You are on page 1of 10

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan Kakap Merah merupakan salah satu kegiatan budidaya yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain didapatkan dengan penangkapan di alam, ikan Kakap
Merah juga didapatkan dengan budidaya. Hingga saat ini kendala yang dihadapi untuk
pembudidayaan ikan Kakap Merah adalah kurangnya jumlah benih yang tersedia.

Ikan Kakap Merah adalah termasuk ikan yang memijah musiman. Mereka memijah
ketika bulan gelap. Penyebaran Kakap Merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni
seluruh perairan pantai Indonesia.

Ikan Kakap Merah termasuk hewan nocturnal atau ikan yang aktif pada malam hari. Tapi
ikan Kakap Merah juga bukan ikan yang sangat pasif pada siang atau pagi hari. Mereka hanya
lebih banyak bergerak pada malam hari daripada siang hari.

Ikan Kakap Merah tergolong jenis ikan dioescious/biseksual yaitu ikan yang tidak
dijumpai perbedaan antara jantan dan betina secara visual, baik dalam hal warna. Pola
reproduksi ikan Kakap Merah yaitu hermaprodit protandri, dimana pada waktu muda ikan ini
berjenis kelamin jantan dan pada masa tua berjenis kelamin betina.

1.2. Tujuan

1. Mempelajari dan mampu melaksanakan teknik pengembangbiakan secara aseksual.

2. Mengetahui lamanya penyembuhan luka dan proses regenerasi di Laboratorium dan di

laut.

1.3. Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam materi ini dibatasi pada :

1. Teknik Pengikatan Kakap Merah

2. Pemeliharaan di Laboratorium dan laut

3. Pengamatan Proses Pemulihan


4. Pengamatan Kualitas Air
II. TINJAUAN PUSTAKA (Lutjanus argentimaculatus)

1.Klasifikasi dan Morfologi (Supriya A.Pi dkk)

A. Klasifikasi
Ikan Kakap Merah dikelompokkan dalam taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleoistei

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Famili : Lutjanidae

Genus : Lutjanus

Spesies : Lutjanus argentimaculatus

B. Morfologi
Secara morfologi, bentuk badan ikan kakap merah memanjang sampai agak pipih.
Mulutnya terletak pada bagian ujung kepala (terminal), biasanya terdapat gigi taring (canine)
pada rahangnya. Bagian pinggir operculum biasanya bergerigi dan sisiknya ctenoid. Bagian
depan dari kepala tak bersisik atau pada bagian depan dari tutup insang terdapat beberapa baris
sisik. Sering terdapat bintik atau noda kehitaman (blotches). Sirip punggung tunggal dengan jari-
jari 9-12 jari-jari sirip keras dan 9-17 jari-jari sirip lemah yang bercabang. Sirip dubur dengan 3
sirip keras dan 7-14 sirip lemah bercabang. Sirip ekor mulai dari yang berbentuk truncate sampai
berbentuk cagak yang dalam (deeply forked). Secara lengkap taksonomi ikan kakap merah
adalah sebagai berikut :

Kakap merah adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang cukup banyak
tertangkap di perairan Indonesia. Jenis ikan tersebut biasanya tertangkap di perairan
paparan (continental shelf). Beberapa Jenis diantaranya berada pada habitat perairan yang sedikit
berkarang.

Adapun ciri – ciri Ikan kakap merah sebagai berikut :

Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi.
Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas,
sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9,
termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut.

Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45-
50 Cm.Warna bagian atas kemerahan/merah kekuningan, di bagian bawah merah keputihan.
Garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pada bagian punggung di atas garis rusuk

Kakap merah yang dewasa berwarna merah gelap sedangkan juvenilnya berwarna merah
muda dengan band berwarna merah gelap. Bagian sirip punggung, sirip, dubur, dan bagian atas
sirip ekor berwarna gelap

2. Habitat dan Penyebaran

Habitat dan penyebaran kakap merah umumnya menghuni daerah perairan karang ke
daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan
tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu
besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang
berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50
meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC.

Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari
genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004). Penyebaran kakap merah di
Indonesia sangat luas dan hampir menghuni seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap
merah arah ke utara mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan
serta Filipina. Penyebaran arah ke selatan mencapai perairan tropis Australia, arah ke barat
hingga Arfika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan arah keTimur mencapai
pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal Perikanan, 1983 dalam Baskoro et al.
2004).

Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah hampir di seluruh
Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan
Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau.

Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah
pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar.

Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar
dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang
berukuran kecil.

Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter
dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi
di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya
menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan
berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal
atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan
dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai
dari perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau
batu karang

3. Kebiasaan Makan dan Tingkah Laku

Jenis ikan kakap merah termasuk ikan carnivor. Ikan ini merupakan predator yang
senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Aktivitas ikan nocturnal tidak
seaktif ikan diurnal atau ikan yang aktif pada waktu siang hari. Pergerakan
ikan nocturnal cenderung lambat ataupun pasif, adapun arah pergerakannya tidak seluas
ikan diurnal. Diduga ikan nocturnal lebih banyak menggunakan indra perasa dan penciuman
dibandingkan indra penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan
ikan nocturnal menggunakan indra penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya
tertentu, tetapi tidak untuk intensitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi,
1997dalam Wontek, R. 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva yang baru menetas berukuran panjang total
2,44-2,63 mm, membawa pakan endogen berupa kuning telur sebesar 179x10-3- 183 x10-3 mm3
dan butir minyak 0,66x10-3- 0,67x10-3 mm3. Kuning telur habis terserap dalam waktu 60 jam
dan butir minyak hampir habis dalam waktu 80 jam setelah penetasan.

Jenis pakan alami yang dominan dipilih oleh larva L.sebae hingga umur 10 hari adalah
rotifer, setelah berumur 12 dan 16 hari larva cenderung memilih copepod dan naupli artemia
sebagai pakannya. Pola pertumbuhan larva hingga menjadi benih adalah eksponential. Periode
pemeliharaan larva berlangsung 22-29 hari pada suhu air 28,5-30,0oC. Sintasan larva yang
dihasilkan berkisar 0,39-2,10%, sedangkan sintasan benih 84-100%.

4.Reproduksi Ikan Kakap Merah

Ikan kakap merah tergolong jenis ikan dioecious/biseksual yaitu ikan yang tidak dijumpai
perbedaan antara jantan dan betina secara visual, baik dalam struktur tubuh maupun dalam hal
warna (BBPBL Lampung, 2013b). Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi
diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai
jantan dan betina sebagai betina (Zulkarnaen, 2007).

Ikan kakap merah secara fisiologis mengalami perubahan kelamin dari jantan menjadi
betina (protogini) apabila induk mencapai umur 3 tahun atau panjang mencapai 50 cm, sel
kelamin jantan mulai berkembang pada ikan dengan panjang lebih dari 20 cm, berkembangnya
sel kelamin jantan dipengaruhi oleh umur ikan, lingkungan serta pakan, dan apabila umur ikan
lebih dari 5 tahun akan cenderung betina (Priyono et al., 2003). Jenis ikan ini rata-rata mencapai
tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh
total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih
kecil dari betinanya (Zulkarnaen, 2007).
Perkembangan embrio ikan diawali dengan fertilisasi yang terjadi di luar tubuh
(eksternal). Fertilisasi adalah proses bersatunya inti sel telur dengan inti sperma membentuk
zigot. Setelah proses fertilisasi kemudian terjadi proses pembelahan zigot secara cepat menjadi
unit- unit sel yang lebih kecil yang disebut morula, kemudian membentuk blastula, 6 jam
kemudian terbentuk embrio awal, disusul dengan terbentuknya miomer awal, miomer tengah,
dan miomer akhir. Telur yang matang sebagian besar terdiri atas lemak, protein dan karbohidrat
(Sumantadinata, 1981 dalam Batara, R. J. 2008)

Larva yang baru menetas bersifat transparan, gerakannya lamban, dan masih membawa
kuning telur sebagai cadangan makanannya. Butir minyak terletak dibagian tengah bawah. Larva
kehabisan cadangan makanan setelah berumur 4-5 hari yaitu pada fase heatchilings pada fase ini
terjadi perubahan pola pakan yang semula berasal dari dalam tubuh (endogenous) beralih ke
sumber makanan yang berasal dari luar tubuh (exogenous), pada peralihan fase
antara heatchilings dan larva banyak terjadi kematian.

5.Kandungan Gizi Yang terdapat pada Ikan Kakap merah

Ikan kakap merah dengan porsi 250 gr mengandung 32,5 mcg mineral selenium.
Selenium adalah mineral untuk mencegah terjadinya oksidasi lemak. 250 gr porsi kakap merah
mengandung 168 mg fosfor. Fosfor dalam ikan ini adalah nutrisi yang berkaitan dengan
kesehatan tulang dan kepadatan tulang. 85% dari fosfor ditemukan pada tulang ikan tersebut.
Kakap merah mengandung protein sekitar 33% dari nilai kebutuhan harian yang
direkomendasikan. 250 gr porsi ikan kakap merah mengandung 17,4 mg protein. Protein
diperlukan untuk produksi hormon, enzim, jaringan dan antibodi. Kakap merah mengandung
protein lengkap, yang berarti semua asam amino esensial yang ada dalam makanan. Kakap
merah menyediakan hampir seluruh nilai kebutuhan vitamin D harian yang direkomendasikan.
Vitamin D penting untuk metabolisme kalsium, yang membantu kesehatan tulang (Balekambang,
2013).

6.Sifat Fisik Ikan Kakap Merah

Sifat fisik umum dari ikan kakap merah adalah sangat mudah rusak dan membusuk.
Kerusakan produk perikanan baik yang bersifat enzimatis maupun bakteriologis akan
mengakibatkan terjadinya dekomposisi protein maupun lemak. Kerusakan protein akan
mengakibatkan terjadinya kebusukan sedangkan kerusakan lemak akan mengakibatkan
terjadinya ketengikan. Ketengikan menyebabkan penurunan kualitas gizi, sensori dan keamanan
bahan pangan yang disebabkan oleh terbentuknya senyawa sekunder yang berpotensi toksik.

Sifat fisik ikan kakap merah yang masih segar yaitu ikan memiliki kenampakan fisik yang
cemerlang dan mengkilap, badan utuh, tidak patah, dan tidak rusak fisik. Mata ikan cerah
(terang), selaput mata jernih, pupil hitam dan menonjol. Insang berwarna merah cemerlang dan
tidak ada banyak lendir. Bau segar seperti bau spesifik ikan kakap yang masih segar dan tidak
berbau busuk. Tekstur ikan kaku atau masih lemas dengan daging elastis, jika ditekan dengan jari
cepat kembali, dan sisik ikan tidak mudah lepas.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

· Ikan kakap merah memiliki sifat euryhaline

· Habitat ikan kakap merah adalah disekitaran daerah terumbu karang

· Ikan kakap merah adalah jenis ikan nokturnal

· Ikan kakap merah tergolong jenis ikan dioceus


DAFTAR PUSTAKA

Baskoro. M. S, Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1983. Hasil Ealuasi Potensi Sumberdaya Hayati
Perikanan di Perairan Indonesia dan Perairan ZEE Indonesia. Direktorat
Sumberdaya Hayati. Balai Penelitian Perikanan Laut.Departemen Pertanian
Jakarta.
Djamal R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah
danKerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balitbang
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

You might also like