You are on page 1of 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 menyebutkan
hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal dunia akibat masalah
persalinan dan 95% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia
(Manuaba, 2005).
Di negara-negara maju Angka Kematian Ibu (AKI) pertahun hanya 27
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang AKI rata-rata
mencapai 18 kali lebih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup
(Manuaba, 2005).
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah yang
tertinggi di Asia Tenggara. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai
307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5
kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari Indeks Philipina (Anwar, 2009).
AKI menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007)
mutakhir masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah pendarahan dan eklampsia.
Kedua penyebab itu dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care yang memadai. Walupun proporsi perempuan usia 15-45 tahun
yang melakukan minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut
survey hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, dimana sebesar 54%
persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (HIMAPID, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas provinsi NTB pada tahun 2013, angka
kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 424 / 100.000 KH, sedangkan angka
kematian bayi telah menurun yaitu 30 / 100.000 KH (Pro Dinkes NTB 2013 ).
Angka kematian ibu di NTB masih tinggi yaitu 330 per 100.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI di NTB tercatat sebanyak 242 per
100.000 kelahiran hidup. Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Tahun 2006
terdapat 15 kamatian ibu yang disebabkan oleh: eklampsia 2 orang (13,3%),

1
2

haemorragea post partum 4 orang (26,6%), tersangaka thypoid dan syok


sebanyak 1 orang (6,6%), post Saction Sesaria 1 orang (6,6%), hamil 32
minggu 1 orang (6,6%), kelainan jantung 1 orang (6,6%), section Sesaria 1
orang (6,6%), dan lain-lain 1 orang (6,6%). (DINKES, 2013)
Data dari RSUD Kota Mataram pada tahun 2014 jumlah ibu melahirkan
secara normal di RSUD Kota Mataram 277 orang, persalinan abnormal 156
orang, vakum 22 orang, presbo spontaneour 31 orang, seksio caecarea 399
orang dan jumlah AKI 6 rang per 1925 orang (RSUD Kota Mataram).
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami tertarik untuk mengambil
kasus Asuhan Persalinan Normal pada Ny”M” G2P1A0H1 hamil aterm
inpartu janin tunggal hidup dengan presentasi kepala di ruang bersalin RSUD
Kota Mataram.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan dengan
penerapan manajemen kebidanan sesuai dengan VARNEY pada kasus
asuhan kebidanan dengan persalinan normal.
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswi mampu mengumpulkan data Subyektif dan
Obyektifpada NY “M” dengan persalinan normal.
b. Agar mahasiswi mampu menginterpretasikan data dasar, diagnosa,
atau masalah pada NY “M” dengan persalinan normaI.
c. Agar mahasiswi mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada NY
“M” denganpersalinan normaI.
d. Agar mahasiswi mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera pada NY “M” dengan persalinan normal.
e. Agar mahasiswi mampu menyusun rencana asuhan menyeluruh pada
NY “M” dengan persalinan normal.
f. Agar mahasiswi mampu memberikan penatalaksanaan secara
menyeluruh pada NY “M” dengan persalinan normal
g. Agar mahasiswi mampu mengevaluasi hasil asuhan menyeluruh pada
NY “M” dengan persalinan normal.
3

C. Manfaat
1. Bagi Ny. “M“
Klien dapat berhubungan langsung dengan tenaga kesehatan sehingga
dengan paparan tersebut klien dapat merubah perilakunya untuk
memanfaatkan sarana kesehatan ataupun tenaga kesehatan dengan
kesadarannya sendiri.
2. Bagi RSUD Kota Mataram
Dapat mengevaluasi mutu pelayanan asuhan kebidanan yang diterapkan
sehingga tetap tercermin citra kerja bidan yang profesional.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan teori yang telah diberikan dari institusi.
4. Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan asuhan kebidanan sesuai teori yang telah didapatkan
khususnya asuhan pada pasien dengan persalinan normal.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Persalinan
1. Definisi Persalinan
a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri)
yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Kuswanti, 2012).
b. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama sembilan bulan. Ketika persalinan
dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 Minggu), lahir
spontan dengan persentasi belakang kepala yang cukup berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janinnya
(Prawirohardjo, 2006).
c. Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Winkjosastro,2006).
d. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu.proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta ( Varney, 2008 ).
e. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

4
5

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan


(37-42 minggu), lahir secara spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin.( Saifuddin, 2010).
2. Etiologi
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak
diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun masing-
masing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa teori
timbulnya persalinan :
a. Teori penurunan hormone
b. Teori placenta menjadi tua
c. Teori distensi rahim
d. Teori iritasi mekanik
e. Induksi partus.(Rohani,dkk.2010)
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2007) beberapa teori
mengemukakan etiologi dari persalinan adalah :
1. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone
2. Pengaruh prostaglandin
3. Struktur uterus
4. Sirkulasi uterus
5. Pengaruh saraf dan nutrisi
Beberapa teori timbulnya persalinan:
1. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron, peningkatan kadar prostaglandin yang berfungsi
meningkatkan kontraksi uterus.
2. Teori placenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
6

4. Teori iritasi mekanik


Di belakang serviks terlteak ganglion servikale (fleksus
frenkenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
3. Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang
komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan
penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2
minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan
kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion
servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan
uterus berkontraksi.
4. Sebab-sebab mulainya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan
mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :
a. Estrogen
1) Meningkatnya sensitipitas otot rahim
2) Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
b. Progesteron
1) Menurunnya sensitifitas otot rahim
2) Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
7

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan :


1. Teori keregangan
a. otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimilai
c. Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesteron
a. proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan.
b. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin
c. Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
3. Teori oksitosin internal
a. Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat
mangubah sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi
Broxton hicks
b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat
dimulai.
4. Teori prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
8

5. Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis


a. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini
dikemukakan oleh linggin tahun 1973
b. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas
janin,induksi mulainya persalinan. (Manuaba, 2005)
5. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Persalinan normal, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di timbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan :
1) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2) Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
pertama sekali.
3) Multigravida adalah yang pernah seorang wanita yang pernah
melahirkan lebih dari satu.
4) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup
5) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup.
6) Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup untuk pertama
kali
7) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup sampai 5 kali
8) Grandmultipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi 6
kali atau lebih hidup ataupun mati. (Mochtar, 2002 ).
9

6. Tanda-tanda Permulaan Persalinan


Gejala persalinan sebagai berikut
a. Terjadinya His Peralinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat
pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,
mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin
beraktifitas makin bertambah.
b. Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan servik yang menimbulkan
pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembulu
darah pecah.
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsug dalam waktu 24 jam.
d. Perubahan Servik
Pada pemeriksaan dalam dijumpai peerubahan serviks seperti
pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks
(Manuaba, 2005).
7. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his
sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga
panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
a. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium),
sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir
atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus
10

arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul.dapat juga terjadi keadaan :
1) Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut
lancip kepan dengan pintu atas panggul.
2) Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut
lancip kebelakang dengan pintu atas panggul
b. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun
kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul
dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 )
dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
c. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis
dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan
rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
d. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil
di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi
berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
e. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
f. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam
keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di
dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi
depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu
belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada
penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan
operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
11

Gambar 1. Penurunan kepala

8. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000), yaitu:
a. Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah.
c. Dapat disertai pecah ketuban
d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan
serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks.
9. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
a. Power ( Kekuatan )
1) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
2) Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
12

3) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.


4) Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot
rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah
pengendalian syaraf simpatik.
5) Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap
setelah adanya kontraksi.
6) His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi
teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya
yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi
lemah.
7) His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai
dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.
8) His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari
salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal
dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti
memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen
bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh
parturient.
9) Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder
yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat
kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini
berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan
kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-
otot dasar panggul.
10) Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu
baik.
11) Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena
hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
13

Kelainan kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh :


a) Kelainan kontraksi rahim
(1) inersia uteri primer dan sekunder
(2) tetania uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia
intrauterin sampai kematian janin dalam rahim
(3) inkoordinasi kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia
terlalu tua, pimpinan persalinan salah, induksi perrsalinan, rasa
takut dan cemas.
b) Kelainan tenaga meneran
(1) Kelelahan
(2) Salah dalam pimpinan meneran pada kala 2.
b. Passanger
1) Passenger terdiri dari janin dan plasenta.
2) Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling
penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran
yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
3) Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak
muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti
kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
c. Passage (Jalan Lahir)
1) Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
2) Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal
3) Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil
hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung,
promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica
tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100),
ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul
yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,
14

ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul)


12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)
12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5
cm.
4) Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat
menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit
seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul
seperti corong, ada tumor dalam panggul
5) Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan,
untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus
lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada
jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
6) Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh
serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks
yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar,
namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka,
namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama karena
kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan
jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor
pada vagina.
d. Psyche (Psikologis)
1) Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi
penyebab lamanya persalinan, his menjadi mkurang baik,
pembukaan menjadi kurang lancar
2) Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan
faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan
berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lama.
e. Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter,
perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih.
15

10. Tahapan- tahapan dalam persalinan


1. Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida
1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan
(Manuaba, 1998).
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2
jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam.
Partograf
Partograf adalah alat bantu memantau kemajuan kala 1
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
16

c. Data pelengkapan yang terkait dengan pemantauan kondisi


ibu,kondisi bayi,grafik laboratorium,membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi
baru lahir.( JNPK-KR:2007 )
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif )
partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin,tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin catat setiap 1 jam
2) Air ketuban catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina.
a) U : Selaput utuh
b) J : Selaput pecah,air ketuban jernih
c) M : Air ketuban bercampur mekonium
d) D : Air ketuban bernoda darah
e) K : Tidak ada cairan ketuban / kering
3) Perubahan bentuk kepala janin ( molding atau molase) :
a) 0 : Sutura terpisah
b) 1 : Sutura ( pertemuan 2 tulang tengkorak )
c) 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaikki
d) 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4) Pembukaan mulut rahim( serviks ) dinilai setiap 4 jam dan diberi
tanda silang (x).
5) Penurunan : Mengacu pada bagian kepala ( di bagi 5 bagian ) yang
teraba ( pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simpysis pubis :
catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.
pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paru
17

6) Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah


pasien diterima.
7) Jam : Catat jam sesungguhnya
8) Kontraksi : Catat setiap setengah jam : lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
tiap-tiap kontraksi dalam hitung detik.
a) Kurang dari 20 detik
b) Antara 20 dan 40 detik
c) Lebih dari 40 detik
9) Oksitosin : Jika memakai oksitosin catatlah berapa banyaknya
oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
10) Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan
11) Nadi :catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik
besar ( .)
12) Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah
13) Suhu badan : Catatlah setiap 2 jam
14) Protein, Aseton, dan volume urin : Catatlah setiap kali ibu
berkamih
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan yang tepat. ( Prawiroharjo ; 2002 ).
Partograf harus digunakan :
a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harun digunakan
untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf
sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit
maupun yang tidak disertai penyulit.
b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll).
18

Contoh pengisian patograf


19

2. Persalinan kala II
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5
jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
a. Tanda dan Gejala Kala II Persalinan
1) Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina dan sfinger membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir & darah
3. Persalinan kala III
Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya
6-15 menit setelah bayi lahir.
a. Manajemen aktif kala tiga  menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif
b. Keuntungan manajemen aktif kala tiga:
1) Kala tiga persalinan yang lebih singkat.
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta.
c. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
1) Pemberian suntikan oksitosin.
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3) Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).
4. Persalinan kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum.
Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),
kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
20

Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada
masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya
kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan
biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh
infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30
menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
a. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi
uterus.
b. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda
secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus
sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
c. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
d. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi
atau luka episiotomi).
e. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
f. Pendokumentasian.
Penilain klinik kala IV
No Penilaian Keterangan
1. Fundus dan Rangsangan tektil uterus dilakukan untuk
kontraksin merangsang terjadinya kontraksi uterus yang
uterus baik.dalam hal ini sangat penting diperhatikan
tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
2. Pengeluaran Perdarahan : untuk mengetahui apakah jumlah
pervaginam perdarahan yang terjadi normal atau tidak.batas
normal perdarahan adalah 100-300 ml.
Lokhea : jika kontraksi uterus kuat,maka lokea
tidak lebih dari saat haid.
3. Plasenta dan Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada
selaput ketuban tidaknya bagian yang tersisa dalam uterus.

4. Kandung Yakinkan bahwa kandung kencing kosong.hal


kencing ini untuk membantu involusio uteri.
21

5. Perinium Periksa ada tidaknya luka / robekan pada


perenium dan vagina

6. Kondisi ibu Periksa vital sign,asupan mkan dan minum


7. Kondisi bayi Apakah bernapas dengan baik?
baru lahir Apakah bayi merasa hangat ?
Bagaimana pemberian ASI?

Diagnosis
Kategori Keterangan
No
1 Involusi normal Tonus-uterus tetap borkontraksi
Posisi-TFU sejajar atau dibawah pusat
Perdarahan-dalam batas normal (100-300)
Cairan-tidak berbau.

2. Kala IV dengan Sub involusi-kontraksi uterus lemah,TFU


penyulit diatas pusat
Perdarahan-atonia,laserasi,sisa
plasenta/selaput ketuban.

Tanda Bahaya Kala IV


Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda
bahaya :
a) Demam.
b) Perdarahan aktif.
c) Bekuan darah banyak.
d) Bau busuk dari vagina.
e) Pusing.
f) Lemas luar biasa.
g) Kesulitan dalam menyusui.
h) Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
22

11. Asuhan dalam persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan :
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal
(Asuhan persalinan normal, 2008).

1. Kala I
a. Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan
b. Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok,
berbaring miring, merangkak dapat membantu turunnya kepala bayi
dan sering juga mempersingkat waktu persalinan
c. Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan
memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Apabila
dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
d. Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika
ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan :
1) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan mungkin
menyebabkan partus macet
2) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
3) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri
4) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
23

5) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan


e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir.Upaya dan ketrampilan
menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi
penolong persalinan terhadap resiko infeksi.
Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai
partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

2. Kala II
Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :
1) Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan
pemantauan ibu dan bayi.
2) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan
persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa
dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama
kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai
meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen,
warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran
paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan
intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua
persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan
24

persalinan.

Gambar 1. Posisi duduk atau setengah duduk

Gambar 2.Jongkok atau berdiri

Gambar 3. Merangkak atau berbaring miring ke kiri


25

4) Melahirkan kepala
Bimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva
dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk
mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak
dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas
lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan
puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat
kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah.

Gambar 4. Melahirkan Kepala

5) Memeriksa Tali Pusat


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran
dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat.
Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.

Gambar 5. Memeriksa tali pusat


26

6) Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan
memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya
dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal,
letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan
pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan
tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah
tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus
pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke
langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.

Gambar 6. Melahirkan Bahu


7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
a) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan
bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian
bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung
janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin
bagian anterior saat badan dan lengan lahir.
b) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin).
c) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada
lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah
penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu
27

dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat
terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.

Gambar 7. Melahirkan Tubuh Bayi

8) Memotong tali pusat


Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-
kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara
kedua klem.

Gambar 8. Memotong Tali Pusat


28

3. Kala III
a. Pemberian Suntikan Oksitosin
1) Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu untuk
diberi ASI.
2) Letakkan kain bersih diatas perut ibu.
3) Periksa uterus utk memastikan tidak ada bayi yg lain.
4) Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik.
5) Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir,
segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan
bagian luar
b. Penegangan Tali Pusat Terkendali
1) Berdiri disamping ibu.
2) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua
persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain)
tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba
kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan
peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan
korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
4) Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu,
lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga
plasenta terlepas dari tempat implantasinya.
5) Jika plasenta tdk turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan
tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya
plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
6) Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu utk plasenta akan terdorong
ke introitus vagina. Tetap tegang kearahmeneran bawah
mengikuti arah jalan lahir
7) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran
plasenta dgn menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah
robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut
putar plasenta hingga selaput terpilin
29

8) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk


melahirkan selaput ketuban
9) Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan
seksama.
c. Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
1) Segera setelah kelahiran plasenta
a) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
b) Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak
nyaman.
c) Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus
uteri  uterus berkontraksi.
2) Jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri
a) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh.
b) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus
berkontraksi dengan baik, jika belum ulangi rangsangan taktil
fundus uteri.
c) periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua pascapersalinan.
d. Tanda-Tanda Lepasnya Placenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua
hal-hal di bawa ini:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum meometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus bentuk
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada
diatas pusat (seringkali mangarah ke sisi kanan)
30

2) Tali pusat memenjang. Tali pusat melihat menjulur keluar melalui


vulva (tanda ahfeld)
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di
bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta
pooling ) dalam ruang di antara dinding uterus dan pemukaan
dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dan dan tepi plasenta terlepas.
Tanda-tanda lepasnya plasenta:
a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b) Tali pusat memanjang.
c) Semburan darah mendadak dan singkat.

4. Kala IV
Tindakan Baik:
a. Mengikat tali pusat
b. Memeriksa tinggi fundus uteri
c. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
d. Membersihkan ibu dari kotoran
e. Memberikan cukup istirahat
f. Menyusui segera
g. Membantu ibu ke kamar mandi
h. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:


a. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
b. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
c. Memisahkan ibu dan bayi.
d. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan
dehidrasi.
31

Pemantauan Lanjut Kala IV


Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV
adalah :
1) Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60
mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul
kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2) Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi
dehidrasi ataupun infeksi.
3) Nadi
4) Pernafasan
5) Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka
uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan
injeksi oksitosin atau methergin).
6) Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu
pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal
identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung
kencing).
Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi
tidak baik.

B. Asuhan Persalinan Normal ( APN )


1. Definisi
Asuhan persalinan normal ( APN ) adalah persalinan bersih dan aman
serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dan menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. persalinan dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan ibu dan bayi baru lahir. (Asuhan persalinan normal,
2008 ).
32

2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal (APN ) ialah memberikan asuhan
yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman,dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan sayang nayi. (Prawihardjo: 2006)
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yng tinggi bagi ibu dan bayinya.melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan berkualitas pelayanan
dapat terjadi pada tingkat yang diinginkan. Dengan pendekatan seperti ini,
berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat
tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan. (Asuhan persalinan normal, 2008)
3. Langkah- Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan
dengan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan
Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan
pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya
adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya
APN terdiri dari 60 Langkah, yaitu sebagai berikut :

A. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
33

B. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
C. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar.Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut
dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
a. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
34

klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik


serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali
/ menit ).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
D. Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
35

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai


pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap lima menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera.
i. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
j. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman.
k. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
l. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
E. Persiapan pertolongan kelahiran bayi.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
F. Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kelapa
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang
36

lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan


kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya.Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
37

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya


lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
G. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
H. Penanganan Bayi Baru Lahir
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
38

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan


oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
c. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
d. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
e. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
39

f. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.


g. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
Kegiatan
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
I. Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
J. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
40

Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.


43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
Evaluasi
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
a. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
c. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
d. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
41

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua


jam pertama pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI.Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
42

C. Konsep Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
2. Langkah Dalam Manjemen Kebidanan
Manjemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi.
Menurut Helen Varney manajemen kebidanan terdiri dari 7
langkah, antara lain :
I. Mengumpulkan Data Dasar
Pada tahap pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Anamnese.
Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Bio-
psiko-sosio-spiritual,serta pengetahuan klien.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
3. Permeriksaan penunjang.
II. Interpretsai Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah didasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah
43

dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretsikan sehingga


dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
III. Identifikasi diagnosa dan Masalah Potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial bardasarkan
diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Pada langkah ini didan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hany merumuskan masalah potensial yang akan tejadi,
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agr masalah tidak terjadi.
IV. Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera
Bidan atu dokter melakukan konsultasi untuk penanganan segera
bersama anggota tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi,
ahli perawatan bayi baru lahir dan lain-lain sesuai dengan kondisi
klien.
V. Menyusun Rencana
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan menejemen untuk masalah diagnosis yang telah
diidentifikasi . pada langkah ini inpormasi data yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal
yang sudah teridentifikasi dari klien, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien yang mencakup pikiran tentang hal
yang akan terjadi berikutnya, apakh dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila da sejumlah
masalah terkait sosial, ekonomi,kultural atau psikologis.
VI. Melaksanakan Langsung Asuhan Secara Efisien
Pada langkah ini, rencana asuhan manyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
44

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang


menyeluruh tersebut.
VII. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulanag aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menentukan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan.pada langkah ini dilakuakan juga evaluasi terhadap
keefektipan asuhan yang sudah diberikan. ini meliputi kebutuhan akan
bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sebagimana diidentifikasi
didalam diagnosis dan masalah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “M” DENGAN PERSALINAN
NORMAL DI RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL, 25 DESEMBER 2015

KALA 1

I. Pengumpulan Data Dasar


Hari/tanggal masuk R.bersalin : Jumat, 25 Desember 2015
Jam: : 08.00 Wita
Hari/tanggal pengkaian : Jumat, 25 Desember 2015
Jam : 08.05 Wita
No. RM : 17 53 45
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Klien
Nama Pasien : Ny “M’ Nama Suami : Tn. “M”
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku /Bangsa : Sasak/Indonesia Suku / Bangsa : Sasak/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Monjok Alamat : Monjok
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang bagian bawah sejak tanggal
24/12/2015 pukul 06.00 wita di sertai pengeluaran lendir campur
darah,pengeluaran air ketuban sudah pecah, gerakan janin masih dirasakan
aktif.
3. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu datang ke puskesmas tanggal 25 Januari 2015 07.00 Wita dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan keluarnya
lendir campur darah pukul 06.55 wita, Pada saat dilakukan pengkajian
di Puskesmas pagesangan ditemukan, keadaan umum ibu baik, TD
120/70 mmHg Nadi 88 x/m Suhu 36,5 c RR 24x/m, TFU 31

45
46

cm,persentasi kepala,kepala masuk PAP 4/5 PBBJ : 3100 gram), his 2x


dalam 10 menit, DJJ: 11 12 12, G2P1A0H1 UK 38 minggu A/T/H/IU
presentasi kepala dengan inpartu kala 1 fase laten
4. Riwayat menstruasi
a. Usia manarche : 14 tahun
b. Haid : Teratur
c. Lama siklus menstruasi : 28 hari
d. Dismenorhe : Tidak pernah
e. Warna darah haid : Merah tua
f. Flour albus : Tidak ada
g. Lama haid : 7-8 hari (2-3 kali ganti pembalut sehari)
h. Kelainan : Tidak ada
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hamil ke :2
b. HPHT : 19-03-2015
c. HTP : 26-12-2015
d. UK : 40 Minggu
e. Gerakan Janin : Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu sejak umur
kehamilan 4 bulan dan dirasakan gerakan aktif bayinya > 10 kali/12
jam.
f. Tanda-tanda Bahaya/Penyulit : Tidak ada
g. Keluhan selama kehamilan : Tidak ada
h. His persalinan dirasakan sejak tanggal 24 desember 2015 pukul 6.45 Wita
i. ANC : 11x dipuskesmas pegesangan
j. TT : 2x ( lengkap)
TT1: 2-07-2015
TT2:2-09-2015
k. Obat-obatan yang dikonsumsi : Ibu hanya mengkonsumsi obat
penambah darahyang diberikan oleh
bidan
l. Riwayat KB : Suntik 3 bulan
m. Rencana KB : IUD
47

6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

Anak Uk Jenis Penolong Tempat Riwa Jk Bbl Umur Ket


ke persalina persalina persalin yat (gra (thn)
n n an penya m)
kit
1 9 bln Normal Bidan BPS Tidak ♀ 3200 7 Hidup dan
ada Tahun sehat
2 Ini - - - - - - - -

7. Riwayat Kesehatan / Penyakit yang pernah diderita/ sedang diderita :


Ibu tidak pernah mengalami derita penyakit
8. Riwayat Psikososial
a. Nutrisi
1) Komposisi : Ikan,tempe,nasi,tahu
2) Porsi : 2-3 piring
3) Makan/minum terakhir : Tanggal 25 Desember 2015,
Pukul 05.15 WITA
4) Masalah : Tidak ada
b. Eliminasi
1) BAB terakhir : Tanggal 25 Desember 2015,
Pukul 11.25 WITA
2) Masalah : Tidak Ada
3) BAK terakhir : Tanggal 25 Desember 2015,
Pukul 06.45 WITA
4) Masalah : Tidak Ada
c. Istirahat
1) Istirahat terakhir : Tanggal 25 Desember 2015,
Pukul 04.15 WITA
2) Lama : 6-8 jam
3) Kesulitan/masalah: Tidak Ada
48

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosi : Stabil
d. TB : 155 cm
e. BB sekarang : 75 kg
f. Lila : 29 cm
g. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120/70 mmHg
2) Nadi : 88x/menit
3) Suhu : 36,5°C
4) Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Inspeksi
Rambut tumbuh merata tidak rontok,tidak berketombe,warna hitam.
2) Palpasi
Tidak ada benjolan atau oedema, tidak ada nyeri tekan,tumor,lesi
dan bekas luka jahitan.
b) Wajah
1) Inspeksi
Bentuk simetris,tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
2) Palpasi
Tidak ada oedema pada bagian frontalis, zigomatikum, maxilaris
dan mandibularis.
c) Mata
1) Inspeksi
Konjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterus.
d) Hidung
1) Inspeksi
Bentuk simetris,hidung bersih,tidak ada sekret
49

2) Palpasi
Tidak ada polip
e) Mulut dan gigi
1) Inspeksi
Bibir tidak pucat, bibir tidak pecah- pecah, gusi tidak berdarah, dan
gigi tidak berlubang dan tidak ada karies.
f) Telinga
1) Inspeksi
Bentuk simetris antara kiri dan kanan, lubang telinga bersih tidak
ada kotoran/serumen, dan tidak mengeluarkan cairan.
g) Leher
1) Palpasi
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis.
h) Payudara
1) Inspeksi
Bentuk simetris, Puting susu menonjol, tidak ada retraksi dimpling,
adanya hiperpigmentasi ariola.
2) Palpasi
tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak,sudah ada cairan
colostrum, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
i) Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, ada striae lipid, ada linea alba,
pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan.
2) Palpasi :
Leopold I : TFU 31 cm di fundus teraba lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Teraba keras, panjang mendatar seperti papan
disebelah kanan perut ibu(punggung), di bagian
kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas).
50

Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, bulat, melenting


(kepala), kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Teraba kepala 4/5 bagian
His : 2x dalam 10 menit, frekuensi 20 detik
PBBJ : 3100 gram
Auskultasi: DJJ: irama (11-12-12), frekuensi 140x/menit
j) Ekstremitas Atas
a) Inspeksi
Kuku tidak pucat
b) Palpasi
Tidak ada oedema.
k) Ekstremitas Bawah
a) Inspeksi
Kuku tidak pucat,tidak ada varises
b) Palpasi
Tidak ada oedema pada kaki
c) Perkusi
Reflek patela (+)
3. Pemeriksaan dalam
Tanggal 25 Desmber 2015 PUKUL 10.10 WITA
VT Ø 2 cm,eff 25%,ketuban (+) teraba kepala,denominator belum
jelas, kepala ↓HI tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.

II. Interpretasi Data Dasar


1. Diagnosa:
G2P1A0H1 usia kehamilan 40 minggu, keadaan umum ibu baik, dengan
inpartu Kala I fase laten
Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala keadaan janin baik.
Dasar
Data subyektif
a. Ibu mengatakan perut mules hilang timbul menjalar ke punggung
disertai pengeluaran lendir
51

b. Ibu mengatakan hamil ke 2,usia kehamilan 9 bulan,dan tidak pernah


mengalami keguguran
c. Ibu masih merasakan gerakan janinnya
Data obyektif
a. K/U baik, kesadaran komposmentis,Tanda-tanda Vital Tekanan darah
110/70 mmHg, Nadi: 88x/menit, Suhu: 36,7°C Respirasi :
22x/menit
b. TFU 31 cm (PBBJ : 3100 gram), teraba bokong pada fundus, puka,
presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP 4/5
c. His 2x dalam 10 menit lama 40 detik, intensitas kuat
d. DJJ (+), frekuensi 140x/menit irama teratur (12-12-11)
e. VT Ø 2 cm,eff 25%, ketuban (+),presentasi kepala, denominator UUK
kadep, kepala ↓ HI, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
2. Masala : Ketidaknyamanan
Dasar : ibu mengatakan perut mules menjalar ke punggung
3. Kebutuhan :
a. Penjelasan tentang keadaan ibu dan proses persalinan
b. Penjelasan mengenai rasa sakit yang dirasakan dan cara mengatasinya.
III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
a. Mandiri : Observasi pertolongan sesuai dengan APN
b. Kolaborasi : Tidak ada
c. Rujukan : Puskesmas Pagesangan
V. Rencana Asuhan Menyeluruh
1. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan
2. Anjurkan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu
3. Beri dukungan moril
4. Anjurkan ibu memenuhi asupan makan dan minum
5. Anjurkan teknik relaksasi
6. Observasi kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf
52

7. Siapkan partus set heating set dan resusitasi set.lingkungan dan tempat
untuk persiapan dan pertolongan persalinan
VI. Pelaksanaan Asuhan Menyeluruh
Hari / tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Jam : 08.23 Wita
1. Menjelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan
tanda-tanda vital dan ibu setuju dilakukan pemeriksaan. pemeriksaan
bahwa usia kehamilan ibu sudah 28 minggu Tekanan darah: 110/70
mmHg, Nadi: 88x/menit, Suhu: 36,7°C, Respirasi : 22x/menit
2. Menganurkan ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan
ibu dan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya.ibu dapat
duduk, juga dapat berjalan jika memiliki tenaga yang cukup agar kepala
cepat turun, jika ibu ingin tetap ditempat tidur sebaiknya ibu miring kiri
agar bayi yang dikandungnya memperoleh udara yang cukup
3. Memberikan dukungan moril pada ibu dengan meyakinkan ibu,
menjelaskan ibu mengenai proses dan kemajuan persalinan dan
mendengarkan keluhan ibu, menghadirkan orang terdekat bagi ibu seperti
suami dan kerabat lainnya,menganjurkan orang yang menemaninya untuk
memijat atau menggosok pinggangnya untuk mengurangi rasa sakit/nyeri.
4. Menganjurkan dan memberikan ibu makan dan minum agar memiliki
tenaga yang cukup,anjurkan keluarga untuk mendukung/memotivasi dan
membantu ibu untuk makan dan minum.
5. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi jika ada his dengan menarik napas
panjang lewat hidung kemudian melepaskan perlahan-lahan melalui
mulut.
6. Menyiapakan alat partus: klem ½ kocher, 1 gunting episiotomy, 2 klem
kelly, 1 nelaton kateter, 1 guntingtali pusat, kassa, benang tali pusat,
utertonika oxytosin 10 IU. Persiapan heacting: Nalpuder, pincet anatomis,
dan chirugis, jarum jahit, benang catgut, betadine, bengkok dan lidocaine.
Resusitasi set: meja resusitasi yang bersih, keras dan datar, lampu sorot
60 watt, penghisap lendir (Suction, balon karet, de lee), amboe bag dan
sungkupnya, oksigen dan selang oksigen.
53

7. Mengobservasi kesejahtraan ibu, kesejahtraan janin dan kemajuan


persalinan.

Mengobservasi kesejahteraan ibu, janin dan kemajuan persalinan


JAM TTV HIS DJJ
Pengeluar
TD N S R Lam Fre Inte + Fre Keluhan Keterangan
an
a k n / k
-

08.05 120/7 88 36,1 2 40 4X Kuat + Lendir Sakit VT  02 cm,eff


0 2 bercampu perut 25% ketuban (+)
r darah menjala teraba kepala
r ke denominator
pinggan belum jelas ↓ H I
g tidak teraba
bagian kecil janin
/ tali pusat

09.00 87 2 40 4X Kuat + 4X Lendir Sakit


2 bercampu perut
wita r darah menjala
r ke
pinggan
g

10.00 120/7 88 36,5 2 40 4X Kuat + 4X Lendir Sakit


wita 0 4 bercampu perut
r darah menjala
r ke
pinggan
g

11.15 87 2 40 4X Kuat + 4X Lendir sakit


4 bercampu perut
wita r darah menjala
r ke
pinggan
g dan
merasa
kan
ingin
BAB
54

11.45 88 2 45 4X Kuat + 4X Lendir sakit VT  07 cm,eff


4 bercampu perut 70% ketuban (+)
wita r darah menjala UUK,kadep ,
r ke denominator
pinggan belum jelas
g dan kepala ↓ HII tidak
merasa teraba bagian
kan kecil janin / tali
ingin pusat
BAB

12.15 87 2 45 4X Kuat + 4X Lendir Ibu ingin


4 bercampu mengedan dan
wita r darah keluar air ketuban
warna jernih,
Dan
pecahnya VT  10 cm ,eff
air 100 % ketuban(-)
ketuban ,kepala ↓ H
III,tidak tera

VII.Evaluasi
Hari / tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Jam : 08.45 wita
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik dan
pembukaannya sudah lengkap (10 cm)
2. Ibu sudah mengerti tentang semua yang di sarankan dan bersedia
melakukannya
3. Ibu merasakan adanya dorongan untuk mengedan dan ibu ingin BAB
(doran,teknus,perjol,vulka)
4. His terakhir dengan peningkatan frekuensi dan durasi ,yaitu 5x dalam 10
menit selama 45 detik
5. VT  10 cm ,eff 100 %,ketubab (-),UUK didepan, penurunan kepala↓ H
III,tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
6. Ibu sudah melakukan teknik relaksasi dengan benar.
7. Keluarga mau mendukung
55

KALA II
I. Pengumpulan Data
Hari/tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Waktu : 9.00 wita
A. Data subyektif
1. Ibu mengatakan sakit pinggang sampai ke perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan ingin BAB dan mengedan
B. Data Obyektif
1. K/U ibu baik,kesadaran composmentis
2. Tanda vital, TD;110/70 mmHg,N: 88x/menit,S:36,7 C
3. Ada dorongan untuk mengedan, tekanan anus (+), perineu menonjol,
vulva membuka.
4. Djj (+), frekuensi 140xmenit irama teratur (12-12-11)
5. VT  10 cm, eff 100%, ketuban (-) warna jernih, presentasi kepala,
UUK di depan, kepala↓H III, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat

II. Interprestasi Data Dasar


1. A.Diagnosa
G2P1A0H1, usia kehamilan 40 minggu, keadaan umum ibu baik dengan
inpartu kala II, janin tunggal, hidup, intra uteri, keadaan umum janin baik.
2. Masalah : ketidaknyamanan dan rasa nyeri
Dasar : ibu mengatakan ingin BAB
3. Kebutuhan
a. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang ketika HIS datang
b. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik
c. Dukungan keluarga serta pendamping selama proses persalinan
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mandiri : Membantu persalinan dengan APN
Kolaborasi : Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
56

V. Rencana Asuhan Yang Menyeluruh


1. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan persalinan segera
dimulai
2. Berikan dukungan moril
3. Ajarkan ibu cara meneran yang baik dan nyaman untuk ibu
4. Tolong persalinan sesuai dengan APN
VI. Pelaksanaan Asuhan
Hari/tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Waktu : Pukul 12.15 Wita
1. Memberitahu ibu bahwa sudah pembukaan lengkap dan persalinan segera
dimulai
2. Memberikan dukungan moril dan meminta suami atau keluarga untuk
menemani selama proses persalinan.
3. Mengajarkan cara meneran yang baik yaitu : menempelkan dagu ke dada
dan meletakkan kedua tangan kedalam lipatan paha,dorong yang kuat dan
mengambil posisi yang ibu merasa nyaman.
4. Menolong persalinan sesuai APN :
a. Mengamati tanda dan gejala kala II yaitu keinginan untuk meneran
tekanan anus,perinium menonjol,vulva membuka.
b. Memastikan perlengkapan,bahan dan obat-obatan,mematahkan ampul
oksitosin 10 UI dan menempatkan tabung suntik steril 3cc kedalam
wadah partus set.
c. Menggunakan celemek, cuci tangan, lalu menggunakan handsceon.
Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik.
d. Membersihkan vulva dan perinium dengan kapas DTT, kemudian
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
e. Mendekontaminasi sarung tangan yang telah digunakan untuk
pemeriksaan dalam kedalam clorin 0.5% dan merendamnya selama 10
menit.
f. Memeriksa Djj untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal dan
ternyata Djjnya (+) frekuensi 140x/menit,irama 12-12-11
g. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janinnya baik.Membantu ibu dalam posisi yang nyaman yaitu meminta
57

bantuan kepada keluarga untuk membatu ibu dalam posisi setengah


duduk
h. Melakukan pimpinan untuk meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran dan menganjurkan ibu untuk istirahat jika
hisnya berhenti
i. Pada saat kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm,meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayinya,dan meletakkan kain yang bersih di bawah bokong
j. Membuka partus set
k. Memakai sarung tangan stril dan DTT
l. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi,meletakkan tangan yang lain di kepala bayi dan shingga tidak
terjadi deflekasi yang terlalu cepat. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernafas cepat dan dangkal.
m. Memeriksa lilitan tali pusat dan ternyata tidak ada lilitan tali pusat.
n. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi secara
spontan.
o. Menempatkan kedua tangan dalam posisi biparietal kemudian
melahirkan bahu depan dengan menarik perlahan ke arah bawah dan
luar secara lembut. Selanjutnya mengangkat kepala bayi kearah atas
dan luar untuk melahirkan bahu belakang.
p. Setelah kedua bahu dilahirkan,menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada dibagian bawah ke arah perineum tangan,membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan
.Menggunakan tangan anteriormenyangga leher,kepala,bahu dengan
ibu jari serta punggung,bahu belakang dengan jari-jari lain,sementara
tangan kiri menyusuri bahu bagian depan dan keseluruhan lengan
bayi,bokong dan tungkai bawah lalu menyelipkan telunjuk diantra 2
kaki bayi.
Bayi lahir apontan langsung menangis, JK (L)
58

q. Setelah keseluruhan badan bayi lahir,meakukan penilaian awal pada


bayi yang meliputi apakah menangis atau bernafas tanpa kesulitan?
(ya), apakah bayi cukup bulan (ya) apakah warna kulit bayi
kemerahan? (ya),apakah bayi bergerak aktif? (ya). Selanjutnya
dilakukan penilaian APGAR pada 1 menit pertama dan 5 menit kedua.
No Aspek yang dinilai 1 Menit 1 Nilai
1 Denyut jantung >100x/menit 2
2 Warna kulit Badan dan ekstremitas merah 1
3 Pernafasan Teratur 2
4 Tonus otot Gerakan janin 1
5 Refleks Gerakan sedikit 1
Jumlah 7

5. Mengeringkan tubuh bayi,mengganti handuk basah dengan kain kering


kemudian dibiarkan diatas perut ibu.

VII. Evaluasi
Hari/tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Waktu : Pukul 00.05 wita
1. Bayi lahir spontan, langsung menangis, letak belakang kepala jk :♂ pada
tanggal 25 Desember 2015 pukul 12.20 wita. A-B: 7 sudah dilakukan
IMD
2. TFU: 2 jari bawah pusat, plasenta belum lahir
59

KALA III
I. Pengumpulan Data
Hari/tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Pukul : 12.20 wita
1. DataSubyektif
a. Ibu mengaatakan perutnya terasa mules
b. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2. Data Obyektif
a. Kontraksi uterus baik
b. TFU 2 jari↓ pusat
c. Plasenta belum lahir
d. Tali pusat tampak menjulur kedepan vulva
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Kala III
Dasar
a. Bayi sudah lahir
b. Plasenta belum lahir
c. Tali pusat tampak memanjang
Masalah
Ibu mengatakan perutnya mules sejak bayinya lahir
Kebutuhan
Penjelasan mengenai ketidaknyamanan
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mandiri : Lakukan menejmen aktif kala III
Kolaborasi : Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
V. Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
1. Jelaskan pada ibu proses kelahiran plasenta dan menganjurkan intuk
menyusui bayinya
2. Berikan dukungan pada ibu dan anjurkan keluarga tetap menemani ibu
3. Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tungal
60

4. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik, lalu suntikkan oksitosin 10 iu pada 1/3
paha bagian luar sebelum 2 menit kelahiran plasenta
5. Jepit-jepit, potong, IMD, APGAR score 2
6. Lakukan peregangan tali pusat
7. Lahirkan plasenta secara hati-hati
8. Melakukan massase fundus secara sikuler selama 15 detik per 15 kali
9. Kelahiran plasenta dan memutar plasenta searah jarum jam untuk
mencegah bagian-bagian plasenta yang lepas
10. Periksa plasenta
11. Periksa robekan jalan lahir
12. Observasi keadaann umum baik
VI. Pelaksanaan Asuhan
Hari/tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Pukul : 12.25 wita
1. Proses persalinan ibu berjalan dengan baik dan sedang menunggu kelahiran
plasenta
2. Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga tetap menemani
3. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal,dengan cara
mengukur tinggi fundus uteri tidak lebih dari sepusat
4. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik,lalu menyuntikkan oksitosin 10
IU IM pada 1/3 paha bagian luar
5. Menjepit, memotong dan mengikat tali pusat bayi. Meletakan bayi
tengkurap di dada ibu untuk IMD, kemudian menilaian APGAR 5 menit
kedua
6. Melakukan PTT dengan cara melahirkan tali pusat dengan hati-hati sambil
mendorong fundus uteri kearah dorsokranial saat ada his
7. Melahirkan plasenta secara hati-hati,saat plasenta tampak di introitus
vagina,ibu diminta sedikit mengedan untuk melahirkan plasenta,tangan
kanan penolong penerima plasenta kemudian memutar kearah jarum jam
untuk mengeluarkan sisanya
8. Melakukan masase fundus uteridengan arah memutar selama 15 detik atau
15 kali
61

9. Memeriksa keadaan plasenta meliputi kotiledon 20 lengkap,selaput amnion


dan karion,tali pusat 2 arteri satu vena
10. Memeriksa robekan jalan lahir : tidak ada
VII. Evaluasi
Hari/tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Waktu : Pukul 00.30 Wita
1. Plasenta lahir kesan lengkap schultzen,diameter 16x18x50 cm, berat ±500
gram, panjang tali pusat ±50 cm.
2. Tidak terdapat robekan jalan lahir
3. Kontraksi uterus baik
4. TFU 2 jari↓pusat
5. Perdarahan ±100 cc
6. Keadaan umum ibu baik,tanda vital, TD :120/70 mmHg, N:88X/menit,
S:36,7◦c, RR:22x/mnit
62

KALA IV
I. Pengumpulan Data Dasar
Hari/tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Waktu : 12.30. wita
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan sangat lelah dan perutnya masih mules
B. Data Obyektif
1. TFU 2 jari↓pusat
2. Kontraksi uterus baik
3. Tidak terdapat robeken perineum
4. Perdarahan ±50 cc
5. Keadaan umum ibu baik,TD 110/70 mmHg

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : Kala IV
Dasar
1. Ibu melahirkan tanggal 25 Desember 2015,pukul 12.20 wita
2. Plasenta lahir lengkap
3. TFU 3 jari↓pusat
4. Tidak terdapat robekan di perineum
5. Keadaan umum ibu baik
Masalah
Dasar
Ibu mengatakan perutnya mules setelah melahirkan
Kebutuhan :
Menjelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mandiri : Tidak ada
Kolaborasi : Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
63

V. Rencana Tindakan
1. Beritahu ibu kedaanyya
2. Observasi tanda-tanda vital,tinggi fundus uteri,kontraksi uterus,kandung
kemih, perdarahan (Pemantauan kala IV)
3. Lakukan vulva hygiene dan mengganti pembalut yang baru
4. Beri penyuluhan tentang personal hygine
5. Dorong keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu,anjurkan
istirahat
6. Menginformasi kepada ibu tentang pentingnya kunjungan ulang nifas,yaitu
ibu harus datang untuk kunjungan 6 hari lagi kebidan atau tenaga
kesehatan terdekata
VI. Pelaksanaan asuhan
Hari/tanggal : Rabu,25 Desember 2015
Waktu : 00.20 Wita
1. Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik
2. Melakukan pemantauan kala IV

Tabel Pemantauan KALA IV


Jam Waktu TD Nadi Suhu Tinggi Kandung Kontraksi Perdarahan
ke (mmHg) (x/menit) fundus kemih uterus
uteri
1 00.20 120/80 88 36,1 3 jari Kosong Baik ±50 cc
↓ pst
2 00.35 120/80 88 3 jari Kosong Baik
±50 cc
↓ pst
3 01.05 120/80 88 2 jari Kosong Baik
↓ pst ±50 cc
4 01.20 120/80 88 2 jari kosong baik
↓ pst
±50 cc
II 01.50 120/80 88 36,5 2 jari Kosong Baik ±50cc
02.20 120/80 88 ↓ pst
2 jari kosong Baik
±50 cc
↓ pst
64

3. Melakukan vulva hygiene dan mengganti pembalut yang baru.


4. Memberi penyuluhan tentang personal hygiene yaitu cara cebok yang
baik dari depan ke belakang dan mencuci tangan setiap selesai BAB dan
BAK.
5. Mendorong keluarga untuk menberi makan dan minum pada ibu,serta
menganjurkan ibu istirahat agar tenaganya cepat pulih
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti miring
kiri,kanan dan duduk ditempat tidur setelah 2 jam post partum,kemudian
ibu bisa berjalan jika ibu tidak pusing
7. Ibu bersedia datang kunjuang ulang pada tanggal 31 Desember 2015
VII. Evaluasi
Hari/tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Waktu : 11.45 Pukul wita
1. Plasenta lahir kesan lengkap schultzen,diameter 16x18x50 cm,berat ±500
gram,panjang tali pusat ±50 cm.
2. Tidak terdapat robekan jalan lahir
3. Kontraksi uterus baik
4. TFU 2 jari↓pusat
5. Perdarahan ±150 cc
6. Keadaan umum ibu baik,tanda vital, TD :120/70 mmHg, N:80X/menit,
S:36,9◦c, RR:20x/mnit
65

KALA IV
I. Pengumpulan Data Dasar
Hari/tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Waktu : 12.45 wita
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan sangat lelah dan perutnya masih mules
B. Data Obyektif
1. TFU 2 jari↓pusat
2. Kontraksi uterus baik
3. Tidak terdapat robeken perineum
4. Perdarahan ±5 cc
5. Keadaan umum ibu baik,TD 120/80 mmHg
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Kala IV
Dasar
1. Ibu melahirkan tanggal 25 Desember 2015,pukul 12.20 wita
2. Plasenta lahir lengkap
3. TFU 2 jari↓pusat
4. Terdapat robekan di perineum
5. Keadaan umum ibu baik
Masalah
Dasar
Ibu mengatakan perutnya mules setelah melahirkan
Kebutuhan : Menjelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
1. Mandiri : Tidak ada
2. Kolaborasi : Tidak ada
3. Rujukan : Tidak ada
66

V. Rencana Tindakan
1. Beritahu ibu kedaanyya
2. Observasi tanda-tanda vital,tinggi fundus uteri,kontraksi uterus,kandung
kemih,perdarahan (pemantauan kala IV)
3. Lakukan vulva hygiene dan mengganti pembalut yang baru
4. Beri penyuluhan tentang personal hygine
5. Dorong keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu,anjurkan
istirahat
6. Menginformasi kepada ibu tentang pentingnya kunjungan ulang nifas,yaitu
ibu harus datang untuk kunjungan 6 hari lagi kebidan atau tenaga
kesehatan terdekata.
VI. Pelaksanaan Asuhan
Hari/tanggal : Jumat, 25 Desember 2015
Waktu : 12.25Wita
1. Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik
2. Melakukan pemantauan kala IV
3. Melakukan vulva hygiene dan mengganti pembalut
4. Memberikan penyuluhan tentang personal hygiene yaitu cara cebok yang
baikdari depan ke belakang dan mencuci tangan setiap selesai bab dan bak
,serta menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, dan makan minum
5. Mendorong keluarga umtuk memberi makan dan minum pada ibu serta
menganjurka istirahat agar tenaganya pulih
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti miring
kiri,kanan,duduk di tempat tidur setelah 2 jam post partum,kemudian
ibubisa berjalan jika ibu tidak pusing.
7. Pemberian obat
VII. Evaluasi
Hari/Tanggal : Jumat,25 Desember 2015
Waktu : 14.45 Wita
1. Keadaan umum ibu baik TD 110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR:20 x/menit,
S: 36,9 ◦c, TFU 2 jari↓ pusat,kandung kemih kosong, perdarahan ±50
2. Ibu sudah memberikan ASI pada bayinya
3. Ibu sudah makan dan minum obat yang diberikan oleh bidan yaitu
67

4. Ibu sudah bisa duduk dengan bersandar memakai bantal


5. Ibu bersedia akan datang kunjungan ulang sesuai waktu yang telah
ditentukan.
6. Pemantauan kala IV berjalan normal
Tabel Pemantauan KALA IV
Jam Kandung Jumlah
Waktu TD N S TFU CUT
ke- kemih perdarahan
14.45 120/80 80 36,6 2 jari bawah Baik Kosong ±10 cc
pusat
15.00 120/70 80 2jari bawah Baik Kosong ±10 cc
pusat
I
15.15 120/80 80 2 jari bawah Baik Kosong ±10 cc
pusat
15.30 120/80 80 2 jari bawah Baik Kosong ±10 cc
pusat
16.00 120/80 82 36,9 2 jari bawah Baik Kosong ±5 cc
pusat
II
16.30 120/80 82 2 jari bawah Baik Kosong ± 5 cc
pusat
68

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

Hari/tamggal : Jumat, 25 Desember 2015


Pukul : 12.20 WITA
Tempat : RSUD Kota Mataram
Subyektif
1. Bayi berumur 1 hari lahir tanggal 25 desember 2015, pukul 12.20 wita
2. Ibu mengatakan hamil ke 2
3. Ibu mengatakan bayi sudah menyusui
Obyektif
1. K/U bayi baik, warna kulit kemerahan,aktivitas tonus otot baik, menangis kuat
2. BB :3100 gram, PB: 50 cm, LIKA : 32 cm, LIDA :31 cm, LILA: 12cm anus (+).
3. Tanda-tanda vital : S: 36,50C, Rx/menit, denyut jantung: 120 x/menit.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Caput succedaneum (-), chepal hematoma (-), sutura
tidak moulase, ubun-ubun datar (-)
b. Telinga : Simetris dengan mata, tampak normal.
c. Mata : Terdapat kelopak mata membuka dan menutup
bersamaan, tidak ada pus pada mata.
d. Mulut dan hidung : Tidak ada sumbing, reflex hisap (-) reflex rooting (+),
reflex swallong (+)
e. Leher : Perggerakan baik, tidak ada benjolan.
f. Ekstremitas atas : Tampak normal, jumlah jari lengkap, tidak ada fraktur
pada klafikula, pergerakan normal.
g. Dada : Putting susu simetris dan tidak ada secret, suara rintihan
nafas (-), tarikan didnding dada ketika bernafas (-),
bunyi jantung normal (+).
h. Abdomen : Simetris, benjolan (-), perdarahan tali pusat (-).
i. Genetalia : JK (L)
j. Ekstermitas bawah : Gerakan normal, simetris dan jumlah jari kaki normal
dan tidak ada sianosis pada kuku
k. Punggung dan anus : Pembengkakan dan cengkungan (-), anus berlubang (+),
mekonium ( -).
69

l. Kulit : Warna kulit kemerahan, verniks kaseosa (+), lanugo (+),


Mongolia spot (-), pembengkakan (-), tanda lahir (-).
Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai usia kehamilan usia 1 jam
Penatalaksanaan
1. Mencegah hipotermi dengan cara menghangatkan bayi, memakaikan topi, dan
membungkus tubuh bayi
2. Member nutrisi ASI
3. Memberi rasa nyaman pada bayi dengan cara mengganti popok/pakaian bila
basah/kotor
4. Merawat tali pusat dengan membungkus kasa steril
5. Memberikan injeksi Vit.K1 0,5 cc pada paha kiri antero latera dan salep mata 1%
6. Mengobservasi KU,TTV,Tali pusat, BAB dan BAK
7. Memberikan imjeksi HB0 pada paha kanan setelah 1 jam setelah pemberian
vit K
8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau setiap
bayi menginginkan
9. Rooming in
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 25 Desember 2015 pukul 08.05 WITA, Ny.M datang ke


RSUD Kota Mataram, dengan keluhan sakit perut menjalar ke pinggang bagian
bawah sejak tanggal 24-12-20015 di sertai pengeluaran lendir campur darah,
pengeluaran air ketuban sudah pecah, gerakan janin masih dirasakan aktif.
Pada saat ibu akan bersalin, ibu datang ke RSUD Kota Mataram di
dampingi oleh keluarga pada tanggal 25 Desember 2015 pukul 08.05 wita, ini
sangat membantu untuk mengurangi kecemasan pada ibu karena adanya
dukungan moral dari keluarga. Ibu bersalin pada usia kehamilan 40 minggu, bayi
lahir dengan spontan dan dilakukan dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan
berlangsung tanpa adanya komplikasi, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Sulistyawati,2007 bahwa persalinan adalah proses pengeluaran
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
prsentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 – 24 jam, tanpa
komplikasi pada ibu dan janin
Pada kala I fase aktif, pasien datang dengan keluhan sakit perut menjalar
ke pinggang dan lendir bercampur darah. His 2 kali dalam 10 menit lamanya 25
detik, dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya portio tipis lunak, pembukaan 7 cm
ketuban sudah pecah presentasi kepala. Pembukaan sudah 7 cm maka dimulai
observasi dengan menggunakan partograf sampai pembukaan lengkap dengan
menilai TTV, His, dan DJJ, pembukaan, ketuban, penurunan kepala. Pada Ny. M
pemantauan sampai pembukaan lengkap tidak melewati garis waspada. Hal ini
sesuai dengan teori dalam buku Asuhan Persalinan Normal, 2008 yang
menyatakan garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan lengkap.
Kala II pada Ny. M berlangsung selama 1 jam 5 menit, proses ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Sulistyawati, 2007. Bahwa lamanya proses
persalinan pada primigravida berlangsung 60 menit. Asuhan yang telah diberikan
adalah mengobservasi TTV, DJJ serta his, memimpin ibu meneran, menghadirkan

70
71

pendamping selama proses persalinan, serta memenuhi asupan nutrisi ibu,


menjaga privasi ibu.
Setelah bayi lahir terdapat tanda – tanda pelepasan plasenta : uterus
globular, tali pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba – tiba.
Melakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan oksitosin 10 IU IM,
melakukan peregangan tali pusat terkendali, serat massase fundus uterus setelah
bayi lahir selama 15 detik. Dan melahirkan plasenta dengan caratangan kiri
berada di atas shympisis mendorong ke arah dorso kranial, setelah plasenta berada
di vulva tangkap dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam. Kala III pada
Ny. M berlangsung 7 menit, hal tersebut sesuai dengan teori dalam buku Asuhan
Persalinan Normal, 2008 yang menyatakan bahwa kala III yang berlangsung
normal tidak lebih dari 30 menit, perdarahan kala III ± 80 cc, hal ini normal
karena menurut teori perdarahan normal kala III kurang dari 500 cc
Pada kala IV dilakukan observasi selama 2 jam pertama, yaitu setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Yang dinilai tekanan
darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar.
Hal ini sesuai dengan asuhan persalinan kala IV dalam buku Asuhan Persalinan
Normal, 2008. Pada kala IV juga dilakukan pemeriksaan robekan perineum
dengan perkiraan jumlah darah yang keluar. Tindakan ini sesuai dengan
pernyataan menurut Saifuddin,2006, bahwa darah yang keluar harus ditakar
sebaik – baiknya. Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu
yang kritis bagi ibu dan bayi. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan
bayi untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi. Dari hasil pemeriksaan terhadap
Ny. M terdapatluka laserasi derajat dua, perdarahan total ± 100 ml, kontraksi
uterus baik, tanda – tanda vital dalam batas normal, IMD dapat dilakukan dengan
baik
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penulis telah melakukan pengkajian subyektif pada Ny. ”M” dengan
persalinan normal
2. Penulis telah melakukan pengkajian obyektif pada Ny. ”M” dengan
persalinan normal
3. Penulis telah menentukan analisa pada Ny. ”M” dengan persalinan normal
4. Penulis telah melakukan penatalaksanaan pada Ny. ”M” dengan persalinan
normal
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan dengan persalinan
normal dengan pendokumentasian menggunakan Varney, yaitu
pengumpulan data dasar, intrepretasi data dasar, diagnosa potensial dan
antisipasi, tindakan segera,rencana asuhan,penatalaksanaan,evaluasi. Serta
dapat menerapkan teori yang telah didapatkan di kampus dengn sebaik-
baiknya, dan mengikuti peraturan yang ada di tempat praktek, sehingga
apa yang dikerjakan dapat bermanfaat serta mahasiswa diharapkan untuk
lebih aktif lagi.
2. Bagi Lahan Praktek
Kepada RSUD Kota Mataram untuk terus meningkatkan mutu
pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan sehingga angka morbiditas
dan mortalitas maternal dan neonatal dapat diturunkan. Selain itu, kami
juga berharap kepada pembimbing untuk terus mempertahankan dan
meningkatkan bimbingan kepada para mahasiswa yang melaksanakan
praktek untuk dapat menerapkan teori yang telah diperoleh dari institusi
masing-masing dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Bagi Pendidikan
Pendidikan tetap meningkatkan mutu pembelajaran sehingga
menghasilkan mahasiswa yang kompeten.

72
73

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2009) Angka Kematian Ibu hamil dan bersalin

Dinkes. (2013) Data Dinas Kesehatan Kota Mataram

Manuaba. (2005) Angka Kematian Ibu hamil dan bersalin

Mochtar Rustam. (2007). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta : EGC.(Pro


Dinkes NTB 2013 ).

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.(Asuhan Persalinan Normal, 2008)

You might also like