You are on page 1of 56

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

Pengertian

Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan Lansia

Target Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Target program adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program gizi serta kesehatan ibu dan anak
yaitu :

1. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
3. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
4. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN
Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
5. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.
6. Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar
85%).
7. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
8. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.
9. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan
mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak 85%.
10. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90 %.
11. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI,
sehingga desa dan kelurahan dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak
100%.
12. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung
terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%

Strategi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Strategi Promosi Peningkatan KIA serta percepatan penurunan AKI dan AKB adalah melalui Advokasi,
Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat yang didukung oleh Kemitraan.

a. Advokasi

Advokasi merupakan upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
dari para pengambil keputusan dan pihak terkait (stakeholders) dalam pelayanan KIA.
b. Bina Suasana

Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini publik atau lingkungan sosial, baik fisik maupun
non fisik, yang mendorong individu, keluarga dan kelompok untuk mau melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) terkait dengan upaya peningkatan KIA serta mempercepat penurunan AKI
dan AKB. Bina suasana salah satunya dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada kelompok-kelompok
potensial, seperti organisasi kemasyarakatan, kelompok opini dan media massa. Bina suasana perlu
dilakukan untuk mendukung pencapaian target program KIA.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan


masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah KIA. Melalui kegiatan ini, masyarakat
diharapkan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan berperan serta dalam
pemberdayaan masyarakat di bidang KIA.

d. Kemitraan

Kemitraan dalam penanganan masalah KIA adalah kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok peduli KIA atau organisasi-organisasi kemasyarakatan, media massa dan
swasta/dunia usaha untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan KIA di masyarakat.

Pelayanan dan jenis Indikator KIA

Pelayanan antenatal :

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal.

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Pemberian Imunisasi TT lengkap

4. Ukur Tinggi fundus uteri

5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada
triwulan ketiga.
Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

2. Anak lebih dari 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun

4. Tinggi badan kurang dari 145 cm

5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.

7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :

1. Hb kurang dari 8 gram %

2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg

3. Oedema yang nyata = meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga
serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan)

4. Eklampsia (masalah serius pada masa kehamilan akhir yang ditandai dengan kejang tonik-klonik
atau bahkan koma)

5. Perdarahan pervaginam

6. Ketuban pecah dini

7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8. Letak sungsang pada primigravida

9. Infeksi berat atau sepsis

10. Persalinan prematur

11. Kehamilan ganda

12. Janin yang besar

13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.


14.Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2. Bayi dengan tetanus neonatorum

3. Bayi baru lahir dengan asfiksia

4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

5. Bayi baru lahir dengan sepsis

6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7. Bayi preterm dan post term

8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi ada 9
pasal yang mengatur soal aborsi dengan indikasi kedaruratan medis atau aborsi pada korban
pemerkosaan. Disebutkan juga seorang dokter dapat melakukan aborsi pada pasien
pemerkosaan bila bisa dibuktikan tidak ada tindakan suka sama suka, serta ada rekomendasi
dokter, penyidik, psikolog dan ahli lain.
 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) telah mengeluarkan pernyataan tentang mati.
Dalam pernyataan tersebut dikemukakan antara lain bahwa dalam tubuh manusia ada tiga
organ penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang yaitu jantung, paru-paru,
dan otak—khususnya batang otak
Jantung merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kematian
seseorang. Bila jantung berhenti maka akan mengakibatkan berhentinya pernapasan. Bila
jantung berhenti bekerja maka pengedaran darah ke seluruh tubuh tidak akan berjalan dan pada
gilirannya seluruh organ manusia menjadi kaku.
Kemudian paru-paru, oksigen dan anoksemia bagian inilah yang menerimanya. Maka bila paru-
paru ini berhenti bekerja, tidak ada lagi yang menarik oksigen masuk ke dalam tubuh manusia,
sementara oksigen merupakan kebutuhan vital manusia untuk dapat bernapas.
Otak dan segala syarafnya sangat peka terhadap kekurangan oksigen dan anoksemia. Di sinilah
terdapat hubungan yang erat antara otak dan paru-paru. Bila otak/batang otak mati, maka
segala syarafnya tidak dapat lagi bekerja secara otomatis, dan dengan demikian secara total
tidak lagi dapat berfungsi.
KESEHATAN LANSIA
Tahun 2014, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Kesehatan Lanjut Usia (Pokja Lansia) di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang terdiri dari Lintas Program di lingkungan Kemenkes, Tim Ahli di bidang
Kesehatan Lanjut Usia.

Peningkatan usia Harapan Hidup (UHH) menjadi 72 tahun di tahun 2014 dari 70 tahun di tahun 2010
merupakan salah satu indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan di Indonesia.

Seiring dengan hal tersebut, risiko penyakit degeneratif juga meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013, menunjukan bahwa pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah hipertensi 57,6%,
artritis 51,9% dan stroke 46,1% diikuti masalah kesehatan gigi dan mulut 19,2%. Sementara
penyebab kematian terbanyak pada lansia dari Laporan Badan Litbangkes tahun 2011 di 15 kab/kota
adalah Stroke 24,6% dan penyakit jantung iskemik 12%.

Pola hidup sehat sebagai upaya untuk mencapai tingkat kesehatan prima dan tetap aktif di usia
lanjut seharusnya dirancang sedini mungkin, yaitu semenjak masih dalam kandungan, masa bayi,
anak, remaja, dewasa, pra lansia dan masa lansia.

Hari Lanjut Usia Nasional di peringati setiap tanggal 29 Mei, tahun ini (2014) merupakan peringatan
HLUN yang ke 18 dengan tema Jadikanlah Lanjut Usia Sejahtera.

KESEHATAN REMAJA

Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan
sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat
tersebut tidak semata-mata berarti terbebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial-kultural. Pada masa ini seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini
dapat menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya
Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Kehamilan
2. Aborsi yang tidak aman
3. Penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV
4. Female Genital Mutilation (FGM) atau sunat
5. Faktor sosial budaya

Hambatan Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Kurangnya pengetahuan dan informasi


 Remaja kurang pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi reproduksi, bagaimana
terjadinya hamil dan STI, bagaimana mencegahnya dan dimana mendapatkan
perlindungan.
 Orang tua yang merasa kurang aman, malu menceritakan tentang seks dengan anak-
anaknya.
 Orang tua dan orang dewasa lainnya yang memiliki pemahaman yang baik, ingin sekali
melindungi anaknya, mereka percaya bahwa pendidikan tentang seks dan kesehatan
reproduksi akan mendorong remaja menjadi seksual aktif.

b. Kurangnya akses terhadap pelayanan dan program


 Remaja tidak punya atau memiliki sedikit uang untuk membayar pelayanan, kurang
sarana transportasi atau tidak tahu bagaimana menggunakan pelayanan tersebut
 Petugas kesehatan mungkin menghakimi terhadap remaja yang berperilaku seksual aktif
 Petugas kesehatan mungkin tidak memiliki informasi ilmiah terbaru tentang kontrasepsi
yang aman bagi remaja
 Klinik tidak membuka jam-jam tertentu yang tepat untuk remaja
 Klinik dirancang untuk perempuan yang sudah menikah bukan untuk perempuan lajang
atau laki-laki
 Persyaratan untuk tes medis dan pemeriksaan panggul mungkin tidak mendukung remaja
untuk mencari kontrasepsi
 Kebijakan kesehatan nasional menjadi hambatan legal bagi remaja untuk mencari
informasi atau layanan kesehatan reproduksi

c. Terbatas karena hambatan sosial dan psikologis


1) Remaja takut untuk mengatakan bahwa mereka sudah melakukan seksual aktif
2) Mereka memiliki gambaran yang tidak realistis tentang kehamilan dan STI
3) Meraka khawatir bahwa kontrasepsi akan merusak kesehatannya dan kesuburannya kelak
4) Mereka mudah terkena kekerasan dan pelecehan
5) Remaja perempuan mungkin segan untuk mendiskusikan isu kesehatan reproduksi,
khawatir pengetahuan tersebut akan diterjemahkan sebagai perempuan yang mudah diajak
untuk melakukan seks
6) Remaja laki-laki mungkin segan untuk menanyakan tentang seks, khawatir bahwa
kurangnya pengetahuan berarti kehilangan status di kelompoknya
7) Seksual aktif sering dilihat sebagai jalan bagi remaja laki-laki untuk mendapat pengakuan
status dari kelompoknya
8) Media cenderung untuk menekankan bahwa seks itu menyenangkan tapi tidak
bertanggungjawab terhadap perilaku seks .

NIKOTIN DAN TEMBAKAU DAN ROKOK


Permenkes nomor 28 tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi
kesehatan pada kemasan produk tembakau

Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor produk tembakau ke dalam wilayah Indonesia
wajib mencantumkan Peringatan Kesehatan pada Kemasan terkecil dan Kemasan lebih besar Produk
Tembakau.

Selain Peringatan Kesehatan, pada setiap Kemasan Produk Tembakau wajib dicantumkan Informasi
Kesehatan (kandungan kadar nikotin dan tar, pernyataan “dilarang menjual atau memberi kepada
anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil”, kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun
produksi, serta nama dan alamat produsen)

PSIKIATRI

Pelayanan kegawatdaruratan psikatrik dikelola oleh dokter spesialis kedokteran jiwa atau dokter
umum yang mendapat pelatihan kegawatdaruratan psikiatrik.

Tergolong kegawatdaruratan psikiatrik:

1. Tindakan bunuh diri


2. Tingkah laku menyerang
3. Paranoid
4. Serangan panic
5. Tindakan kekerasan seksual
6. Gejala stress pasca trauma
7. Keadaan paranoid
8. Stupor (respon melambat)
9. Insomnia
10. Psikogeriatri (stress usia lanut)
11. Delirium (Kesadaran menurun)
12. Tingkah laku agresif
13. Tingkah laku hiperaktif
14. Pengingkaran kematian
15. Kegawatdaruratan dalam militer
16. Kegawatdaruratan anak dan remaja
17. Kegawatdaruratan penggunaan obat

POLINDES

Polindes, atau kepanjangan dari pondok bersalin desa, adalah salah satu bentuk partisipasi atau
peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, termasuk KB yang mana tempat dan lokasinya berada di desa. Polindes
hanya dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut. Sebagai
bentuk peran serta masyarakat, polindes seperti halnya posyandu, dikelola oleh pamong setempat,
dalam hal ini kepala desa melalul LKMD nya.

Namun, berbeda dengan posyandu yang pelaksanaan pelayanannya dilakukan oleh kader dan
didukung oleh petugas puskesmas, polindes dalam pelaksanaan pelayanannya sangat tergantung
pada keberadaan bidan. Hal ini karena pelayanan di polindes merupakan pelayanan profesi
kebidanan.

Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi. Karena itu,
polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi
dalam pertolongan persalinan. Kader posyandu dapat pula berperan di polindes seperti perannya
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, yaitu dalam penggerakan sasaran dan penyuluhan. Selain itu
bila memungkinkan, kegiatan posyandu dapat dilaksanakan pada tempat yang sama dengan
polindes

Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk
pelayanan KIA, termasuk tempat untuk pertolongan persalinan, yang dilengkapi dengan sarana air
bersih. Dengan demikian, penyediaan tempat untuk polindes tidak pertu selalu harus berupa
pembangunan gedung baru, bila hal itu tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat karena
keterbatasan dana. Polindes dapat menggunakan bangunan lama yang telab disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan polindcs. Apapun bentuk tempatnya, letak polindes diharapkan tidak
berjauhan dengan tempat tinggal bidan di desa, bahkan sedapat mungkin bidan diberi tempat
tinggal bersebelahan dengan polindes.

Dalam memberikan pelayanan pertolongan persalinan di polindes, bidan di desa diharapkan


sekaligus memanfaatkannya untuk membina kemitraan dukun bayi dengan bidan, selain sebagai
kesempatan untuk melakukan pembinaan persalinan “3 bersih” bagi dukun bayi.

POSKESDES

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. Pengembangan Poskesdes dilaksanakan seiring dengan kegiatan Pengembangan
desa Siaga. Program desa siaga telah dicanangkan sejak tahun 2006, dimana salah satu persyaratan
desa siaga adalah terbentuknya Poskesdes yang dilaksanakan oleh bidan desa dibantu oleh 2 kader
atau tenaga sukarela lainnya. Upaya pelayanan kesehatan di poskesdes meliputi upaya promosi
kesehatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), dan upaya pengobatan (kuratif)

Kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan di Poskesdes bagi masyarakat desa, diantaranya adalah


Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk
status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko, Penanggulangan penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk
kurang gizi), Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan,
Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi
kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan sehat
(PHBS), penyehatan Iingkungan, dan Iain-Iain, merupakan kegiatan pengembangan.

Penetapan lokasi Poskesdes diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, karena salah satu tujuan
poskesdes adalah memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai
kompetensi

Poskesdes yang ada di desa diharapkan benar-benar dapat dimanfatkan oleh masyarakat sehingga
Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau (secara
geografis) dan Permasalahan kesehatan di desa dapat diketahui secara dini sehingga bisa ditangani
dengan cepat dan diselesaikan sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada di masyarakat
DESA SIAGA

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.

Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.


 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan
masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Ciri-Ciri Desa Siaga

1. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan
sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan
alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
4. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

Indikator keberhasilan desa siaga:

1. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.


2. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
3. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
4. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

JAMPERSAL06/22

Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan
pelayanan bayi baru lahir.

TUJUAN UMUM : jaminan persalinan mempunyai tujuan untuk menjamin akses pelayanan
persalinan yang dilakukan

oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka
kematian bayi).
TUJUAN KHUSUS :
1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertologan persalinan, dan pelayanan nifas ibu
oleh tenaga kesehatan,
2. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan,
3. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan,
4. Meningkatkan cakupan penangan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir,
5. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

SASARAN :

 Yang dijamin oleh jaminan persalinan adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan
sampai 42 hari), dan bayi baru lahir (usia 0-28 hari).
 Yang dapat memperoleh pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu hamil yang belum
mempunyai jaminan kesehatan.

MANFAAT JAMINAN PERSALINAN :

 Pemeriksaan kehamilan antenatal care (ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan postnatal


care (PNC) oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah (puskesmas dan
jaringannya) dan fasilitas kesehatan swasta yang tersedia fasilitas persalinan (klinik/ rumah
bersalin, dokter praktik, bidan praktik) dan yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama
(PKS) dengan tim pengelola jamkesmas kabupaten/ kota.
 Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan komplikasi
dilakukan secara berjenjang di puskesmas dan rumah sakit berdasarkan rujukan.

PONED

PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED
dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh
memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung
jawab terlatih.

Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas
atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas
PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari
polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk mealkukuan
pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk
melakukan PONED.

BATASAN DALAM PONED


Dalam PONED bidan boleh memberikan

a. Injeksi antibiotika

b. Injeksi uterotonika

c. Injeksi sedative

d. Plasenta manual

e. Ekstraksi vacuum

f. Tranfusi darah

g. Operasi SC

TUJUAN PONED

PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 untuk memutuskan mata
rantai rujukan itu sendiri.

TUGAS PUSKESMAS PONED

a. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok bersalin
Desa

b. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang

c. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.

SYARAT PUSKESMAS PONED

a. Pelayanan buka 24 jam

b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24 jam

c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn dan
spesialis anak sebagai
PETUGAS PELAKSANA PONED

a. Dokter umum 2 orang

b. Bidan 8 orang

c. Perawat

d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED

PONEK

PONEK adalah Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit, meliputi
kemampuan untuk melakukan tindakan :

a) seksia sesaria,

b) Histerektomi,

c) Reparasi Ruptura Uteri, cedera kandung/saluran kemih,

d) Perawatan Intensif ibu dan Neonatal,

e) Tranfusi darah.

RS PONEK 24 Jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONEK siap 24 jam untuk
meberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan nkomplikasi baik
yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas
PONED.

GERAKAN SAYANG IBU

Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan utamanya
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.

GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi yang ditujukan
untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih
merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan
masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman bagi
setiap wanita.

GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan seperti
membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk mendukung GSI,
dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan
persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap menjaga
dan menunggui saat istri melahirkan.

3 (tiga) unsur pokok :

Pertama : Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama
dengan pemerintah.

Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan perbaikan kualitas
hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.

Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
karena hamil, melahirkan dan nifas.

TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU

1) Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta menurunkan angka
kematian bayi.

2) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit menular Seksual
(PMS).

3) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses
melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan bayi.

4) Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.

5) Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan


penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.

6) Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun


mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.

7) Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.

8) Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.

9) Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan


kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.

10) Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan
bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.
C. SASARAN GERAKAN SAYANG IBU

Caten (Calon Penganten)

Pasangan Usia Subur (PUS)

Ibu hamil, bersalin dan nifas

Ibu meneteki masa perawatan bayi

Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga

SUAMI SIAGA

Suami siaga yaitu kewaspadaan suami untuk menjaga kesehatan dan keselamatan istrinya yang
sedang hamil sampai dengan persalinannya. Suami siaga senantiasa siap memberikan yang terbaik
untuk istri dan janinnya, sebagai suami siaga ia siap dan ikhlas untuk memeriksakan kehamilan
istrinya dan ikut mempersiapkan persalinan dengan tenaga medis.

Pengertian suami siaga secara rinci adalah :

Siap :

Secara mental. Ketika ibu sedang menghadapi perslainan, suami mempersiakan mentalnya untuk
meberikan dukungan atau semangat kepada istri.

Secara fisik, suami mempersiapkan untuk menjaga dan melindungi istrinya.

Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya.

Antar :

Suami mengantarkan istri ketika ia merasakan adanya tanda – tanda dan gejala persalinan.

Langkah – Langkah Menjadi Suami Siaga

Pertama : Suami menyediakan kebutuhan semua kebutuhan pangan istri demi pertumbuhan janin,
denga cara meberikan tambahan vitamin, penambahan darah, serta kalsium. Suami juga mesti rajin
mengontrol pola nmakan istri, menyediakan makanan ekstraberkualitas dan memberikan motivasi
kepada istri untuk rajin mengkonsumsi makanan – makan bergizi tersebut.

Kedua : suami memerikan kasih sayang dan perhtian, serta berperan dalam turtut menjaga
kesehatan kejiwaan istri agar tetap stabil, tenag dan bahagia. Mamberikan perhatian penuh kepada
istri misalnya, mendiskusikan perkembangan yang terjadi pekan demi pekan, bersama – sma
mencari informasi mengenai kehamilan dan pendidiakn anak, menemani istri kedokter atau rumah
sakit untyim memerikasakan kehamilan setiap bulan, mendiskusikan rencana – rencana ke depan
bagi clon bayi, hingga menyempatkan diri secara rutin mengelus perut istrinya smabil mengucapkan
kalimat kasih sayang.
Ketiga : Suami memberikan hak – hak istimewa kepada istri selama hamil, seperti : mengambil
sebagian dari tugas istri bila anda tidak memilki seorang pembantu denganm mencuci pakaian atau
menyetrika baju.

Keempat : suami mengajak istri untuk mendengarkan irama musik klasik, karena suara – suara
lembut yang e,nagasah rasa keindahan bisa merangsang pertumbuhan otak dan kecerdasan anak.

Kelima : Suami ikut terlibat dalam mempersiapkan saat – saat kelahiran janin, misalnya
menyediakn biaya persalinan, kebutuhan hidup calon byi hingga kesehatan ibu.

Keenam : suami membantu kesiapan dan kekuatan mental istri untuk melahirkan, suami harus
memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istri menghadapi masa sulit ini. Beberapa
cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas pelatihan prenatal (pendidikan
prakelahiran) yang diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu
sendiri.

Ketujuh : Suami ikut hadir saat proses kelahiran, karena kehadiran suami meski sekedar menemani,
memegang tangan dan membisikkan kata – kata penghibur, akan memberikan dorongan dan
menambah kekuatan mental ekstra bagi istri

PUSKESMAS

Definisi Puskesmas :
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.

Fungsi Puskesmas:

Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi


a. Fungsi Pokok
1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan
2) masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Peran Puskesmas

Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal
pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan
secara mandiri
Satuan Penunjang
1) Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung
lingkup wilayah yang lebih kecil
2) Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan
kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang
berasal dari puskesmas.dengan funsi dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan daerah
terpencil ,Melakukan penyelidikan KLB,Transport rujukan pasien, Penyuluhan kesehatan dengan
audiovisual.
3) Bidan desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang bidan yang bertempat
tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan
jumlah penduduk 3.000 orang. Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat

Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat
2010.

Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten / kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai
pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan
perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw
melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha
pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan
secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun
terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya
kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan
puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan

Standar Pelayanan Minimal

Wajib: Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi, Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah,
Pelayanan Keluarga Berencana, Pelayanan imunisasi, Pelayanan Pengobatan / Perawatan, Pelayanan
Kesehatan Jiwa, Pemantauan pertumbuhan balita, Pelayanan gizi, Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar dan Komprehensif, Pelayanan gawat darurat, Penyelenggaraan penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Polio, TB Paru, ISPA, HIV/AIDS, DBD, Diare, Pelayanan kesehatan
lingkungan, Pelayanan pengendalian vector, Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum,
Penyuluhan perilaku sehat, Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan,
Pelayanan penggunaan obat generic, Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan
perorangan, Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan

Spesifik: meliputi pelayanan kesehatan kerja, pelayanan kesehatan usia lanjut, pelayanan gizi,
pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS,
pencegahan dan pemberantasan Kusta, pencegahan dan pemberantasan filariasis

PUSKESMAS RAWAT INAP

Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota

Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu yang perlu
dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok, antara lain :

1. Fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan,pembinaan dan pengembangan, dengan


penekanan pada fungsi pada kegiatan yang bersifat preventif, promotif, dan fungsi
rehabilitative
2. Fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi perawatan pasien sakit,
instalasi obat, instalasi gizi, dan instalasi umum. Juga fungsi yang lebih berorientasi pada
kegiatan yang bersifat kuratif.

Beberapa kriteria Puskesmas Rawat Inap, sebagai sebuah Pusat Rujukan Antara bagi penderita gawat
darurat sebelum dibawa ke RS, antara lain sebagai nerikut :

1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit


2. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor
3. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai
4. Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari
5. Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Pus kesmas di sekitarnya
minimal 20.000 jiwa per Puskesmas
6. Pemerintah Daerah “bersedia” menyediakan dana rutin yang memadai.

POSYANDU

Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya
yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB
dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat
(BKKBN, 1989).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).

Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari
krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu

Klasifikasi Posyandu

Posyandu di klasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu :

1. Posyandu pratama

Posyandu tingkat paratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa
rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya
adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar
lagi.

2. Posyandu madya

Posyandu pada tingkat Madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya
(KB, KIA, Gizi,dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu
sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu ada 2 yaitu :

a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan
metoda simulasi.

b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan
mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
3. Posyandu purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-
rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih,dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat
yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :

a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakatmenetukan sendiri


pengembangan program di posyandu.

b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan
cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

3. Posyandu mandiri

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama
sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.
Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut
menggunakan prinsip JPKM.

GIZI DAN PANGAN

A. Pengertian gizi buruk


Busung lapar atau gizi buruk adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energy dan protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi.

B. Penyebab Gizi Buruk


Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab
langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan
ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:


1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan
diare.

C. Jenis-jenis gizi buruk


Gizi buruk terbagi menjadi empat jenis yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor
serta Obesitas.

a) Kwasiorkor
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
1. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
2. Pandangan mata sayu
3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan
mudah rontok
4. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5. Terjadi pembesaran hati
6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9. Anemia dan diare.

b) Marasmus
Marasmus memiliki ciri-ciri:
1. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Mudah menangis/cengeng dan rewel
4. Kulit menjadi keriput
5. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6. Perut cekung, dan iga gambang
7. Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8. Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).

c) Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan
marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

d) Obesitas
Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas berarti berat badan (BB) yang
melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran
berat badannya yang normal berarti mengalami obesitas.

Obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok:


 Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%;
 Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%; dan
 Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%.

Apa perbedaan obesitas dan overweight? Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana
terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, yang membuat BB seseorang jauh di atas normal
dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah
keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.

Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga dikategorikan
sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak negatif bagi
kesehatan seseorang.

Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight
diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa
(4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia
telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.Mengapa seseorang dapat
mengalami obesitas?

Berikut beberapa penyebab utama:


a) Faktor genetik
Seseorang dapat mengalami obesitas karena sudah merupakan keturunan dari orangtuanya,
sehingga secara genetik hal tersebut tidak dapat dihindari. Di dalam suatu keluarga, sudah pasti
ditemukan kesamaan pola makan dan gaya hidup antara orangtua dan anak. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat
badan seseorang.
b) Faktor lingkungan
Ternyata lingkungan seseorang pun memegang peranan cukup berarti dalam membentuk
keobesitasan pada tubuh seseorang. Termasuk di antaranya adalah perilaku atau pola hidup,
contohnya makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang dilakukan, dan lain-lain.
c) Faktor psikis
Stres, depresi, kelelahan yang amat sangat, seringkali mempengaruhi kebiasaan makan dan pola
hidup seseorang. Biasanya makan akan menjadi tidak teratur atau justru terlalu banyak makan
makanan kurang bergizi seperti junk food, ditambah kurangnya konsumsi zat bermanfaat seperti
sayur mayur dan buah-buahan.
D. Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur,
lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal
itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan
jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen
mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara
umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Cara Menghitung Berat Badan Ideal, dan Rumus BMI ( Body Mass Index )

1. Perhitungan Berat Ideal Konvensional

Jika Anda telah selesai menghitungnya, maka yang Anda peroleh adalah berat badan ideal yang
seharusnya Anda miliki. Tapi jangan takut jika berat badan Anda tidak masuk hitungan ideal -karena
hasil hitungan rumus ini adalah angka tertentu- sebab range berat badan normal yang dimiliki setiap
orang adalah plus/minus 10% berat idealnya.

1. Berat Badan Ideal (BBI) bayi (anak 0-12 bulan)

BBI = (umur (bln) / 2 ) + 4

2. BBI untuk anak (1-10 tahun)

BBI = (umur (thn) x 2 ) + 8

3. Remaja dan dewasa

BBI = (TB - 100) - (TB - 100) x 10%

atau

BBI = (TB - 100) x 90%

[Ket:]
TB = Tinggi badan (cm)

Wah, kalo data TB tidak diketahui bagaimana? Misalnya pada pasien ascites atau eudeme anasarka,
kan susah tuh.. ga mungkin pake berat badan aktual (selain juga bisa konversi -30% dari BB aktual),,
atau pada pasien pasca bedah, ga mungkin kita ukur tingginya.. so, Konversi dong dari nilai
antropomentri Tinggi lutut atau rentang lengan.

TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)

TB Pria = 6,50 + (1,38 + TL) - (0,08 x U)

TB Wanita = 89,68 + (1,53 x TL) - (0,17 x U)

TB berdasarkan Rentang Lengan (RL)

TB Pria = 118,24 + (0,28 x RL) - 0,07 x U)

TB Wanita = 63,18 + (0,63 x RL) - 0,17 x U)

[ket:]

U = Umur (tahun)

2. Berat Ideal versi Rumus BMI

Ingin menghitung BMI (Body Mass Index) Anda? BMI adalah suatu rumus kesehatan, di mana berat
badan (BB) seseorang (kg) dibagi dengan tinggi badan (TB) pangkat dua (m2).

BMI = (BB) / [(TB) * (TB)]

Misalnya: BB = 45 kg dan TB = 165 cm, maka

BMI = (45) / [(1.65) * (1.65)] = 16.5

Apakah Anda termasuk kurus, normal, atau overwight? Lihat patokan di bawah ini:

BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)

BMI 18.5 - 24 = normal

BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)

BMI >30 = obesitas


ZAT ADDITIF

Zat aditif adalah zat yang biasa ditambahkan kedalam suatu jenis makanan atau minuman, sehingga
makanan atau minuman tersebut lebih menarik. Umumnya, zat aditif tidak memiliki nilai gizi. Zat ini
berfungsi untuk mengawetkan makanan, menambah rasa dan aroma, dan mempermudah proses
pembuatan makanan ataupun minuman.

Berikut adalah beberapa kegunaan dari zat aditif makanan

1. Penguat rasa

Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan
juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah bunga cengkeh,
pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium
glutamat/vetsin, asam cuka, benzaldehida, amil asetat.

2. Pemanis

Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa


manis.Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, dan
aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan resiko diabetes, namun siklamat merupakan
zat yang bersifat karsinogen.

3. Pengawet

Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan,
karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah
reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Pengawetan makanan sangat
menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat
digunakan kembali saat musim paceklik tiba. Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat,
natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.

4. Pewarna

Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan. Penggunaan
pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal
dari alam seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel. Zat warna
sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia
dari berbagai warna. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang
lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan. Salah satu contohnya adalah
tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna,
diantaranya Tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow
FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).
5. Pengental

Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu.
Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).

6. Pengemulsi

Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air
dan sebaliknya. Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya.
Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, gom arab dan gliserin.

7. Pemutih dan pematang tepung

Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium
bromat

8. Pengatur keasaman

Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida,
asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat
9. Anti kempal

Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

10. Pengeras

Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium
amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)

11. Sekuestran

Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat
(pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan
dinatrium EDTA

D. Bahaya zat aditif


Jika mengonsumsi zat aditif buatan pada makanan dalam jumlah berlebih dan dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain :
No Nama zat aditif Penyakit yang ditimbulkan
1 Formalin (pengawet) Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung
dan merusak sistem saraf.
2 Boraks (pengawet) Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan
pada otak dan hati.
3 Natamysin (pengawet) Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
4 Kalium Asetat Kerusakan fungsi ginjal.
(sekuestran)
5 Nitrit dan Nitrat Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen
(pengawet) ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang
ginjal, dan muntah-muntah.
6 Kalsium Benzoate Memicu terjadinya serangan asma.
(pengawet)
7 Sulfur Dioksida Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik,
(pewarna) kanker dan alergi.
8 Kalsium dan Natrium Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan
propionate (pengawet) migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
9 Natrium metasulfat Alergi pada kulit
(pengawet)
10 Tartazine (pewarna) Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak.
11 Sunset Yellow Menyebabkan kerusakan kromosom
(pewarna)
12 Ponceau 4R (pewarna) Anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
13 Carmoisine (pewarna) Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
14 Quinoline Yellow Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid
(pewarna)
15 Siklamat (pemanis) Kanker (Karsinogenik)
16 Aspartan (pemanis) Gangguan saraf dan tumor otak

FORTIFIKASI MAKANAN

Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrien) ke pangan. Tujuan utama
adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan
status gizi populasi. Harus diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah
pencegahan defisiensi. Dengan demikian menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada
penderitaan manusia dan kerugian sosio ekonomis. Namun demikian, fortifikasi pangan juga
digunakan untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan yang
diakibatkannya.

Zat gizi juga dapat ditambahkan pada bahan-bahan makanan untuk memperbaiki nilainya; antara
lain yodium dalam garam untuk mencegah penyakit gondok, thiamin dalam beras untuk mencegah
beri-beri

Program fortifikasi pangan yang telah dikembangkan di antaranya adalah:


Yodium pada garam

Vitamin A pada minyak, lemak, gula, dan susu

Zat besi pada tepung, mie, dan permen

PENGGOLONGAN OBAT

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. yang dimaksud
dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek,
diserahkan oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter maka pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus.

Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai undang undang dan peraturan menteri kesehatan
dibagi menjadi :

1. Obat Bebas

Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Parasetamol, vitamin

Obat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.

2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
disertai tanda peringatan dalam kemasannya:

P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya.

P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan

P3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan.

P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar.

P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan.

P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.


Contoh obat : CTM, Antimo, noza

Obat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)

Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter.

3. Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Asam Mefenamat, semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dll),
serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat diabetes, obat penenang, dll)

Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

4. Obat Psikotropika dan Narkotika (Daftar O)

a. Psikotropika

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu

Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

b. Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

Contoh : Morfin, Petidin

Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :

Narkotika golongan I

Contohnya : Tanaman Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium masak, candu,
jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dll

Narkotika golongan II

Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dll

Narkotika golongan III

Contohnya : Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina, dll


Obat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter

PENGGOLONGAN OBAT TRADISIONAL

Artikel ini tentang Penggolongan Obat Tradisional dan Perbedaan Jamu, Obat Herbal Terstandar
(OHT) dan Fitofarmaka.

Obat tradisional dibagi 3: Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Dulu pada awalnya
Penggolongan hanya berdasarkan klasifikasi obat kimia, namun setelah berkembangnya obat bahan
alam, muncul istilah obat tradisional, awal mulanya dibagi menjadi 2, yaitu obat tradisional (jamu)
dan fitofarmaka, seiring perkembangan teknologi pembuatan obat bisa dalam berbagai bentuk,
berasal dari ekstrak dengan pengujian dan standar tertentu, maka dibagilah obat tradisional menjadi
3, yaitu :

1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman empiris secara turun temurun, yang
telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya dari generasi ke generasi. bentuk obat umumnya disediakan
dalam berbagai bentuk serbuk, minuman, pil, cairan dari berbagai tanaman.

Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam tumbuhan bahkan lebih, bentuk jamu tidak perlu
pembuktian ilmiah maupun klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja.

Contoh : jamu buyung upik, jamu nyonya menier

2. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat secara pra-klinis
(terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun kronis, terdiri dari bahan yang
terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu), serta dibuat dengan cara higienis.

Contoh : Tolak angin

3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan
percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman melalui uji toksisitas, bahan baku
terstandar, serta diproduksi secara higienis, bermutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Contoh : Cursil

Perbedaan Jamu OHT dan Fitofarmaka :

Jamu --> Obat tradisional terbukti berkhasiat dan aman berdasarkan bukti empiris turun temurun.

OHT --> Obat Tradisional terbukti berkhasiat melalui uji pra-klinis dan teruji aman melalui uji
toksisitas, bahan terstandar dan diproduksi secara higienis.
Fitofarmaka --> Obat tradisional terbuksi berkhasiat melalui uji pra-klinis dan uji klinis, teruji aman
melalui uji toksisitas, bahan terstandar, dan diproduksi secara higienis dan bermutu.

IZIN OBAT TRADISIONAL


(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat
Tradisional)

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.

Obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar. Izin edar sebagaimana
dimaksud pada ayat diberikan oleh Kepala Badan.

Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Dikecualikan dari izin edar:

a. obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong;

b. simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan pengobatan
tradisional;

c. obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk registrasi dan pameran dalam
jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Obat tradisional dilarang mengandung:

a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
pengenceran;

b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;

c. narkotika atau psikotropika; dan/atau

d. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian


membahayakan kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan:

a. intravaginal;

b. tetes mata;

c. parenteral; dan

d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir


CARA PEMBERIAN OBAT

Oral

Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini relatif aman,
praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya
lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif,
kurang disukai jika rasanya pahit.

Sublingual

Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

Inhalasi

Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat
dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol,
terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang
diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat
melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.

Rektal

Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat
kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.

Pervaginam

Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya
saja dimasukan ke dalam vagina.

Parenteral

Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan)
tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar
dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah
dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika
sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.

a.Intravena (IV)

Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk ke
dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang
menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat
yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes, 2002).
b.Intramuskular (IM)

“Onset of action” pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dalam air yang
lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan
suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar
kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi (Joenoes,
2002).

c.Subkutan (SC)

“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah
total luas permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal
sehingga difusi obat tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan
hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan

VITAMIN

a. Air

Air berfungsi untuk melarutkan zat-zat makanan, untuk mengangkut zat-zat makanan dari jaringan
yang satu ke jaringan yang lain, serta untuk mengangkut sisa metabolisme dari jaringan ke sistem
ekskresi.

b. Protein

Komponen dasar dari protein adalah senyawa organik sederhana yang disebut asam amino. Asam
amino dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Asam amino esensial atau asam amino utama: yaitu asam amino yang sangat diperlukan
oleh tubuh dan harus didatangkan dari luar tubuh manusia, sebab sel-sel tubuh manusia
tidak mampu mensintesisnya. Yang termasuk asam amino esensial adalah: lisin, triptofan,
isoleusin, threonin, histidin, valin, metionin, leusin, dan fenilalanin
 Asam amino nonesensial, yaitu asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh sendiri.
Contohnya: alanin, sistein, glisin, prolin, tirosin, dan lain sebagainya.

Protein yang kita butuhkan dapat berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Yang berasal dari
hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Protein yang berasal dari hewan antara lain telur, susu, keju, dan ikan yang disebut First Class
Protein, sebab bahan tersebut mengandung kesepuluh asam amino esensial.
Protein diperlukan tubuh karena protein tersebut mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

 membangun sel-sel yang telah rusak


 membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon
 membentuk antibodi
 bahan pembentuk senyawa asam amino lainnya
 sebagai sumber energi, 1 gram protein menghasilkan 4,1 kalori
c. Lemak

Fungsi lemak adalah:

 sebagai penghasil kalori. Satu gram lemak menghasilkan 9,4 kalori


 sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K
 sebagai pelindung alat-alat tubuh dan sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah

d. Karbohidrat

Di dalam tubuh karbohidrat berfungsi sebagai:

 sumber kalori. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan 4,1 kalori


 bahan penyusun senyawa organik lainnya, seperti protein, dan lipida
 penjaga keseimbangan asam dan basa

e. Vitamin

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim.

Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan
nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor atau provitamin A atau karotenoid
yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol.

Vitamin D

Vitamin D mencegahdan menyembuhkan riketsia, yaitu dimana penyaklit penyakit tulang tidak
mampu melakukan kalsifikasi (penumpukan kalsium/penulangan). Vitamin D dapat dibentuk tubuh
terutama di kulit dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D3 (kolekalsiferof) dibentuk didalam kulit
sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol.

Vitamin E

Pada tahun 1922, diketemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran dan
infertilitas pada tikus. Kemudian pada tahun 1936 vitamin E dapat diisolasi dari minyak gandum dan
dinamakan tokoferol. Sekarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan vitamin E biasa digunakan
untuk menyatakan setsiap campuran tokoerol yang aktif secara biologik.

Vitamin K

Vitamin K ialah 2-methyl, 1,4-naphthoquinone. Sekarang terdapat sejumlah derivat yang semuanya
mempunyai bioaktivitas vitamin K. Bentuk induk dari vitamin K disebut Menadion oleh IUPAC dan
Menaquion oleh IUNS. Vitamin K cukup tahan terhadap panas, tetapi tidak tahan terhadap bahan
alkali dan cahaya.
Vitamin C

Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup
stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan denagn udara
terutama bila terkena panas.

Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitamin-vitamin yang disebut B-
kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut dalam minyak dan dalam zat-zat pelarut lemak,
stabil terhadap pemanasan pH asam, tetapi terurai pada suasana basa atau netral.

Vitamin B2 (Riboflavin)

Vitamin ini tidak larut dalam minyak atau zat-zat pelarut lemak, stabil dalam pemanasan dalam
larutan asam mineral dan tahan terhadap pengaruh oksidasi, tetapi sensitif terhadap larutan alkali,
dimana ia terurai irreversibel oleh sinar ultraviolet maupun oleh cahaya biasa. Vitamin ini
diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen (mengeluarkan cahaya)
dalam susu.

Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)

Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat.

Vitamin B12 (Kobalamin)

Vitamin B12 merupakan satu-satunya vitamin yang belum sanggup dibuat secara syntetis total,
tetapi selalu di ekstraksi dari media tempat tumbuh mikroba sebagai hasil fermentasi. Struktur
vitamin B12 adalah yang sangat kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai
sekarang.
BKKBN

Visi BKKBN adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”.

Visi tersebut merupakan salah satu dari prioritas pembangunan nasional yaitu mewujudkan
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas yang ditandai dengan menurunnya
angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproductive Rate (NRR) =1.

Misi

Misi BKKBN adalah “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

 Keluarga dengan anak ideal


 Keluarga sehat
 Keluarga berpendidikan
 Keluarga sejahtera
 Keluarga berketahanan
 Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
 Penduduk tumbuh seimbang

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

 Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
 Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
 Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
 Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB
Nasional.

Jenis Akseptor KB Sebagai Berikut

1) Akseptor KB baru

Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pertama kali menggunakan kontrasepsi
setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau kelahiran.

2) Akseptor KB lama

Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan kunjungan ulang termasuk
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara atau
alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat)
yang berbeda.

3) Akseptor KB aktif

Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini masih menggunakan salah satu
cara atau alat kontrasepsi.

4) Akseptor KB aktif kembali

Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah berhenti menggunakan selam
tiga blan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

Jenis Kontrasepsi KB

1. Kontrasepsi mekanik

Disebut mekanik, karena memiliki sifat untuk melindungi. Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan
cara mencegah pertemuan antara sel sperma dengan sel telur yang ada di dalam rahim. Yang
termasuk dalam kontrassepsi mekanik ini , ialah kondom, diafragma (topi yang menutupi mulut
rahim), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD atau yang lebih dikenal sebagai alat kontrasepsi
spiral, Spermisida (kontrasepsi yang berbahan kimia yang dapat membunuh sperma).

2. Kontrasepsi Hormonal

a. Pil atau Tablet

b. Suntikan

c. Susuk

Susuk juga digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita atau yang juga disebut sebagai alat
kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kukit pada lengan kiri atas

3. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri. Kalau pun dilakukan didasari
alasan yang sangat umum yakni merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi
mantap ini dilakukan dengan jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria
yang disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong saluran sel telur
yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi kehamilan kembali atau tidak akan
memiliki keturunan.
INDIKATOR DAN KRITERIA KELUARGA

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic
needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan,
sandang dan kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan
bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus
pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu :

1. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.


2. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat
6. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai
penghasilan tetap.
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
8. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21,
syarat pengembangan keluarga yaitu :

1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.


2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan
keluarga.
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antar anggota keluarga.
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah
setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23
kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan
sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi
masyarakat.

Keluarga Miskin.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.


2. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.
3. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

Keluarga miskin sekali.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

PUS ( PASANGAN USIA SUBUR )

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan)
sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan
usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran
dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan
untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau
tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah
menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)
Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
ISPU Dan Dampak Kesehatan

Pencemaran
ISPU Udara Dampak kesehatan;
Level

0 - 50 Baik Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.

51 - tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi


Sedang
100 berpengaruh pada tumbuhan yang peka.

101 - bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau
Tidak Sehat
199 dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

200 - Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen
299 Sehat populasi yang terpapar.

kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan


300 -
Berbahaya yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit
500
tenggorokan).
SYARAT AIR BERSIH

1. Syarat fisik, antara lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh

b. Tidak berwarna apapun

c. Tidak berasa apapun

d. Tidak berbau apaun

e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)

f. Tidak meninggalkan endapan

2. Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

c. Cukup yodium

d. pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat mikrobiologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

1. Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, . Di lahan
penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas
metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan lempung dan
lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern
lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa
saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

3. insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa
mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

4. Pembuatan kompos padat dan cair

metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran
hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah
satu cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang
berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur
mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran
seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat
meningkatkan degaradasi limbah atau sampah organic.

5. Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan
mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi
penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan
lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan
komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki
sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).

PENANGANAN LIMBAH B3

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau
dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia dan
makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah
yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi
tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan
metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode
penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.

1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi

Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan
limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi .
stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan
bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan,
pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik.

Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat
melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran
tidak mencemari udara.

Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan
istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang
diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih
memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar.
Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.

2. Metode Pembuangan Limbah B3

a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara
memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan
air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan
itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan
terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah
merembes kelapisan tanah.

b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)

limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-
kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah
menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah
memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari
udara.

c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)

limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode
pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur
dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus
dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu
dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang
efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih
ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah
akan semakin menumpuk.

PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS

1. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil

a. Pembuangan Landfill (Landfill adalah sebuah area yang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah)

b. Encapsulation (menggali lubang kemudian dipendam dengan pengkapsulan terlebih dahulu)

c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit

d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan

e. Insenerasi (pembakaran)

2. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar

a. Encapsulation

b. Insenerasi

PENGGUNAAN PESTISIDA YANG BENAR

a. Memilih Pestisida yang Tepat Jenis

b. Memilih Pestisida yang Mudah Terurai (Tidak Persisten)

c. Jangan mengaplikasikan pestisida pada saat populasi atau intensitas serangan masih di bawah
ambang ekonomi

d. dosis dan konsentrasi minimum yang efektif

f. Tidak diaplikasikan pada bagian tanaman yang akan dikonsumsi

g. Aplikasikan pestisida pada bagian tanaman yang terserang

h. Aplikasi pestisida yang terakhir diusahakan sejauh mungkin sebelum panen

i. Tidak Menggunakan Bahan Perekat (Sticker)

k. Alat dan Teknik Aplikasi yang Tepat

i. Penggunaan Fumigan
Fumigan adalah pestisida yang mudah menguap; jenis fumigan tertentu dalam kondisi normal sudah
berbentuk gas. Penggunaan fumigan dapat dikatakan hampir tidak meninggalkan residu, kecuali
pestisida tertentu yang dapat terserap oleh bahan tertentu yang diaplikasi.

Khasiat kumis kucing

 Untuk mengobati kencing batu, melancarkan air kencing, sakit pinggang, darah tinggi, dan
diabetes militus
 Untuk memperlancar pengeluaran air kemih
 Untuk mengobati batu ginjal

Pekan Imunisasi Nasional

Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang
bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali masing-masing 2 tetes dengan selang
waktu satu bulan. Pemberian imunisasi polio secara serentak terhadap semua sasaran akan
mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio liar.

Suhu Penyimpanan Vaksin

1. Vaksin MMR, Tifoid, Varisela, Influenza, Hepatitis B, BCG, Campak, DPT, HB, TT, Td (suhu 2-80C)
2. Polio (suhu minu 15 – minus 250C)

Kanker Serviks

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan
oleh human papilloma virus (HPV), yang menyerang leher rahim. Pada stadium lanjut, gejala kanker
serviks, antara lain: perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid
(menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah)

Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu penyakit tidak menular, merupakan keadaan gangguan
fungsi ginjal yang bersifat menahun berlangsung progresif dan irreversible(tidak dapat kembali ke
keadaan semula). Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah).
Penyakit gagal ginjal kronik memang merupakan masalah kesehatan yang cukup penting di negeri
kita. Menurut catatan Sub Bagian ginjal. Penyebab gagal ginjal kronik yang sering dijumpai adalah
batu, infeksi yang disebut pirlonefritis, hipertensi, nefropati karena asam urat, nefropati karena
lupus dan kencing manis.

Hilangnya fungsi cadangan ginjal seringkali tidak disadari penderita. Pada gagal ginjal kronik
gangguan fungsi ginjal acapkali sudah disertai gejala yang nyata dalam aktivitas sehari-hari.
Penderita mulai menunjukkan gejala anemia.

Tes kreatinin klirens dapat membedakan berat ringannya gangguna fungsi ginjal. Pada keadaan
normal Tes Kreatinin Klirens (TKK) adalah 100 sampai 125 ml/mm. Pada TKK 75 sampai 100 sudah
terjadi hilangnya fungsi cadangan ginjal. Sedangkan TKK 25 sampai 75 disebut keadaan insufisiensi
ginjal. Pada TKK 5 sampai 25 digolongkan gagal ginjal kronik. TKK yang di bawah 5 disebut gagal
ginjal terminal.

Gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal memerlukan perhatian khsusu karena bila dibiarka dapat
menjurus keadaan yang membahayakan jiwa penderita. Pada gagal ginjal kronik dapat dimulai terapi
konservatif yang bertujuan menghilangkan gejala yang mengganggu penderita, sehingga penderita
dapat hidup secara normal. Komponen utama terapi konservatif adalah diet yaitu dengan mengatur
asupan protein. Di samping itu juga harus diatur air dan garam, vitamin, elektrolit, dan asam amino
essensial diberikan jika diperlukan.

Penderita gagal ginjal kornik acapkali mengeluh mual sehingga asupan makannya dapat terbatas.
Karena itu evaluasi asupan makanan perlu dilakukan dengan baik. bila terapi konservatif ini dapat
dijalankan dnegan baik dan fungsi ginjal dapat dipertahankan maka belum diperlukan terapi cuci
darah.

Faktor Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Faktor penyebab terjadinya gagal ginjal kronik adalah radang ginjal menahun, batu ginjal dan batub
saluran kemih yang kurang mendapat perhatian, obat-obatan modern ataupun tradisional yang
digunakan dalam jangka waktu lama, hipertensi, diabetes, narkoba, serta penyakit ginjal turunan
(genetik).
INTERAKSI HOST, AGENT, ENVIRONMENT

Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit:

1. Fase Pre-patogenesis : Gangguan keseimbangan host, agen, dan lingkungan: lingkungan


menguntungkan agen dan merugikan manusia, simptom tidak ada.

2. Fase Patogenesis : Gangguan keseimbangan dalam waktu lama, gejala dan tanda klinik ada,
manusia menjadi sakit : sembuh, ketidakmampuan, cacat, kronik dan mati.

 Agen Penyakit
 Agen biologis: Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa
 Agen nutrien: Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air
 Agen fisik: Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan
 Agen kimia: Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia,dan
eksogenous (zat kimia, alergen, gas, debu, dll.)
 Agen mekanis: Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan

Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan

1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan

 Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-
patogenesis dari suatu penyakit.
 Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang
pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.

2. Interaksi antara Host dan Lingkungan

 Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-patogenesis.
 Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.

3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit

 Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
 Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme
pertahanan tubuh lainnya.
 Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan

 Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi
dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit baik secara langsung
atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia.
 Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
Disease
MASA INKUNBASI: masa mulai saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan)
sampai saat timbulnya penyakit.

DEFINISI SEHAT:

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Pengertian
sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu
kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan
yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan
bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

CIRI-CIRI SEHAT

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami gangguan.Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni
pikiran,emosional, dan spiritual.

1.Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

2.Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,


misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

3.Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fanaini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

4.Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,agama atau kepercayan, status sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

5.Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,dalam arti mempunyai
kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagimereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagikelompok tersebut,
yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi
kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial,
keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut. Aspek-aspek pendukung
kesehatan

Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik. Cara pandang ini menekankan pada melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan. Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi demografi adalah suatu model grafik yang menggambarkan perubahan penduduk dari
pertumbuhan penduduk tinggi menuju pertumbuhan penduduk yang stabil. Transisi demografi
istilah awalnya hanya menggambarkan pergeseran sosial yang terjadi di masyarakat Barat dari abad
19 ke tahun 1930-an. Pada masa itu masyarakat Eropa yang bertempat tinggal di luar negeri,
bergerak dengan kecepatan yang cukup dari tingkat fertilitas dan mortalitas tinggi, ke tingkat
fertilitas dan mortalitas rendah dengan konsekuensi sosial yang besar.

Konsep transisi demografi mencoba menerangkan mengapa negara-negara yang kini tergolong maju
mengalami tahapan transisi demografi ini. Tahapan transisi demografi meliputi 3 kurun
perkembangan yaitu

Tahap 1 : Kelahiran tinggi dan kematian tinggi

Tahap 2 : Kelahiran masih tinggi, kematian cenderung menurun

Tahap 3 : Kelahiran menurun dan kematian menurun dan menuju stabil

UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

1. PROPORSI

Contoh: Proporsi Mhs wanita = Jumlah Mahasiswa wanita

------------------------------------------ k

Jumlah Mahasiswa wanita + pria

2. RATIO

Contoh: Sex ratio = jumlah pria

--------------------- k

jumlah wanita

Dependency ratio = Jumlah usia (0 - <14th) + (>65 th)

----------------------------------------------- k

Jumlah usia (15 – 64 th)


3. RATE

Rumus Rate: (x/y) k

X: angka kejadian

Y: populasi berisiko

K: konstanta (angka kelipatan dari 10)

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

1. INCIDENCE RATE

Rumus Incidence Rate (IR): Jumlah penyakit baru

------------------------------- k

Jumlah populasi berisiko

2. PREVALENCE RATE

Prevalence Rate yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember
2000) disebut Periode Prevalence Rate

Rumus Prevalence Rate (PR): Jumlah penyakit lama + baru

---------------------------------------- k

Jumlah populasi berisiko

3. ATTACK RATE

Rumus Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru

------------------------------------------------------------------------ k

Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)


PENGUKURAN MORTALITY RATE

1. CRUDE DEATH RATE

Rumus: CDR (Crude Death Rate) : Jumlah semua kematian

------------------------------- k

Jumlah semua penduduk

2. SPECIFIC DEATH RATE

Rumus: SDR (Specific Death Rate) : Jumlah kematian penyakit x

----------------------------------------- k

Jumlah semua penduduk

3. CASE FATALITY RATE

Rumus CFR (Case Fatality Rate): Jumlah kematian penyakit x

----------------------------------------- x 100%

Jumlah kasus penyakit x

4. MATERNAL MORTALITY RATE

MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.

Rumus MMR (Maternal Mortality Rate): Jumlah kematian Ibu

---------------------------------- x 100.000

Jumlah kelahiran hidup

5. INFANT MORTALITY RATE

IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000
kelahiran hidup.

Rumus IMR (Infant Mortality Rate): Jumlah kematian bayi

---------------------------------- x 1000

Jumlah kelahiran hidup


6. NEONATAL MORTALITY RATE

NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4 minggu
atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.

Rumus NMR (Neonatal Mortality Rate): Jumlah kematian neonatus

-------------------------------------- x 1000

Jumlah kelahiran hidup

7. PERINATAL MORTALITY RATE

PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari
seudah lahir per 1000 kelahiran hidup.

Rumus PMR (Perinatal Mortality Rate): Jumlah kematian perinatal

----------------------------------------- -x 1000

Jumlah kelahiran hidup

MENGHITUNG ANGKA KELAHIRAN KASAR, KEMATIAN KASAR, PERTUMBUHAN ALAMI, DAN


PERTUMBUHAN TOTAL

Jumlah penduduk pada tahun 2005, 200.000 jiwa, jumlah bayi 125, jumlah meninggal 95, imigrasi 75
dan emigrasi 63, hitunglah angka kelahiran kasar, kematian kasar, pertumbuhan alami,
pertumbuhan total, angka pertumbuhan, pertumbuhan pada tahun 2007!

Jawab:

 Menghitung CBR (Angka Kelahiran Kasar)

CBR = (B ÷ P) x k

CBR = (125 ÷ 200.000) x 1.000 = 0,625

 CDR (Angka Kematian Kasar)

CDR = (D ÷ P) x k

CDR = (95 ÷ 200.000) x 1.000 = 0,475


 Pertumbuhan Penduduk Alami

Pa = L – M

Pa = 125 – 95 = 30 jiwa

 Pertumbuhan Penduduk Total

P = (L – M) + (I – E)

P = (125 – 95) + (75 – 63)

P = 30 + 12

P = 42 jiwa

RUMUS STANDAR DEVIASI

Misalkan data hasil pengamatan dari 10 kali pengambilan data adalah sebagai berikut.

5; 3; 4; 5; 6; 4; 5; 3; 4; 5

dari rumus tersebut diatas lambang x bar merupakan rata-rata hasil pengukuran.

Sehingga dari rata rata pengukuran dapat kita hitung yaitu :

rata-rata = (5+3+4+5+6+4+5+3+4+5)/10 = 4.4

Kemudian data yang didapatkan dari pengurangan hasil pengukuran terhadap rata rata tersebut
adalah berturut-turut :

0.6; -1.4; -0.4; 0.6; 1.6; -0.4; 0.6; -1.4; -0.4; 0.6

Dan kuadrat dari data tersebut diatas adalah :

0.36; 1.96; 0.16; 0.36; 2.56; 0.16; 0.36; 1.96; 0.16; 0.36

Jika dijumlahkan mendapatkan nilai sebesar = 8.4, hasil ini dibagi dengan 9 dimana angkan 9 ini
didapatkan dari “hasil pengamatan – 1″ (10 – 1 = 9)

Sehingga standar deviasi (s) = 0.966092


 Undang-undang nomor 6 tahun 1992 tentang askes
 Undang-undang nomor 40 tahun 2014 Tentang SJSN
 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
 Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS

Kementerian Kesehatan membagi sistem pelayanan kesehatan menjadi pelayanan yang dijamin,
yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik, mencakup:

- Pelayanan promotif dan preventif

- pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

- Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

- Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

- Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

- Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama

- Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis

Sementara pelayanan kesehatan yang tidak dijamin, seperti:

1. Pelayanan Kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat.

3. Pelayanan Kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.

4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik.

6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).

7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).

8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol.

9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri.

10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin se, chiropractic
yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (Health Technology
Assesment/HTA).

11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen).

12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.

13. Perbekalan kesehatan rumah tangga.

14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah.

15. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang
diberikan.

JENIS-JENIS RUMAH SAKIT

1. Rumah sakit umum


2. Rumah sakit terspesialisasi
3. Rumah sakit penelitian/pendidikan
4. Rumah sakit lembaga/perusahaan
5. Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik
biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut
poliklinik.

JENIS – JENIS PELAYANAN RUMAH SAKIT


1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah Pengendalian Infeksi

JENIS PELAYANAN PUSKESMAS

1. Promosi Kesehatan (Promkes)


 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
 Sosialisasi Progra Kesehatan
2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
 Surveilens Epidemiologi
 Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu Burung, ISPA, Diare, PMS
3. Pengobatan :
 Poli Umum
 Poli Gigi
 Unit Gawat Darurat
 Puskesmas Keliling
4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) – KB
 ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana), Persalinan,
Rujukan Resti, Kemitraan Dukun
5. Upaya Peningkatan Gizi
 Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi
6. Kesehatan Lingkungan :
 Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-
jamban keluarga), TTU (tempat umum), Institusi
 Survey Jentik Nyamuk
7. Pencatatan dan Pelaporan :
 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan persetujuan (consent) atau izin
dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang
tindakan kedokteran yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada
hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang
kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan
rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah cukup. Penandatanganan
formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang telah
disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam
arsip rekam medis pasien
STANDAR DARAH NORMAL

 RBC (Red Blood Cell)


Harga normal :
Laki- laki dewasa : 4,3 jt – 5,9 jt/mL
Wanita dewasa : 3,9 jt – 4,8 jt/mL

 WBC (White Blood Cell)


Harga normal :
Laki : 4,7 – 10,3 x 109/l
Wanita : 4,3 – 11,3 x 109 /l

 HGB (Hemoglobin)
Nilai normal Hb ( bervariasi ) :
Laki-laki : 13,4 – 17,7 g/dl
Wanita : 11,4 – 15,1 g/dl
Neonatus : 16,5 + 3 g/dl
Anak : 3 bln : 12,0 + 1,5 g /dl

PENGOLONGAN TENAGA MEDIS

[1] Medis: dokter, dokter gigi.

[2] Keperawatan: perawat, bidan.

[3] Kefarmasian: analis farmasi, apoteker, asisten apoteker.

[4] Gizi: dietisian, nutrisionis.

[5] Keterapian fisik: fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara.

[6] Keteknisian medis: radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,
refraksionis optisien, ortotik prostetik, teknisi transfusi darah, perekam medis.

[7] Kesehatan masyarakat: epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan,


penyuluh kesehatan, administrator kesehatan, sanitarian.

You might also like