva terlihat

merah (eritem) pada saat pemeriksaan klinis, kadang-kadang

disertai erosi kar na garukan.

b. Bakteri

1) Gonokokus

Penyakit ini disebut juga dengan Gonerrhoe, sering terjadi

akibat hubungan seksual (PMS). Gonokokus yang purulen

mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel urethra

dan mokus vagina. Pada hari ke tiga bakteri tersebut sudah

mencapai jaringan ikat dibawah epitel dan terjadi reaksi

radang.

2) Klamidia Trakomatis

Sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan penyakit

menular seksual. Klamidia juga sering pencetus terjadinya

penyakit rdang pelvis, kehamilan diluar kandungan, dan

infertilitas.

3) Grandnerella

Menimbulkan peradangan pada vagina tidak spesifik,

menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa

amin, berwarna keabu-abuan, biasanya gejala flour albus yang

berlebihan, berbau dan disertai rasa tidak nyaman di bagian

bawah perut.
14

4) Terponema Palidum

Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif dan bisa

menyebabkan penyakit sipilis yang ditandai dengan

kondilomalata pada vulva dan vagina.

5) Parasit

Jenis Trikomonas Vaginalis adalah parasit yang paling sering

menyebabkan keputihan. Penularan yang paling sering adalah

lewat koitus, biasanya parasit ini kalau pada peria terdapat di

uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan adalah flour albus

encer sampai kental, kekuningan dan agak bau disertai rasa

gatal dan panas.

6) Virus

Jeis virusnya adalah human papiloma virus (HPV) dan Herpes

simpleks, ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan

berbau, tetapi tidak disertai rasa gatal.

2. Kelainan organ kelamin didapat atau bawaan

Seperti rektovaginalis atau fistel vesikovaginal, cedera persalinan dan

radiasi kanker genitalia atau kanker itu sendiri.

3. Benda asing

Misalnya pesarium untuk penderita hernia, tertinggal kondom atau

prolaps uteri dapat mengakibatkan keluarnya secret vagina yang

berlebihan.
15

4. Neoplasma jinak

Tomur jinak yang ada pada lumen akan mengakibatkan peradangan

dan akhirnya mengalami keputihan.

5. Kanker

Pada penyakit kanker sel akan cepat tumbuh secara abnormal dan

mudah mengalami kerusakan, gejala yang ditimbulkan ialah cairan

yang berbau busuk dan banyak disertai darah tak segar.

6. Fisik

Akibat adanya tampon, penggunaan alat kontrasepsi IUD dan gejala

trauma pada alat genitalia.

7. Menopause

Pada masa menopause mengalami penurunan pada hormon estrogen

sehingga vagina kering, juga disertai penipisan pada lapisan sel, ini

mengakibatkan mudah terjadi luka dan disertai infeksi.

Gejala pada keputihan abnormal tergantung pada jenis kuman yang

menyerang, keputihan yang disebabkan oleh jamur kandida, secret yang

dikeluarkan seperti susu dan mengakibatkan gatal pada vagina. Kondisi ini

biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.

Keputihan yang disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing

di vagina, secret yang dikeluarkan berwarna putih kehijauan atau

kekuningan dan berbau tidak sedap. Kalau infeksi sudah sampai pada

organ dalam rongga panggul biasanya gejala keputihan disertai rasa nyeri

perut di bagian bawah dan atau nyeri panggul bagian belakang. Sedangkan

infeksi yang disebabkan Gonorrhoae, secret sedikit atau banyak berupa


16

nanah dan rasa sakit panas pada saat kencing atau berhubungan seksual.

Keputihan yang disebabkan erosi pada mulut rahim secret berwarna

kecoklatan (darah) dan terjadi pada saat senggama. Pada kejadian kanker

serviks, secret bercampur darah dan berbau khas akibat se-sel yang mati.

(Emi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan

penanganan keputihan patologis pada siswi SLTA atau sederajat di kota

banjar baru, 2012)

2.3 Konsep Pencegahan Keputihan Pada Remaja

2.3.1 Anatomi Sistem Reproduksi Remaja

Sistem reproduksi remaja putri terbagi menjadi dua yaitu bagian

eksterna dan interna, keduanya dihubungkan dengan saluran yang disebut

liang vagina. Liang vagina panjangnya 7,5 cm serta diujung atasnya

terbentuk menjadi satu dengan serviks dan leher rahim, terbuka bagian

luar tubuh pada ujung bawahnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :


17

Gambar 2.1 genitalia eksterna pada remaja putri

Gambar 2.2 genitalia interna pada remaja putri

1. Organ Bagian Eksterna

organ bagian eksterna dibatasi oleh labia mayora dan identik

dengan bentuk serotum pada laki-laki. Di bagian mayora terdapat kelenjar

sebacea (penghasil minyak) dan tempat keluar kelenjar keringat. Labia

mayora setelah masa pubertas akan ditumbuhi rambut, selain itu dibagian

dalam dari labia mayora disebut labia minora. Dimana labia minora

mengelilingi lubang vagina dan urethra. Lubang vagina disebut forset, dan
18

akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan kelenjar bertholini jika ada

rangsangan.

Urethra yang berada dibagian vagina, merupakan lubang tempat

keluarnya air kemih dari kandung kemih. Dibagian ini dekat dengan

klitoris, dimana klitoris merupakan pertemuan antara labium minora kiri

dan kanan, bentuknya agak menonjol dan sangat sensitif (sama dengan

penis pada laki-laki). Seperti halnya laki-laki yang mempunyai kulit tepat

pada ujung penisnya, begitu juga pada klitoris milik perempuan dibungkus

oleh sebuah lipatan yaitu preputium, klitoris sangat sensitif dengan

rangsangan dan bisa mengalami ereksi juga.

Bagian alat kelamin eksterna perempuan yang merupakan

pertemuan labium mayora kiri dan kanan dibagian belakang disebut

dengan perineum. Perineum terdiri dari jaringan fibromuskuler yang

berada diantara vagina dan anus, pada perineum dan labia mayora

dibungkus oleh kulit yang sama dengan kulit bagian tubuh lainnya, dimana

kulit tersebut tebal dan kering. Sedangkan labia minora dan vagina

ditutupi oleh selaput lendir, strukturnya sama dengan kulit tetapi karena

adanya cairan dari pembuluh darah maka lapisan permukaannya menjadi

lembab. Dan labium minora juga tampak berwarna pink karena kaya akan

pembuluh darah. Pada lubang vagina juga terdapat selaput yang

mengelilinginya yaitu yang bernama hymen (selaput dara). Selaput darah

mempunyai keelastisan yang berbeda-beda, maka apabila berhubungan sex

yang pertama kali selaput dara seorang perempuan bisa mengalami

robekan, atau ada juga yang tidak sobek karena hymennya sangat elastis.
19

2. Organ genetalia interna

Rongga vagina pada wanita dewasa panjangnya 7,6-10 cm, sepertiga

bagian bawah vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah

vagina dan dua pertiga bagian atas vagina mudah teregang dan terletak

diatas otot tersebut. Dalam keadaan normal diatas dinding vagina bagian

depan dan belakang saling bersentuhan dan tidak ada ruang diantaranya,

kecuali pada saat berhubungan seksual atau pada saat pemeriksaan baru

vagina terbuka.

Rahim terbagi menjadi dua bagian yaitu korpus (badan rahim) dan serviks,

serviks atau leher rahim terletak dipuncak vagina dan merupakan uterus

bagian bawahyang membuka kearah vagina. Selama masa reproduksi

lapisan lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut, lapisan

lendir menjadi licin sebelum pubertas dan sesudah menopause. Sedangkan

korpus (badan rahim) pada perempuan umumnya bengkok kearah depan

dengan panjang 2 kali dari panjang serviks pada masa reproduktif.

Bentuknya seperti buah pir dan berada dipuncak vagina dan terletak

dibelakang kandung kemih dan di depan rektum serta diikat oleh 6

ligamen. Korpus merupakan jaringan yang kaya otot dan bisa melebar

untuk menyimpan janin, dinding ototnya akan mengkerut pada saat proses

persalinan, ini untuk memudahkan bayi terdorong keluar melalui serviks

dan vagina. Korpus mempunyai lapisan dibagian dalam yaitu yang disebut

endometrium, lapisan ini akan mengalami penebalan pada saat proses

mensturasi dan akan luruh apabila tidak terjadi kehamilan berupa

perdarahan atau yang kita kenal dengan darah haid.


20

Saluran serviks sangat sempit sehingga pada masa kehamilan janin tidak

bisa melewatinya kecuali pada saat proses persalinan saluran ini akan

meregang dan bayi akan melewatinya. Saluran serviks juga berfungsi

sebagai tempat masuknya sperma dan darah mensturasi keluar. Serviks

juga merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali sebelum masa

ovulasi (pelepasan sel telur) dan selama masa haid atau pada saat PH

vagina tidak normal. Karena saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penhasil

lendir yang tebal, membuat sperma susah masuk kecuali pada saat

sebelum proses ovulasi, karena pada saat ovulasi konsistensi lendir

berubah menjadi agak encer sehingga sperma mudah menembusnya dan

akan terjadi pembuahan (fertilisasi). Dan konsistensi lendir yang berbuah

tersebut mampu menyimpan sperma hidup hingga 2-3 hari. Kemudian

sperma yang masuk, melalui korpus akan bergerak kearah tuba fallopi.

Tuba fallopi berada di kiri dan kanan badan korpus bentuknya seperti

corong yang besar ini memudahkan sel telur jatuh kedalamnya ketika

dilepaskan oleh ovarium. Tuba fallopi terbentang dengan panjang 5-7,6

cm dan berdekatan dengan ovarium. Ltak ovarium bukan berarti

menempel dengan tuba fallopi, tetapi menggantung dengan disangga oleh

sebuah ligamen (Kusmiran, 2012).

2.3.2 Cara Mencegah Keputihan Pada Remaja Putri

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, alat reproduksi remaja

putri memiliki banyak fungsi untuk mendukung proses terjadi reproduksi.

Namun jika tidak dijaga dengan seksama, alat reproduksi remaja putri

sangat rentan terkena berbagai macam penyakit. Karena itulah remaja putri
21

harus pintar dan rajin menjaga kesehatan alat reproduksi, sehingga

berbagai macam penyakit dapat dicegah. Adapun beberapa cara yang bisa

yang bisa dilakukan sebagai berikut :

1. Bersihkan vagina dengan pembersih yang tidak mengganggu

kestabilan Ph dan mampu menjaga keseimbangan Ph vagina.

2. Hindarkan pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan

agar vagina kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel

halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengundang jamur

dan bakteri bersarang ditempat itu.

3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

4. Gunakan celana dalam yang kering, berbahan nilon, dan tidak ketat.

Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan

celana dalam yang bersih dan belum dipakai.

5. Ketika haid, sering-seringlah mengganti pembalut.

6. Gunakan panty liner disaat seperlunya (Kusmiran, 2012).

2.4 Konsep perilaku

2.4.1 Definisi perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menulis, menangis, bekerja, kuliah, dan sebagainya. Dalam

uraian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat di amati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).


22

2.4.2 Teori perilaku


Teori Lawrence Green, Green mencoba menganalisis perilaku

manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari pengetahuan dan sikap.

(Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2007)

2.5 Konsep Pengetahuan

2.5.1 Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.


23

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1) Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,

minat,kondisi fisik.

2) Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat, sarana.

3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi

dan metode dalam pembelajaran.

2. Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.


24

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2.5.2 Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Allport menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 4 komponen pokok yaitu, menerima (receiving), merespon

(responding), manghargai (valuing), dan bertangguang jawab

(responsible). (Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,

2007)

2.5.3 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO dikutip dalam buku Notoatmodjo (2012), perubahan

perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga :

a. Perubahan alamiah (natural change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat

sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan

ekonomi maka anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami

perubahan.
25

b. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan

sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan untuk berubah (readines to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di

dalam masyarakat maka yang sering terjadi adalah sebagian orang

sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut

(berubah perilakunya) dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk

menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap

orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change)

yang berbeda-beda. Setiap orang di dalam suatu masyarakat

mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda, meskipun

kondisinya sama.

2.6 Definisi Peran Perawat

Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan.

2.6.1 Peran Perawat

Berikut ini adalah peran-peran perawat menurut Konsorsium Ilmu

Kesehatan tahun 1989 :

a. Pemberi asuhan keperawatan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan


26

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yang

sederhana sampai dengan kompleks

b. Advokat pasien / klien

menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan

dan melindungi hak-hak pasien.

c. Pendidik / Edukator membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang

diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah

dilakukan pendidikan kesehatan

d. Koordinator

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan

dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien

e. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

selanjutnya

f. Konsultan

tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang

tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien


27

terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang

diberikan

g. Peneliti

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan

terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan


2.7 Kerangka Konsep Teori

Faktor predisposisi : Faktor pendukung : Faktor pendorong :


- Sikap dan perilaku
teman sekitar
Fasilitas yang memadai
Pengetahuan - Sikap - Niai-nilai
- Kepercayaan - Keyakinan Kebutuhan kebersihan tercapai
Aplikasi materi
yang dipelajari
sebelumnya
Perilaku remaja

Kemampuan remaja
dalam melakukan
pencegahan keputihan :
- Gaya hidup sehat
- Pola hidup sehat

Gambar 2.3 :Kerangka Teori hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok
Pesantren Darul „Ulum Jombang. Kerangka konsep teori ini diambil dari teori Lawrence Green.

28
28
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan remaja Perilaku pencegahan


putri keputihan

Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :

Gambar 3.1 :Kerangka Konseptual hubungan pengetahuan remaja putri


dengan perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok
Pesantren Darul „Ulum Jombang
.

29
30

3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2011). La Biondo-Wood dan Haber (1994)

mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang

hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab

suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap Hipotesis terdiri dari suatu unit atau

bagian dari permasalahan (Nursalam, 2011). Hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010).

Hipotesis penelitian adalah ada hubungan pengetahuan remaja putri

dengan perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren

Darul „Ulum Jombang.


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah (Notoatmojo, 2010). Bab ini akan menjelaskan antara lain

tentang: 1) Desain Penelitian, 2) Kerangka Kerja, 3) Populasi dan Sampel, 4)

Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional, 5) Instrumen Penelitian, 6)

Lokasi dan Waktu Penelitian, 7) Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan

Data, 8) Analisis Data, 9) Etika Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Jenis penelitian

yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimenl. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan variabel penelitian dengan cara mengamati, menjelaskan

dan mendokumentasikan aspek tertentu yang terjadi secara alami dan diawali

oleh perumusan suatu hipotesis. Rancangan deskriptif korelasional ini

mengidentifikasi hubungan antar variabel penelitian pada satu waktu

tertentu (Hidayat, 2009).

31
32

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah pertahanan (langkah-langkah dalam

aktivitas ilmiah) mulai daripenetapan populasi, sempel, dan seterusnya

yaitu kegiatan sejak awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2016).

Populasi
Seluruh remaja putri yang tinggal di asrama 2 pondok pesantren Darul „Ulum
Jombang dan mengalami keputihan

Tekhnik sampling : simple random sampling

Sampel
Remaja putri yang mengalami keputihan

Pengumpulan data kuesioner

Analisis data uji spearman

Hasil

Penyajian data

ada hubungan Tidak ada hubungan


α < 0,05 α > 0,05

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku
pencegahan keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren darul
„ulum jombang
33

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2016). Pada penelitian ini populasinya adalah 50 Remaja putri di asrama 2

pondok pesantren Darul „Ulum Jombang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dipergunakan sebagai

subyek peneliti melalui sampling (Nursalam, 2014). Menurut Arikunto

(2010) sempel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel

dari penelitian ini adalah sebagian dari remaja putri di asrama 2 pondok

pesantren Darul „Ulum Jombang

n= N
1+N (d)2
Keterangan :

n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

d = Tingkat signifikasi (α) = < 0,05 atau (p) > 0,05

n= N
1+N (d)2

n= 50
1+50(0,05)2

n= 50
1+0,125
n = 44 responden
34

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang di tempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuaian keseluruhan subyek peneliti (Nursalam, 2016). Penelitian ini

menggunakan teknik simple random sampling yaitu cara pengambilan

sample dengan cara tidak memperhatikan tingkatan yang ada pada populasi

(Nursalam, 2016). Cara mengambil sampling pada penelitian ini dilihat dari

populasinya 50. Jumlah sampel ditentukan dengan cara kocok dengan

tingkat kesalahannya sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan

sebesar 44.

4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Identifikasi variabel merupakan bagian dari penelitian dengan cara

menentukan variable-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel adalah

suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang memiliki atau

didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu

(Notoadmodjo, 2010).

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel merupakan

konsep dari berbagai level dari abstrak yang didefinisikan suatu fasilitas

untuk pengukur dan manipulasi suatau penelitian (Nursalam,2016).


35

4.4.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2016). Dalam penelitian ini variable independenya adalah tingkat

pengetahuan remaja putri tentang keputihan di Asrama Putri 2 Pondok

Pesantren Darul „Ulum Jombang.

4.4.3 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel ini sering disebut variabel terikat,

output, kriteria, dan konsekuen (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini

variabel dependenya adalah perilaku pencegahan keputihan di Asrama Putri

2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

4.4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena pada definisi operasional yang dapat ditentukan

parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2014).


36

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan pengetahuan remaja putri tentang


keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di asrama putri 2
pondok pesantren darul „ulum jombang
Variabel Definisi Perameter Alat Skala Hasil ukur

Operasional Ukur

Independen Pengetahuan : - Pengertian Kuesione Ordinal Kategori


hasil tahu, dan keputihan dengan penilaian
t: ini terjadi - Macam- r skor pada dengan
setelah orang macam jawaban : interpretasi
Pengetahua
melakukan keputihan benar = 1, berdasarkan
n remaja
penginderaan - Gejala salah = 0 persentase :
putri
suatu objek keputihan - 76 – 100 % =
tentang
tertentu. - Penyebab tinggi (
keputihan
keputihan jawaban benar
- Cara 11 – 9 item )
mengatasi dengan kode
keputihan tabulasi 1,
- Dampak dari - 56 – 75 % =
keputihan sedang (
- Penggunaan Jawaban benar
cairan 8 - 6 item )
pembersih dengan kode
vagina pada tabulasi 2,
daerah - 40 – 55% =
kewanitaan rendah (
Jawaban benar
< 5 item )
dengan kode
tabulasi 3
(Hidayat, 2007
metode
penelitian
keperawatan
dan teknik
analisis data).
Variable Perilaku adalah - Kebiasaan Kuesioner Ordinal Kategori
suatu tindakan untuk dengan penilaian
dependen yang menjadi mencegah skor untuk dengan
kebiasan pada dan - pertanyaan interpretasi
perilaku
cara perawatan mengobati positif berdasarkan
37

pencegahan kesehatan keputihan Selalu = persentase :


genitalia - Mengganti 4, sering - 0 – 25% =
keputihan celana dalam = 3, buruk (
- Cara kadang- dengan
mencebok kadang = skoring <
setiap buang 2, tidak 10 ) dengan
air pernah = kode
- Kepedulian 1 tabulasi 1,
terhadap - pertanyan - 26 – 50% =
hygiene negatif kurang baik
genitalia Selalu = ( dengan
1, sering skoring 11 –
= 2, 20 ) dengan
kadang- kode
kadang = tabulasi 3,
3, tidak - 51 -75% =
pernah = Baik, (
4 dengan
skoring 21 -
30 ) dengan
kode
tabulasi 2
- 76 – 100 %
= sangat
baik (
dengan
skoring 31 –
40 ) dengan
kode
tabulasi 1.
(Hidayat,
2007
metode
penelitian
keperawatan
dan teknik
analisis
data)
38

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur atau alat pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data pada present

biasanya digunakan lagi pada posttest (Notoatmojo, 2010). Instrumen

penelitan adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah

(Arikunto, 2010). Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner tentang

pengetahuan tentang keputihan dan perilaku pencegahan keputihan. Yang

mana telah digunakan oleh peneliti terdahulu sebagai alat ukur pada judul

penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan

penanganan keputihan pada siswa SLTA atau sederajat di banjar baru (Emi,

2012).

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksakan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren

Darul „Ulum Jombang dan penelitian dilaksanakan pada bulan 14 - 15 Mei

2017 .

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7.1 Pengambilan Data

Dalam melakukan penelitian ini, sebelumnya peneliti meminta surat

izin penelitian dari kampus. Selanjutnya peneliti memberikan surat

permohonan penelitian kepada pihak Majelis Pondok Pesantren Darul


39

„Ulum Jombang sebagai permohonan izin kepada majelis pondok untuk

melakukan penelitian di Asrama Putri Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang.

Pihak Majelis memberikan surat penghantar untuk melakukan

penelitian ke Asrama Putri Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

Kemudian peneliti memberikan kepada pengurus asrama pondok putri.

Penelitian dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu pada remaja putri

yang tinggal di Asrama 2 untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden

untuk melakukan wawancara pada beberapa remaja putri serta pengurus

asrama tersebut.

4.7.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016).

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan, langkah awal

yaitu pengumpulan data dari seluruh calon responden yang dikehendaki,

langkah selanjutnya peneliti meminta persetujuan dari responden, kemudian

responden mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dengan waktu 15

menit dan peneliti menemani responden. Pengisian kuesioner in dilakukan

di kantor Asrama 2. Setelah selesai pengisian lembar kuesioner, peneliti

mengambil hasil lembar kuesioner untuk dilakukan tabulasi data.

4.7.3 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui langkah – langkah

sebagai berikut (Nursalam, 2016):


40

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner dan

kejelasan jawaban, konsentrasi antar jawaban, relevansi jawaban, dan

keterangan jawaban.

b. Coding

Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari

para responden ke dalam kategori-kategori dengan memberikan kode

pada setiap jawaban responden.

c. Scoring

Scoring adalah penentuan jumlah skor. Dalam penelitian ini

menggunakan skala nominal. Oleh karena itu hasil kuisioner para

responden yang sudah diberikan kode dimasukan dalam table distribusi

kemudian hasil tersebut dimasukan kedalam kriteria.

d. Entry data

Kegiatan memasukan data yang telah mengalami proses coding

dan dinilai dengan menggunakan fasilitas computer. Disini peneliti

menggunakan teknik komputasi.

e. Tabulating

Mengelompokkan data yang memiliki sifat-sifat yang sesuai

dengan variabel yang diteliti guna memeudahkan dalam analisis.


41

4.8 Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk

mencapai tujuan, dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkap fenomena (Nursalam,

2016).

4.8.1 Analisa Univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoadmojo, 2010). Analisis univariat dilakukan untuk

mendapatkan karakteristik remaja dan distribusi frekuensi dari semua variabel

yang diamati. Sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel

tersebut.

a. Untuk skala interval jumlah jawaban responden dari masing-masing

pernyataan dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran

presentase atau proporsi menggunakan prosedur statistic deskriptif.

N : Nilai

Sp : Skor yang didapat

Sm : Skor yang tertinggi

Selanjutnya pada variabel dependen yang berupa

pengetahuan diinterpretasikan dengan analisa kualitatif dengan

kriteria sebagai berikut.

Tinggi : 76% - 100%

Sedang : 56% - 75%

Rendah : 40% - 55%


42

b. Untuk skala ordinal diberikan berdasarkan jawaban dan sesuai dengan

jumlah jawaban. Selanjutnya pada variabel independen yang berupa

perilaku diinterprestasikan dengan analisa kualitatif dengan kriteria

sebagai berikut :

0 – 25 % = Buruk

26 – 50 % = Kurang Baik

51 – 75% = Baik

76 – 100% = Sangat Baik

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat adalah analisis dua variabel yang diduga atau

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menganalisis

hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku pencegahan

keputihan remaja di Asrama putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang Dengan menggunakan uji statistik yakni uji spearmen, dengan

tingkat kemaknaan 0,05. Jika signifikan nilai < 0,05 maka dapat

disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang

dihubungkan dan sebaliknya jika signifikan > 0,05 maka disimpulkan tidak

terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. Kriteria

tingkat hubungan koefisien korelasi atara variabel berkisar ± 0,00 sampai ±

1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif. Jika koefisien

korelasi positif maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya

jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi pula.

Sebaliknya jika nilai koefisien negatif maka kedua varibel mempunyai


43

hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y

akan rendan. Adapun kriteria penafsirannya adalah :

1. 0,00 sampai 0,20 artinya hampir tidak ada korelasi

2. 0,21 sampai 0,40 artinya korelasi rendah

3. 0,41 sampai 0,60 artinya korelasi sedang

4. 0,61 sampai 0,80 artinya korelasi tinggi

5. 0,81 sampai 1,00 artinya korelasi sempurna (Hidayat, 2014).

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat rekomendasi dari

pembimbing dan permintaan ijin kepada Ka. Prodi S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang untuk diserahkan kepada Majelis

pondok pesantren Darul „Ulum Jombang, kemudian surat dari Majelis pondok

diserahkan kepada pengurus asrama putri pondok pesantren serta meminta

izin kepada responden yang akan diteliti sebelum dilakukan tindakan.

Penelitian dengan menekankan masalah etika (Notoatmojo, 2010).

Data yang telah diambil dari responden akan disimpan pada tempat

yang aman dan dihancurkan setelah mendata penelitian ini. Data ini hanya

dilihat oleh peneliti dan pembimbing peneliti.

4.9.1 Lembar Persetujuan ( Informen consent )

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti,

maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak setuju

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.
44

4.9.2 Tanpa Nama ( Anonimity )

Menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi hanya diberi kode tertentu.

4.9.3 Kerahasiaan (Confiddentially)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek atau responden

dijamin oleh peneliti, hanya peneliti, pembembing di tempat penelitian yang

mengetahui data penelitian.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dimulai tanggal

14 mei 2017 sampai 15 mei 2017 di asrama putri 2 pondok pesantren Darul

„Ulum Jombang yang meliputi data umum yaitu distribusi responden

berdasarkan usia, haid pertama, pendidikan, suku, sumber informasi, dan data

khusus yang meliputi pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan

keputihan pada remaja putri.

5.1 Hasil penelitian

Hasil penelitian ini berupa data umum dan data khusus, dimana data

umum didapat dari usia, haid pertama, pendidikan, suku, dan sumber

informasi, sedangkan data khusus dari pemberian kuesioner pengetahuan dan

perilaku. Adapun hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan data

adalah sebagai berikut.

5.1.1 Data Umum

Data ini menggambarkan karakteristik responden secara umum namun

data ini dapat mendukung data berikutnya yaitu data khusus. Data umum

berdasarkan usia, haid pertama, suku, dan sumber informasi, maka didapatkan

sebagai berikut :

45
46

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, haid pertama, haid


pertama, dan pendidikan pada remaja di Asrama Putri 2 Pondok
Pesantren Darul „Ulum Jombang bulan Mei 2017

No Variabel (N) %

1. Usia
a.12-14 tahun 23 52,3
b.15-17 tahun 21 47,7
2 Haid pertama
a. 15-17 23 52,3
b. 12-14 21 47,7
3 Pendidikan
a. SMP 24 54,5
b. SMA 20 45,5
4 Sumber informasi
a. Guru 23 52,3
b. Tenaga kesehatan 11 25,0
c. Sosial media 7 15,9
d. TV 2 4,5
e. Website 1 2,3
Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden

yang berusia antara 12-14 tahun 52,3% dan sisanya berusia 15-17 tahun

47,7%, responden yang haid pertama pada usia 15-17 tahun sebesar 52,3%,

sebagian besar responden yang berpendidikan 54,5%, sebagian besar

responden menerima sumber informasi dari guru 52,3%, dan sangat sedikit

yang mendapatkan sumber informasi dari website 2,3%.

5.1.2 Data Khusus

5.1.2.1 Pengetahuan

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pada remaja


di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang
bulan Mei 2017.
No Pengetahuan (N) %
1 Tinggi ( skor 11-9 ) 17 38,6
2 Sedang ( skor 8-6) 8 18,2
3 Rendah (skor < 5) 19 43,2
Total 44 100,0
47

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir setengah responden dengan


pengetahuan rendah 43,2% dan hampir setengah responden dengan
pengetahuan tinggi 38,6%.

5.1.2.2 Perilaku

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan perilaku pada remaja di


Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang bulan
Mei 2017.
No Perilaku (N) %
1 Sangat baik ( skor 31-40 ) 17 38,6
2 Baik ( skor 21-30 ) 7 15,9
3 Kurang baik ( skor 11-20 ) 10 22,7
4 Buruk ( skor < 10 ) 10 22,7
Total 44 100,0

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan


perilaku sangat baik dan baik 54,5% dan hampir setengah responden
perilaku kurang baik hingga buruk 45,5%.

5.1.3 Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan

keputihan

Berikut adalah hasil penelitian mengenai tabulasi silang hubungan


pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan keputihan di asrama
putri 2 pondok pesantren Darul „Ulum Jombang. Adapun hasilnya sebagai
berikut :
Tabel 5.4 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren
Darul „Ulum Jombang bulan Mei 2017
Perilaku
Sangat Baik Kurang Buruk Total
baik baik
Pengetahuan F % F % F % F % F %
Tinggi 10 22,7 2 4,5 2 4,5 3 6,8 17 100,0
Sedang 3 6,8 2 4,5 1 2,3 2 4,5 8 100,0
Rendah 4 9,1 3 6,8 7 15,9 5 11,4 19 100,0
Total 17 38,6 7 15,9 10 22,7 10 22,7 44 100,0
Signifikan (α) sebesar 0,001 Koefisien korelasi 0,471
48

Tabel 5.4 hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa remaja yang memiliki

pengetahuan tinggi dengan perilaku sangat baik 22,7%, pengetahuan tinggi

dengan perilaku baik 4,5%, pengetahuan tinggi dengan perilaku kurang baik

4,5%, pengetahuan tinggi dengan perilaku buruk 6,8%, pengetahuan sedang

dengan perilaku sangat baik 6,8%, pengetahuan sedang dengan perilaku

baik 4,5%, pengetahuan sedang dengan perilaku kurang baik 2,3%,

pengetahuan sedang dengan perilaku buruk 4,5%, dan pengetahuan rendah

dengan perilaku sangat baik 9,1%, pengetahuan rendah dengan perilaku baik

6,8%, pengetahuan rendah dengan perilaku kurang baik 15,9%, pengetahuan

rendah dengan perilaku buruk 11,4%.

Hasil uji korelasi spearman dengan sprearmen rho sebesar 0,471 dan

tingkat kemaknaan α < 0,05 didapatkan nilai signifikasi (2-tailed) sebesar

0,001 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga diputuskan pengetahuan dan

perilaku berhubungan nyata dan signifikan.

5.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian sesuai dengan

penelitian yang telah dilaksanakan.

5.2.1 Pengetahuan remaja dalam melakukan pencegahan keputihan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan

remaja berada pada kategori tinggi 38,6%, kemudian remaja dengan

pengetahuan rendah 43,2%. Pada kategori pengetahuan dari tinggi hingga

rendah dapat dibuktikan dari jawaban kuesioner nomer 1 tentang pengertian

dari keputihan yang mana ada 10 remaja putri yang belum benar dalam
49

menjawab pertanyan ini dan harus mengetahui tentang apa itu keputihan

sebagai pengetahuan dasar dari pencegahan keputihan pada remaja.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang

dihadapi.

Pengetahuan remaja selain dipengaruhi oleh pendidikan, dimana pada

tabel 5.3 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden lebih dari

saparuh responden berpendidikan SMP 54,5%, sedangkan untuk remaja

berpendidikan SMA 45,5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Mautra (1994)

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa,

semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat. Begitu juga dengan media massa, banyak remaja

mendapatkan informasi kesehatan melalui guru 52,2%. Hal ini dipengaruhi

usia remaja masih usia pelajar mulai dari usia 12-17 tahun.

5.2.2 Perilaku pencegahan keputihan pada remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku remaja dengan kategori

sangat baik sebanyak 38,8%, perilaku remaja dengan kategori kurang baik

sebanyak 22,7%, dan perilaku remaja dengan kategori buruk sebanyak


50

22,7%. D. G. Leather dikutip oleh Rahmat (2000),mengemukakan bahwa

tindakan atau perilaku individu dipengaruhi oleh pengalaman atau

pengetahuan, pengalaman atau pengetahuan akan bertambah jika melalui

rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi individu tersebut. Ini dapat dilihat

dari data umum, yang mana data umum ini menunjukkan pada haid pertama

remaja dan juga usia yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.

Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pengetahuan remaja

maka akan semakin meningkat perilaku remaja terhadap pencegahan

keputihan. Dari data umum banyak remaja yang haid pertamanya mulai usia

15-17 tahun 47,7% sedangkan data dari usia remaja awal, 12-14 tahun

52,3%. Ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang baru mengalami haid,

pengetahuannya tentang pencegahan keputihan masih kurang, sehingga

hasil dari penelitian ini masih banyak remaja (45,4%) yang berperilaku

kurang baik bahkan buruk.

5.2.3 Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan

keputihan di asrama putri 2 pondok pesantren Darul „Ulum Jombang

Hasil uji spearmen pada penelitian ini menunjukkan bahwa signifikan

(α) 0,001 dan koefisien korelasi sebesar 0,471 ini berarti bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan keputihan

remaja putri.

Perilaku yang tidak sehat pada penanganan keputihan dapat memicu

infeksi atau jamur pada daerah vagina dan dapat berlanjut pada infeksi

saluran panggul. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang kurang yang

mengakibatkan perilaku kurang baik bahkan buruk, seperti Lawrence green


51

mengatakan perilaku seseorang dibentuk oleh beberapa faktor yaitu,

predisposisi, pendukung, dan pendorong, yang mana ketiga domain ini

dapat diukur dari pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja

putri di Asrama 2 masih banyak yang rendah sebanyak 19 responden.

Pengetahuan dapat dianggap sebagai penyebab seseorang berperilaku, jika

perilaku seseorang itu baik maka tingkat pengetahuannya juga tinggi.

Namun sebaliknya jika pengetahuannya itu rendah maka perilaku remaja

terhadap pencegahan keputihan juga kurang baik bahkan buruk.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian

tentang hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku pencegahan

keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah 19

orang. Hal ini karena tingkat pengetahuan mereka masih rendah dilihat

dari tingkatan sekolah.

2. Dari hasil penelitian di Asrama 2 sebagian besar responden dengan

perilaku kurang baik 10 orang dan perilaku buruk 10 orang. Diliht dari

usia pertama haidnya masih baru mengalami haid sehingga masih kurang

pengetahuan atau pengalamannya.

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan perilaku

pencegahan keputihan di Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum

Jombang.

52
53

6.2 Saran

Saran yang dipertimbangkan dan manfaat untuk meningkatkan perilaku

remaja terhadap pencegahan keputihan adalah sebagai berikut :

1. Perlu diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi untuk

meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan keputihan di

Asrama Putri 2 Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

2. Perlu diadakan evaluasi setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan

reproduksi agar mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang

pencegahan keputihan setelah dilakukan penyuluhan di Asrama Putri 2

Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut selain tentang pengetahuan dan perilaku

misalnya sikap dan layanan kesehatan yang di asrama putri 2 pondok

pesantren Darul „Ulum Jombang, sehingga remaja dapat berperilaku lebih

baik dalam merawat organ reproduksinya khususnya pada pencegahan

keputihan.
54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kurniawan. (2012). Menurut WHO yang disebut remaja adalah mereka
yang berada. Jakarta: http://eprints.uny.ac.id/8119/4/bab%205%20-
08520244018.pdf.

Arikunto, Suharsini . (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


jakarta : Rineka Cipta.

Arsin. (2015). Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan kesehatan
diri (personal hygiene) terutama kesehatan reproduksi. . journal
internasional, 13.

Emi, R. (2012). faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan


penanganan keputihan patologis pada siswi SLTA atau sederajat di kota
banjar baru. jurnal Nasional.

Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba medika.

Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita . Jakarta:


Salemba Medika.

Lia. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Mengenai


Kebersihan Genitalia Eksterna Dan Kejadian Keputihan Di Sma Negeri 1
Sukodono. jurnal nasional, 8.

M, S. (1989). community health nursing. USA: Mosbay Company St.

Mareta. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal


Hygiene Dengan Tindaka Pencegahan Keputihan Di Sma Negeri 9
Semarang Tahun 2012. Journal Internasional, 2.

Mubarak. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.

Niken. (2014, Juni Kamis). Kebersihan Genetalia Yang Terjaga. menjaga


Keputihan , p. 6.

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka.
55

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Edisi 2: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika .

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Reda. (2014). Effect of Health Education Program on Knowledge and Practices


about Menstrual Hygiene among Adolescents Girls at Orphanage Home.
Journal Internasional, 3.

Rita, dkk. (2012). Hubungan Pengetahuan Dan Prilaku Remaja Putri Dengan
Kejadian Keputihan Di Kelas Xii Sma Negeri I Seunuddon Kabupaten
Aceh Utara Tahun 2012. journal internasional, 2.

Tarwoto. (2010). Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.


Jakarta: Salemba Medika.

Tutik. (2014). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihangenetalia


Eksterna Di Kelas Vii Smp Masehi Kudus. Journal Nasional, 3.

Zuhriy. (2011). Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter pada Pondok


Pesantren Salaf. Jurnal Nasional.
Lampiran 1 56
Lampiran 2 57

KUESIONER

Petunjuk pengisian kuesioner :

1. Tulislah tanggal pengisian sesuai dengan tanggal anda mengisi kuesioner.


2. Isi identitas responden.
3. Nomer responden diisi oleh peneliti.
4. Beri tanda ( √ ) pada jawaban yang anda pilih.

No responden / code :

Tanggal pengisian :

A. DEMOGRAFI DATA

Inisial Responden :

Umur : Tahun

Haid pertama, pada usia : Tahun

Pendidikan :

Etnis : a. Jawa b. Non Jawa

Sumber pengetahuan hygiene genitalia / flour albus / kesehatan :

a. Website d. Sosial media


b. TV e. Guru
c. Radio f. Tenaga kesehatan

B. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan keputihan ?


a. Cairan yang keluar dari vagina yang berwarna putih yang biasanya
keluar menjelang haid / pada masa kehamilan
b. Cairan yang keluar dari dubur yang berwarna putih
c. Cairan yang keluar dari vagina berwarna merah hanya keluar
menjelang haid
2. Ada berapa macam keputihan ?
a. Keputihan normal dan tidak normal
b. Keputihan sehat dan tidak sehat
c. Keputihan dan tidak keputihan
3. Bagaimana gejala keputihan yang normal ?
a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit.
58

b. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau


c. Cairan kental berwarna putih susu / hijau, berbau terasa gatal
4. Yang termasuk gejala keputihan tidak normal ?
a. cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit.
b. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau.
c. Cairan kental berwarna putih susu / hijau, berbau, terasa gatal.
5. Yang termasuk penyebab keputihan ?
a. Infeksi jamur
b. Keturunan
c. Berganti-ganti pakaian
6. Dibawah ini mikroorganisme yang dapat menyebabkan gejala
keputihan seperti adanya rasa gatal di vagina, warna cairan seperti
putih susu dan berbau ?
a. Parasit
b. Bakteri
c. Jamur
7. Berapakah PH normal vagina ?
a. 3,6-4,0
b. 3,0-4,7
c. 3,8-4,5
8. Jika didapatkan tanda cairan terlalu banyak, bau busuk, sering disertai
darah tidak segar, maka anda harus curiga adanya penyakit ?
a. Kanker payudara
b. Tumor
c. Kanker leher rahim
9. Dibawah ini termasuk cara mengatasi keputihan, kecuali ?
a. Memakai celana sampai 2 hari
b. Sering membersihkan alat kelamin
c. Sering mengganti celana dalam
10. Dampak dari keputihan yang tidak normal ?
a. Mematikan flora yang tidak normal
b. Mematikan flora normal vagina
c. Membuat flora jahat dan normal subur berkembang biak
11. Tindakan yang benar apabila kita mengalami keluhan keputihan yang
disertai bau amis / busuk dan adanya rasa gatal ?
a. Langsung meminum antibiotic
b. Langsung curiga adanya kanker
c. Langsung memeriksakan diri ke dokter
59

C. Perilaku sehat

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah

1. Saya melakukan olahraga 1 minggu


1 kali

2. Untuk menjaga kebersihan vagina


saya mengganti celana dalam bila
celana dalam basah

3. Cara saya cebok setiap buang air


besar dari depan ke belakang dan
bersih

4. Untuk menjaga kebersihan vagina


kadang saya merasa perlu memakai
cairan vagina (absolute, dll)

5. Saya mengganti celana dalam 2 x


sehari

6. Saya menggunakan bedak talcum


pada daerah kewanitaan

7. Saya menyiram closet terlebih


dahulu waktu menggunakan nya
untuk BAB / BAK

8. Saya menggunakan pantyliner

9. Saya mengkonsumsi buah dan sayur


setiap harinya

10. Untuk menjaga daerah kewanitaan


saya memakai celana dalam yang
tidak ketat dan bebahan nilon

NB : Kuesioner ini diambil dari Badaryati E.(2012). faktor-faktor yang


mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis
pada siswi SLTA atau sederajat di kota banjarbaru. jurnal nasional dan
dimodifikasi oleh peneliti.
60
61
62
Lampiran 3 63

Data umum

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 24 54.5 54.5 54.5

SMA 20 45.5 45.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-14 tahun 23 52.3 52.3 52.3

15-17 tahun 21 47.7 47.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

Haid Pertama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 12-14 21 47.7 47.7 47.7

15-17 23 52.3 52.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Sumber Informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Website 1 2.3 2.3 2.3

TV 2 4.5 4.5 6.8

sosial media 7 15.9 15.9 22.7

Guru 23 52.3 52.3 75.0

tenaga
11 25.0 25.0 100.0
kesehatan

Total 44 100.0 100.0


64

Data khusus

pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 17 37.8 38.6 38.6

sedang 8 17.8 18.2 56.8

rendah 19 42.2 43.2 100.0

Total 44 97.8 100.0

Missing System 1 2.2

Total 45 100.0

perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat baik 17 37.8 38.6 38.6

baik 7 15.6 15.9 54.5

kurang baik 10 22.2 22.7 77.3

buruk 10 22.2 22.7 100.0

Total 44 97.8 100.0

Missing System 1 2.2


65

pengetahuan * perilaku Crosstabulation

perilaku

sangat baik baik kurang baik buruk Total

pengetahuan tinggi Count 10 2 2 3 17

% within pengetahuan 58.8% 11.8% 11.8% 17.6% 100.0%

% within perilaku 58.8% 28.6% 20.0% 30.0% 38.6%

% of Total 22.7% 4.5% 4.5% 6.8% 38.6%

sedang Count 3 2 1 2 8

% within pengetahuan 37.5% 25.0% 12.5% 25.0% 100.0%

% within perilaku 17.6% 28.6% 10.0% 20.0% 18.2%

% of Total 6.8% 4.5% 2.3% 4.5% 18.2%

rendah Count 4 3 7 5 19

% within pengetahuan 21.1% 15.8% 36.8% 26.3% 100.0%

% within perilaku 23.5% 42.9% 70.0% 50.0% 43.2%

% of Total 9.1% 6.8% 15.9% 11.4% 43.2%

Total Count 17 7 10 10 44

% within pengetahuan 38.6% 15.9% 22.7% 22.7% 100.0%

% within perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 38.6% 15.9% 22.7% 22.7% 100.0%

Correlations

pengetahuan perilaku
**
Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .471

Sig. (2-tailed) . .001

N 44 44
**
perilaku Correlation Coefficient .471 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Lampiran 4 66
67
Lampiran 5 68

DOKUMENTASI
69
70
71
72

You might also like