You are on page 1of 30

STEP 2

1. Dalam bentuk apakah implementasi pembiayaan di RS dari kegiatan investasi


dan operasional?
2. Bagaimana pengelolaan pembiayaan kesehatan yang baik?
3. Bagaimana cara meningkatkan eksistensi dan efektifitas dari pembiayaan
kesehatan?
4. Apa saja hambatan dan bagaimana cara menanggulanginya?
5. Bagaimana proses pembiayaan di RS swasta? Apakah ada perbedaan dengan
lainnya?
6. Bagaimana perencanaan dan evaluasi pembiayaan di RS swasta?

STEP 3

1. Pembiayaan kegiatan operasional umumnya dapat dilakukan dengan


menggunakan dana yang berasal dari kegiatan layanan penderita. Tidak jarang
pula terjadi hal dimana kegiatan operasional rumah sakit memerlukan
pendanaan yang relative tidak sedikit. Dalam hal ini, pembiayaan kegiatan
biasanya dilakukan dengan menggunakan sumber dari luar rumah sakit.

Di lain pihak, kegiatan investasi umumnya memerlukan pembiayaan


yang relative besar dan tidak selalu dapat ditunjang dari penghasilan
operasional. Untuk hal ini jelas dibutuhkan sumber pendanaan dari luar rumah
sakit. Oleh karena itu, struktur pembiayaan rumah sakit untuk kegiatan
investasi maupun operasional harus berkaitan dengan sumber pembiayaan
yang ada di dalam dan di luar rumah sakit. Kementerian Kesehatan
mempunyai dana investasi cukup untuk menyeimbangkan kelengkapan
peralatan fasilitas kesehatan/PPK dan SDM kesehatan. Investasi ini dapat
terlihat dari adanya APBN untuk pengembangan dan peralatan rumah sakit
dan pengiriman tenaga kesehatan ke daerah-daerah, dan APBD untuk
operasional rumah sakit.

1
2. Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan
yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem
pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta,
maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian
dan pembelanjaan dana kesehatan.

Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan

a. Pembiayaan kesehatan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama


pemerintah, masyarakat, dan swasta.
b. Dana Pemerintah ditujukan untuk pembangunan kesehatan, khususnya
diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan dengan mengutamakan masyarakat rentan dan keluarga
miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta
yang tidak diminati swasta.
c. Dana kesehatan diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan dan
masyarakat melalui pengembangan sistem jaminan kesehatan sosial, sehingga
dapat menjamin terpeliharanya dan terlindunginya masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan..
d. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat)
atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
e. Pada dasarnya penggalian, pengalikasian, dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

Penyelenggaraan Pembiayaan Kesehatan

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan dilakukan melalui


penggalian dan pengumpulan berbagai sumber dana yang dapat menjamin
kesinambungan pembiayaan pembangunan kesehatan, mengalokasikannya secara
rasional, menggunakannya secara efisien dan efektif.

2
Dalam hal pengaturan penggalian dan pengumpulan serta pemanfaatan dana
yang bersumber dari iuran wajib, pemerintah harus melakukan sinkronisasi dan
sinergisme antara sumber dana dari iuran wajib, dana APBN/APBD, dana dari
masyarakat, dan sumber lainnya.

a. Penggalian dana
Penggalian dana untuk upaya pembangunan kesehatan yang bersumber dari
pemerintah dilakukan melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan atau pinjaman
yang tidak mengikat, serta berbagai sumber lainnya

b. Pengalokasian Dana
Pengalokasi dana pemerintah dilakukan melalui perencanaan anggaran dengan
mengutamakan upaya kesehatan prioritas, secara bertahap, dan terus ditingkatkan
jumlah pengalokasiannya sehingga sesuai dengan kebutuhan.

c. Pembelanjaan
Pembelanjaan dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan kesehatan,
baik yang bersifat wajib maupun sukarela. Hal ini termasuk program bantuan sosial
dari pemerintah untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
(Jamkesmas)

3. Harus adanya rekomendasi berikut sebagai serangkaian strategi untuk


meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan di Indonesia.

a. Diversifikasi Sumber Pendanaan dan Peningkatan Alokasi Dana Kesehatan

Pemerintah harus meningkatkan ruang fiskal untuk kemudian menaikkan alokasi


dana sektor kesehatan. Sumber potensial dana yang dapat digali untuk meningkatkan
ruang fiskal meliputi: peningkatan angka rasio pajak, peningkatan pajak tembakau

3
serta inovatif kemitraan publik-swasta. Pembahasan teknis upaya peningkatan fiskal
disajikan dalam catatan teknis HSR No 1.

b. Mainstreaming Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat merupakan komponen esensial dalam Sistem Kesehatan


Nasional. Program Kesmas fokus pada promosi dan pencegahan penyakit. Targetnya
populasi, bukan individu sebagaimana dalam program kuratif. Peningkatan investasi
Kesmas memberikan implikasi signifikan dalam mengurangi biaya kuratif dan
perbaikan status kesehatan penduduk. Karena dua alasan (Kotak 1), investasi Kesmas
berpotensi menyelamatkan nyawa dan menghasilkan efisiensi makro.

c. Urgensi Peningkatan Investasi Program Kesehatan Masyarakat

1) Investasi Kesmas menyelamatkan penduduk, meningkatkan kualitas


hidup, serta memperoleh manfaat ekonomi dalam bentuk pengurangan biaya
perawatan dan peningkatan produktivitas.

2) Investasi Kesmas meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan lain.


Intervensi Kesmas menyelamatkan 90 persen (dan 140 persen) lebih banyak
nyawa dalam sepuluh tahun (dalam 25 tahun), daripada program dan
pendekatan kuratif saja. Ini bukti pendekatan kuratif saja tidak cukup.

d. Menyelarasakan Alokasi Dana UKM dan UKP

Pemerintah wajib memperbaiki alokasi dana kesehatan agar tidak bias pada
pelayanan kuratif saja. Sebanyak 19 program Kesmas harus dilaksanakan. Untuk itu
penyelarasan alokasi dana kesehatan antara program kesehatan berbasis masyarakat
(UKM) dengan program kesehatan perorangan (UKP) serta upaya pendukung harus
menjadi agenda prioritas.

4
e. Meningkatkan Upaya Promosi dan Pencegahan

Hingga 70 persen dari beban penyakit dapat dihindari melalui pencegahan dan
promosi kesehatan (WHO 2002). Oleh karena itu, upaya peningkatan dana dan
penyelarasan alokasi dana UKM dan UKP memberikan ruang gerak memadai untuk
mengembangkan program kesehatan yang berbasis populasi (UKM). Program
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit harus menjadi agenda utama.

f. Meningkatkan Manajemen Pengelolaan Dana

Peningkatan alokasi dana kesehatan tidak serta merta memberikan garansi dalam
memperbaiki status kesehatan jika birokrasi dan pengelolaan dana masih rapuh.

g. Meningkatkan Keterampilan Teknis dan Manajemen Program Kesehatan

Pengelolaan kesehatan butuh dana cukup dan manajemen adekwat sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

4. Adapun berbagai masalah yang dapat menjadi hambatan bagi


pembiayaan kesehatan sebagai berikut

a. Kurangnya dana yang tersedia


Di banyak negara, terutama di negara yang sedang berkembang
, d a n a y a n g disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaidah
memadai. Rendahnya
lokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya
kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan.
Kebanyakan dari pengambilan keputusan
menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif
melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan.

5
b. Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Penyebaran dana yang tidak sesuai juga akan menimbulkan ha
mbatan d a l a m pembiayaan kesehatan )alaupun dana yang tersedia sudah
mencukupi, seperti dana yang kebanyakan justru beredar di perkotaan, padahal jika
ditinjau dari penyebaran
penduduk d i n e g a r a b e r k e m b a n g k e b a n y a k a n b e r t e m p a t t i n g g a l d i d a
erah pedesaan.

c. Pemanfatan dana yang tidak tepat


Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah
yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini

5. Pembiayaan pelayanan kesehatan dilakukan dari berbagai sumber Pembiayaan


pegawai oleh perusahaan

a. Asuransi kesehatan swasta

b. Sumbangan social

c. Pengeluaran Rumah Tangga

d. Communal Selp-help

6. Swasta

1.Rum ah sakit swasta diselenggarakan berasaskan kemandirian dengan prinsip


wirausaha dengan tetap melaksanakan fungsi sosial.

2. Kepemilikan rumah sakit berbentuk yayasan, Perseroan Terbatas (P.T), koperasi


dan atau badan hokum lainnya.

6
3. Rumah sakit swasta harus memenuhi persyaratan standar bangunan, prasarana, dan
peralatan sesuai dengan jenis dan klasifikasi rumah sakit, meliputi :

 Lokasi atau letak bangunan prasrana harus sesuai dengan rencana umum tataruang
dan terhindar dari pencemaran.

 Bangunan, prasarana, peralatan, harus dalam kondisi terpelihara dan memenuhi


standar keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan kerja.

 Memenuhi persyaratan teknis bengunan, prasarana, peralatan, dan dampak


lingkungan internal dan eksternal.

 Peralatan medik harus memenuhi persyaratan pengujian/kalibrasi.

4. Rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan harus menjamin hak-hak pasien.

5. Rumah sakit swasta wajib menyelenggarakan peningkatan mutu pelayanan yang


diselenggarakan oleh pemerintah.

6. Rumah sakit swasta wajib mempunyai komite medik dan komite keperawatan.

7. Rumah sakit swasta wajib merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih mampu
pelayanannya apabila rumah sakit tersebut tidak mampu menangani pasien tersebut.

8.Bentuk pelayanan rumah sakit swasta adalah rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus.

9. Rumah sakit khusus swasta diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus swasta
pratama dan madya.

10. Setiap rumah sakit swasta wajib melaksanakan fungsi sosial.

11.Rumah sakit swasta yang dimiliki yayasan, perhimpunan, perkumpulan sosial, dan
rumah sakit BUMN yang melayani pasien umum minimal 25%, dan rumah sakit
swasta yang dimiliki pemilik modal minimal 10 %.

7
STEP 4

Pembiayaan Kesehatan

Kegiatan Investasi Kegiatan Operasional

Pola Pembiayaan

STEP 5

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Konsep Dasar Pembiayaan Kesehatan


2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pembiayaan Kegiatan Investasi
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pembiayaan Kegiatan Operasional
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pola Pembiayaan Kesehatan

LO 1. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KONSEP DASAR


PEMBIAYAAN KESEHATAN

 Konsep dan Sumber Pembiayaan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi juga merupakan barang
investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi negara. Karena
itu Negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat (“Health for All”), sehingga
ada kebutuhan untuk melembagakan pelayanan kesehatan semesta. Ada dua isu
mendasar untuk mewujudkan tujuan pelayanan kesehatan dengan cakupan semesta,

8
yaitu bagaimana cara membiayai pelayanan kesehatan untuk semua warga, dan
bagaimana mengalokasikan dana kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan
dengan efektif, efisien, dan adil.

Sistem pembiyaan yang tepat untuk suatu Negara adalah sistem yang mampu
mendukung tercapainya cakupan semesta. Cakupan semesta (universal coverage)
merupakan system kesehatan dimana setiap warga masyarakat memiliki akses yang
adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang
bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. Cakupan semesta
mengandung dua elemen inti: (1) Akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu
bagi setiap warga; dan (2) Perlindungan risiko financial ketika warga menggunakan
pelayanan kesehatan (WHO, 2005).

Sistem pembiayaan kesehatan untuk cakupan semesta dapat dibagi menjadi tiga
kategori: (1) pembayar tunggal (single payer), (2) pembayar ganda (two-tier, dual
health care system), dan (3) system mandat asuransi.

(1) Pembayar Tunggal (Single Payer):

Pemerintah sebagai pembayar tunggal memberikan asuransi kepada semua


warga dan membayar semua pengeluaran kesehatan, meskipun mungkin terdapat
copayment dan coinsurance. Sistem pembayar tunggal merupakan bentuk
„monopsoni‟, karena hanya terdapat sebuah pembeli (pemerintah) dan sejumlah
penjual pelayanan kesehatan. Biaya kesehatan berasal dari anggaran pemerintah yang
diperoleh dari pajak umum (general taxation) atau pajak khusus (misalnya, payroll
tax).

(2) SistemGanda(Two-Tier):

Dalam system dua lapis (two-tier) atau ganda (dual health care system),
pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan atau memberikan cakupan asuransi
katastrofik atau cakupan minimal untuk semua warga. Kemudian warga

9
melengkapinya dengan membeli pelayanan kesehatan tambahan di sector swasta, baik
melalui asuransi sukarela atau membayar langsung

(3) Mandat Asuransi:

Pemerintah memberikan mandat (mewajibkan) agar semua warga memiliki


asuransi dari perusahaan asuransi swasta, pemerintah, atau nirlaba (Tabel 3). Dalam
pelaksanaan mandate asuransi, pemerintah di sejumlah Negara membatasi jumlah
perusahaan asuransi. Di beberapa Negara lainnya jumlah perusahaan asuransi yang
beroperasi tidak dibatasi dan berlangsung dalam mekanisme pasar. Pemerintah
melakukan regulasi dan standarisasi, misalnya larangan perusahaan asuransi untuk
menolak untuk mengasuransi warga yang telah melangalami penyakit (pre-existing
condition).

Untuk mencapai cakupan semesta pelayanan kesehatan dibutuhkan perpindahan


dari system pembiayaan langsung (out-pocket payment) ke sistem pembiayaan pra-
upaya (pre-paid system). Untuk mencapai tujuan cakupan semesta, elemen
pembiayaan kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan implikasinya pada penyediaan
pelayanan kesehatan. Kelebihan dan kekurangan pilihan system pengelolaan asuransi
kesehatan nasional perlu dianalisis berdasarkan criteria keadilan, efisiensi, dan daya
tanggap (responsiveness), baik dalam aspek pembiayaan maupun penyediaan
pelayanan kesehataan (Sreshthaputra dan Indaratna, 2001; WHO, 2005)

LO 2. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN TENTANG KEGIATAN


INVESTASI

Rumah sakit sebagai satu organisasi sosio-ekonomi, seperti organisasi ekonomi


lainya memerlukan pembiayaan untuk dapat menjamin kelancaran pelaksanaan
kegiatanya. Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dipahami disini bahwa yang
dimaksud dengan pembiayaan sebetulnya adalah pendanaan untuk kegiatan. Secara

10
umum, hal ini biasanya dikaitkan dengan pembiayaan dua kegiatan pokok yaitu
investasi dan operasional.

1. Pembiayaan kegiatan investasi

Kegiatan investasi di rumah sakit biasanya terjadi dalm bentuk pengadaan alat
kedokteran pada umumnya terkait dengan beberapa hal, antara lain:

a. Perluasan spesisalisasi tenaga dan perlatan


b. Obsolesensi alat yang relative cepat
c. penambahan jumlah layanan
d. Perluasan jenis layanan
Kebutuhan pembiayaan terhadap kegiatan investasi dari kegiatan di atas sering
memerlukan dana yang relative besar. Dana ini harus dicari dari sumber yang
tersedia baik didalam maupun diluar rumah sakit. Terdapat beberapa jenis
sumber dana dengan karakteristiknya yang dapat dimanfaatkan untuk
pembiayaan kehgiatan investasi yaitu:
 Hutang jangka pendek tanpa bunga
Bunga pada hutang jangka tidak menunjukkan secara eksplisit, adanya
bunga bila dana dimanfaatkan. Bentuk hutang jangka pendek tanpa bunga
diantaranyya pembayaran dimuka oleh pasien dan pembayaran kredit kepada
pemasok (supplier). Dasar efisiensi hutang ini tergantung dari :
1) Lamanya hari usng telah diterima atau ditahan
2) Suku bunga bank yang berlaku pada saat itu
3) Besarnya rate of return yaitu tingkat bunga yang diterima investor

 Hutang jangka pendek dengan bunga


Berupa pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan bank, denagn
jatuh temp di bawah 1 tahun dengan membebani peminjam dengan suku
bunga ang relatif tinggi. Pinjaman ini membutuhkan adanya jaminan.
Pinjaman ini juga mengacu pada Suku bunga bank yang berlaku pada saat
itu dan besarnya rate of return.

 Hutang jangka menengah


Setiap dana yang tersedia dari hutang dengan tempo 1 sampai 10 tahun.
Tingakat suku bunga yang relatif rendah dari hutang jangka pendek.

11
Pinjaman ini membutuhkan adanya jaminan, dapat berupa peralatan, gedung,
tanah, dan lain lain. Pinjaman jangka menengah juga bisa berupa leasing
yaitu penyediaan pembiayaan berupa barang barang modal untuk digunkan
untuk rumah sakit untuk jangka waktu tertentu.

 Hutang jangka panjang


Untuk pembiayaan pembangunan atau sarana fisik rumah sakit dan alat
kedokteran yang relatiff canggih. Jatuh tempo lebih dari 10 tahun dan suku
bunga yang rendah. Biasanya bank pemerintah yang dapat menyediakannya.

 Equity
3 sumber dana : dana filantrofis (dana donatur), subsidi pemerintah, dan
pemsukan dari rumah sakit.
Adanya karakteristik msing-masing inilah yang membuat pimpinan rumah sakit
harus menentukan pilihan pemanfaatan sumber dana yang paling efisien.

KLASIFIKASI BIAYA DI RUMAH SAKIT

12
Pada tabel tersebut dapat dikatakan biaya tetap adalah jenis biaya yang tidak
berubah dengan adanya perubahan (kenaikan atau penurunan kegiatan). Sedangkan
biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah sesuai dengan adanya perubahan
kuantitas kegiatan. Biaya penyusustan alat medik adalah biaya tetap sedangkan biaya
bahan habis pakai serta alat tulis merupakan biaya tidak tetap.

Terdapat faktor yang berpengaruh terhadap biaya pelaksanaan kegiatan di


rumah sakit , antara lain: jenis penderita, jumlah penderita, sumber yang digunakan
per penderita, tingkat efisiensi pemanfaatan sumber dan biaya per unit. Selain itu
terdapat biaya langsung ( direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya

13
langsung yaitu biaya yang jelas pemakaiannya dilakukan pada kegiatan unit tertentu
seperti: obat-obatan dari unit rawat jalan. Biaya tidak langsung biaya yang
penggunaannya dilakukan bukan di unit kegiatan yang bersangkutan seperti gaji
pegawai.

Pada biaya investasi terdapat salah satu faktor yang berpengaruh yaitu inflasi.
Inflasi di seluruh dunia diperkirakan diatas inflasi ekonomi. Penyebab inflasi tersebut
antara lain :

1. Indemnity Health Insurance

2. Medical Technology

3. Demand, karena konsumer juga berpengaruh meminta pelayanan yang


berkualitas dan menggunakan alat-alat canggih

4. Komponen non-medis seperti pemenuhan kebutuhan convenience dan


amenities

5. Defensive medicine, sehingga dokter melakukan pemeriksaan/prosedur


diagnostik selengkaplengkapnya untuk menghindari gugatan malpraktek

6. Meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut yang menyebabkan


meningkatnya insiden penyakit kronis

LO 3. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN PEMBIAYAAN


KESEHATAN KEGIATAN OPERASIONAL

 Pemanfaatan Dana BOK

14
Pemanfaatan dana BOK digunakan untuk dana manajemen dan dana
operasional di Puskesmas.
1. Dana Manajemen
a. Dinas Kesehatan Provinsi
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Puskesmas
Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana manajemen di
puskesmas, meliputi :
- Pembelian ATK untuk kegiatan pendukung
- Pembiayaan administrasi perbankan, apabila sesuai dengan ketentuan bank
setempat memerlukan biaya administrasi dalam rangka membuka dan
menutup rekening bank puskesmas.
- Pembelian materai
- Penggandaan/fotocopy laporan
- Pengiriman surat/laporan
- Pembelian konsumsi rapat
2. Dana Operasional di Puskesmas
Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana operasional di
puskesmas, meliputi :
a. Perjalanan dinas sampai dengan delapan jam yang digunakan untuk
membiayai transpor bagi petugas kesehatan dan kader kesehatan,
tokoh masyarakat dan atau tokoh agama, dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut :
- Pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif ke luar gedung
- Pelaksanaan rapat lokakarya mini dan musyawarah di desa.
b. Perjalanan dinas lebih dari delapan jam, yaitu membiayai transpor,
uang harian petugas kesehatan dan biaya penginapan terkait BOK ke desa
dengan akses sulit wilayah kerja Puskesmas.
c. Pembelian Barang
- Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan
peyuluhan
- Pembelian konsumsi rapat
- Penggandaan pedoman dan media/bahan penyuluhan pada masyarakat.

15
Pembiayaan kegiatan operasional dapat dilakukan dengan menggunakan dana
dari kegiatan layanan pasien. Ketika pembiayaan relative besar menggunakan
sumber dari luar rumah sakit. Pimpinan rumah sakit khususnya manager
keuangan memahami bagaiman pasien akan membayar pelayanan kesehatan :
1. Pasien membayar sendiri
Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan kesehatan di
rumah sakit, hanya ada dua pihak yang dilibatkan, yaitu pasien atau keluarga
sebagai penerima layanan dan rumah sakit sebagai pemberi layanan. Yang
mana pihak penerima layanan (pasien) akan membayar langsung kepada
pemberi layanan (rumah sakit). Dengan cara ini pasien membayar langsung
kepada dokter atau pembeli pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan
kesehatan yang sudah diterima. Aspek positif metoda ini, pasien menjadi
Lebih menghargai nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diteima
sehingga menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara berlebihan.
Aspek negatif nya pasien dan keluarga akan sangat rentan untuk mengalami
pengeluaran bencana (catastrophic expenditure), karena harus membayar
biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa
menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.
2. Asuransi Kesehatan
Terdapat pihak lain yang campur tangan dalam pembayaran pelayanan
kesehatan pasien, yaitu perusahaan asuransi atau pihak lainya. Pembayaran
oleh pihak ketiga bisa melalui cara:
- Pasien membayar dahulu ke rumah sakit, lalu tagihan akan diklaim ke
perusahaan asuransi sehingga biaya yang ikeluarkan pasien akan diganti.
- Rumah sakit langsung menagih biaya pelayanan yang diberikan pada
pasien kepada perusahaan asuransi.

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di


Indonesia :

 Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)


Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah
sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata

16
diberikan berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan
berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. Asuransi
Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :
a) Keikutsertaan bersifat wajib.
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya.
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan.
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS.
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh
pemberi kerja
dan tenaga kerja.
f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi
didasarkan pada
resiko kelompok.
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh.
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong
berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di
Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola
oleh PT. Askes

 Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health


Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat
dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas
menengah ke atas. Asuransi kesehatan komersial perorangan
mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela.
b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar
jenis tanggungan yang dipilih.
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan
oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal.

17
e) Santunan diberikan sesuai kontrak.
f) Peranan pemerintah relatif kecil.
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo
Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya

 Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary


Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok.
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolute.
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku
untuk
kelompok masyarakat.
d) Santunan diberikan sesuai kontrak.
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal.
f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-
undang.
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT.
Askes.
3. Asuransi Perusahaan
Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan
kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam
bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Ataupun dengan
memberikan asuransi kesehatan dari perusahaan untuk pegawainya.
Prinsip-prinsip :
1. Keadilan
Keadilan dalam pembiayaan layanan kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan dengan kualitas yabg sama bagi setiap warga.
2. Efisiensi
Penggunaan sumber daya baik dalam administrasi dan manajemen
dana asuransi .
3. Daya Tanggap
Sistem pembiayaan dan penyedia pelayanan.

18
LO 4. POLA PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Pola Pembiayaan Kesehatan secara Sistem umum
a. Penataan Terpadu (managed care)
Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan
pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak
dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya
pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.
Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat
berhasil baik, antara lain:
2. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan
harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab
masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan
akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Hal ini perlu untuk menghidari
bahaya moral hazard
3. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care
menganut sistem rujukan.
4. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan
fasilitas berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat
generik kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life
saving.
5. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan.

b. Reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services.
Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan
biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan
identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider layanan
kesehatan.

c. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar

19
asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup
seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan
preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan,
atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar
tidak berobat secara berlebihan).

d. Pemberian Tunjangan Kesehatan


Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan
tunjangan kesehatan atau memberikan lumpsum biaya kesehatan
kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit
tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk
mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya
adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan
lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal –
hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

2. Cara Pembiayaan Kesehatan


Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan
dalam empat cara:
1. Out of Pocket (OOP)
Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan
kesehatan di rumah sakit, hanya ada dua pihak yang dilibatkan, yaitu
pasien atau keluarga sebagai penerima layanan dan rumah sakit
sebagai pemberi layanan. Yang mana pihak penerima layanan (pasien)
akan membayar langsung kepada pemberi layanan (rumah sakit).
Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau
pembeli pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang
sudah diterima. Aspek positif metoda ini, pasien menjadi Lebih
menghargai nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diteima
sehingga menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara
berlebihan. Aspek negatif nya pasien dan keluarga akan sangat rentan
untuk mengalami pengeluaran bencana (catastrophic expenditure),

20
karena harus membayar biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat
ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya
jatuh miskin.
2. Asuransi
Terdapat pihak lain yang campur tangan dalam pembayaran
pelayanan kesehatan pasien, yaitu perusahaan asuransi atau pihak
lainya.
Pembayaran oleh pihak ketiga bisa melalui cara:
- Pasien membayar dahulu ke rumah sakit, lalu tagihan akan diklaim
ke perusahaan asuransi sehingga biaya yang ikeluarkan pasien akan
diganti.
- Rumah sakit langsung menagih biaya pelayanan yang diberikan
pada pasien kepada perusahaan asuransi.
3. Pajak atau taxation
Pemerintah Indonesia telah menarik pajak umum, Pemerintah
membayar sebagian darai biaya pelayanan kesehatan pasien yang
diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya Puskesmas
dan Rumah Sakit Pemerintah Pusat maupun Daerah. Pasien harus
membayar sebagian dari pelayanan kesehatan yang digunakan,
disebut User fee (user charge). Di Indonesia terdapat skema
Jamkesmas yang membebaskan semua biaya pelayanan kesehatan di
tingkat primer maupun sekunder yang disediakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan Pemerintah
4. Medical Saving Account (MSA, personal saving account )
Mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai
pelayanan kesehatan sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang
menggunakan sistem ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya
dari biaya-biaya akibat generasi kini.

3. Unsur pembiayaan Kesehatan


Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yaitu
penggalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan

21
1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang
diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau
pemeliharaan kesehatan. Terdapat dua jenis penggalian dana, yaitu:
a. Penggalian dana untuk UKM
Sumber dana untuk UKM (Unit Kesehatan masyarakat)
terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah,
melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman,
serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya
kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber
dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip publik-
private partnership yang didukung dengan pemberian sentif,
misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan.
Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif
oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan
masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan
secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam
rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul
dimasyarakam, misalnya dana sosial keagamaan.
b. Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP (Unit Kesehatan Perorangan)
berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan
keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber
dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib.
2. Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana
yang telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari
pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Terdapat dua jenis
pengalokasian dana:
a. Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM
dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan
dan belanja, baik pusat maupun daerah, sekurang-kurangnya

22
5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan
belanja setiap tahunnya.
b. Alokasi dana dari masyarakat
Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui
kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan dana adalah pemakaian dana yang telah


dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai
dengan peruntukannya dana atau dilakukan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela. Pembiayaan
kesehatan dari pemerintah dan publik-private partnership
digunakan untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang
terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan digunakan
untuk membiayai UKM dan UKP. Pembelanjaan untuk
pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan keluarga
miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan
keluarga mampu dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib dan atau sukarela. Di masa mendatang, biaya
kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya
untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat rentan dan keluarga miskin.

4. Sumber dana
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun
secara garis besar berasal dari:
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.Pelayanannya diberikan secara

23
cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena
memerlukan dana yang sangat besar.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini
mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam
penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak
adanya pelayanan-pelayanankesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta,
dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai
peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa
layanan kesehatan tersebut.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan
penyakit – penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak
lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya
bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 .
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat
mengakomodasi kelemahan – kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang
dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.

5. Pola Pembiayaan di Rumah Sakit


Pola Pembiayaan di Rumah Sakit yaitu dengan menggunakan Sistem
Paket (Budget Sistem). Sistem paket adalah suatu sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan yang dihitung anggaran biaya yang disediakan untuk
suatu kelompok pelayanan. Misalnya biaya perhari rawat inap atau biaya
keseluruhan rawat yang diperlukan oleh suatu rumah sakit dalam melayani
pasien/keluarga atau peserta asuransi untuk periode tertentu.

24
Strategi pentarifan yang dipilih adalah paket hemat atau paket harga.
Paket adalah sejumlah pembiayaan dalam jumlah yang pasti yang merupakan
komponen dari seluruh atau sebagian pembayaran jasa. Jasa yang dimaksud
adalah sarana, obat – obatan dan administrasi.
Kebijaksanaan yang dipilih dalam pentarifan adalah memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan medis, sebenarnya
dalam sistem paket ini dapat bermanfaat bila dalam pentarifan semua tenaga
di kamar operasi dilibatkan mengenai tarif.

6. Perubahan pola pembiayaan kesehatan di Indonesia sejalan dengan


perubahan pola politik yang terjadi

 Pembiayaan Kesehatan Indonesia Masa Sekarang dan Pengaruh


Dunia Internasional
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dimulai sejak tahun
2004 mengambil kebijakan yang cenderung controversial dan imbasnya langsung
dirasakan oleh masyarakat luas. Kebijakan Pengurangan subsidi BBM yang
menyebabkan harga BBM melonjak drastis menyebabkan masyarakat mengalami
dampak yang cukup signifikan. Kenaikan harga BBM cenderung selalu diikuti
dengan kenaikan harga berbagai komponen bahan pokok dan kenaikan jasa
termasuk didalamnya jasa pelayanan kesehatan terutama sektor swasta.
Pemerintahan pada masa itu mengalihkan anggaran subsidi BBM ke sektor yang
lebih penting yaitu sektor pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya yang ikut
mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kebijakan lainnya yang
diambil pemerintah pada masa ini adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai
( BLT ) bagi masyarakat miskin. Kebijakan ini menimbulkan kontroversi karena
tujuan pengurangan dampak kenaikan harga BBM bagi masyarakat miskin tidak
tercapai karena banyak BLT yang diterima oleh warga yang tidak berhak.
Departemen Kesehatan pada tahun 2006 mengeluarkan konsep pembangunan
kesehatan berkelanjutan yang kemudian dikenal sebagai Visi Indonesia Sehat
2010. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai visi tersebut
25
dengan mensosialisasikan hingga ketingkat daerah. Kebijakan desentaralisasi yang
direvisi kembali melalui UU Nomr 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
sedikit menghambat berjalannya kebijakan Indonesia Sehat 2010. Konsepsi visi
Indonesia Sehat 2010 pada prinsipnya menyiratkan pendekatan sentralistik dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sebuah paradigm yang secara nyata
cukup bertentangan dengan prinsip desentarlisasi yang di atur dalam UU
pemerintahan daerah dimana kewenangan daerah otonom dalam penentuan arah
dan model pembangunan di wilayahnya masing-masing tanpa hatus terikat dengan
kebijakan pemerintah pusat.
Kebijakan desentralisasi pada beberapa hal ikut menggerus pola lama
pembangunan termasuk didalamnya pembangunan bidan kesehatan. Kekuasaan
otonom pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunannya membuat
konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010 menjadi tidak terlalu bermakna. Pada
kenyataannya masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang pembangunan di
bidang kesehatannya sangat jauh dari kualitas baik, pada sat yang sama
kecenderungan epidemiologi penyakit tidak banyak mengalami perubahan dan
diperparah lemahnya infrastruktur promoif dan perventif bidang kesehatan.
Pemerintah pusat akhirnya membuat kebijakan berupa penerbitan dokumen
panduan pembangunan kesehatan yang kemudian dikenal sebagai sistem kesehatan
nasional yang terdiri dari ; upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
manusia kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan manajemen kesehatan. Komponen pembiayaan kesehatan
merupakan salah satu komponen terpenting dalam sistem kesehatan nasional.
Beberapa kebijakan dalam pembiayaan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah antara lain pada tahun 2004 pemerintah telah menerbitkan UU Nomor
40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional ( UU SJSN ) dengan tujuan
memberikan jaminan nasional yang komprehensif bagi seluruh warga negara
Indonesia. Tahun 2005 pemerintah melalui Departemen Kesehatan meluncurkan
program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang
disempurnakan bentuk dan operasionalnya pada tahun 2008 menjadi Jaminan

26
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Tahun 2010 pemerintah kembali
memperkenalkan program baru yaitu Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK )
yang dananya disalurkan ke seluruh puskesmas yang ada di Indonesia. Pengaruh
lembaga Internasional seperti PBB yang Indonesia menjadi anggotanya dengan
konsep Millenium Development Goals ( MDGs ) menekankan beberapa target
pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai oleh negara-negara berkembang di
dunia termasuk Indonesia. Salah satu komponen dalam MDGs adalah bidang
kesehatan yaitu target penurunan Angka Kematian Ibu melahirkan atau AKI pada
tahun 2015 yang harus menurun hingga 102 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi ( AKB ) menjadi 23 / 1000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat
pencapaian target tersebut pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
meluncurkan program baru yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 yaitu
program Jaminan Persalinan ( Jampersal ) dengan tujuan menjamin seluruh
pembiayaan persalinan seluruh warga negara.
Tahun 2011, pemerintah juga memperluas cakupan pelayanan program
Jamkesmas selain bagi masyarakt miskin juga diberikan kepada gelandangan,
pengemis, anak terlantar serta masyarakat miskin yang tidak punya identitas,
masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, korban bencana paska tanggap
darurat dan masyarakat miskin penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan. Keterlibatan pemerintah daerah pada masa ini juga ditunjukkan dengan
adanya program Jaminan Kesehatan Daerah ( Jamkesda ) yang diperuntukkan bagi
warga suaru daerah yang belum tercakup dalam program Jamkesmas.

 Pembiayaan Kesehatan Indonesia di Masa Mendatang


Lahirnya UU Nomor 40 tahun 2009 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
merupakan harapan baru bagi sistem pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa
yang akan datang. Dalam UU tersebut terdapat empat Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yaitu ; (1) PT. Askes, yang diperuntukan bagi semua PNS,
penerima pension, perintis kemerdekaan, veteran dan anggota keluarganya dengan
jumlah peserta tahun 2010 mencapai 3,7 juta PNS ( belum termasuk anggota

27
keluarga yang ikut ditanggung biaya kesehatannya yaitu 1 orang isteri/suami dan 2
orang anak ) ; (2) PT. Jamsostek, yang diperuntukkan bagi semua pekerja sektor
BUMN dan swasta yang telah bekerjasama dengan Jamsostek ; (3) PT. Asabri,
yang diperuntukkan bagi anggota TNI dan POLRI ; (4) PT. Taspen, yaitu dana
tabungan pegawai negeri sipil ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 ). UU SJSN No.
40 Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan
sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup yg layak dan meningkatkan
martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan
makmur. Ini merupakan cikal bakal terbentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 2011, DPR dan pemerintah mengesahkan Undang-
undang tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yang di bagi menjadi ;
(1) UU BPJS 1 yang diasumsikan akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari
2014 dengan tujuan penyelenggaraan program jaminan kesehatan bagi seluruh
rakyat Indonesia, termasuk menampung pengalihan program Jamkesmas, Askes,
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek dan PT. Asabri ; (2) UU BPJS 2
yang diasumsikan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 atau selambat-
lambatnya 1 Juli 2015 dengan tujuan pengelolaan jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pension yang merupakan
transformasi dari PT. Jamsostek.

28
Daftar Pustaka

1. Astiena, Dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Pembiayaan


Pelayanan Kesehatan.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
2. Arum Atmawikarta, 2004 “ Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan
Ekonomi “ Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS RI,
Jakarta
3. Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan , Edisi ketiga,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
4. BAPPENAS RI, 2009, “ Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium Indonesia “, Penerbit BAPPENAS RI, Jakarta
5. Brotowasisto. 1990. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Prisma, vol.
19,No. 6.

29
6. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Jakarta: Depkes RI.
7. Hosizah.2007. CASE-MIX: UPAYA PENGENDALIAN BIAYA
PELAYANAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA . VOL 4 (3). FORUM
ILMIAH INDONUSA

8. Kementerian Kesehatan RI, 2011 “ Alokasi Anggaran Kesehatan 2011 “


Jakarta.

9. Lubis, Ade Fatma. 2009. Ekonomi Kesehatan. Medan: USU Press.

10. Mukti A G. 2000. Berbagai Model Alternatif Sistem Penyelenggaraan


Asuransi Kesehatan di Indonesia. JMPK 03:01

11. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,


Penerbit Rineka Cipta Jakarta

12. Sreshthaputra. 2001. The Universal Coverage Policy in Thailand: An


Introduction. APHEN: Asia Pacific Health Economic Network.

13. Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka.

14. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14StrukturPembiayaanrs.pdf/14Struktur
Pembiayaanrs.pdf

30

You might also like