Professional Documents
Culture Documents
MODUL
“KULIT”
KELOMPOK 1
Andi Mentari Dwi Putri 11020120136
Arsyad Fadli 11020150005
Kurnia Junita Sari Risal 11020150023
Muhammad Rafsanjani 11020150040
Maftuhatul Afiah 11020150061
Riska Dwiyansari 11020150071
Supriadi 11020150105
A. Muh Fadillah M 11020150126
Fitri Lestari 11020150142
Nurul Ardhia Regita 11020150153
Fadillah Nur Azizah 11020150157
Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
laporan hasil TUTORIAL modul 1 pada skenario 1 dari kelompok 1 ini dapat terselesaikan dengan
baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang
penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada
beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang telah membantu selama proses PBL berlangsung.
Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah
berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah
membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca
laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Sistem Endokrin.
Kelompok 1
SKENARIO
Perempuan berusia 43 tahun datang ke poliklinik dengan bercak kecoklatan di pipi kanan, dahi
dan dagu sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan diawali sebagai bintik hitam menyerupai tahi lalat dan
gejala semakin berat dan berwarna makin gelap akibat terkena sengatan sinar matahari. Pasien
tidak merasa gatal dan tidak nyeri. Keluhan berkurang jika berobat, sembuh tapi kemudian
muncul kembali. Pada pemeriksaan fisis ditemukan makula hiperpigmentasi, eritema dan skuama
halus. Sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat mikonazole. Keluhan makin jelas setelah
menggunakan krem malam dan pagi dan tampak menjadi sangat hitam.
KATA KUNCI
1. Perempuan 43 tahun
2. Bercak kecoklatan di pipi kanan, dahi & dagu sejak 2 bulan lalu
3. Diawali bintik hitam menyerupai tahi lalat
4. Gejala makin memverat & berwarna makin gelao akibat terkena sinar matahari
5. Tidak gatal dan tidak nyeri
6. Berkurang bila berobat, sembuh tapi muncul kembali
7. Pemeriksaan fisis ditemukan makula hiperpigmentasi, eritema & skuama halus
8. Berobat ke Puskesmas diberi obat mikonazole
9. Keluhan makin jelas setelah menggunakan krim malam dan pagi menjadi sangat hitam.
PERTANYAAN
1. Bagaimana patomekanisme terjadinya gejala pada skenario ?
2. Apa dampak sinar matahari terhadap kulit ?
3. Mengapa setelah menggunakan krim malam dan pagi keluhan makin jelas ?
4. Apa hubungan pemberian obat mikonazole dengan keluhan ?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosa pada skenario ?
6. Apa saja diagnosa banding pada skenario ?
7. Bagaimana penatalaksanaan awal pada skenario ?
8. Apa pencegahan yang dapat dilakukan sesuai skenario ?
JAWABAN
1. Bagaimana patomekanisme terjadinya gejala pada skenario ?
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase yang memainkan peranan penting dalam
proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4
dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi,
setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam
ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam
vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan
granul melanin yang matang.
Tahap 1 : Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktivitas
enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul
halus; pada bagian perifernya. Untaian-untaian padat elektron memiliki suatu susunan molekul
tirosinase yang rapi pada sebuah matrik protein.
Tahap 2 : Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam filamen-
filamen dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang dengan jarak sama. Melanin disimpan dalam
matriks protein.
Tahap 3 : Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat.
Tahap 4 : Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara
sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul yang matang berbentuk
elips, dengan panjang 1 μm dan diameter 0,4 μm.
Ketika dibentuk granul melanin migrasi di dalam perluasan sitoplasma melanosit dan ditransfer ke
sel-sel dalam stratum germinativum dan spinosum dari epidermis. Proses transfer ini telah
diobservasi secara langsung pada kultur jaringan kulit. Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan
ke dalam keratinosit. Ketika di dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam
sitoplasma di
daerah atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari efek merusak radiasi matahari.
Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel epitel/keratinositlah yang menjadi
gudang dan berisi lebih banyak melanin, dibandingkan melanosit sendiri. Di dalam keratinosit,
granul melanin bergabung dengan lisosom, alasan mengapa melanin menghilang pada sel epitel
bagian atas.
Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit yang menyebabkan
pigmentasi pada kulit:
1. Kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit.
2. Perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan
3. Penempatan terakhirnya dalam keratinosit
Pada manusia, ratio dopa-positif melanosit terhadap keratinosit pada stratum basal adalah konstan
di dalam setiap area tubuh, tetapi bervariasi dari satu regio ke regio yang lain. Sebagai contoh, ada
sekitar 1000 melanosit/mm2 di kulit daerah paha dan 2000/mm2 di kulit skrotum. Jenis kelamin
dan ras tidak mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna kulit terutama
karena perbedaan jumlah granul melanin pada keratinosit.
Makin gelapnya kulit (tanning) setelah terpapar radiasi matahari ( panjang gel: 290-320mm)
adalah akibat proses tahap 2. Pertama, reaksi fisis dan kimiawi menggelapkan warna melanin yang
belum muncul ke luar melanosit, dan merangsangnya secara cepat untuk masuk ke keratinosit.
Kedua, kecepatan sintesis melanin dalam melanosit mengalami akselerasi, sehingga semakin
meningkatkan jumlah pigmen melanin.1
Mekanisme hiperpigmentasi terjadi di lapisan kulit epidermal maupun dermal. Sel-sel inflamasi
melepaskan mediator dan sitokin. Menanggapi proses peradangan, mediator asam arakidonat
seperti prostaglandin dan leukotrien merangsang peningkatan sintesis melanin dan transportasi ke
keratinosit. Peradangan dapat menyebabkan gangguan melanosit dan pelepasan pigmen ke dalam
dermis yang mengakibatkan fenomena yang disebut pigmen incontinence. Hal inilah yang
kemudian mengakibatkan penimbunan melanosit baik di lapidan dermal maupuan epidermal yang
menyebabkan hiperpigmentasi (Juncquera, 2003 dan Scwartz, 2015).
Sinar matahari dapat menganggu kulit karena radiasi yang menghasilkan panas. Pada stratum
basale atau stratum malpighi terdapat sel melanosit yang turut melindungi kulit terhadap sengatan
sinar uv dengan mengadakan tanning (proses penggelapan kulit). Pigmen melanin terdapat dalam
sel-sel stratum basal dan sel-sel bagian bawah stratum spinosum. Pigmen ini berwarna cokelat tua,
fungsinya yang penting adalah melindungi kulit dari efek berbahaya (radiasi) sinar ultraviolet
matahari dengan cara memantulkan dan mengabsorbsi sinar tersebut. Perubahan yang terjadi pada
kulit bila kulit terpapar sinar matahari terus-menerus dalam waktu lama (kronik) dan intensitas
sinar mataharinya kuat (radiasi uv tinggi) disebut dermatoheliosis atau photoaging. Kelainan kulit
ini termasuk dalam penuaan ekstrinsik (penuaan karena faktor luar).
Kelainan kulit yang terjadi baik mikroskopis maupun makroskopis (kelainan klinis)
berbeda dari kelainan kulit yang terjadi karena penuaan intrinsik (penuaan karena bertambahnya
usia). Spektrum sinar matahari yang mempunyai peranan pada dermatoheliosis adalah sinar
ultraviolet yang disebut UVB dan UVA. Kedua macam sinar ultraviolet ini bekerja sinergistik.
Radiasi sinar ultraviolet menimbulkan radikal bebas pada kulit. Radikal bebas ini menghalangi
difusi zat nutrisi, membuat nonaktif enzim, mengoksidasi lemak (dalam sel, membran sel, dan
antar sel) dan memecah DNA sehingga dapat membantu munculnya prakanker. Radikal bebas
dapat dinetralkan oleh antioksidan yang terdapat dalam tubuh yaitu enzim katalase, glutation
peroksidase, superoksida dismutase dan zat nonenzim yaitu vitamin E, vitamin C, beta karoten,
vitamin A, metionin, selenium dan tirosin. Tetapi bila kulit terpapar sinar ultraviolet secara kronis
dan intensitas sinar matahari kuat, antioksidan hanya dapat menetralkan sebagian kecil radikal
bebas saja jadi radikal bebas makin lama makin banyak (kumulatif) sehingga merusak kulit.
Referensi :
1. Djuanda, Adhi. Prof.,Dr. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 7
2. Kartawiguna, Elna. 2012. Dermatoheliosis. Univmed.org. Vol. 18. No. 1-5. P. 35-36.
3. Mengapa setelah menggunakan krim malam dan pagi keluhan makin jelas ?
Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Kosmetika adalah bahan atau
sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh (BPOM RI, 2011). Komposisi utama dari kosmetik adalah
bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna,
dan bahan pewangi. Pada pencampuran tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik
ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia
teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).
Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah,
kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi
perhatian adalah kosmetik untuk kulit. Ditinjau dari struktur dan fungsinya, kulit merupakan
bagian penting bagi tubuh dimana efek yang muncul pada kulit tidak hanya di permukaan kulit
namun juga pada bagian dalam kulit. Efek yang muncul dapat permanen atau temporer tergantung
dari jenis bahan aktif yang digunakan pada produk kosmetik tersebut. Produk kosmetik untuk
mempercantik kulit terdiri dari berbagai jenis tergantung pada fungsinya, antara lain pelembut
kulit, pembersih, pelembab, tabir surya, dan pencerah atau pemutih kulit (skin bleaching).
Penggunaan Hidrokinon
Hidrokinon adalah senyawa kimia yang bersifat larut air, padatannya berbentuk kristal jarum tidak
berwarna, jika terpapar cahaya dan udara warnanya akan berubah menjadi lebih gelap. Karena
sifatnya sebagai zat pereduksi Hidrokuinon dimanfaatkan pada proses cuci cetak foto, penghambat
polimerisasi pada beberapa senyawa kimia seperti asam akrilik dan metil metakrilat, sebagai
antioksidan karet dan zat-zat penstabil dalam cat, pernis, bahan bakar motor dan minyak.
Hidrokinon juga banyak digunakan pada produk kosmetik karena sifatnya sebagai antioksidan dan
sebagai depigmenting agent (zat yang mengurangi warna gelap pada kulit). Dalam kosmetik, selain
sebagai pemutih/pencerah kulit, hidrokinon digunakan sebagai bahan pengoksidasi pewarna
rambut dan penghambat polimerisasi dalam lem untuk kuku artifisial (kuku palsu).
Saat ini hidroquinon masih digunakan sebagian produsen pemutih karena hidrokinon
mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit
tampak hitam, penggunaan hidroquinon dalam kosmetik tidak boleh lebih dari 2%, hidroquinon
tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan jika pemakaian lebih dari 2% harus di
bawah kontrol dokter (FDA, 2006)
Cara kerja hidrokinon dalam mencerahkan kulit adalah melalui mekanisme efek toksik
hidrokinon terhadap melanosit (sel tempat sintesis melanin/pigmen hitam pada kulit) dan melalui
penghambatan melanogenesis (proses pembentukan melanin). Efek toksik hidrokinon terjadi
karena hidrokinon berkompetisi dengan tirosin sebagai substrat untuk tirosinase (enzim yang
berperan dalam pembentukan melanin), sehingga tirosinase mengoksidasi hidrokinon dan
menghasilkan benzokinon yang toksik terhadap melanosit.
Efek samping yang umum terjadi setelah paparan hidrokinon pada kulit adalah iritasi, kulit
menjadi merah (eritema), dan rasa terbakar. Efek ini terjadi segera setelah pemakaian hidrokinon
konsentrasi tinggi yaitu diatas 4%. Sedangkan untuk pemakaian hidrokinon dibawah 2% dalam
jangka waktu lama secara terus- menerus dapat terjadi leukoderma kontak dan okronosis eksogen.
Leukoderma kontak/Vitiligo
Gambar 1. Vitiligo
Vitiligo atau leukoderma adalah penyakit kulit yang dicirikan dengan hilangnya pigmen kulit
akibat disfungsi atau matinya melanosit. Leukoderma kontak dapat terjadi jika kulit terpapar
senyawa kimia dengan struktur mirip tirosin. Leukoderma akibat hidrokinon paling sering terjadi
setelah bersentuhan dengan cairan untuk cuci cetak foto. Pada satu kasus, dampak ini terjadi pada
seorang pria kulit hitam yang terpapar larutan hidrokinon 0,06% setelah 8-9 bulan. Penggunaan
krim untuk menghilangkan pigmen atau mencerahkan kulit dapat menyebabkan hilangnya pigmen
secara keseluruhan di area yang dioleskan. Kondisi ini menyebabkan noda-noda depigmentasi atau
tanpa pigmen dengan area hiperpigmentasi berupa bintik-bintik hitam (leukoderma-en-confetti).
Okronosis Eksogen
Gambar 2. Okronosis
Okronosis merupakan diskolorisasi kulit berwarna biru kehitaman yang biasanya disebabkan
penyakit alkaptonuria (penumpukan homogentisic acid / HGA). Alkaptonuria juga berhubungan
dengan efek sistemik lainnya seperti gejala osteoartritis dini, urin yang berwarna gelap dan warna
kehitaman yang tampak pada sklera dan telinga. Tidak ada gejala sistemik yang berhubungan
dengan okronosis eksogen. Okronosis eksogen akibat hidrokinon terjadi setelah pajanan terhadap
hidrokinon secara terus-menerus dan dalam waktu yang panjang (kronik). Pada beberapa kasus,
pasien mengalami okronosis setelah menggunakan hidrokinon dalam konsentrasi rendah sekitar
2% selama 10-20 tahun. Pada kasus lain, pasien yang menggunakan hidrokinon dengan
konsentrasi tinggi (6%) mulai mengalami okronosis setelah pemakaian beberapa tahun. Karena
hidrokinon menyerap sinar ultraviolet, adanya sinar matahari akan memperburuk dan
mempercepat terjadinya okronosis eksogen.
Sejak tahun 1982, oleh lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika FDA (Food
and Drug Administration), produk obat bebas atau kosmetik pemutih/pencerah kulit yang
mengandung 1,5 – 2 % hidrokinon dikategorikan sebagai produk yang secara umum diakui aman
dan efektif (Generally Recognized As Safe and Effective/GRASE). Penggunaan hidrokinon dalam
kosmetik pun masih berlangsung hingga hampir 30 tahun. Seiring dengan banyaknya efek samping
yang ditimbulkan akibat pemakaiannya, negara- negara lain seperti Jepang, Kanada, Australia,
Inggris dan Uni Eropa telah melarang pemakaian hidrokinon sebagai pemutih/pencerah kulit. Di
samping itu, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa hidrokinon dapat menyebabkan kanker pada
tikus setelah pemberian oral dan juga dapat menyebabkan okronosis (kulit gelap dan noda hitam)
jika dioleskan pada kulit. Karena itu, pada tahun 2006, FDA pun mengusulkan peraturan yang
melarang penggunaan hidrokinon sebagai obat bebas, namun hingga kini belum ada keputusan
untuk menarik peraturan tahun 1982 tersebut karena masih banyak ahli kulit yang mendukung
penggunaan hidrokinon sebagai pemutih/pencerah. Meskipun tidak dilarang, namun saat ini
penggunaan hidrokinon dalam kosmetik atau obat bebas di dalam negeri telah dibatasi.
Referensi:
Astuti DW., dkk., 2016. Identifikasi Hidroquinon pada Krim Pemutih Wajah yang Dijual di
Minimarket Wilayah Minomartani, Yogyakarta. Journal of Agromedicine and Medical Sciences.
Vol. 2 No. 1: 14
Jurnal Hidrokuinon dalam Kosmetik. Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia
Miconazole adalah suatu turunan sintetik dari 1-phenethylimidazole yang memiliki aktivitas
antifungal, bekerja mempengaruhi permeabilitas jamur dengan mengganggu biosintesa ergosterol
yang mengakibatkan terganggunya membran plasma.
Data uji klinik dari miconazole tidak menunjukkan adanya bahaya terhadap manusia
berdasarkan uji konvensional terhadap iritasi ocular, sentisasi kulit, toksisitas oral dosis tunggal,
toksisitas iritasi kulit utama dan toksisitas kulit dosis berulang 21 hari. Tambahan uji klinik
terhadap zat aktif individual tidak menunjukkan adanya bahaya terhadap manusia berdasarkan uji
konvensional terhadap iritasi lokal, toksisitas dosis tunggal dan berulang, genotoksisitas dan
toksisitas miconazole terhadap reproduksi.
Referensi : pionas.pom.go.id.Hal:1
Anamnesis
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis dimulai dengan mencari
keterangan mengenai nama, alamat, umur , jenis kelamin, pekerjaan dan status perkawinan.
Keterangan yang didapat ini kadang sudah memberi petunjuk permulaan kepada kita. Pertanyaan
yang diajukan biasanya :
Pemeriksaaan Fisis
C. Pemeriksaan Penunjang
Teknik khusus yang digunakan dalam pemeriksan klinis kulit termasuklah:
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Lampu Wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm, (atau sinar “hitam”) yang dapat
digunakan untuk membantu evaluasi penyakit-penyakit kulit dan rambut tertentu. Dengan
lampu Wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin yang subtle
bisa divisualisasi;
2. Diaskopi
Diaskopi terdiri dari penekanan pada lesi dengan menggunakan sebuah lensa datar transparan
atau objek lain (seperti slide kaca atau sekeping plastik yang tidak berwarna, jernih, dan kaku).5
Alat ini mengkompresi darah dari pembuluh darah kecil, supaya warna lain pada lesi dapat
dievaluasi. Diaskopi membantu pemeriksa menilai seberapa banyak darah intravaskular sebuah
lesi yang merah atau ungu. Jika lesi terutama terdiri dari kongesti vaskular, diakopi akan
memucat. Tekanan yang lebih kuat pada kapiler akan mendorong sel darah merah ke dalam
pembuluh darah di sekitarnya yang mempunyai tekanan yang lebih rendah. Jika pada diaskopi
gagal terjadi pucat, atau pucat tidak sempurna, hal ini bermakna banyak sel darah merah
mengalami ekstravasasi atau jaringan pembuluh yang berisi darah tersebut abnormal, sehingga
tidak memungkinkan sel lewat dengan sempurna. Sarkoma Kaposi mencakup baik pembuluh
darah neoplastik aberan maupun eritrosit yang ekstravasasi, sehingga tidak memucat.5 Pada
nodul granulomatous, tampak gambaran warna kecoklatan yang trasnlusen, dikenal sebagai
nodul ‘apple jelly’ (contohnya pada lupus vulgaris)
Dermoskopi
Dermoskop, juga dikenal sebagai mikroskop epiluminesens adalah lensa tangan dengan built-in
lighting dan magnifikasi 10x hingga 30x ; dermoskop membantu inspeksi terhadap lapisan kulit
epidermis yang lebih dalam dan dalam lagi secara non-invasif. Dermoskopi sangat berguna
untuk lesi pigmentasi bagi membedakan corak pertumbuhan yang jinak atau ganas
Metode ini adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch yang kemudian diletakkan pada
kulit. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menunjukkan yang memicu dermatitis kontak alergi.15
Jika ada alergi antibodi dalam sistem tubuh, kulit akan menjadi jengkel dan mungkin gatal, lebih
mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini berarti pasien alergi terhadap zat tersebut
Referensi : med.Unhas.ac.id
A. MELASMA
Definisi
Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa macula yang
tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultra
violet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu.
Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk daerah tropis. Di Indonesia
perbandingan kasus wanita dan pria adalah 24:1. Terutama tampak pada wanita usia subur yaitu
usia 30-44 tahun
Etiologi
Etiologi belum diketahui pasti. Faktor kausa yang dianggap berperan yaitu
1. Sinar ultra violet
Spektrum sinar matahari merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan
penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Sinar
ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat lagi sehingga memacu proses
melanogenesis
2. Hormon
Hormon estrogen, progesteron, dan MSH (Melanin Stimulating Hormone)
berperan pada terjadinya melisma. Pada kehamilan Melasma biasanya meluas pada
trimester ketiga. Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1 bulan sampai 2
tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
3. Obat
Misalnya difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin
dapat menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas
dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis.
4. Genetik
Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70%.
5. Ras
Melasma banyak dijumpai pada golongan Hispanik dan golongan kulit berwarna
gelap.
6. Kosmetika
Pemakaian kosmetika yang mengandung parfum, zat pewarna, atau bahan-bahan
tertentu dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya
hiperpigmentasi pada wajah, jika terpajan sinar matahari.
7. Idiopatik
Klasifikasi
1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood dibandingkan
dengan sinar biasa
2. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras dibanding dengan
sinar biasa
3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas
4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood lesi menjadi
tidak jelas sedangkan dengan sinar biasa jelas
Patogenesis
Masih banyak yang belum diketahui. Banyak factor yang menyangkut proses ini, antara
lain :
a. Peningkatan produksi melanosom karena hormone maupun sinar UV
b. Penghambaatan dalam Malphigian cell turn over, keadaan ini dapat terjadi karena obat
sitostatik
Gejala klinis
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas tegas
dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar seperti
pada Gambar 2.1. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pola sentrofasial di
pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada
tipe dermal.
Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis. Untuk
menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan sinar Wood, sedangkan pemeriksaan
histopatologik hanya dilakukan pada kasuskasus tertentu.
Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur
serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan
penderita berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit harus
dilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronis residif.
Pengobatan yang sempurna adalah yang kausal, maka penting dicari etiologinya.
a) Pencegahan
b) Pengobatan
1. Pengobatan topikal
a. Hidrokinon
a. Asam arkobat/Vitamin C
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser Argon kekambuhan dapat
juga terjadi.
B. Lesi Berpigmentasi
Lesi berpigmentasi merupakan suatu keadaan dimana warna kulit berubah menjadi
berwarna coklat sampai kehitaman dibandingkan dengan warna kulit yang normal serta
bersifat makuler.
Intensitas perubahan warna pada pada lesi ini tergantung dari jumlah dan lokasi dari
melanin yang terdapat didalam jaringan. Lesi yang terdapat dipermukaan , warna yang terlihat
berupa coklat atau hitam, sementara dalamnya lesi maka warna akan terlihat biru keunguan.
Keabnormalan mukosa dapat berasal dari faktor ekstrinsik dan intrinsik. Pigmentasi
ekstrinsik terjadi karena terpaparnya mukosa dengan benda ading seperti obat-obatan atau
logam berat. Contoh : amalgam tatto.
Pigmentasi instrinsik terjadi karena ada peningkatan jumlah melanin yang diproduksi
oleh sel melanosit dalam lapisan basal pada epitelium. Contoh : melanoplakia, smoker’s
melanosit, dan lain-lain.
Lesi pigmentasi ini dapat muncul sebagai lesi yag menyeluruh didalam rongga mulut
maupun sebagai lesi yang terisolasi. Pigmentasi yang menyeluruh dapat menunjukkan sebuah
respon normal maupun menifestasi dari sebuah proses patologi.
1. Klasifikasi Lesi Berpigmentasi
a) Endogen
1) Melanin
a) Ephilis/freckle
b) Melanotic macule
c) Nevus
Nevus melanositik
d) Maligna melanoma
e) Sindroma Peutz Jeghers
f) Addison Disease
g) Smoker’s melanosit
h) Melanoplakia
2) Vaskular
a) Nevus vaskular (Hemangioma)
3) Extravasared hemorrhage, hemosiderin
a) purpura (petekiae)
b) purpura (ekimosis)
c) purpura (hematoma)
b. Eksogen
1) Metal
a) Amalgam tato (agirosis fokal)
b) Gravit tatto
c) Heavy-metal pigmentation
d) Bismuth deposition
2) Obat
a) Pigmentasi associated dengan obat
3) Bakteri kromogenik
a) Hairy Tongue
2. Etiologi, Gambaran Klinis, dan Penatalaksanaan dari Lesi Berpigmentasi
a. Endogen
Perubahan warna pada mukosa yang disebabkan oleh faktor dari dalam seperti
melanin, hemoglobin dan hemosiderin
1. Melanin
Ephilis/freckle
Etiologi
Desposisi aktif melanin yang dipicu oleh paparan sinar matahari
Gambaran Klinis
Lokasi di bibir atau kulit. Bentuknya makula berwarna cokelat muda sampai
tua, asimtomatik, kecil (1-3 mm), berbatas jelas, terjadi pada daerah yang
sering terpapar sinar matahari, seperti wajah dan kulit perioral
Gambar Ephilis
Penatalaksanaan
Pada umumnya, tidak dibutuhkan terapi untuk mengatasi ephelis
Referensi : (Langlais, Robert P, dkk. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC)
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta
kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita
berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit harus dilakukan secara teratur
dan sempurna karena melasma bersifat kronis residif. Pengobatan yang sempurna adalah yang
Pengobatan
1. Pengobatan topikal
a. Hidrokinon
menghambat konversi dari DOPA (Dihidroksi Phenil Alanin) terhadap melanin dengan
menghambat aktivitas dari enzim tirosinase menjelaskan bahwa krim tersebut dipakai pada malam
hari disertai pemakaian tabir surya pada siang hari. Umumnya tampak perbaikan dalam 6-8
minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi.
Krim tersebut juga dipakai pada malam hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi.
Asam retinoat saat ini digunakan sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara
bermakna meskipun berlangsung cukup lambat. Efeksamping berupa eritema, deskuamasi, dan
fotosensitasi
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk dipakai. Pengobatan dengan asam azeleat
20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya rasa panas dan gatal.
a. Asam arkobat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk
reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril yang berpotensi menghambat pembentukan
3. Tindakan khusus
a. Pengelupasan kimiawi
kimiawi dilakukan dengan mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4 sampai 6 menit dilakukan
setiap 3 minggu selama 6 kali. Sebelum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan krim asam
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser Argon kekambuhan dapat
juga terjadi.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melisma adalah
perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita diharuskan menghindari pajanan
langsung sinar ultra violet terutama antara pukul 09.00-15.00. Sebaiknya jika keluar
rumah menggunakan payung atau topi yang lebar. Melindungi kulit dengan memakai
tabir surya yang tepat, baik mengenai bahan maupun cara pemakaiannya. Pemakaian
tabir surya dianjurkan 30 menit sebelum terkena pajanan sinar matahari. Ada 2 macam
tabir surya yang dikenal yaitu tabir surya fisis dan tabir surya kimiawi. Tabir surya fisis
adalah bahan yang dapat memantulkan/menghamburkan ultra violet, misalnya : titanium
dioksida, seng oksida, kaolin; sedang tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap
ultra violet. Tabir surya kimiawi ada dua jenis, yaitu :
a. Yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) atau derivatnya,
misalnya octil PABA
b. Yang tidak mengandung PABA (non-PABA), misalnya : bensofenon,
sinamat, salisilat, dan antranilat.
Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya menghentikan
pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau
mengandung parfum, mencegah obat contohnya hidantoin, sitostatika, obat antimalaria,
dan minosiklin.
Referensi : Repository.USU.ac.id.