You are on page 1of 10

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)

Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model


Creative Problem Solving (CPS) Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siattinge
(Studi pada Materi Pokok Termokimia)

The Analysis of Creative Thinking Ability Through Applying Model of Creative


Problem Solving (CPS) for The Students in Senior High School Grade XI MIA2 of
SMAN 1 Tellu Siattinge Bone regency (Study on Thermochemistry Material)

1)
Andi Afni Amelia, 2)Jusniar, 3) Taty Sulastry
1,2,3)
Jurusan Kimia FMIPA UNM, Jalan Dg. Tata Raya, Makassar 90224
Email: andiafniameliaa17@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar/tinggi kemampuan berpikir kreatif peserta didik
melalui penerapan model Creative Problem Solving (CPS) kelas XI
SMA Negeri 1 Tellu Siattinge pada materi pokok termokimia. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA2 yang berjumlah 31
orang. Subjek ini diajar dengan menggunakan model Creative
Problem Solving. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif proses
(observasi dilakukan selama proses pembelajaran) dan produk (hasil
belajar). Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif proses dan nilai tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif produk. Disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kreatif proses peserta didik adalah 27.09% dikategorikan
sangat rendah. Aspek dan persentase indikator kemampuan berpikir
kreatif proses sebagai berikut : 1) Berpikir lancar (Fluency) memiliki
persentase sebesar 21.80% dengan kategori sangat rendah, 2) Berpikir
luwes (Flexibility) memiliki persentase sebesar 17.42% dengan
kategori sangat rendah, 3) Berpikir asli (Originality) memiliki
persentase sebesar 9.68% dengan kategori sangat rendah dan 4)
Berpikir merinci (Elaboration) memiliki persentase sebesar 12.58%
dengan kategori sangat rendah. Sedangkan rata-rata kemampuan
berpikir kreatif produk peserta didik adalah 62.43% dikategorikan
sedang. Aspek dan persentase kemampuan berpikir kreatif proses
peserta didik yaitu: 1) Berpikir lancar (Fluency) memiliki persentase
89.67% dengan kategori sangat tinggi, 2) Berpikir asli (originality)
memiliki persentase 63.22% dengan kategori sedang, 3) Berpikir
luwes (Flexibility) memiliki persentase sebesar 70.16% dengan
kategori tinggi dan 4) Berpikir merinci (Elaboration) memiliki
persentase sebesar 49.78% dengan kategori rendah.
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Kata Kunci: Creative Problem Solving, CPS, Kemampuan Berpikir


Kreatif Peserta Didik, Termokimia.

ABSTRACT
The aim of this descriptive research was determine Students’
Creative Thinking Ability through Applying CPS Model at Senior High
School Grade XI MIA2 of SMAN 1 Tellu Siattinge studies on
thermochemistry. The subject of this research were 31 students of XI
MIA2. The instrument were used in this study to measure the ability of
creative thinking process (observation during the learning takes place)
and products (achievement test). The data was obtained by observation
during the learning takes place to determine the ability of creative
thinking process and learning results test to determine the creative
thinking skills of products. It concluded that the average creative thinking
ability process of the students was 27.09% and categorized as very low.
Percentage of creative thinking process were: 1) Fluency have percentage
was 21.80% with very low category, 2) Flexibility have percentage was
17.42% as very low category, 3) Originalilty have percentage was 9.68%
as very low category and 4) Elaboration have percentage was 12.58%
with very low category. While the average of the students' creative
thinking skills product was 62.43% and categorized as medium. The
aspect and percentage of ability thinking product were: 1) Fluency have
percentage was 89.67% as very high category, 2) Originality have
percentage was 63.22% as medium category, 3) Flexibility have
percentage was 70.16% as high category and 4) Elaboration have
percentage was 49.78% as low category.
Keywords: Creative Problem Solving, CPS, Creative Thinking,
Thermochemistry

PENDAHULUAN Kurikulum adalah perangkat


Pendidikan merupakan usaha pembelajaran yang berisi rancangan
manusia untuk mengembangkan nilai, pelajaran yang memiliki peranan penting
sikap, dan perilaku. Pendidikan yang dalam proses pembelajaran. Kurikulum
berkualitas akan membentuk SDM mengalami perubahan dari kurikulum
(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas lama menjadi KBK (Kurikulum Berbasis
dan mampu bersaing. Tujuan pendidikan Kompetensi) disempurnakan menjadi
pada umumnya adalah untuk KTSP dan berkembang menjadi
mengembangkan potensi-potensi yang kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah
dimiliki oleh peserta didik secara optimal. pembelajaran kompetensi dengan
Proses pembelajaran sangatlah penting memperkuat proses pembelajaran dan
dalam menunjang kualitas suatu penilaian autentik untuk mencapai
pembelajaran berdasarkan kurikulum kompotensi sikap spiritual, sikap sosial,
yang ditetapkan. pengetahuan dan keterampilan
(Permendikbud, 2013).
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Berpikir kreatif adalah Berdasarkan hasil penelitian


kemampuan yang dimiliki peserta didik Hartantia, dkk (2013) bahwa model
dalam menghasilkan ide/gagasan baru. pembelajaran CPS mendorong peserta
Berpikir kreatif merupakan kemampuan didik untuk dapat menyelesaikan
berpikir tingkat tinggi (HOTS/High permasalahan yang diberikan oleh guru
Order Thinking Skills) yang memiliki dengan cara yang kreatif dapat menarik
beberapa indikator seperti peserta didik perhatian, kemauan, dan kesenangan
mengajukan banyak pertanyaan, peserta didik untuk mempelajari materi
menjawab pertanyaan jika ada yang diberikan, sehingga peserta didik
pertanyaan, memberikan macam-macam mempunyai kesadaran bahwa materi
penafsiran, memikirkan hal-hal yang tersebut penting untuk dipelajari, dan
tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, pada akhirnya minat belajar peserta didik
memperkaya gagasan orang lain, dan meningkat.
sebagainya. Berdasarkan beberapa penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan awal untuk mengukur tingkat kreativitas
mengenai proses belajar pembelajaran peserta didik diujikan dengan materi yang
yang dilakukan di kelas menunjukkan bersifat bacaan. Untuk mengetahui
hasil bahwa kemampuan berpikir kreatif tingkat kreativitas peserta didik pada
peserta didik belum berkembang dengan materi kimia yang umumnya materi yang
maksimal. Walaupun menerapkan berisi hafalan dan hitungan, maka dalam
kurikulum 2013, peserta didik masih penelitian ini digunakan materi
belum aktif mengemukakan pendapatnya termokimia. Kemampuan berpikir kreatif
dalam proses pembelajaran dan peserta didik dapat ditunjang dengan
pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan model CPS yang
berorientasi pada guru. Pada kegiatan menggunakan strategi pembelajaran pada
umpan balik pembelajaran, guru pemecahan masalah dengan cara yang
menuntut jawaban dari peserta didik dan kreatif.
jawaban yang diperoleh sama persis Berdasarkan uraian diatas, untuk
dengan yang guru jelaskan. Ini berarti menjawab permasalahan peserta didik
peserta didik belum berpikir kreatif. Hal mengenai kurangnya kemampuan
ini terjadi karena mereka belum terbiasa, berpikir kreatif yang dimiliki maka,
dimana mereka hanya mencatat dan dilakukan penelitian yang berjudul
mendengarkan penjelasan dari guru tanpa “Analisis kemampuan berpikir kreatif
berpikir kreatif. peserta didik melalui penerapan model
Selain itu, kurangnya daya pembelajaran Creative Problem Solving
kreativitas peserta didik menyebabkan (CPS) Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu
mereka menyontek pada saat diberikan Siattinge pada studi materi pokok
tes/ujian. Mereka tidak berupaya untuk Termokimia. Penelitian ini bertujuan
menjawab pertanyaan berdasarkan hasil untuk mengetahui seberapa besar/tinggi
pemikiran sendiri. Hal ini disebabkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
karena mereka tidak terbiasa untuk kelas XI MIA2 melalui penerapan model
menghasilkan dan mengembangkan ide Creative Problem Solving (CPS) di
masing-masing. Untuk menunjang daya SMAN 1 Tellu Siattinge pada materi
berpikir kreatif peserta didik dibutuhkan termokimia. Adapun manfaat yang
suatu model yang sesuai dalam proses diharapkan dalam penelitian ini antara
pembelajaran. lain Bagi guru, sebagai bahan alternatif
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

dalam pembelajaran kimia untuk untuk proses pembelajaran dan 1 kali


menerapkan model CPS dalam pertemuan untuk tes hasil belajar.
meningkatkan kemampuan berpikir 1. Tahap persiapan, meliputi:
kreatif peserta didik baik pada konsep a. Mengadakan observasi ke sekolah
yang sama ataupun konsep lainnya. Bagi dan konsultasi dengan guru bidang
sekolah, sebagai bahan referensi dalam studi.
upaya peningkatan pembelajaran b. Menyusun Rencana Pelaksanaan
sehingga dapat menunjang tercapainya Pembelajaran (RPP)
kreatifitas, kerjasama, dan optimisme c. Meminta izin kepada instansi yang
peserta didik dalam mencapai target terkait sehubungan dengan penelitian
pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya, yang diadakan.
dapat menjadi bahan acuan penelitian d. Menyusun instrumen atau alat
untuk dikembangkan dan pertimbangan evaluasi
untuk penelitian sejenis. e. Melakukan validasi instrumen
(validasi isi)
METODE PENELITIAN 2. Tahap pelaksanaan, meliputi:
Jenis penelitian yang digunakan a. Melaksanakan pembelajaran sesuai
adalah penelitian deskriptif analitis. dengan langkah-langkah
Menurut Sangadji (2010: 21) penelitian pembelajaran dengan model CPS dan
deskriptif adalah penelitian terhadap RPP yang telah disusun.
masalah-masalah berupa fakta-fakta saat b. Mengisi lembar observasi aktivitas
ini dari suatu populasi yang meliputi peserta didik sesuai dengan aktivitas
kegiatan penilaian sikap atau pendapat yang terjadi selama proses
terhadap individu, organisasi, keadaaan, pembelajaran.
atau prosedur. c. Melakukan tes akhir
Subjek dalam penelitian ini 3. Tahap akhir
adalah kelas XI MIA2 SMA Negeri 1 a. Mengumpulkan data dari hasil
Tellu Siattinge Kab. Bone tahun ajaran penelitian.
2015/2016 sebanyak 31 orang peserta b. Mengolah data dari hasil penelitian
didik. Peserta didik kelas MIA2 dianggap Instrumen penelitian yang digunakan
sesuai untuk dijadikan subjek dalam dalam penelitian ini adalah sebagai
penelitian ini berdasarkan pertimbangan berikut:
tertentu. Dalam pengambilan penentuan a. Lembar observasi aktivitas belajar
sampel, pihak sekolah atau guru peserta didik selama proses
bersangkutan menentukan kelas yang pembelajaran yang digunakan untuk
akan dijadikan subjek penelitian, mengamati dan mengukur aktivitas
dengan pertimbangan bahwa belajar peserta didik berdasarkan
kemampuan kognitif pada kelas tersebut empat aspek berpikir kreatif yaitu:
bersifat heterogen.
Pelaksanaan penelitian
dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap Tabel 1. Aspek dan indikator KBK
akhir. Penelitian ini dilakukan selama 12
jam pembelajaran dengan alokasi waktu 2
x 45 menit tiap pertemuan sehingga
dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Aspek Indikator KBK (Kemampuan Nilai Kategori


Berpikir Kreatif) 81 – 100 Sangat Tinggi
Berpikir Mengajukan banyak pertanyaan 66 – 80 Tinggi
lancar Menjawab dengan sejumlah jawaban
(Fluency) jika ada pertanyaan 56 – 65 Sedang
Mempunyai banyak gagasan 41 – 55 Rendah
mengenai suatu masalah 0 – 40 Sangat Rendah
Lancar mengungkapkan gagasan–
gagasannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berpikir Memberikan macam- macam
luwes penafsiran (interpretasi) suatu A. Hasil Penelitian
(Flexibility) gambar. Kemampuan berpikir kreatif
Menggolongkan hal–hal menurut proses diukur dengan menggunakan
pembagian (kategori) yang berbeda- lembar observasi aktivitas berpikir kreatif
beda. yang disusun berdasarkan indikator
Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan macam–macam
berpikir kreatif.
cara yang berbeda- beda
Berpikir asli Memikirkan hal–hal yang tidak Kemampuan berpikir kreatif
(Originality) pernah terpikirkan oleh orang lain. peserta didik paling rendah yaitu pada
Berpikir Mencari arti yang mendalam aspek berpikir asli (Originality) dengan
merinci terhadap jawaban atau pemecahan indikator memikirkan hal-hal yang tidak
(Elaboration) masalah dengan melakukan langkah–
langkah yang terperinci. pernah terpikirkan oleh orang lain dengan
Mengembangkan dan memperkaya persentase 9.68% (tabel 4). Pada
gagasan orang lain. indikator ini, peserta didik masih sulit
untuk mengemukakan pendapat yang
Untuk menghitung lembar observasi berbeda dari temannya baik dalam
aktivitas peserta didik digunakan rumus: diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
Hal ini dapat dilihat pada pertemuan
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ pertama, hanya 8 orang yang
Persentase nilai= ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙x 100%
mengungkapkan pendapat yang berbeda
b. Tes digunakan untuk mengukur hasil dari temannya. Kemampuan berpikir
belajar peserta didik yang diberikan kreatif yang paling tinggi terlihat pada
pada akhir pembelajaran termokimia aspek berpikir lancar (Fluency) yaitu
dengan menghitung nilai hasil belajar indikator mengajukan banyak pertanyaan
peserta didik digunakan rumus sebagai dengan persentase 42.53% (tabel 4). Pada
berikut: indikator ini, sebagian peserta didik
𝑇
KB = 𝑇𝑡 × 100 sudah mampu untuk mengajukan
Keterangan : pertanyaan mengenai materi yang
KB = Ketuntasan Belajar diajarkan baik dalam diskusi kelompok
T = Jumlah skor yang diperoleh maupun diskusi kelas.
peserta didik
Tt = Jumlah skor total
Untuk mengetahui kemampuan
kategori berpikir kreatif peserta didik
digunakan kategori sebagai berikut. Tabel 3 Persentase Jumlah Peserta Didik
yang Mencapai Kategori Kemampuan
Tabel 2 Kategori kemampuan berpikir Berpikir Kreatif.
kreatif
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Kategori Jumlah
Persentase peserta didik yang berada pada kategori
Kemampuan Peserta sangat tinggi, terdapat 2 orang peserta
(%)
Berpikir Kreatif Didik
didik yang mencapai kategori tinggi
Sangat Tinggi 0 0
dengan persentase 6.45%, terdapat 1
Tinggi 2 6.45 peserta didik yang mencapai kategori
Sedang 1 3.23 sedang dengan presentase 3.23%, 2 orang
Rendah 2 6.45 peserta didik berada pada kategori rendah
83.87
dengan persentase 6.45, dan terdapat 26
Sangat Rendah 26
peserta didik yang memiliki kategori
Berdasarkan tabel di atas dapat sangat rendah dengan persentase
diketahui tingkat kemampuan berpikir 83.87%.
kreatif peserta didik bahwa tidak ada

Tabel 4. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif (KBK) Proses Peserta Didik dengan
Model Creative Problem Solving
No Aspek KBK Indikator Kategori Nilai
Kreatif 42.53
Mengajukan banyak
pertanyaan Kurang Kreatif 57.42

Kreatif 18.71
Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah
Kurang kreatif 81.29
Berpikir Lancar
1 Kreatif 18.71
(Fluency) Lancar mengungkapkan
gagasannya
Kurang kreatif 81.29

Kreatif 13.35
Menjawab pertanyaan
dengan sejumlah jawaban
Kurang kreatif 86.45

Kreatif 24.52
Memberikan macam-macam
penafsiran Kurang kreatif 76.13

Berpikir Kreatif 10.32


Luwes Menggolongkan hal-hal
menurut pembagian Kurang kreatif 90.32
(Flexibility)
Kreatif 17.42
Menyelesaikan masalah
dengan cara yang berbeda
Kurang kreatif 82.58

Memikirkan hal-hal yang Kreatif 9.68


Originality
3 tidak pernah terpikirkan oleh
(Berpikir Asli)
orang lain Kurang kreatif 90.32
Elaboration Mencari arti mendalam
4 Kreatif 14.19
(Bepikir terhadap jawaban
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Merinci) Kurang kreatif 85.81

Memberikan tanggapan Kreatif 10.97


terhadap gagasan-gagasan
dari orang lain Kurang kreatif 89.03

menggunakan model Creative Problem


Kemampuan berpikir kreatif Solving.Tiap soal dalam tes hasil belajar
produk sebagai hasil belajar adalah nilai ini disusun dengan mempertimbangkan
tes hasil belajar yang memuat indikator- indikator berpikir kreatif. Hasil belajar
indikator pada materi termokimia yang berpikir kreatif peserta didik dapat dilihat
diperoleh peserta didik setelah melalui pada tabel 5
seluruh proses pembelajaran dengan

Tabel 5. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif (KBK) Produk Peserta Didik dengan
Model Creative Problem Solving

Indikator Persentase
Aspek Indikator KBK Kategori
Pembelajaran (%)

Menjawab
Berpikir Membedakan
dengan Sangat
Lancar reaksi eksoterm 89.67
sejumlah Tinggi
(Fluency) dan endoterm
jawaban
Memikirkan hal
Menjelaskan
Berpikir Asli yang tidak
macam-macam 63.22 Sedang
(Originality) terpikirkan oleh
perubahan entalpi.
temannya
Berpikir Memberikan Menentukan
Luwes macam-macam perubahan entalpi
70.16 Tinggi
(Flexibility) penafsiran dengan
(Suatu gambar) kalorimetri.
Mencari arti Menentukan
mendalam perubahan entalpi
52.74 Rendah
terhadap berdasarkan
jawaban dengan hukum Hess
Berpikir langkah- Menentukan
Merinci langkah perubahan entalpi
(Elaboration) terperinci dengan data
52.74 Rendah
perubahan entalpi
pembentukan
standar.
Menentukan
perubahan entalpi
43.87 Rendah
berdasarkan data
energi ikatan.
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

Rata – rata 62.06 Sedang


R7
Berdasarkan tabel 5 diketahui umumnya menggunakan model
bahwa rata-rata persentase indikator pembelajaran langsung. Sehingga peserta
kemampuan berpikir kreatif produk didik kesulitan untuk menjawab
adalah sedang dengan persentase 62.06%. permasalahan dengan cara yang kreatif.
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya Sementara itu, peserta didik belum
1 indikator pembelajaran yang tuntas terbiasa dengan model pembelajaran yang
yaitu membedakan reaksi eksoterm dan diterapkan oleh guru. Model
endoterm dengan persentase 89.67%. pembelajaran CPS mendorong peserta
Sedangkan indikator pembelajaran yang didik untuk dapat menyelesaikan
lain <75 yang berarti tidak tuntas. permasalahan yang diberikan oleh guru
Model CPS tidak cocok dengan berpikir dengan cara yang kreatif dapat menarik
kreatif peserta didik ditinjau dari perhatian, kemauan, dan kesenangan
kesulitan materi. Materi termokimia yang peserta didik untuk mempelajari materi
sebagian besar mencakup materi yang diberikan, sehingga peserta didik
hitungan, membuat peserta didik mempunyai kesadaran bahwa materi
kesulitan untuk mengeksplor tersebut penting untuk dipelajari dan pada
pendapatnya. akhirnya minat belajar peserta didik
meningkat (Hartantia, 2013).
B. Pembahasan Adapun hasil yang diperoleh
Kemampuan berpikir kreatif melalui lembar observasi kemampuan
dalam penelitian ini diukur melalui dua berpikir kreatif dengan penerapan model
aspek, yaitu dengan mengukur CPS dapat dilihat pada tabel 4 yang
kemampuan berpikir kreatif proses dan terdiri atas 4 aspek yaitu: aspek pertama
kemampuan berpikir kreatif produk. merupakan aspek berpikir lancar yang
Rata-rata kemampuan berpikir kreatif mencakup indikator mengajukan banyak
proses yang dicapai oleh peserta didik pertanyaan memiliki persentase sebesar
kelas MIA2 SMAN 1 Tellu Siattinge 42.53% dikategorikan rendah, indikator
selama lima kali pertemuan adalah kedua dan ketiga yaitu mempunyai
27.09% dan dikategorikan sangat rendah. banyak gagasan mengenai suatu masalah
Hal ini sejalan dengan Housobah (2002) dan lancar mengungkapkan gagasannya
menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak masing-masing memiliki persentase
dapat dilihat, tetapi produk/hasil dari 18.71% dikategorikan sangat rendah dan
berpikir kreatif tersebut dapat di lihat. indikator keempat yaitu menjawab
Selain itu, pada tabel 3 menunjukkan pertanyaan dengan sejumlah jawaban jika
jumlah peserta didik yang mencapai ada pertanyaan memiliki persentase
kategori kemampuan berpikir kreatif dari sebesar 13.35% dengan kategori sangat
31 orang peserta didik, 2 orang peserta rendah, 2) Aspek berpikir luwes yang
didik mencapai kategori tinggi, 1 orang mencakup indikator memberikan macam-
peserta didik mencapai kategori sedang, macam penafsiran, menggolongkan hal-
2 orang peserta didik mencapai kategori hal menurut pembagian, menyelesaikan
rendah dan 26 orang memiliki kategori masalah dengan cara yang berbeda-beda,
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena berturut-turut memiliki persentase
peserta didik belum pernah dituntut untuk sebesar 3.23%, 1.29% dan 4.52% dengan
berpikir kreatif sebelumnya, yang pada kategori sangat rendah 3) Aspek berpikir
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

asli yang mencakup indikator setiap indikator pembelajaran pada materi


mengungkapkan ide/hal-hal yang tidak termokimia.
terpikirkan oleh temannya memiliki Rata-rata persentase indikator
persentase 9.68% dengan kategori sangat kemampuan berpikir kreatif produk
rendah dan 4) Aspek berpikir merinci peserta didik adalah 62.06% dan
yang mencakup indikator mencari arti dikategorikan sedang dengan persentase
mendalam terhadap jawaban atau masing-masing yang terdapat pada
pemecahan masalah dan memberikan tabel 5:
tanggapan terhadap gagasan-gagasan dari 1) Berpikir lancar mencakup indikator
orang lain, masing-masing memiliki menjawab dengan sejumlah jawaban
persentase sebesar 4.52 dan 5.16% memiliki persentase sebesar 89.67%
dengan kategori rendah. dengan kategori sangat tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat 2) Berpikir asli mencakup indikator
diketahui bahwa aktivitas kemampuan memikirkan hal yang tidak terpikirkan
berpikir kreatif proses peserta didik oleh temannya memiliki persentase
dalam pembelajaran dengan sebesar 63.22% dengan kategori
menggunakan model CPS sangat rendah sedang.
karena tidak ada kategori indikator 3) Berpikir luwes mencakup indikator
kemampuan berpikir kreatif yang memberikan macam-mcam penafsiran
tergolong tinggi, sementara itu persentase (suatu gambar) memiliki persentase
keseluruhan tiap indikator mengalami sebesar 70.16% dengan kategori
fluktasi. Hal tersebut tergantung pada tinggi.
tingkat kesulitan tiap indikator 4) Berpikir merinci mencakup indikator
pembelajaran. Pada dasarnya, kreativitas mencari arti mendalam terhadap
atau kemampuan berpikir kreatif peserta jawaban dengan langkah-langkah
didik tidak dapat dipaksakan, tetapi harus terperinci memiliki persentase sebesar
diupayakan untuk tumbuh. 49.78% dengan kategori rendah.
Nilai tes hasil belajar peserta Pada tahap ini dapat dikatakan
didik kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu bahwa kemampuan berpikir kreatif
Siattinge pada penelitian ini telah produk peserta didik dikategorikan
memenuhi kriteria ketuntasan belajar sedang. Beberapa penelitian
minimum >75. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa anak muda yang
observasi dari 31 peserta didik, terdapat berpikir divergent (kreatif) dapat
12 orang yang tuntas dan 19 orang yang meningkatkan hasil belajar dengan
tidak tuntas. Model CPS tidak cocok menggunakan pertanyaan dalam diskusi
dengan berpikir kreatif peserta didik kelas (Pucket, 1981).
ditinjau dari kesulitan materi. Materi
termokimia yang sebagian besar KESIMPULAN DAN SARAN
mencakup materi hitungan, membuat A. Kesimpulan
peserta didik kesulitan untuk Hasil penelitian menunjukkan
mengeksplor pendapatnya. Nilai hasil kemampuan berpikir kreatif proses
belajar peserta didik juga digunakan peserta didik dengan menggunakan
untuk mengetahui persentase dan kategori model pembelajaran Creative Problem
indikator kemampuan berpikir kreatif Solving dikategorikan sangat rendah
produk peserta didik yang diukur dari dengan persentase adalah 27.09,
sedangkan kemampuan berpikir kreatif
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS)
Kelas XI MIA2 SMAN 1 Tellu Siatingge (Studi pada Materi Pokok Termokimia)

produk dikategorikan sedang dengan Effects Of Training On The


persentase adalah 62.06%. Divergent Thinking Abilities Of
Kindergarten Children. Journal
B. Saran of Child Development, 51, 1061-
Jika ingin mengembangkan 1064.
kemampuan berpikir kreatif peserta didik Reynolds, Cecil and Elaine, janzen. 2007.
dengan menggunakan model Encyclopedia Of Special
pembelajaran CPS hendaknya Education. Canada: john wiley
memberikan brainstorming pada awal & sons
pembelajaran dan dilakukan secara Sangadji, Etta., Sopiah. 2010. Metodologi
continue. Maka, peserta didik akan Penelitian. Yogyakarta: Andi
terbiasa untuk berpikir dan Offset
menyampaikan pendapatnya dengan cara
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Hartantia, et all. 2013. Penerapan Model
Creative Problem Solving (CPS)
Untuk Meningkatkan Minat dan
Hasil Belajar Kimia Pada
Materi Pokok Termokimia Siswa
Kelas XI IA2 SMA Negeri
Colomadu Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal pendidikan
kimia (JOK) Vol. 2 No. 2 tahun
2013.
Housobah, Z. 2002. Developing Creative
and Critical Thinking Skills
(Terjemahan). Bandung:
Yayasan Nuansa Cendia
Mitchell, W.E dan Kowalik, T.F. 1999.
Creative Problem Solving.
NUCEA: Genigraphict Inc
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka cipta
Osborn, Alex. 1963. Applied
Imagination; Principles and
Procedures of Creative
Problem-Solving. New york:
Charles Scribner's Sons
Pepkin, K.L. 1999. Creative Problem
Solving in Math. New York:
Congress publshing
Pucket-cliatt, shaw, & Sherwood, 1980;
thomas & Holcomb. 1981.

You might also like