Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Pada penelitian yang dilakukan oleh Apithan Puangsricharern MD dan
Witchulada Chaonoum MD dalam “Trens pada forseps dan vakum di RS
Rajavithi pada tahun 2002 sampai 2009” yang dilakukan pada 2723 kasus dengan
prosedur operasi pervaginam, 1.808 kasus dilahirkan menggunakan ekstraksi
forceps dan 915 kasus yang dilahirkan menggunakan ekstraksi vakum, namun
pada kelahiran yang menggunakan ekstraksi forceps dan ekstraksi vakum di RS.
Rajavithi secara bertahap mulai menurun dan mungkin mencapai nol pada 6 dan
10,5 tahun. Tren yang terjadi pada kasus di RS dan swasta juga menurun pada
pola yang sama tapi pada tingkat yang berbeda.3
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maimoona Hafeez, dkk
pada 1 November 2010 sampai 30 Oktober 2011 yang menggunakan metode
observasi prospektive yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi di
RS kota sharif dalam “Indikasi dan faktor risiko dalam ekstraksi vakum”
menyimpulkan bahwa kelahiran dengan menggunakan ekstraksi vakum memiliki
tingkat kesuksesan yang tinggi pada kasus yang sesuai, dengan komplikasi yang
rendah untuk ibu dan bayi baru lahir.4
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Sazili, Theodorus, Kurdi
Syamsuri, Zaimursyaf Aziz, Julniar M. Tasli dalam “Perbandingan efektifitas
vakum dan forceps terhadap luaran janin pada kala dua lama” di RSMH
Palembang pada tahun 2005-2009, yang dilakukan pada sebagian besar subjek
berusia 20-35 tahun yang masing-masing subjek berjumlah 86 ekstraksi vakum
dan 86 ekstraksi forceps dengan paritas terbanyak adalah paritas nol atau
kehamilan pertama ( 58,1 % pada ektraksi forceps dan 61,6% ekstraksi vakum)
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas antara ekstraksi forceps dan
vakum terhadap luaran bayi dan komplikasi ibu pada persalinan kala dua lama.
Penolong bebas menggunakan vacum atau forceps sesuai keinginan dan keahlian.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan
dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan
ekstraktor vakum atau ventouse.1
3
2.1.3. Bentuk dan Bagian-bagian Ekstraktor Vakum
1. Mangkuk (Cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan
mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk: 3, 4, 5, 6 cm. Pada
dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
Macam-macam mangkok:
1. Mangkok logam : - malmstorm cup
- anterior cup
- posterior cup
2. Mangkok plastik : - plastik keras
- plastik lunak yang berasal dari bahan silikon
2. Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat
manometer, saluran menuju ke pompa penghisap, dan saluran menuju ke
mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa penghisap (vacum pump).3
4
Gambar 2.1. Alat Ekstraktor Vakum Manual
5
2.1.4. Syarat
1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap (>7cm pd multigravida)
2. Persentasi kepala
3. Cukup bulan (tidak prematur)
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup dan tidak gawat janin
6. Penurunan kepala pada H III/IV
7. Kontraksi baik
8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan.
9. Ketuban sudah pecah
10. Alat ekstraktor vakum masih berfungsi baik.
2.1.5. Indikasi
Ibu
1. Untuk memperpendek kala II, misalnya:
a. Penyakit jantung kompensata
b. Penyakit paru-paru fibrotik
c. Kelainan serebrovaskuler
d. Kelainan neuromuskuler
e. Ibu lelah.1,2,6
2. Waktu: kala II yang memanjang
a. Pada Nulipara 2 jam
b. Pada Multipara 1 jam.1,2,6
Janin
1. Gawat Janin (masih kontroversi).2
2.1.6. Kontraindikasi
2.1.6.1. Kontraindikasi Relatif
1. Kehamilan preterm: Masih lunaknya kepala dan rentannya vaskularisasi
kepala janin prematur.
2. Riwayat pengambilan darah dari kulit kepala janin sebelumnya.
6
3. Aplikasi cunam sebelumnya gagal:
Struktur dan konsistensi kepala janin pasca aplikasi cunam yang sudah
berubah. Selain itu, kegagalan aplikasi tersebut dapat membuktikan bahwa
terdapat gangguan imbang sepaloelvik.
4. Molase dan pembentukan caput succadenum yang berlebihan:
Keadaan ini sering terjadi pada kasus gangguan imbang sepalopelvik.
5. Dugaan makrosomia (Berat badan janin > 4.5 kg).
6. Janin mati: Oleh karena tidak dapat terbentuk caput succadeneum.2,6
2.1.5. Syarat
Prasyarat Tindakan Ekstraksi Vakum
a. Informed Consent
Pada setiap tindakan medik diperlukan “informed consent” yang harus
dilihat sebagai bagian dari suatu proses dan bukan sekedar selembar formulir yang
harus diisi dan ditanda tangani oleh penderita dan atau keluarganya.
7
kesempatan untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai semua hal yang
mereka masih belum mengerti.
b. Persiapan Operator
Dokter harus faham tentang instrumen EV yang dipilih, indikasi dan
tehnik melakukan EV.
c. Persiapan Pasien
1. Persiapan terpenting adalah “informed Consent” .
2. Selaput ketuban pecah atau sudah dipecahkan.
3. Kandung kemih kosong atau dikosongkan secara spontan atau melalui
kateterisasi.
4. Dilatasi servik lengkap.
5. Kepala sudah engage.
6. Janin diperkirakan dapat lahir per vaginam.
Bila posisi dan derajat penurunan janin masih belum jelas maka dapat
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal atau transperineal terlebih
dulu 1. Ultrasonografi dapat digunakan pula untuk menentukan ketepatan aplikasi
cawan penghisap. Posisi kepala ditentukan dengan melihat kedudukan orbita janin
dan identifikasi karakteristik anatomi intrakranial (falx cerebri, fossa posterior)
dan station kepala janin ditentukan berdasarkan pemeriksaan utrasonografi
8
translabial. Pemeriksaan konfirmatif dengan ultrasonografi ini memerlukan
pengalaman dan dilakukan secara “bedside”.
2.1.6. Batasan
“AmericanCollege of Obstetricians and Gynecologists“ (ACOG)
menetapkan batasan baku dari persalinan operatif per vaginam dengan instrumen
tertentu antara lain persalinan operatif pervaginam “outlet” - “Low” dan
“Midpelvic”.
Penentuan batasan ini dibuat berdasarkan posisi kepala dan derajat
penurunan kepala janin sebelum dilakukan tindakan. Batasan baku tersebut
semula digunakan untuk aplikasi Ekstraksi Cunam (EC) namun selanjutnya
digunakan pula untuk tindakan Ekstraksi Vakum (EV) dengan sejumlah
modikifikasi kecil.6,7,8
9
Esktraksi Posisi/station kepala tidak memenuhi kriteria EV outlet;
vakum – “ station + 2 (5 cm) namun belum mencapai dasar panggul.
Low”
Subdivisi Posisi oksiput anterior (OA, LOA, ROA).
Posisi oksiput posterior (OP, LOP, ROP) atau transversal
(LOT, ROT).
Esktraksi Station < +2 (5 cm) , kepala sudah engage namun kriteria
Vakum – ekstraksi vakum rendah tak terpenuhi
“Mid Pelvic”
Subdivisi Posisi oksiput anterior (OA, LOA, ROA).
Posisi oksiput posterior (OP, LOP, ROP) atau transversal
(LOT, ROT).
Persalinan Tehnik yang tidak spesifik
Seksio Sesar
dibantu
dengan EV
Ekstraksi Tehnik EV yang tidak spesifik
vakum khusus
Ekstraksi Prosedur tindakan EV yang tidak memenuhi klasifikasi
Vakum Tinggi diatas
(modifikasi dari ACOG Practice Bulletin # 17, June, 2000)
Keterangan:
OA: occipitoanterior; ROA: right occipitoanterior; LOA: left occipitoanterior;
OP: occipitoposterior; LOP: left occipitoposterior; ROP: right occipitoposterior;
LOT: left occipitotransverse; ROT: right occipitotransverse
2.1.7. Prosedur
1. Ibu tidur dalam posisi lithotomi
2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila pada waktu pemasangan
mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anestesia infiltrasi atau pudendal
10
nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anestesia
inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja.
3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih
mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks
lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam
vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala,
menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai
dengan letak denominator.
11
4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/cm2
dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah: – 0,7 sampai –
0,8 kg/cm2. Ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 – 8 menit. Dengan
adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput
suksedaneum artifisialis (chignon).
Pusat diameter mangkuk penghisap harus berada di satu titik penentu berupa
titik imajiner anatomis yang berada di sutura sagitalis kira kira 6 cm di
belakang ubun ubun besar atau 1 – 2 cm di depan ubun ubun kecil (titik fleksi
atau “pivot point”).
Semakin jauh titik pusat mangkuk penghisap bergeser dari sutura sagitalis,
semakin besar pula kegagalan tindakan ekstraksi vakum dan semakin besar
pula tenaga yang diperlukan untuk melakukan traksi oleh karena arah tarikan
miring akan menyebabkan terjadinya defleksi kepala janin.3,4
12
Gambar 2.6. Tempat pemasangan mangkuk penghisap pada kepala janin
5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada
bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik
searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus
ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.
7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan
melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri
menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan
bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat ke
arah muka penolong.
8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi
dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila his
berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara
intermittent, bersama-sama dengan his.2
13
Gambar 2.7. Arah Tarikan Berubah Sesuai dengan
Penurunan Kepala Dalam Jalan Lahir
Umumnya dengan traksi pertama sudah dapat diketahui apakah kepala janin
semakin turun atau tidak. Bila tidak maka operator dapat melakukan satu kali
tarikan lagi untuk memastikan apakah tindakan ekstraksi vakum dapat
dilanjutkan atau dihentikan.4
Pemutaran mangkuk secara manual sebaiknya dihindari karena dapat
menyebabkan sefal hematom dan laserasi kulit kepala janin–tipe
“cookiecutter” (pisau kue) pada penggunaan mangkuk logam.2
9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga
kepala melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion
dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada
waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong
segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk
ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk dilepas.2
10. Bila diperlukan episitomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk
atau pada waktu kepala membuka vulva.6
14
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput
suksedaneum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga
mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam
mangkuk
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan
baik
f. Traksi terlalu kuat
g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran
penghubung
h. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu
traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan
diusahakan melakukan koreksi
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan taksi, janin tidak lahir.
2.1.9. Penyulit
Penyulit mencangkup laserasi dan memar kulit kepala, hematom
subgaleal, sefal hematom, perdarahan intrakranial, ikterus neonatorum,
perdarahan subkonjungtiva, fraktur klavikula, distorsia bahu, cedera saraf
kranialis ke-6 dan ke-7, Erb palsy, perdarahan retina, dan kematian janin.2
Cedera kulit kepala dan hematom yang bermakna serta hiperbilirubinemia
yang diakibatkannya lebih sering terjadi pada pemakaian mangkuk logam
daripada mangkuk lunak. Dalam kajian Plauche (1979) terhadap ekstraktor vakum
15
Malmström, cedera kulit kepala berkisar dari 0,8-33%, sefal hematom dari 1-26%,
dan perdarahan subgaleal dari 0-10%. Di pihak lain, tidak mendapatkan
peningkatan morbiditas neonatus yang serius, termasuk perdarahan retina, untuk
ekstraktor vakum silastik dibandingkan dengan persalinan spontan.7,8,9
Selama periode 4 tahun, FDA mengkaji laporan 9 cedera janin serius dan
12 kematian neonatus, yang merupakan peningkatan bermakna dibandingkan
dengan 11 tahun sebelumnya. Sebagai tanggapan nasehat ini, The American
College of Obstetricians and Gynecologists (1998) mengeluarkan sebuah
Committee Opinion yang menganjurkan agar pemakaian vakum untuk membantu
pelahiran dilanjutkan apabila sesuai dengan indikasi.2
Komplikasi
Ibu
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
Janin
1. Ekskoriasi kulit kepala
2. Sefalhematoma
3. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi
janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan
ikterus neonatorum yang agak berat.
4. Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia.
16
Seperti yang dikatakan pada penelitian yang dilakukan oleh Nag U, Burra KC
dan Kodali M dalam Comparison of maternal and neonatal outcome between
vacuum extraction and forceps deliveries bahwa ketika kelahiran yang memiliki
indikasi untuk menggunakan alat, ekstraksi vakum harus lebih di pilih
dibandingkan dengan ekstraksi forceps, karena pada tingkat morbiditas lebih
sedikit menyebabkan robekan perineal derajat 3 dan 4, sedangkan pada sebagian
besar morbiditas pada neonatal tidak siginifikan pada perbandingan dengan kedua
alat tersebut.10
17
baik dikerjakan pada kasus letak lintang atau untuk melahirkan janin kedua pada
persalinan gemelli sehingga tidak dilakukan ekstraksi bokong yang lebih
berbahaya.6
18
Gambar 2.8. Cedera pada Neonatus
19
Akibat ekstraksi vakum sering terjadi ekimosis dan laserasi kulit kepala
dan ini umumnya terjadi bila mangkuk penghisap dengan tekanan tinggi berada
diatas kulit kepala janin dalam waktu yang relatif lama (20 – 30 menit).
Mangkuk penghisap bukan suatu alat yang di masksudkan sebagai rotator;
usaha melakukan rotasi kepala dengan menggunakan ekstraksi vakum akan
menyebabkan cedera pada kulit kepala janin. Bila operator menghendaki terjadi
rotasi kepala maka hal itu dilakukan secara manual tanpa paksaan dan bukan
dengan menggunakan cawan penghisap.6
20
terjadinya ruptura perinei tingkat IV dan banyak ahli berpendapat bahwa
episiotomi sebaiknya dikerjakan bila perineum yang tegang mengganggu jalannya
persalinan. Jenis episiotomi sebaiknya dari jenis medio lateral yang meskipun
rekosntruksinya lebih sulit namun jarang meluas sehingga menyebabkan ruptura
perinei tingkat IV (ruptura perinei totalis).2
21
2.5. Pertimbangan Klinik Lain
Pada umumnya, saat diperlukan tindakan persalinan gawat darurat dan
percobaan persalinan per vaginam operatif maka keberhasilan dan keamanan
tindakan terletak pada pemilihan instrumen atas dasar ketrampilan serta
pengalaman operator.6
Dasar pertimbangan lain adalah:
1. Derajat Desensus – bila kepala sudah didasar panggul maka persalinan
operatif pervaginam sebaiknya menggunakan ekstraksi cunam ; namun pada
kasus yang santa mendesak maka pemilihan instrumen sangat tergantung
pada pilihan operator.
2. Paritas – pada multipara laserasi jalan lahir pada tindakan ekstraksi cunam
jarang terjadi.
3. Distosia Bahu – resiko distosia bahu lebih sering terjadi pada ekstraksi
vakum.
4. Molase dan kaput yang berlebihan akan menyulitkan penentuan posisi dan
derajat penurunan kepala.
22
Gambar 2.10. Molase
23
BAB III
KESIMPULAN
24
5. Tindakan jangan melampaui waktu 20 menit
6. Hindari tindakan ekstraksi vakum pasca tindakan cunam yang gagal
7. Jangan paksakan tindakan bila terasa sulit
8. Catat semua prosedur tindakan dengan baik.4
Antibiotika – terapi antibiotika tidak disarankan bila tak indikasi yang
tepat. Prematuritas – penggunaan instrumen untuk membantu persalinan janin
prematur adalah hal yang kontroversial. Penggunaan cunam untuk membantu
persalinan preterm (melindungi kepala janin) tidak didukung dengan penelitian
yang memadai. Pada kehamilan kurang 36 minggu tindakan ekstraksi vakum
merupakan kontraindikasi relatif. After coming head – dapat digunakan jenis
cunam tertentu (Piper atau Kjelland). Seksio sesar – penggunaan cawan
penhghisap dapat digunakan untuk melahirkan kepala janin dan tindakan ini
paling baik bila digunakan pada kasus seksio sesar pada letak lintang. Kehamilan
kembar – pada persalinan per vaginam gemelli anak kedua.4
25
DAFTAR PUSTAKA
26