You are on page 1of 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja menjadi tolok ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang
menunjukkan akuntabilitas lembaga pelayanan dalam kerangka tata
pemerintahan yang baik (good governance). Dalam pelayanan kesehatan,
berbagai jenjang pelayanan dan asuhan pasien (patient care) merupakan tujuan
utama, serta pelayanan keperawatan merupakan kontinum asuhan pelayanan
kesehaan. Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan klinis pada
umumnya dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti: gugus
kendali mutu, penerapan standar keperawatan, pendekatan-pendekatan
pemecahan masalah, maupun audit keperawatan.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan
kesehatan yang terpadu dalam menyelesaikan masalah yang hampir tidak ada
pemecahannya1. Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu melakukan
perencanaan harian dalam menyelesaiakan masalah tersebut, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Iqbal Ahmad menunjukkan refleksi kasus mampu
meningkatkan individu dalam mebuat perencanaan harian. Refleksi kasus
membutuhkan pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik
termasuk didalamnya adalah perilaku yang posistif, pembelajaran berkelanjutan,
evidence base praktice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu
untuk meningkatkan profesionalisme bagi tenaga kesehatan2.
Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat menjadi
tantangan, dimana mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari
pelanggan. Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara,

1
Blacley A, Blunting Occam’s Razor. 2010. Aligning Medical Education With Student of Complexxity. J
Eval Clin Pracct. 16,849:855
2
Michael Rowe, Jose Frans and Viviene Bozalek. 2013. Beyond Knowladge and Skill: The Use Of a
Delphi Study to Develop a Tecnologi-Mediated Teaching Strategy. Medical Education 13:51
2

salah satunya dengan pemecahan masalah yang muncul dalam pelayanan


kesehatan salah satunya yaitu refleksi kasus di Indonesia diperkenalkan melalui
diskusi refleksi kasus (DRK) sebagai suatu metoda baru.Apabila dilaksanakan
secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing akan dapat mendorong
perawat lebih memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang
dilakukan sehari-hari. Dengan refeksi kasus maka seorang perawat akan
melakukan introspeksi terhadap tindakan atau kegiatan kerja yang sudah
dilakukan sehingga peningkatan kualitas kerja yang diharapkan3.
Untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan melalui penyelenggaraan
rumah sakit, perlu dilakukan penilaian baik internal, maupun eksternal. Penilaian
internal dilakukan diseluruh komponen rumah sakit salah satunya yaitu dengan
DRK seperti yang jelaskan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia 836/MENKES/SK/VI/20054. Mempraktekkan DRK juga dapat
dikatakan sebagai bagian“in-service training” yang sangat efektif dan sangat
efisien. Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang adalah menjadi salah satu
tanggung jawab perawat terhadap dirinya sendiri dan profesinya. Melalui
peningkatan profesionalisme setiap anggota profesi akan dapat pula
meningkatkan kinerja perawat sesuai standar dalam memberikan pelayanan yang
bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.
Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran
dalam merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik
dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui
suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang
ditetapkan. Diskusi yang berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan
kualitas pembelajaraan dan pemberian umpan balik5 hasil penelitian ini
diperkuat oleh Chris Dawber menunjukan bahwa diskusi refleksi kasus yang
dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim,

3
Chris Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison psychiatry nursing
initiative: Part 1 – the model. International Journal of Mental Health Nursing 22, 135–144
4
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 836. 2005. Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Jakarta
5
Kozieer, dkk., Fundamentalis of Nursing, Concepts Process, and Practice, 4th ed. Addison Wesey
Publishing Company Inc. California,1991
3

meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta


mempunyai dampak positif terhadap perawatan klinis oleh perawat6.

B. Tujuan
a. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada
standar keperawatan yang telah ditetapkan

C. Manfaat
a. Meningkatkan aktualisasi perawat.
b. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
c. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
d. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa
merasa tertekan.
e. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
1) Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
2) Penyempurnaan SOP dan SAK
3) Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

6
Chris Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison psychiatry nursing
initiative: Part 1 – the model. International Journal of Mental Health Nursing 22, 135–144
4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Kinerja Klinis


Meningkatkan kinerja harus memecahkan masalah-masalah kinerja dan
eksploitasi kesempatan penampilan tersebut. Permasalahan kinerja adalah
outcomes yang tidak memuaskan atau tidak diinginkan atau masalah pelayanan
yang mengganggu pencapaianout comes yang diinginkan konsumen.
Kesempatan penampilan diri diperlukan untuk meningkatan outcomes pelayanan
atau proses dimana pelayanan diberikan. Peningkatan kinerja adalah perubahan.
Perubahan adalah indikasi dimana ada satu perbedaan antara apa yang aktual dan
apa yang diharapkan. Perubahan yang direncanakan memerlukan keputusan.
Bleich mengatakan bahwa ada dua type keputusan yaitu, diagnostik dan
evaluasi. Keduanya memerlukan ketrampilan berpikir kritis, tetapi keduanya
sangat berbeda. Keputusan diagnostik terdiri dari pengumpulan, analisis dan
sintesa data. Evaluasi berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai nilai
terhadap ide, pemecahan, metoda dan material. Standar digunakan untuk
menilai keabsahan hasil kegiatan, efektifitasnya, ekonomis, dan tingkat
kepuasan.
Didalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit disusun berupa
kegiatan komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur, proses dan
output / outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut seperti tertulis pada
tabel 2.1 tentang proses manajemen keperawatan. Memantau dan menilai mutu
serta kewajaran pelayanan tehadap pasien, menggunakan peluang untuk
meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkapkan,
sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil
guna7.

7
Emanuel VensiHasmoko, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Klinis Perawat
Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (Spmkk) Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Undip
5

Tabel. 2.1: Proses Manajemen Keperawatan

Struktur/Input Proses Hasil/Output


- Deskripsi pekerjaan - Kepemimpinan & - Staf termotivasi
- Standar Klinis support kualitas - Standarisasi
- Indikator Kinerja Asuhan Kep./Keb. - Kepuasan Pasien
- Pendidikan - Monitoring IKK - Kepuasan Staf
berkelanjutan feedbackkan hasil - Peningkatkan
- Ketrampilan dan coaching untuk outcome kesehatan
manajerial klinis mencapai standar
kinerja yang
dibutuhkan
- Refleksi Diskusi
Kasus
Referensi: Penulis

Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien


merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien
dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan
pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai
klien mampu untuk melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan8.
Proses keperawatan adalah tindakan aktivitas yang ilmiah dan rasional
yang dilakukan secara sistematis terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian
,diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian9,10.

8
Bondan Palestin. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan dan
Penelitian: Yogyakarta
9
Nursalam, Manajemen keperawatan (aplikasi dalam keprawatan praktek profesional) edisi I
Salemba Medica Jakarta 2002.
10
Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta
6

Model proses keperawatan dapat dilihat gambar 2.1 :

Gambar 2.1 The Nursing Process (Kozier,1991dkk)

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan manajemen


harus memperhatikan pengembangan manajemen kinerja yang dinyatakan
sebagai kebijakan nasional dalam rangka terciptanya pelayanan keperawatan
yang profesional. Semua tempat pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun
rumah sakit harus melaksanakan pengembangan manajemen kinerja, termasuk
melaksanakan Diskusi Refkesi Kasus11

B. Diskusi Reflelsi Kasus


Refleksi klinis merupakan alat yang sangat kuat untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan klininis dan profesionalisme12, 13
Refleksi merupakan
pendekatan pembelajaran ketrampilan klinis dan metakognotif. Strategi

11
Ujeng. 2007. DIskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen kinerja :: Studi
kasus di RSUD Gunung Jati Cirebon. Elektronoc theses dan desertation (ETD): Gajah Mada University
12
Heather L Atkinson, Kim Nixon-Cave. 2011. A tool For Clinical Reasoning and Rflektion Using
International Classificatin Of Functioning, Disability and Heakt (ICF) Fram Work and Patient
Management Model. Ptjournal. American Physical Treraphy Association (APTA) 27
13
WainWright SF, Sheppard KF, Herman LB et all. 2010. Novice and Eksperienced Physical Teraphis
Clinical: a Comparition Of How Reflektion Is Use To Inform The Clinical Desicion Making Proces.
Physical Teraphy. 90, 75-88
7

pembelajaran dengan memperhatikan refelksi fokus internal dan eksternal baik


secara lisan maupun tertulis14
Diskusi berdasarkan kasus merupakan salah satu bentuk pelatihan klinik
yang di setting untuk membantu pembelajaran dalam assesmen dalam tatanan
klinik. Tujuan utama dari diskusi berdasarkan kasus adalah untuk memberikan
pembelajaran klinik yang tersturktur dan pemberian umpan balik terhadap
partisipan dalam diskusi tersebut15. Diskusi yang berdasarkan kasus mampu
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemberian umpan balik selain itu
juga meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis dan
merupakan cara perubahan yang paling efektif dalam tatatnan klinis 16
Intercollegiate Surgical Curriculum Programe dan Fulya Mehta
menyatakan diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini di desain untuk memberikan
penilaian klinik, pengambilan keputusan, penerapan ilmu pengetahuan terkini
15,
dibidang kesehatan serta pemberian umpan balik dalam pembelajaran klinik
16
. Diskusi berdasarkan kasus ini merupakan program pembelajaran klinik yang
terstuktur yang mebutuhkan alat bantu (tool) yang digunakan sebagai panduan
dari mentor dalam merefleksikan diskusi yang akan membangun kemampuan
keterampilan klinik17. Pilot projec yang dilakukan oleh Hether pada tahun 2011
menunjukan bahwa alat bantu panduan dalam diskusi berdasarkan kasus ini
tidak hanya menyelesaian permasahan pada pasien akan tetapi juga dapat
digunakan sebagai panduan dalam diskusi interdisiplin.

Menurut Heather17 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini sebgai upata dalam pemecahan masalah
1. Siapa yang membutuhkan perawatan dan kenapa?
2. Tujuan yang diharapkan dari intervensi

14
Ahmad I, Said H Bin, Zeb A, Rehman S. 2013.How Reflective Practice Improves Teachers ’
Classroom Teaching Skill ? Case of Community Based Schools in District Chitral , Khyber
Pakhtunkhwa.4(1):73–81
15
Intercollegiate Surgical Curriculum Programe. 2010. http://www.iscp.ac.uk/static/public/cbd tips.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.
16
17
Michael Rowe, Jose Frans and Viviene Bozalek. 2013. Beyond Knowladge and Skill: The Use Of a
Delphi Study to Develop a Tecnologi-Mediated Teaching Strategy. Medical Education 13:51
8

3. Bagaiamana cara melakukan dokumentasi?


4. Rencana tindakan, tindakan, pelayanan dan jumlah kunjungan dalam
mencapai tujuan
5. Bagaimana peran pasien dan keluarga dalam proses pemecahan masalah?
6. Bagaiamana cara melakukan evaluasi dari keberhasilan intervensi dan
pembiayaan yang efektif?
7. Apakah dibutuhkan pelayanan kesehatan yang lain dan skening?
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan
dan mengelola asuhan keperawatan melalui suatu diskusi kelompok yang
mengacu pemahaman standar yang ditetapkan. DRK ini merupakan wahana
untuk masalah dengan mengacu pada standar keperawatan/kebidanan yang telah
ditetapkan. Selain itu, DRK dapat meningkatkan profesionalisme perawat.
Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan, membangkitkan motivasi
belajar perawat, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih asertif dan
meningkatkan kerja sama, memberikan kesempatan individu untuk
mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta memberikan masukan
kepada pimpinan sarana kesehatan untuk penambahan dan peningkatan SDM
perawat (pelatihan,pendidikan berkelanjutan, magang, kalakarya),
penyempurnaan SOP dan bila memungkinkan, pengadaan alat18.

18
Maya Ratnasari. 2010. Penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja (Pmk) Klinik Bagi Perawat
Dan Bidan Pada Sistem Remunerasi. http://www.fik.ui.ac.id. Di akses pada tanggal 14 Mei 2015.
9

BAB III
PEMBAHASAN

A. Manajemen Kinerja Klinis dalam Diskusi Refleksi Kasus


Pengembangan pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan
rangkaian kegiatan yang mengimplementasikan semua kebijakan berupa
Standar, Pedoman serta peraturan secara terpadu langsung pada tatanan nyata di
rumah sakit. Agar implementasi pengembangan ini terarah dan sistematis, maka
perlu disusun prinsip-prinsip, kerangka kerja serta langkah-langkah yang
menggambarkan alur implementasi tersebut.
Manajemen kinerja klinis bagi perawat merupakan model yang
dikembangkan berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh WHO bekerja sama
dengan kelompok kerja perawat tingkat nasional Depkes pada tahun 2001
19
(Keputusan Menkes No 836, 2005). Kinerja merupakan kegiatan dalam
mencapai tujuan dan diputuskan oleh pimpinan. Kinerja bukan outcome
melainkan aksi dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan, dalam hal ini
diskusi repleksi kasus merupakan salah satu manajemen kinerja klinis karena
diskusi refleksi kasus merupakan suatu upaya dalam mencapai mutu pelayanan
keperawatan, sebagai bahan dasar dalam menentukan evaluasi dan perencenaan
selanjutnya. Sehingga diskusi refleksi kasus ini harus dilakukan di seluruh
tatanan kesehatan naik di rumah sakit ataupun di puskesmas.
Secara umum menurut Depkes (2005) terdapat 5 komponen peningkatan
manajemen kinerja klinis (PMK) yang harus dipenuhi oleh setiap insan perawat
yaitu:
1. Standar dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan.
2. Uraian tugas yang jelas untuk setiap jenjang perawat
3. Indikator kunci dalam pelaksanaan kinerja klinik
4. Monitoring kinerja klinik yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkala
5. Diskusi refleksi kasus

19
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 836. 2005. Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Jakarta
10

Implementasi pengembangan pelayanan keperawatan rumah sakit


merupakan kegiatan pendampingan terhadap rumah sakit. Kementerian
Kesehatan dalam menerapkan pelayanan keperawatan sesuai standar yang telah
ditetapkan. Hala ini juga digunakan sebagai acuan pentingnya penerapan diskusi
refleksi kasus dalam pelayanan keperawatan. Adapun prinsip-prinsip yang perlu
menjadi landasan dalam pelaksanaannya adalah :
1. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
memiliki kontribusi yang penting dalam pencapaian mutu pelayanan yang
diterima oleh pasien. 8
2. Pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi pada keselamatan pasien
dan mempertahankan efisiensi dan efektifitas pelayanannya.
3. Dalam implementasi mempergunakan sumber daya yang ada, baik di dalam
rumah sakit maupun sumber lain yang tepat serta berfokus pada
“improvement effort”.
4. Dalam implementasi, bekerja dalam tim dan antar profesi untuk
meningkatkan pelayanan.
5. Menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dengan menghargai pengalaman-
pengalaman terbaik yang ada di rumah sakit masing-masing.
6. Melakukan implementasi, perubahan dan pengembangan pelayanan
keperawatan harus dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit.
7. Dalam proses implementasi mengintegrasikan kebijakan-kebijakan dan
regulasi yang telah ada seperti SP2KP, PMK, Sistem Akreditasi Rumah Sakit,
Pedoman Bimbingan Teknis Pelayanan Keperawatan, Jenjang Karir dan
Pedoman Indikator Mutu Klinik. Sebagai panduan adalah standar pelayanan
keperawatan RS Khusus yang sudah disusun

B. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus


1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu
dari kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus
tersebut saat ini.
11

Beberapa poin penting yang perlu dikaji dalam tahap pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Menilai bagaimana diagnosa medis pasien mempengaruhi wawancara
Anda
b. Bagaimana bias pribadi Anda / asumsi mungkin mempengaruhi
wawancara Anda?
c. Menilai informasi yang Anda kumpulkan, apa yang Anda lihat sebagai
pola atau hubungan antara gejala?
d. Berapa nilai data yang Anda kumpulkan?
e. Apakah beberapa pertimbangan yang dapat Anda simpulkan dari data?
Apakah ada alternatif solusi?
f. Apakah penilaian Anda mengenai pengetahuan dan pemahaman pasien /
pemberi perawatan tentang diagnosis mereka dan kebutuhan untuk terapi
fisik?
g. Sudahkan Anda melakukan verifikasi tujuan pasien dan sumber daya apa
yang tersedia?
h. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, apakah Anda dapat menilai
kebutuhan untuk rujukan kepada tenaga kesehatan profesional lainnya?

2. Menentukan hipotesis awal


Penentuan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka/ fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktivitas harian pasien,dan
pembatasan partisipasi pasien. Berikut adalah poin refleksi yang perlu dikaji
dalam penentuan hipotesis awal:
a. Dapatkah Anda membangun hipotesis berdasarkan informasi yang
dikumpulkan?
b. Apa yang didasarkan pada (bias, pengalaman)?
c. Bagaimana Anda dapat menentukan hipotesis? Bagaimana Anda dapat
menjelaskan alasan Anda?
d. Bagaimana informasi dan data kondisi pasien yang telah dikumpulkan
dalam mendukung hipotesis Anda?
12

e. Apakah yang Anda antisipasi dapat menjadi hasil/outcome bagi pasien


(prognosis)?
f. Berdasarkan hipotesis Anda, bagaimanakah strategi Anda dalam
mempengaruhi pemeriksaan?
g. Apa pendekatan / urutan rencana / strategi Anda untuk melakukan
pemeriksaan?
h. Bagaimanakah faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeriksaan
Anda?
i. Bagaimanakah informasi diagnostik lainnya dapat mempengaruhi
pemeriksaan Anda?

3. Pemeriksaan
Tahapan pemeriksaan mempertimbangkn tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran. Berikut adalah poin refleksi dari tahapan
pemeriksaan:
a. Menilai tes dan pengukuran yang Anda pilih untuk pemeriksaan,
bagaimana dan mengapa Anda memilihnya?
b. Menggambarkan dari tes ini, bagaimana tes tersebut dapat mendukung /
meniadakan hipotesis Anda?
c. Dapatkah identifikasi dari tes dan pengukuran tersebut membantu Anda
menentukan perubahan status? Apakah tes dan pengukuran itu
setidaknya mampu mendeteksi perbedaan klinis penting?
d. Bagaimana Anda mengatur pemeriksaan? Apa yang mungkin Anda
lakukan secara berbeda?
e. Jelaskan pertimbangan untuk sifat psikometrik tes dan pengukuran yang
digunakan.
f. Diskusikan sistem lain yang tidak diuji, apakah dapat mempengaruhi
masalah pasien.
g. Bandingkan pemeriksaan temuan Anda untuk pasien ini dengan pasien
lain dengan diagnosis medis serupa.
h. Bagaimana pilihan tes dan pengukuran berhubungan dengan tujuan
pasien
13

4. Evaluasi
a. Bagaimana Anda menentukan diagnosis Anda? Bagaimana pendapat
pasien tentang diagnosis yang Anda tentukan?
b. Bagaimana hasil pemeriksaan Anda dapat mendukung atau meniadakan
hipotesis awal Anda?
c. Apa penilaian Anda tentang masalah yang paling penting untuk
dikerjakan?
d. Bagaimana evaluasi ini berhubungan dengan tujuan pasien dan
identifikasi masalah?
e. Faktor-faktor apa yang mungkin mendukung atau mengganggu prognosis
pasien?
f. Bagaimana faktor lain seperti fungsi tubuh, faktor lingkungan, dan sosial
mempengaruhi
pasien?
g. Apa alasan Anda untuk prognosis, dan apa indikator prognostik positif
dan negatif?
h. Bagaimana tindakan yang akan Anda untuk mengembangkan hubungan
terapeutik?
i. Bagaimana mungkin setiap faktor budaya memengaruhi perawatan Anda
dari pasien?
j. Apa pertimbangan Anda untuk perilaku, motivasi, dan kesiapan?
k. Bagaimana Anda dapat menentukan kapasitas untuk kemajuan menuju
tujuan?

5. Rencana Tindak Lanjut


a. Bagaimana Anda memasukkan tujuan pasien dan keluarga?
b. Bagaimana tujuan mencerminkan pemeriksaan dan evaluasi Anda?
c. Bagaimana Anda menentukan resep terapi fisik atau rencana perawatan
(frekuensi, intensitas, antisipasi layanan perawatan jangka panjang)?
d. Bagaimana elemen kunci dari rencana perawatan terapi fisik
berhubungan kembali dengan diagnosis awal?
14

e. Bagaimana faktor personal dan lingkungan pasien mempengaruhi


rencana perawatan terapi fisik?

6. Rencana Kegiatan
a. Diskusikan semua pendekatan terapi fisik atau beberapa strategi
(misalnya, pembelajaran motorik, penguatan).
b. Bagaimana Anda akan memodifikasi prinsip untuk pasien?
c. Apakah ada aspek yang spesifik tentang pasien yang perlu diingat?
d. Bagaimana pendekatan Anda berhubungan dengan teori dan bukti saat
ini?
e. Ketika Anda merancang rencana intervensi Anda, bagaimana Anda
memilih strategi yang spesifik?
f. Apakah alasan Anda untuk strategi intervensi yang digunakan?
g. Bagaimana intervensi berhubungan dengan masalah utama yang telah
diidentifikasi?
h. Apakah mungkin Anda perlu mengubah intervensi untuk pasien tertentu
dan pemberi perawatan? Apa kriteria Anda untuk melakukannya?
i. Apa koordinasi dari aspek perawatan?
j. Apa kebutuhan komunikasi dengan anggota tim lainnya?
k. Apa aspek dokumentasi?
l. Bagaimana Anda akan memastikan keselamatan?
m. Pendidikan Pasien / pemberi perawatan:
n. Apakah strategi keseluruhan yang Anda lakukan dalam mengajar?
o. Jelaskan gaya belajar / hambatan dan setiap akomodasi yang mungkin
untuk pasien dan pemberi perawatan.
p. Bagaimana Anda dapat memastikan pemahaman?
q. Apa strategi komunikasi (verbal dan nonverbal) yang nantinya paling
efektif.

7. Pemeriksaan Ulang
a. Mengevaluasi efektivitas intervensi Anda. Apakah Anda perlu mengubah
apa pun?
15

b. Apa yang telah Anda pelajari tentang pasien / perawat yang Anda tidak
tahu sebelumnya?
c. Bagaimana kemajuan pasien saat ini terhadap tujuan dibandingkan
dengan pasien lain dengan diagnosis yang sama?
d. Apakah ada sesuatu yang diabaikan, disalahartikan, dinilai terlalu tinggi,
atau dinilai rendah, dan apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda?
Akankah hal ini dapat menunjukkan setiap potensi kesalahan yang telah
Anda buat?
e. Bagaimana interaksi Anda dengan pasien / pemberi perawatan dapat
diubah?
f. Bagaimana hubungan terapeutik Anda dapat diubah?
g. Apakah terdapat kemungkinan faktor-faktor baru yang mempengaruhi
kriteria hasil dari pasien?
h. Bagaimana karakteristik kemajuan pasien mempengaruhi tujuan Anda,
prognosis, dan pengantisipasian hasil?
i. Bagaimana Anda dapat menentukan pandangan pasien (kepuasan /
frustrasi) tentang kemajuannya ke arah tujuan? Bagaimana
kemungkinannya dapat mempengaruhi rencana perawatan Anda?
j. Bagaimana terapi fisik mempengaruhi kehidupan pasien?

8. Hasil
a. Apakah terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan
untuk menilai hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang
penting?
b. Mengapa iya atau mengapa tidak?
c. Kriteria apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan
apakah pasien telah mencapai tujuan nya?
d. Bagaimana Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah /
masyarakat / kerja / sekolah / olahraga?
e. Hambatan apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat
dipulangkan?
16

f. Apakah kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang
menjadi dasarnya?
g. Apakah peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan
datang?
h. Apa pandangan pasien / pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di
masa yang akan datang?
i. Dapatkah Anda dan pasien / pemberi perawatan yang lain secara
bersama-sama merencanakan rencana seumur hidup untuk sehat?
17

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


PELAKSANAAN DISKUSI REFLEKSI KASUS DI RUMAH SAKIT

Nomor Dokumen
Tanggal disahkan
pertama kali
Tanggal Revisi
Pengertian Kegiatan diskusi untuk merefleksikan pengalaman praktek
suatu kasus tertentu terhadap konsep pengetahuan baru /
praktek baru
Tujuan 1. Meningkatkan pengembangan profesionalisme secara
berkelanjutan bagi perawat melalui kegiatan
pembelajaran sepanjang hayat
2. Meningkatkan performa klinik perawat melalui siklus
perubahan berbasis evidence-based practice
Leader Manajer Kasus
Stakeholder terkait 1. Kepala Ruangan (Manajer Personil/Perawat)
2. Staff Keperawatan (Perawat Klinis / Perawat
Pelaksana)
3. Komite Keperawatan
Alat / Bahan 1. Dokumentasi asuhan keperawatan
2. Sinopsis tentang ide / gagasan / informasi terkait kasus
yang dibuat berdasarkan analisis hasil penelitian
3. Standar Asuhan Keperawatan sesuai kasus (jika ada)
4. SPO tindakan terkait kasus (jika ada)
5. Hasil audit keperawatan (jika ada)
6. Tool refleksi
Output 1. Rekomendasi untuk merubah praktek sesuai
pengetahuan / informasi yang baru
2. Rekomendasi untuk mencari informasi-informasi
tambahan lainnya yang menguatkan
3. Rekomendasi untuk mempertahankan praktek yang
sudah dilaksanakan karena sesuai dengan pengetahuan
yang baru.
18

Dokumen
Tahapan Kepala Staff Komite
Manajer Kasus Yang Keterangan
Kegiatan Ruangan Keperawatan Keperawatan
Digunakan
Kepala Ruangan 1. SAK Kasus-kasus yang dirilis
merilis kasus-kasus 2. Hasil audit diurutkan berdasarkan
klinis yang belum 3. SPO skala prioritas yang
Kasus
memenuhi target, disepakati
standar maupun
dirasakan masih
bermasalah
Manajer kasus 1. Tool refleksi Kegiatan ini
membuat telaahan Menyusun Membuat 2. SAK menghasilkan sinopsis
hasil-hasil penelitian sinopsis terkait refleksi 3. SPO kasus yang kemudian
dan mengumpulkan kasus berdasarkan 4. Sinopsis terkait direfleksikan oleh staff
informasi baru yang sinopsis kasus keperawatan. Refleksi
berhubungan dengan dilakukan menggunakan
kasus. Hasil sinopsis tool refleksi. Pembuatan
kemudian dibagikan sinopsis dan refleksi
kepada staff harus sudah selesai dalam
keperawatan untuk waktu 2 hari
dilakukan refleksi
Pada hari ketiga kepala 1. SAK Jika hasil diskusi ternyata
Ruangan memimpin Diskusi 2. SPO praktik sudah sesuai
penyelenggaraan terhadap hasiil Tidak dengan pengetahuan baru
diskusi. Masing- refleksi yang Gap ? Rekomendasi 3 maka diberikan
masing staff dibuat rekomendasi 3 dan kasus
keperawatan selesai. Berarti sumber
menyampaikan hasil Ya masalah ada pada area
refleksi. Manajer kasus lain. Jika ternyata ada
bertindak sebagai nara Tidak gap maka dilihat apakah
Revisi
sumber diskusi. Dalam Unclear ? Rekomendasi 1 masalahnya masih kabur
diskusi ini akan Standar atau sudah jelas. Jika
diputuskan RTL yang sudah jelas diberikan
akan diambil dan siapa Ya rekomendasi 1 dan
saja stakeholder yang standar diusulkan direvisi
terlibat terkait dengan oleh Komite. Tapi jika
RTL tersebut. belum jelas maka
Rekomendasi 2
dilakukan penelusuran
literatur kembali, dst.
19

Tool Refleksi Diri

A. Riwayat Pasien
Pernyataan Ya Tidak
Riwayat kesehatan sudah dikaji dengan baik dan sudah
didokumentasikan dengan baik dalam dokumen asuhan keperawatan
Ada tindakan / terapi medis yang membuat bias asumsi terhadap
hasil pengkajian
Data yang terdokumentasikan sangat bermakna untuk menentukan
masalah pasien yang aktual maupun potensial
Data yang tercata telah diverifikasi kembali kepada pasien dalam 24
jam terakhir
Sumber-sumber yang tersedia di RS sudah dipergunakan untuk
memperoleh data
Menurut saya pasien perlu dikonsultasikan lebih lanjut untuk
memperoleh data lebih banyak

B. Hipotesis
Masalah yang ada pada pasien berhubungan dengan :
1. Struktur Tubuh / Fungsi Organ Tubuh
2. Kerusakan Fungsi / Memburuknya Kesehatan
3. Keterbatasan Aktifitas
4. Terhambatnya Partisipasi Dalam Asuhan
Pernyataan Ya Tidak
Saya dapat membuat hipotesis tentang kondisi pasien berdasarkan
informasi yang ada
Saya dapat menjelaskan rasionalisasi dari hipotesis yang saya buat
Saya dapat menyebutkan data-data yang mendukung hipotesis saya
Saya dapat menjelaskan prognosis pasien dalam 2 x 24 jam kedepan
Saya sudah memiliki rencana spesifik bagi pasien
Saya dapat mengendalikan faktor lingkungan untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien

C. Evaluasi
1. Bagaimana anda menjelaskan diagnosa yang sudah dibuat ?
2. Apa issu penting yang harus diantisipasi terkait kasus ?
3. Adakah perbedaan respon pasien terhadap tindakan keperawatan antar apasien anda
dengan pasien-pasien lainnya dalam kasus yang sama ?
4. Setelah membaca sinopsis, adakah rencana keperawatan yang akan berubah ?
5. Siapa saja pihak yang dapat dilibatkan untuk meningkatkan praktik ?

Semarang, Mei 2015

(Nama Jelas)
20

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Pelayanan keperawatan harus mampu menjawab tuntutan untuk memberikan


service excellent atau pelayanan prima. Pelayanan prima dapat tercapai dengan
mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang umumnya dilakukan melalui gugus
kendali mutu, penerapan standar keperawatan, pendekatan-pendekatan pemecahan
masalah, maupun audit keperawatan. Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem
pelayanan kesehatan yang terpadu.

Salah satu wujud dari upaya pencapaian mutu pelayanan keperawatan ialah
penerapan metode pemecahan masalah. Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan metode
diskusi kelompok yang merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan secara aktual dan
menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan berdasarkan pada
pemahaman standar yang ditetapkan. Penerapan DRK perlu didasarkan pada evidence
based practice yang mendukung pencapaian tujuan dan manfaat. Pelaksanaan DRK
diuraikan dalam bentuk SPO yang terdiri dari pengumpulan data,pengambilan hipotesis
awal, pemeriksaan, evaluasi, rencana tindak lanjut, rencana kegiatan, pemeriksaan ulang,
dan hasil.

B. Saran
1. DRK perlu diterapkan di rumah sakit untuk menunjang mutu pelayanan keperawatan
dan pelaksanaannya dioptimalkan
2. DRK perlu disosialisasikan kepada berbagai unit terkait sehingga perawat maupun
ruangan memahami pentingnya DRK dan cara penerapannya
3. Pelaksanaan DRK perlu disesuaikan dengan SPO yang telah ditetapkan agar tujuan
tercapai
4. Pelaksanaan DRK perlu ada monitoring dan evaluasi sehingga dapat dinilai efektivitas
dan efisiensinya.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Blacley A, Blunting Occam’s Razor. 2010. Aligning Medical Education With Student of
Complexxity. J Eval Clin Pracct. 16,849:855
2. Frasel
3. Chris Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison
psychiatry nursing initiative: Part 1 – the model. International Journal of Mental Health
Nursing 22, 135–144
4. 19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 836. 2005. Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Jakarta
5. Fulya
6. Chris Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison
psychiatry nursing initiative: Part 2.International Journal of Mental Health Nursing 22,
241–248.
7. Emanuel VensiHasmoko, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Klinis Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis
(Spmkk) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Undip
8. Bondan Palestin. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jurnal
Keperawatan dan Penelitian: Yogyakarta
9. Nursalam, Manajemen keperawatan (aplikasi dalam keprawatan praktek profesional)
edisi I Salemba Medica Jakarta 2002.
10. Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta
11. Ujeng. 2007. Diskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen
kinerja :: Studi kasus di RSUD Gunung Jati Cirebon. Elektronoc theses dan desertation
(ETD): Gajah Mada University
12. Heather L Atkinson, Kim Nixon-Cave. 2011. A tool For Clinical Reasoning and
Rflektion Using International Classificatin Of Functioning, Disability and Heakt (ICF)
Fram Work and Patient Management Model. Ptjournal. American Physical Treraphy
Association (APTA) 27
13. WainWright SF, Sheppard KF, Herman LB et all. 2010. Novice and Eksperienced
Physical Teraphis Clinical: a Comparition Of How Reflektion Is Use To Inform The
Clinical Desicion Making Proces. Physical Teraphy. 90, 75-88
22

14. Ahmad I, Said H Bin, Zeb A, Rehman S. 2013.How Reflective Practice Improves
Teachers ’ Classroom Teaching Skill ? Case of Community Based Schools in District
Chitral , Khyber Pakhtunkhwa.4(1):73–81
15. Intercollegiate Surgical Curriculum Programe. 2010.
http://www.iscp.ac.uk/static/public/cbd tips. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.
16. Leung KH, Pluye P, Grad R, Weston C.2010. A reflective learning framework to
evaluate CME effects on practice reflection. J Contin Educ Health Prof. 30(2):78–88.
17. Michael Rowe, Jose Frans and Viviene Bozalek. 2013. Beyond Knowladge and Skill:
The Use Of a Delphi Study to Develop a Tecnologi-Mediated Teaching Strategy.
Medical Education 13:51
18. Maya Ratnasari. 2010. Penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja (Pmk) Klinik Bagi
Perawat Dan Bidan Pada Sistem Remunerasi. http://www.fik.ui.ac.id. Di akses pada
tanggal 14 Mei 2015

.
23

MAKALAH
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
DAN PETUNJUK TEKNIS DRK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


MODALITAS KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU : M. Hasib Ardani, S.Kp.,M.Kes.

Oleh :

Kusnadi Jaya 22020114410044


Wiwin Nur Aeni 22020114410050
Candra Dewi Rahayu 22020114410051
Sri Siska Mardiana 22020114410052

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
24

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………. 1

B. Tujuan ………………………………………………………………. 2

C. Manfaat ……………………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kinerja Klinis ……………………………………….…. 4

B. Diskusi Reflelsi Kasus .…………………………………………… 6

BAB III PEMBAHASAN

A. Manajemen Kinerja Klinis dalam Diskusi Refleksi Kasus ……… 9

B. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus …….……………………….….. 10

C. SPO DRK …………………………………………………………. 17

D. Tahapan Kegiatan Refleksi Diskusi ………………………………. 18

E. Tools Refleksi Diri ………………………………………………… 19

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………………… 20

B. Saran………………………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA

You might also like