You are on page 1of 5

FISIOLOGI DARAH PADA EKOR KECEBONG,

KATAK DEWASA DAN MANUSIA


Oleh
Encik Rosiana
1105120645
Mahasiswa Pendidikan Biologi 2011
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
28293

PENDAHULUAN
Darah adalah cairan tubuh khusus yang mengangkut bahan-bahan menuju sel-sel tubuh
antara lain nutrien dan oksigen serta mengangkut produk sampah dari sel- sel tersebut.
Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah oleh pemompaan jantung.
Pada binatang berparu, darah arteri membawa oksigen dari udara yang dihirup menuju jaringan
tubuh, dan darah vena membawa karbondioksida sebagai sampah metabolisme sel dari jaringan
menuju paru untuk dikeluarkan. Darah manusia berwarna merah, mulai dari merah terang apabila
kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, yaitu protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam
bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Pada masa larva
(berudu/kecebong), sistem peredaran transportasinya menyerupai sistem transportasi pada ikan.
Setelah mengalami metamorfosis menjadi katak, sistem transformasinya mengalami perubahan
yang sesuai dengan kehidupan di lingkungan darat.
Sistem peredaran darah kecebong merupakan sistem peredaran darah tunggal, yaitu darah
melewati jantung sekali dalam setiap peredaran. Jantung ikan terbagi menjadi dua ruangan yaitu
satu serambi dan satu bilik.

HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Aliran Darah Pada Ekor Kecebong
Tabel hasil pengamatan aliran darah

NO PEMBEDA ARTERI VENA KAPILER


1 Ukuran (diameter) Kecil daripada vena Paling besar Besar daripada arteri, kecil daripada vena

2 Darah yang diangkut 02 CO2 O2 + CO2


3 Warna Merah cerah Kebiruan Merah tua
4 Arah aliran Dari jantung ke Dari seluruh tubuh Menghubungkan arteri dan vena
seluruh tubuh ke jantung

5 Kecepatan fibrin Sangat cepat Sangat lambat Lambat


6 Dinding Tebal, elastis Tipis dan kurang Tipis dan permeabel
elastis

7 Letak Lebih kedalam Dekat permukaan Antara vena dan arteri


tubuh
2. Pengamatan Struktur Sel Darah

Tabel Hasil Pengamatan Struktur Sel Darah


Eritrosit katak Eritrosit manusia

Gambar 1 Gambar 2
Hasil pengamatan kelompok Hasil pengamatan kelompok
Perbesaran : 18 X 10 Perbesaran : 18 X 10
Oval, mempunyai inti, lebih besar daripada Bikonkaf, tidak memiliki inti, ukuran sel lebih
eritrosit manusia dan letaknya jarang kecil dari sel darah merah katak, letaknya agak
rapat.

3. Pembentukan Fibrin dan Pembekuan


Darah

Gambar 3. Hasil Pengamatan Fibrin pada


Darah Katak dengan Perbesaran 18 X 10

PEMBAHASAN
1. Pengamatan aliran darah pada Ekor
Kecebong
Pengamatan aliran darah pada katak dipelajari
melalui aliran darah pada ekor kecebong setelah ekor
kecebong yang diamati di bawah mikroskop terlihat
pembuluh darah pada ekor kecebong yang nampak transparan dengan aliran darah -aliran darah
tersebut. Kemudian darah dari arteri ini mengalir agak lambat ke cabang-cabang arteri yang
disebut arteriol.darah dari arteriol tersebut akan terus mengalir ke kapiler dan menuju ke bagian
ekor.dari pembuluh kapiler ini darah mengalir agak lambat menuju venula, darah akan terus
mengalir ke pembuluh vena dan mengalir cepat ke arah kepala. Pembuluh arteri dan vena
mengalirkan darah lebih cepat daripada pembuluh arterior, venula dan kapiler karena ukuran
pembuluh darah arteri dan vena tersebut lebih besar dari ukuran pembuluh arterior, vena dan
kapiler sehingga darah mengalir lebih cepat.

2. Pengamatan Struktur Sel Darah


Percobaan ini membandingkan struktur sel darah manusia dengan struktur sel darah katak.
Pada pengamatan sel darah merah (eritrosit) digunakan larutan larutan NaCl 0,9% pada darah
manusia dan larutan NaCl 0,6% pada darah katak. Larutan tersebut adalah larutan yang memiliki
konsentrasi fisiologis dan berfungsi untuk menjaga agar bentuk sel darah sama seperti bentuk yang
sebenarnya.
Setelah diamati dengan bantuan mikroskop cahaya dengan perbesaran 18 X 10, terlihat
bahwa eritrosit katak berbentuk oval dan memiliki inti. Berbeda dengan eritrosit manusia yang
bentuknya bikonkaf dan tidak berinti. Bentuk bikonkaf pada eritrosit manusia bertujuan untuk
meningkatkan luas permukaan untuk difusi gas (Miller, 2001). Ukuran eritrosit katak tiga kali
lebih besar daripada eritrosit manusia, namun ukurannya dengan leukosit sama besar dan
keduanya memiliki inti sehingga pada darah katak sulit dibedakan antara eritrosit dan leukosit.
Miller (2001) mengatakan bahwa eritrosit pada hewan vertebrata berbeda dalam hal
bentuk, ukuran dan jumlahnya. Kebanyakan vertebrata memiliki eritrosit yang berinti, tetapi
eritrosit mamalia tidak berinti. Selain itu, umumnya, vertebrata rendah cenderung memiliki sel
darah merah lebih sedikit tetapi lebih besar dari invertebrata yang lebih tinggi.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan darah manusia dan darah katak. Darah
manusia dan katak tersebut masing-masing dibuat menjadi preparat untuk diamati dengan
mikroskop. Masing-masing darah diteteskan di atas object glass, kemudian menambahkan larutan
NaCl 0,9% dan menutupnya dengan cover glass, lalu preparat siap untuk diamati dengan
mikroskop.
Berdasarkan teori, konsentrasi protoplasma sel darah merah manusia adalah 0,89%,
sedangkan konsentrasi sel darah merah katak adalah sekitar 0,69%. Keadaan seperti itu akan
mempengaruhi pengaturan metabolisme air dan mineral pada organisme tersebut. Berkaitan
dengan tekanan osmotik sel, terdapat peristiwa yang disebut dengan hemolisa osmotik yang terjadi
karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmotik cairan di dalam sel darah merah
dengan cairan yang berada di sekeliling sel darah merah. Tekanan osmotik sel darah merah adalah
sama dengan osmotik larutan NaCl 0,9%, bila dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,8% belum
terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,4%
hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa dan sebagian lagi sel darah
merahnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua,
membran sel mudah pecah, sedangkan sel darah yang muda membran selnya masih kuat. Bila sel
darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,3%, semua sel darah merah akan mengalami
hemolisa sempurna. (Wulangi, 1993) Larutan di luar sel yang mempunyai tekanan osmotik lebih
kecil daripada tekanan osmotik di dalam sel darah merah disebut hipotonis, akibatnya sel menjadi
mengembang atau plasmolisis dan membran sel dapat pecah atau terjadi hemolisa sempurna. Bila
larutan di luar sel yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar daripada tekanan osmotik di
dalam sel darah merah disebut hipertonis, akibatnya sel darah merah menjadi mengkerut dan
mengalami krenasi.

3. Pembentukan Fibrin dan Pembekuan Darah


Pada pengamatan ini digunakan darah manusia yang diteteskan di atas kaca objek dan
ditunggu selama beberapa waktu sampai darah membeku. Hal ini bertujuan agar fibrin dapat
diamati di bawah mikroskop karena fibrin merupakan protein non-globular yang terlibat dalam
proses pembekuan darah. Untuk mempermudah pengamatan, diteteskan zat warna yaitu metil
violet.
Setelah diamati didapatkan hasil yaitu terlihatnya fibrin yang berwarna biru keunguan.
Fibrin terbentuk ketika pembuluh darah sobek, prosesnya kompleks dan melibatkan banyak reaksi
kimia yang disebut clotting factors. Peristiwa utama yang terjadi pada pembentukan bekuan darah
adalah perubahan protein plasma yang larut fibrinogen (factor I) menjadi protein plasma yang
tidak larut, fibrin (Shier, 2010).
Protrombin (faktor II) adalah alfa globulin yang terus menerus diproduksi oleh hati dan
merupakan komponen normal dari plasma. Dengan adanya ion kalsium, aktivator protrombin
mengubah protrombin menjadi thrombin (faktor IIa). Thrombin, mengkatalisis reaksi yang
memotong-motong fibrinogen (faktor I). Fragmen fibrinogen bergabung dan membentuk benang-
benang fibrin yang panjang. Fibrinogen adalah protein plasma yang larut, tetapi fibrin tidak.
Thrombin juga mengaktivasi faktor XIII yang memperkuat dan menstabilkan benang fibrin (Shier,
2010).
Gambar 4. Skema mekanisme pembekuan darah (Sumber:
http://highered.mcgrawhill.com/sites/0073525707/student_view0/chapter14/image_library.html

Gambar 5. Benang fibrin yang berperan dalam proses pembekuan darah (Sumber:
http://24.media.tumblr.com/tumblr_ljie81F2VQ1qcmrkno1_500.jpg)

KESIMPULAN
1. Eritrosit katak berbentuk oval dan mempunyai inti, berbeda dengan eritrosit manusia yang
bentuknya bikonkaf dan tidak berinti.
2. Semakin rendah konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah akan mengalami plasmolisis
sedangkan semakin tinggi konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah akan mengalami
krenasi.
3. Pada konsentrasi NaCl 0,9% sel darah merah tidak mengalami perubahan karena tekanan
osmosis larutan NaCl sama dengan tekanan osmotik sel darah merah (0,89%) artinya tidak
terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel.
4. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna merah) pada sel darah merah.
5. Fibrin adalah protein plasma yang berperan dalam proses pembekuan darah.
6. Peristiwa utama dalam proses pembentukan bekuan darah adalah perubahan fibrin menjadi
benang-benang fibrin.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Stephen A. 2001. Zoology, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Companies. E.book
Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Jakarta : FKUI. E.book
Sherwood, Lauralle. 2001. Fisiologi Manusia, dari Sel Ke Sistem. Terj. Brahm U. Pendit. Jakarta:
EGC. E.book
Shier, David. 2010. Hole’s Human Anatomy and Physiology, Ninth Edition. New York: McGraw-
Hill Companies. E.book
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. E.book

LAMPIRAN GAMBAR

Pengambilan sampel darah Pengambilan sampel darah


untuk mengamati waktu untuk mengamati struktur
pembekuan darah sel darah

Sampel eritrosit pada objek Pengamatan eritrosit


manusia

You might also like