You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Darah merupakan salah satu komponen fisiologis yang sangat esensial bagi
keberlangsungan hidup hewan. Darah berperan penting dalam transportasi gas dan senyawa
lain, menjaga stabilitas tubuh seperti distribusi nutrisi, termoregulasi, pengantaran hormon.
Dinamika perubahan yang terjadi pada komponen darah merupakan cerminan bagi kondisi
fisiologis suatu individu hewan .
Hemoglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan memiliki
afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin di dalam eritrosit. Dari
mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen dari pulmo menuju
jaringan. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), terdapat 2 jenis rantai
polipeptida yang dinamakan rantai α dan rantai β. Pada rantai α, masing-masing
mengandung 141 gugus asam amino, sedangkan pada rantai β masing-masing mengandung
146 rantai asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α2β2. Akan tetapi tidak semua
hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin A, sekitar 2,5%
hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β diganti oleh rantai δ (α2δ2)
(Ganong, 2001:134 ).
Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut
anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan
tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan
akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat
dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pentingnya hemoglobin
ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin memegang peranan penting dalam
diagnosa suatu penyakit seperti anemia. Mengetahui pentingnya kadar hemoglobin dalam
darah terhadap pencegahan atau penanganan terhadap suatu penyakit terutama yang
berkaitan dengan darah. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukannya praktikum
tentang pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) darah dengan menggunakan metode sahli dan
cyanmeth. Dengan dilakukannya prkatikum ini, diharapkan praktikan lebih mengerti dan
memahami bagaimana cara menetapkan kadar hemoglobin dalam darah.

B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin darah dalam probandus.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menetapkan kadar Hb dengan metode Sahli dan Cyanmenth?
2. Berapa kadar Hb probandus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ektrasel cair yang disebut plasma.
Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung pada gerakan rata-rata orang dewasa
dalam satu arah di dalam system sirkulasi tertutup. Unsur berbentuk yang beredar dalam plasma
adalah erittrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (Mescher, 2010).
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas,
elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah,
globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen
dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat
diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas
pembawa oksigen pada darah. (Evelyn, 2009).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah
(Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml
darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara
setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari
tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas
oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam
hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke
paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah
atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar
hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti,
2008).
Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena
hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit (Mutschler, 1991). Hemoglobin
mempunyai berat molekul 64.450 dan merupakan suatu molekul yang dibentuk oleh 4 rantai
polipeptida, dimana pada tiap polipeptida melekat pada gugus heme. Heme adalah suatu turunan
porfirin yang mengandung besi (Fe). Polipeptida ini dinamai secara bersama sebagai bagian dari
globin dari molekul hemoglobin. Adapun fungsi dari hemoglobin ini adalah sebagai alat
transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi CO2.
Sintesis Hemoglobin berlangsung dalam sumsum tulang. Sintesis hemoglobin dimulai
pada tahap eritroblast dan berlangsung hingga tingkat retikulosit dan kemudian menjadi eritrosit
matur. Sel darah muda yang telah keluar dari sumsum tulang tetap membentuk hemoglobin pada
hari berikutnya. Sintesis tersebut dimulai dari kondensasi glisin dan suksinil koenzim A (CoA)
dibawah aksi enzim kunci δ-aminolevulinic acid sintetase (ALA-sintetase) untuk membentuk
ALA (Amino Levulinic Acid) selanjutnya ALA mengalami dehidrasi menjadi phorphobilinogen
oleh enzim ALAD (ALA Dehidratase). Setelah melewati beberapa tahapan reaksi, senyawa
phophobilinogen mengalami perubahan bentuk menjadi protoporfirin. Salah satu senyawa
protoporfirin, yaitu protoporfirin IX akan berikatan dengan Fe membentuk heme. Heme
bereaksi dengan globin dimana 4 molekul heme berikatan dengan satu molekul globin dan ion
logam Fe2+ dengan bantuan enzim ferrochelatase membentuk hemoglobin (Hoffbrand dan
Petit, 1987 ; Palar, 1994 ; Darmono, 1995 ; Sadikin, 2001). Kandungan Hb normal rerata adalah
16 g / dL pada pria dan 14 g / dL pada wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit ( Ganong,
2001 ). Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan anemia.
Banyak cara-cara yang ditemukan untuk menentukan nilai hemoglobin (Hb). Sampai
sekarang belum ada satu carapun yang dapat dipercaya hasilnya 100%, mudah dikerjakan dan
sederhana. Beberapa cara ini adalah:
1. Cara Tallquist
Cara ini menentukan kadar Hb tidak teliti, kesalahan antara 25 - 50%. Prinsip kerja
cara ini adalah dengan membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang
bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua (mulai 10%
sampai 100%). Sebagai dasar diambil ialah 100% = 15,8 gram Hb per 100 ml darah (Dep
kes RI, 1989).
2. Cara Sahli
Cara sahli paling banyak dipakai di Indonesia dengan kesalahan ± 10%. Walaupun
cara ini tidak tepat 100% akan tetapi masih dianggap cukup baik untuk mengetahui
apakah seseorang kekurangan Hb (darah). Prinsip pemeriksaan Hb cara sahli yaitu
hemoglobin oleh asam chlorida (0,1 N) diubah menjadi acid hematin yang warnanya
sawo matang. Dengan air suling warna ini diencerkan sampai warnanya sama dengan
warna standard pada hemometer. Kadar Hb dibaca pada tabung sahli (tabung pengencer).
Tiap hemometer (sahli) terdiri dari alat pembanding warna, tabung pengencer, pipet
darah (20μl), pipet pengencer darah (Dep kes RI, 1989). Kelemahan dari metode ini
adalah kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga
kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam,
misalnya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin (R.Gandasoebrata,
2007).
3. Dengan CuSO4 BJ 1,053
Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar Hb dari donor yang diperlukan
untuk tranfusi darah. Untuk pemeriksaan klinik cara kupersulfat tidak dapat digunakan
karena tidak mendapatkan kadar Hb dengan tepat. Hasil dari metode ini adalah persen
Hb. Perlu diketahui bahwa kadar Hb seorang donor cukup kira-kira 80% Hb. Tes ini
dilakukan dengan meneteskan darah kapiler 1 tetes diatas permukaan larutan CuSO4 Bj
1,053 dengan volume 300 – 500 ml di dalam gelas takar. Hasil cara ini adalah darah
terapung, melayang atau terbenam. Darah terapung menunjukkan bahwa kadar Hb kira-
kira dibawah 80%. Darah melayang menunjukkan kadar Hb kira-kira berkisar 80%.
Sedangkan darah terbenam menunjukkan kadar Hb diatas 80%.
4. Cara Photometrik Kolorimeter
Dengan photo-elektrik kolorimeter didapatkan kadar Hb lebih teliti daripada cara
visual (sahli). Kesalahan hanya berkisar ± 2%. Penetapan kadar Hb dengan cara ini ada
berbagai macam cara, yaitu:
a. Cara Sianmethemoglobin
Cara ini berdasarkan bahwa semua bentuk Hb (methemoglobin,
karboxyhemoglobin kecuali sulfhemoglobin) diubah menjadi sianmethemoglobin
dalam larutan yang berisi kalium sianida (KCN) dan kalium ferrisianida
(K3Fe(CN)6).
b. Cara Oxihemoglobin
Cara ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini ialah tidak ada
larutan standard oxyhemoglobin yang stabil sehingga photometer sukar ditera. Maka
untuk menera photometer dapat dipakai nilai hematokrit. Kadar Hb orang sehat
dihitung dengan gram % sama dengan 1/3 nilai hematokritnya. Misalnya: nilai
hematokrit 45% sesuai dengan kadar Hb 15 gram/100 ml darah.
c. Cara Alkali Hematin
Cara ini sebenarnya menetapkan total Hb baik dari carboxyhemoglobin,
methemoglobin atau sulfhemoglobin. Cara ini kurang teliti bila dibandingkan dengan
cara sianmethemoglobin dan oxyhemoglobin. Diantara ketiga metode ini yang paling
tepat adalah menurut cara sianmethemoglobin (Dep kes RI, 1989).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE
Metode yang digunakan pada praktikum penetapan kadar hemoglobin adalah
metode Sahli dan Cyanmeth.

B. PRINSIP
1. Metode Sahli
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standart permanent dalam alat itu.
2. Metode Cyanmeth
Darah diencerkan dengan larutan drabkin yang mengandung kalium cyanide dan
kalium ferricyanida. Kalium ferricyanida mengoksidir Hb menjadi meth Hb.

C. BAHAN DAN ALAT


1. Darah vena
2. Aquadest
3. Tabung reaksi
4. Pipet ukur
5. Pipet Hb
6. Tissue
7. Fotometer

D. REAGENT
1. HCl 0,1 N
2. Larutan Drabkins
Formula drabkin terdiri dari
a. 𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂3 1,0 g
b. 𝐾𝐶𝑁 50,0 mg
c. 𝐾3 𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 200,0 mg
d. 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑑𝑑 1000 ml

E. PROBANDUS
Nama : Mr. X
Jenis Kelamin : XY
Umur : Y th
F. PROSEDUR KERJA
1. Metode Sahli
a. Dimasukkan HCl 0,1 N dalam tabung pengencer sampai tanda 2.
b. Dihisap darah dengan pipet Hb sampai tanda 20 cm.
c. Kelebihan darah pada ujung di sebelah luar pipet dihapus dengan tissue.
d. Dimasukkan darah yang sudah dipipet kedalam tabung pengencer dan segera
dicampir dengan HCl sampai dasar tabung (jangan terjadi gelembung udara).
e. Diangkat pipet itu sedikit lalu dihisap HCl yang jernih ke dalam pipet 2 – 3 kali untuk
membilas lalu dicampur.
f. Ditambahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk dengan batang pengaduk
sampai warna yang terjadi sama dengan standart.
g. Dibaca kadar Hb dengan satuan g/dl = g/100 ml g%.
2. Metode Cyanmeth
a. Dimasukkan larutan drabkins ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml.
b. Kemudian dihisap darah dengan pipet Hb sampai tanda 20 cmm.
c. Kelebihan darah pada ujung dan sebelah luar pipet dihapus dengan tissue.
d. Dimasukkan darah yang sudah dihisap ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi
larutan drabkins.
e. Dicampur dan dibiarkan selama 5-10 menit.
f. Dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
g. Sebagai blanko digunakan larutan drabkins sebanyak 5 ml juga.
h. Kadar Hb dapat dibaca setelah blangko dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
fotometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. INTERPRETASI HASIL
Laki- laki : 13 – 16 g/dl
Perempuan : 12 – 14 g/dl

B. HASIL
1. Metode Sahli : 11, 8 g/dl
2. Metode Cyanmeth
Blangko : - 2,1070
Test : - 1,7160
Conc : 14, 3888 g/dl

C. PEMBAHASAN
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin
dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah (Evelyn, 2009).
Penetapan kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai metode,
diantaranya metode sahli, cyanmeth, Oxihemoglobin, dan alkali hematin. Pada praktikum
ini dilakukan penetapan kadar hemoglobin dengan metode sahli dan cyanmeth.
Pertama praktikan melakukan penetapan kadar Hb dengan metode Sahli. Dimasukkan
HCl 0,1 N dalam tabung pengencer sampai tanda 2 kemudian dihisap darah dengan pipet
Hb sampai tanda 20 cmm. Kelebihan darah pada ujung dan sebelah luar pipet dihapus
dengan tissue. Lalu dimasukkan darah yang sudah dipipet kedalam tabung pengencer dan
segera dicampur dengan HCl sampai dasar tabung. Setelah itu diangkat pipet tersebut itu
sedikit lalu dihisap HCl yang jernih ke dalam pipet 2 – 3 kali untuk membilas lalu dicampur.
Setelah itu ditambahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk dengan batang pengaduk
sampai warna yang terjadi sama dengan standart. Lalu dibaca kadar Hb dengan satuan gr/dl.
Setelah dilakukan praktikum penetapan kadar hemoglobin dengan metode sahli,
didapatkan hasil 11,8 g/dl. Kelemahan dari metode Sahli ini adalah pembacaan secara visual
kurang teliti, alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan, tidak semua bentuk
hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam. Jadi hasil yang dipraktikan bisa jadi tidak
akurat.
Setelah melakukan penetapan kadar hemoglobin dengan metode sahli, praktikan
melakukan penetapan kadar hemoglobin dengan metode cyanmeth. Prinsip metode ini
adalah darah diencerkan dengan larutan drabkin sehingga terjadi hemolisis eritrosit dan
konversi hemoglobin menjadi hemoglobinsianida (cyanmethemoglobin). Larutan yang
terbentuk selanjutnya diperiksa dengan sperktrofotometer (atau colorimeter), yang
absorbansinya sebanding dengan kadar hemoglobin dalam darah.
Metode fotometrik cyanmethemoglobin merupakan metode estimasi kadar
hemoglobin yang yang paling akurat. Jika semua fasilitas tersedia metode ini yang
sebaiknya digunakan (Chairlain & Estu 2011, h. 264).
Pertama dimasukkan larutan drabkins kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml,
kemudian dihisap darah dengan pipet Hb sampai tanda 20 cmm. Tidak lupa praktikan
menghapus dengan tissue kelebihan darah pada ujung dan sebelah luar pipet agar volume
yang dihisap benar sehingga pemeriksaan akurat. Setelah itu dimasukkan darah yang sudah
dihisap ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan drabkins. Dicampur dan dibiarkan
selama 5 – 10 menit. Kemudian dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Sebagai blangko digunakan larutan drabkins sebanyak 5 ml juga.
Setelah dilakukan penetapan kadar Hb menggunakan metode Cyanmeth, didapatkan
hasil kadar Hb dalam probandus sebanyak 14, 3888 g/dl. Metode cyanmeth ini memiliki
kelamahan diantaranya : alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau
photometer) mahal dan membutuhkan listrik, larutan drabkin yang berisi sianida bersifat
racun sehingga ketika menghisap jangan sampai masuk kedalam mulut.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar

Hb (Hemoglobin) dalam darah probandus sebanyak 11,8 g/dl (metode sahli) dan 14,3888

g/dl (metode cyanmeth).

B. SARAN

Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus teliti dan memastikan bahwa alat

yang akan digunakan bersih agar hasil yang dihasilkan akurat. Dalam menghisap larutan

drabkins, harus berhati-hati dikarenakan larutan drabkin bersifat racun.


DAFTAR PUSTAKA

Chairlain & Estu Lestari. 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan, EGC
: Jakarta

Evelyn C, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT


Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran. JakartaHill Companies:
EGC

Mescher A. L. 2010. Junqueira's Basic Histology. 12th ed. USA: The McGraw-

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC

You might also like