Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
Dari penulisan makalah ini yang kita harapkan adalah kiranya seluruh
dokter, penyidik dan tenaga medis lain dapat memahami tentang:
1. Definisi Ekshumasi
2. Indikasi Ekshumasi
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
5
3. Kehadiran petugas
Pada saat pelaksanaan penggalian harus dihadiri oleh:
Penyidik atau polisi beserta pihak keamanan
Pemerintah setempat/pemuka masyarakat
Dokter beserta pembantunya
Keluarga korban/ahli waris korban
Petugas pengamanan/penjaga kuburan
Penggali kuburan
Dalam penggalian kuburan, kewenangannya dimiliki oleh Tim Penyidik
sebagaimana yang dikatakan oleh Direktur I Keamanan Trans Nasional
Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Brigjen Pol Aryanto Sutadi
bahwa TNI tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penggalian
kuburan massal di Aceh meskipun sedang diberlakukan darurat militer
karena dapat merusak barang bukti, akan tetapi penyidik memerlukan izin
dari penguasa darurat militer karena tugas PDM adalah mengamankan.5
4. Keamanan
Yaitu penyidik harus mengamankan tempat penggalian dari kerumunan
massa.
5. Proses penggalian kuburan
Untuk menentukan lokasi, bila dikuburan umum, adalah keluarga atau juru
kunci kuburan. Bila letaknya tersembunyi maka tersangka yang
menunjukan. Kadang tersangka sulit menunjukkan letaknya secara pasti
sehingga penggalian dapat mengalami kegagalan.
Saat peti diangkat ke atas, penutup peti sebaiknya dibuka sedikit dengan
membuka mur atau engsel peti agar gas-gas di dalamnya bias dikeluarkan
ke udara bebas. Selanjutnya peti dikirim ke kamar mayat, apabila terjadi
pembusukan maka ditempatkan potongan kayu atau kerangka fiberglass di
dasarnya. Tanah dan lumpur harus dipindahkan sebelum peti dikirim ke
kamar otopsi untuk menghindari pencemaran.
8
6. Pemeriksaan mayat
Pemeriksaan mayat sebaiknya dilakukan ditempat penggalian agar
mempermudah penguburan kembali selain karena mengingat adanya
masalah transportasi dan waktu. Akan tetapi pemeriksaan dikamar mayat
lebih baik karena dapat dilakukan dengan tenang tanpa harus ditonton oleh
masyarakat banyak dan lebih teliti.1
Sebelum ahli patologi melakukan pemeriksaan terhadap mayat, terlebih
dahulu dipastikan bahwa mayat yang akan diperiksa adalah benar. Pada
umumnya, kerabat atau teman dekat korban yang melihat wajah mayat dan
kemudian menyatakan secara verbal kepada polisi, petugas kamar mayat
atau dokter bahwa benar itu mayat yang dimaksud. Apabila mayat terbakar
dan tidak dapat dikenali, dimutilasi, maka identifikasi dilakukan dengan
cara menunjukkan dokumen atau benda-benda seperti pakaian dan
perhiasan milik mayat kepada kerabat.1
Petugas pemeriksa mayat harus memakai sarung tangan dan masker yang
telah dicelupkan ke dalam larutan potassium permanganas. Bila mayat
telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain
pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan laboratorium,
setentang daerah punggung mayat. Bila mayat telah hancur semuanya
maka setiap organ yang tinggal harus dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Jika organ dalam tidak dijumpai lagi maka yang diperiksa adalah rambut,
gigi, kuku, tulang dan kulit korban.1
kualitasnya, tengkorak yang ditemukan sudah hancur dan tidak terbentuk lagi, dan
kesulitan proses kamar gelap yang butuh banyak biaya.6
2.4 Prosedur Pengggalian Jenazah
Permintaan secara tertulis oleh penyidik, disertai permintaan untuk otopsi.
Penyidik harus memberikan keterangan tentang modus dan identitas korban
sehingga dokter dapat mempersiapkan diri. Misalnya korban pencekikan maka
pemeriksaan leher akan lebih berhati-hati. Korban keracunan, maka dipersiapkan
alkohol 95% untuk pengawet.
Yang harus diperhatikan dalam identitas korban adalah:
1. Jenis kelamin, laki-laki atau perempuan
2. Tinggi badan
3. Umur korban
4. Pakaian, perhiasan yang menempel pada tubuh korban
5. Sidik jari (dari Satlantas saat mengambil SIM)
6. Tanda-tanda yang ada pada tubuh korban:
Warna dan bentuk rambut serta panjangnya
Bentuk dan susunan gigi. Memakai gigi palsu / tidak
Ada tato di kulit atau tidak (bentuk dan lokasinya)
Adanya cacat pada tubuh korban, misalnya: Adanya luka pada
perut, kulit, penyakit-penyakit lainnya.2
Label identitas diikat erat pada ibu jari atau gelang tangan dan kaki.1
Pada kasus non kriminal, seperti mati mendadak (sudden death),
kecelakaan, dan bunuh diri, maka identitas mayat disertakan dengan label oleh
polisi, perawat, atau petugas kamar mayat, yang berisi nama, alamat, nomor seri
dan detail lain yang relevan.1
Ahli patologi harus mencocokkan dokumen resmi tentang label tersebut.
Bila ada ketidaksamaan maka otopsi tidak boleh dilakukan sampai didapatkan
identitas yang benar dari polisi.1
Jika ada kecurigaan tertentu, sampel tanah harus diambil pada permukaan
kuburan, bagian di sekitar makam dan tanah di atas peti mayat. Saat peti telah
11
dipindahkan, ahli forensik akan mengambil sampel tanah dari pinggir dan bawah
peti mayat. Saat ada kecurigaan atau diduga tindak kriminal, rekaman gambar
pada setiap bagian identifikasi dimakamkan harus diambil (biasa difoto oleh
polisi) untuk menemukan bukti-bukti selama otopsi1.
Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, perlengkapan peti mati dan
benda yang hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan dilucuti
pakaian dan dilakukan otopsi sesuai kondisi pada tubuh. Pembusukan, adiposere
dan mummifikasi merupakan penyulit pemeriksaan, kadang ketiganya berada
pada tubuh yang sama. Pada posisi yang tinggi akan membuat keadaan mayat
lebih baik daripada tanah yang berisi air ditempat penguburan1.
Sebelum mayat dikubur kembali harus dipastikan apakah bahan – bahan
yang diperlukan sudah cukup untuk menghindari penggalian ulang1.
2.5 Cara Melakukan Penggalian Jenazah
Tanah bagian atas digali dengan pacul, linggis, atau dengan ganco. Saat
penggalian yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai merusak jenazah.
Penggalian permulaan dapat dilakukan oleh orang-orang dari penduduk
sekitarnya. Jika penggalian sudah mencapai permukaan peti jenazah, atau sampai
pada tanah yang berwarna keputihan atau sudah tercium bau busuk maka
penggalian diganti oleh pembantu dokter. Jenazah dalam peti dapat diangkat
bersama dengan petinya atau peti dibuka, jenazahnya saja yang diangkat. Jenazah
yang tidak dalam peti, jika penggalian sudah dekat jenazah maka penggalian
sebaiknya memakai tangan (tidak memakai alat). Dan kemudian jenazah diangkat
dengan hati-hati. Jika tinggal kerangka maka harus hati-hati lagi dan usahakan
jangan ada tulang yang tertinggal. Selesai penggalian, jenazah dapat diangkat ke
rumah sakit setempat atau di otopsi di tempat. 2
Jika jenazah berupa kerangka, maka bekas galian jangan ditimbun tanah
terlebih dahulu untuk beberapa saat, sebab mungkin masih diperlukan lagi bila
ada tulang yang tertinggal sedangkan tulang itu sangat diperlukan. 2
Untuk jenazah yang diduga mati oleh racun, dan kita menduga atau
berkeyakinan bahwa sudah ada percampuran air tanah dengan jenazah, maka kita
12
Hindu jarang dilakukan ekshumasi karena jenazah yang sudah meninggal tidak
dikubur melainkan dibakar1.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Penggalian mayat merupakan pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikubur. Ada beberapa kemungkinan mengapa penggalian mayat harus dilakukan.
Biasanya berkenaan dengan tindak pidana, dimana diperlukan keterangan
mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik ataupun pengadilan.
Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam pasal 135 dan
disini terkait pada pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Dan bagi yang menghalangi
atau menolak bantuan pihak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti
tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Tidak semua jenazah dimakamkan, namun ada juga yang dikremasi. Untuk
menghindari konflik kepentingan dalam sebuah investigasi forensik perlu
diupayakan agar penyelidikan dilakukan dengan melibatkan para penyelidik yang
netral dan penting juga melibatkan peran masyarakat.
3.2 Saran
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada dokter-dokter dan
masyarakat untuk dapat menambah pengetahuan tentang penggalian jenazah dan
bagaimana proses penggalian kubur dilakukan. Disarankan bagi penulis
selanjutnya untuk menulis hal-hal lain yang berhubungan dengan hal-hal penting
dalam proses penggalian jenazah dari kubur.
16
17
DAFTAR PUSTAKA