You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggalian jenazah (Exhumation) berasal dari bahasa Latin yaitu Ex yang
berarti keluar dan Humus yang berarti tanah.1 Jadi exhumation berarti
mengeluarkan mayat yang sudah dimakamkan untuk dilakukan pemeriksaan yang
syah secara hukum.1
Yang dimaksud penggalian jenazah disini ialah penggalian jenazah
kembali terhadap jenazah yang telah dikubur, untuk dilakukan pemeriksaan guna
membantu penegakkan keadilan.2
Walaupun penggalian jenazah itu merupakan pekerjaan yang tidak
menyenangkan bagi seorang dokter tetapi suatu waktu dokter akan melaksanakan
juga atas permintaan penyidik, semua dokter dapat melakukan baik dokter umum
atau dokter spesialis tetapi bila dokter Ilmu kedokteran Forensik ada, adalah lebih
baik.2
Tujuan utama penggalian jenazah ialah membantu mengumpulkan jejas-
jejas yang ada pada jenazah atau kelainan-kelainan yang ada pada jenazah atau
pakaiannya. Dengan mengumpulkan jejas-jejas atau kelainan-kelainan yang ada
kita dapat menduga apa cara kematian dan sebab kematian jenazah tersebut.2
Ada terdapat banyak alasan mengapa penggalian kuburan (ekshumasi)
dilakukan, namun sebelum ekshumasi dilakukan terlebih dahulu harus ada
permintaan dari penyidik. Beberapa alasan mengapa ekshumasi perlu dilakukan
antara lain kesalahan identifikasi mayat, studi toksikologi yang tidak lengkap,
jejak bukti hilang atau terabaikan sebelumnya, dan analisis luka yang tidak benar
atau tidak lengkap.3
Ekshumasi atau penggalian jenazah merupakan hal yang tidak asing di
Indonesia karena cukup sering dilakukan. Penggalian jenazah biasanya dilakukan

1
2

untuk kepentingan pengadilan guna mencari penyebab kematian serta


memutuskan seseorang bersalah atau tidak bersalah.4
Selain alasan – alasan di atas, ekshumasi juga dilakukan karena mayat
akan dipindahkan ke lokasi yang lain. Seperti pada kasus pemindahan mayat luka
bakar yang sekujur tubuhnya hancur dan pihak keluarga terlambat mengetahui
berita tersebut sehingga mayat telah dikubur.5 Namun beberapa kasus ekshumasi
lainnya dilakukan karena adanya permintaan dari pengadilan untuk mengulang
kembali otopsi guna menghasilkan bukti forensik yang baru. Keperluan
melakukan ekshumasi bervariasi antar satu daerah dengan daerah lainnya. Untuk
melakukan suatu ekshumasi diperlukan izin dari pemegang otoritas setempat dan
juga persetujuan dari pihak keluarga.3
Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus
dilaksanakan segera, tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka
penggalian mayat ditunda hingga ditentukan waktu yang tepat, sebab penundaan
tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.1
Mengenai ekshumasi penggalian mayat sebaiknya dilakukan pada pagi
hari untuk mendapatkan cahaya yang cukup terang, udara masih segar, matahari
belum terlalu terik dan terlebih penting untuk menghindari kerumunan masyarakat
yang akan mengganggu proses pemeriksaan. Bila tidak memungkinkan
dilaksanakan pada pagi hari maka pemeriksaan dapat juga dilaksanakan pada
siang hari dengan cuaca cerah, sedangkan pemeriksaan pada sore hari sebaiknya
dihindari karena bila berlangsung lama bias masuk ke malam hari yang
suasananya tidak nyaman karena kurang penerangan.1

1.2 Tujuan Makalah

Dari penulisan makalah ini yang kita harapkan adalah kiranya seluruh
dokter, penyidik dan tenaga medis lain dapat memahami tentang:

1. Definisi Ekshumasi
2. Indikasi Ekshumasi
3

3. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ekshumasi


4. Prosedur Penggalian Jenazah
5. Aspek Hukum
6. Aspek budaya

1.3 Manfaat Penelitian

Penyusun mengharapkan setelah membaca makalah ini dapat menambahn


pengetahuan dan pemahaman mengenai ekshumasi. Secara teoritis penulisan
makalah ini dapat dipergunakan bagi para akademis dan para peneliti yang akan
melakukan penulisan makalah yang serupa. Secara teoritis hasil penulisan referat
ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama pihak-
pihak yang berkepentingan terutama pihak kepolisian yang mempergunakan
kajian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang


sudah dikuburkan dari dalam kuburannya yang telah disahkan oleh hukum untuk
membantu peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti
tanah. Pada umumnya, penggalian mayat dilakukan kembali karena adanya
kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat
terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau adanya
anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak
akurat1.
Ekshumasi tidak hanya dilakukan pada penggalian kuburan personal
namun juga dapat dilakukan penggalian kuburan massal seperti penggalian
kuburan massal di hutan Situkup selama 3 hari. Penelitian massal ini bertujuan
untuk mengungkapkan jumlah korban pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan
pelanggaraan HAM. Menurut keterangan dr. Handoko (Tim Forensik), dari
proyektil – proyektil yang ditemukan pada kerangka yang digali bisa ditarik
kesimpulan bahwa pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan senjata laras
panjang maupun pendek yang diduga hanya dimiliki oleh militer.5

2.2 Indikasi Ekshumasi


Indikasi dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut :
1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah
menguburnya di suatu tempat.2
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan
bahwa jenazah meninggal secara tidak wajar.2

4
5

3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap


jenazah yang telah dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat
visum et repertum.2
4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian
atau karena alasan kriminal.1
5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat
keterangan kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan
seperti keracunan dan gantung diri.1 Dalam pembongkaran dua
kuburan seperti yang dilakukan oleh aparat TNI/POLRI di
Kecamatan Kuta baro yang hanya ditemukan tulang berulang
korban. Melihat dari kondisi korban, korban ditembak di pelipisnya
dalam posisi jongkok di depan lubang yang telah disediakan dengan
kedua tangan dan kaki terikat, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
bagian rambut dan gigi di laboratorium forensik. Sedangkan satu
kuburan lagi yang hanya ditemukan tengkorak kepala bersama
separuh rahang bawah kiri dan empat tulang rusuk serta tulang
tangan dan kaki tidak ditemukan. Proses penggalian tersebut
disaksikan oleh keuchik dan tokoh masyarakat.5
6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas
kebenarannya atau diragukan.1
7. Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab kematian yang
diragukan, misalnya pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan
bunuh diri.1
2.3 Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ekshumasi
Untuk melaksanakan penggalian kuburan harus dilaksanakan hal- hal
sebagai berikut:1

1. Persiapan penggalian kuburan


6

 Dokter harus mendapat keterangan lengkap tentang peristiwa


kematian agar dapat memusatkan perhatian dan pemeriksaan pada
hal yang dicurigai.
 Jika pemeriksaan dilakukan lokasi penggalian harus disiapkan tenda
lengkap dengan dinding penutup, meja pemeriksaan, air wadah, dan
perlengkapan pengankatan mayat.
Perlengkapan yang diperlukan dalam penggalian kubur:
a. Kendaraan
b. Perlengkapan untuk melakukan penggalian misalnya cangkul,
ganco, linggis, secrop.
c. Perlengkapan untuk melakukan otopsi, yaitu pisau dapur, scalpel,
gunting, pinset, gergaji, jarum (jarum karung goni), benang,
timbangan berat, gelas pengukur, alat penggaris, ember, toples berisi
alkohol 95% ini bila ada indikasi mati oleh keracunan dan stoples
berisi formalin 10%.2

2. Waktu yang baik

Waktu yang baik untuk melakukan ekshumasi adalah:


 Jika mayatnya masih baru maka di lakukan secepat mungkin
sedangkan jika mayatnya sudah lama atau lebih dari satu bulan dapat
dicari waktu yang tepat untuk penggalian.
 Penetapan batas waktu ekshumasi di India, Inggris dan Indonesia tidak
mempunyai batas waktu. Di Prancis sekitar 10 tahun, Skotlandia 20
tahun, Jerman 30 tahun.
 Waktu penggalian dilakukan pada pagi hari untuk mendapatkan
cahaya yang cukup terang, udara masih segar, matahari belum terlalu
terik dan untuk menghindari kerumunan masyarakat yang sering
mengganggu pemeriksaan. Bila tidak memungkinkan dilakukan pada
pagi hari, pemeriksaan dilakukan pada siang hari dengan cuaca yang
baik. Penggalian mayat pada sore hari sebaiknya dihindari.
7

3. Kehadiran petugas
Pada saat pelaksanaan penggalian harus dihadiri oleh:
 Penyidik atau polisi beserta pihak keamanan
 Pemerintah setempat/pemuka masyarakat
 Dokter beserta pembantunya
 Keluarga korban/ahli waris korban
 Petugas pengamanan/penjaga kuburan
 Penggali kuburan
Dalam penggalian kuburan, kewenangannya dimiliki oleh Tim Penyidik
sebagaimana yang dikatakan oleh Direktur I Keamanan Trans Nasional
Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Brigjen Pol Aryanto Sutadi
bahwa TNI tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penggalian
kuburan massal di Aceh meskipun sedang diberlakukan darurat militer
karena dapat merusak barang bukti, akan tetapi penyidik memerlukan izin
dari penguasa darurat militer karena tugas PDM adalah mengamankan.5

4. Keamanan
Yaitu penyidik harus mengamankan tempat penggalian dari kerumunan
massa.
5. Proses penggalian kuburan
Untuk menentukan lokasi, bila dikuburan umum, adalah keluarga atau juru
kunci kuburan. Bila letaknya tersembunyi maka tersangka yang
menunjukan. Kadang tersangka sulit menunjukkan letaknya secara pasti
sehingga penggalian dapat mengalami kegagalan.
Saat peti diangkat ke atas, penutup peti sebaiknya dibuka sedikit dengan
membuka mur atau engsel peti agar gas-gas di dalamnya bias dikeluarkan
ke udara bebas. Selanjutnya peti dikirim ke kamar mayat, apabila terjadi
pembusukan maka ditempatkan potongan kayu atau kerangka fiberglass di
dasarnya. Tanah dan lumpur harus dipindahkan sebelum peti dikirim ke
kamar otopsi untuk menghindari pencemaran.
8

6. Pemeriksaan mayat
Pemeriksaan mayat sebaiknya dilakukan ditempat penggalian agar
mempermudah penguburan kembali selain karena mengingat adanya
masalah transportasi dan waktu. Akan tetapi pemeriksaan dikamar mayat
lebih baik karena dapat dilakukan dengan tenang tanpa harus ditonton oleh
masyarakat banyak dan lebih teliti.1
Sebelum ahli patologi melakukan pemeriksaan terhadap mayat, terlebih
dahulu dipastikan bahwa mayat yang akan diperiksa adalah benar. Pada
umumnya, kerabat atau teman dekat korban yang melihat wajah mayat dan
kemudian menyatakan secara verbal kepada polisi, petugas kamar mayat
atau dokter bahwa benar itu mayat yang dimaksud. Apabila mayat terbakar
dan tidak dapat dikenali, dimutilasi, maka identifikasi dilakukan dengan
cara menunjukkan dokumen atau benda-benda seperti pakaian dan
perhiasan milik mayat kepada kerabat.1
Petugas pemeriksa mayat harus memakai sarung tangan dan masker yang
telah dicelupkan ke dalam larutan potassium permanganas. Bila mayat
telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain
pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan laboratorium,
setentang daerah punggung mayat. Bila mayat telah hancur semuanya
maka setiap organ yang tinggal harus dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Jika organ dalam tidak dijumpai lagi maka yang diperiksa adalah rambut,
gigi, kuku, tulang dan kulit korban.1

Pemeriksaan mayat mencakup pemeriksaan luar dan dalam.1


Pemeriksaan luar yaitu :
a. Label mayat
b. Tutup dan pembungkus mayat
c. Pakaian
d. Perhiasan
e. Tanda – tanda kematian
9

f. Identifikasi umum: usia, jenis kelamin, Tinggi badan


g. Identifikasi khusus: tatou, tahi lalat, kelainan bawaan
h. Pemeriksaan local: kepala, rambut, mata, telinga, mulut, leher, dada,
perut, ekstremitas, alat kelamin, punggung dan dubur
i. Pemeriksaan luka
Tahap pemeriksaan dalam yaitu:6

a. Pembukaan jaringan kulit dan otot


b. Pembukaan rongga tubuh, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
insisi I dan insisi Y
c. Pengeluaran organ dalam tubuh, dapat dilakukan dengan teknik:
 Teknik Virchow
yang paling sering dilakukan dengan ketelitian yang lebih rendah
 Teknik Rokitansky
 Teknik Letulle
 Teknik Gohn
Teknik Letulle dan Gohn memiliki ketelitian yang lebih tinggi.6
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur,
tinggi badan, ciri-ciri khusus, dan deformitas serta tidak memungkinkan dilakukan
rekonstruksi wajah. Dicari juga apakah terdapat tanda-tanda kekerasan pada
tulang serta memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat kematian ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan kekeringan tulang. Bila terdapat dugaan bahwa
itu seseorang tertentu, maka identifikasi dilakukan dengan membandingkan data
antemortem orang tersebut. Dapat dilakukan identifikasi dengan teknik
superimposisi yaitu suatu sistem pemeriksaan untuk melakukan jati diri seseorang
dengan membandingkan korban semasa hidup dengan kerangka atau tengkorak
yang ditemukan. Kesulitan-kesulitan dalam teknik imposisi adalah korban tidak
pernah membuat foto semasa hidup, foto korban harus baik kondisi dan
10

kualitasnya, tengkorak yang ditemukan sudah hancur dan tidak terbentuk lagi, dan
kesulitan proses kamar gelap yang butuh banyak biaya.6
2.4 Prosedur Pengggalian Jenazah
Permintaan secara tertulis oleh penyidik, disertai permintaan untuk otopsi.
Penyidik harus memberikan keterangan tentang modus dan identitas korban
sehingga dokter dapat mempersiapkan diri. Misalnya korban pencekikan maka
pemeriksaan leher akan lebih berhati-hati. Korban keracunan, maka dipersiapkan
alkohol 95% untuk pengawet.
Yang harus diperhatikan dalam identitas korban adalah:
1. Jenis kelamin, laki-laki atau perempuan
2. Tinggi badan
3. Umur korban
4. Pakaian, perhiasan yang menempel pada tubuh korban
5. Sidik jari (dari Satlantas saat mengambil SIM)
6. Tanda-tanda yang ada pada tubuh korban:
 Warna dan bentuk rambut serta panjangnya
 Bentuk dan susunan gigi. Memakai gigi palsu / tidak
 Ada tato di kulit atau tidak (bentuk dan lokasinya)
 Adanya cacat pada tubuh korban, misalnya: Adanya luka pada
perut, kulit, penyakit-penyakit lainnya.2
Label identitas diikat erat pada ibu jari atau gelang tangan dan kaki.1
Pada kasus non kriminal, seperti mati mendadak (sudden death),
kecelakaan, dan bunuh diri, maka identitas mayat disertakan dengan label oleh
polisi, perawat, atau petugas kamar mayat, yang berisi nama, alamat, nomor seri
dan detail lain yang relevan.1
Ahli patologi harus mencocokkan dokumen resmi tentang label tersebut.
Bila ada ketidaksamaan maka otopsi tidak boleh dilakukan sampai didapatkan
identitas yang benar dari polisi.1
Jika ada kecurigaan tertentu, sampel tanah harus diambil pada permukaan
kuburan, bagian di sekitar makam dan tanah di atas peti mayat. Saat peti telah
11

dipindahkan, ahli forensik akan mengambil sampel tanah dari pinggir dan bawah
peti mayat. Saat ada kecurigaan atau diduga tindak kriminal, rekaman gambar
pada setiap bagian identifikasi dimakamkan harus diambil (biasa difoto oleh
polisi) untuk menemukan bukti-bukti selama otopsi1.
Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, perlengkapan peti mati dan
benda yang hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan dilucuti
pakaian dan dilakukan otopsi sesuai kondisi pada tubuh. Pembusukan, adiposere
dan mummifikasi merupakan penyulit pemeriksaan, kadang ketiganya berada
pada tubuh yang sama. Pada posisi yang tinggi akan membuat keadaan mayat
lebih baik daripada tanah yang berisi air ditempat penguburan1.
Sebelum mayat dikubur kembali harus dipastikan apakah bahan – bahan
yang diperlukan sudah cukup untuk menghindari penggalian ulang1.
2.5 Cara Melakukan Penggalian Jenazah
Tanah bagian atas digali dengan pacul, linggis, atau dengan ganco. Saat
penggalian yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai merusak jenazah.
Penggalian permulaan dapat dilakukan oleh orang-orang dari penduduk
sekitarnya. Jika penggalian sudah mencapai permukaan peti jenazah, atau sampai
pada tanah yang berwarna keputihan atau sudah tercium bau busuk maka
penggalian diganti oleh pembantu dokter. Jenazah dalam peti dapat diangkat
bersama dengan petinya atau peti dibuka, jenazahnya saja yang diangkat. Jenazah
yang tidak dalam peti, jika penggalian sudah dekat jenazah maka penggalian
sebaiknya memakai tangan (tidak memakai alat). Dan kemudian jenazah diangkat
dengan hati-hati. Jika tinggal kerangka maka harus hati-hati lagi dan usahakan
jangan ada tulang yang tertinggal. Selesai penggalian, jenazah dapat diangkat ke
rumah sakit setempat atau di otopsi di tempat. 2
Jika jenazah berupa kerangka, maka bekas galian jangan ditimbun tanah
terlebih dahulu untuk beberapa saat, sebab mungkin masih diperlukan lagi bila
ada tulang yang tertinggal sedangkan tulang itu sangat diperlukan. 2
Untuk jenazah yang diduga mati oleh racun, dan kita menduga atau
berkeyakinan bahwa sudah ada percampuran air tanah dengan jenazah, maka kita
12

ambil sebungkal tanah di atas jenazah, subungkal tanah dibawah jenazah,


sebungkal tanah dari samping kanan, dari sebelah kiri dan dari tanah sejauh
kurang lebih lima meter dari jenazah. Tanah tersebut sebagai sampel untuk
dikirim bersama-sama organ-organ tubuh ke laboratorium.2
2.6 Aspek Hukum
Identifikasi kuburan harus dilakukan dengan perencanaan dan dicatat
segala sesuatunya atas ijin petugas pemakaman dan pihak yang berwenang.
Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP dan memerlukan surat
permintaan pemeriksaan dari penyidik. Di samping itu, masih diperlukan
persiapan lain yaitu koordinasi dengan pihak pemerintah daerah (Dinas
Pemakaman), untuk memperoleh bantuan penyediaan tenaga para penggali kubur,
juga perlu dipersiapkan kantong plastik besar untuk jenazah serta kantong plastik
untuk wadah /sampel pemeriksaan laboratorium1.
KUHAP Pasal 135
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan
penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 133 ayat 2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini.
Dalam penjelasan pasal 135 KUHAP ini lebih lanjut disebut : yang
dimaksud dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat dari semua
jenis tempat dan penguburan.1

KUHAP Pasal 133 ayat 2


Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.1
13

KUHAP Pasal 134 Ayat 1


Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
Mengenai biaya untuk kepentingan penggalian mayat, bila merujuk ke
dalam ketentuan hukum KUHP dinyatakan ditanggung oleh Negara, walaupun
dalam pelaksanaannya ada ketegasan dan kejelasan.1

KUHAP Pasal 136


Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua BAB XIV ditanggung oleh Negara.1

KUHAP Pasal 7 Ayat 1


Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
KUHAP Pasal 180
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan
yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta
keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh
yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).
Bagi yang menghalang- halangi atau menolak bantuan pihak pengadilan
dapat dikenakan sanksi hukum seperti tercantum dalam pasal 222 KUHP.1
14

KUHP pasal 222


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi, atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya 9
bulan atau denda sebanyak- banyaknya tiga ratus ribu rupiah.1
Profesionalisme kedokteran forensik di Indonesia dapat ditingkatkan
apabila didukung oleh undang – undang yang memberinya kewenangan,
kelembagaan dan dukungan finansial yang memadai.1
Tujuan utama penggalian jenazah: membantu mengumpulkan jejas-jejas
yang ada pada jenazah atau kelainan-kelainan yang ada pada jenazah atau
pakaiannya.1
Bila mayat baru dikubur (beberapa hari) segera dilakukan penggalian
kubur (ekshumasi). Semakin ditunda maka mayat semakin busuk dan
dapat menghilangkan barang bukti. Apabila sudah sebulan atau lebih, maka
penggalian dapat ditunda dan disesuaikan dengan cuaca dan keadaan. Setelah
dilakukan penggalian mayat, maka segera otopsi di RS terdekat atau di tempat
penggalian.1
Cara mengambil kesimpulan dari hasil pemeriksaan:1
 Pada penggalian ditemukan jenazah dalam keadaan membusuk.
 Pada otopsi ditemukan patah tulang kepala yang hampir separuh
kepala.
 Patah tulang tersebut mempunyai tanda-tanda akibat persentuhan
dengan benda tajam.
Kesimpulannya ialah:
Ditemukan patah tulang kepala akibat persentuhan dengan benda tajam.
Kekerasan oleh benda tajam pada kepala korban. tersebut dapat menimbulkan
kematian.
2.7 Aspek Budaya
Ditinjau dari aspek budaya, pelaksanaan ekshumasi (penggalian kubur)
seperti di India, Srilanka dan lain – lain yang mayoritas penduduknya beragama
15

Hindu jarang dilakukan ekshumasi karena jenazah yang sudah meninggal tidak
dikubur melainkan dibakar1.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Penggalian mayat merupakan pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikubur. Ada beberapa kemungkinan mengapa penggalian mayat harus dilakukan.
Biasanya berkenaan dengan tindak pidana, dimana diperlukan keterangan
mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik ataupun pengadilan.
Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam pasal 135 dan
disini terkait pada pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Dan bagi yang menghalangi
atau menolak bantuan pihak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti
tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Tidak semua jenazah dimakamkan, namun ada juga yang dikremasi. Untuk
menghindari konflik kepentingan dalam sebuah investigasi forensik perlu
diupayakan agar penyelidikan dilakukan dengan melibatkan para penyelidik yang
netral dan penting juga melibatkan peran masyarakat.
3.2 Saran
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada dokter-dokter dan
masyarakat untuk dapat menambah pengetahuan tentang penggalian jenazah dan
bagaimana proses penggalian kubur dilakukan. Disarankan bagi penulis
selanjutnya untuk menulis hal-hal lain yang berhubungan dengan hal-hal penting
dalam proses penggalian jenazah dari kubur.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, A. 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Bagian


Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2. Hoediyanto. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya.
3. Claridge, J. 2010. Exhuming a Corpse For Forensic Analysis. (Online)
(Available at http://www.exploreforensics.co.uk/exhuming-a-corpse-for-
forensic-analysis.html. Diakses 11 Januari 2016)
4. Luke. 2008. Exhumation. (Online). (Available at
http://calcaneuser.blogspot.co.id/2008/07/to-exhume-or-not-to-
exhume.html. Diakses 11 Januari 2016)
5. Ikhsan E, dkk. 2000. Kuburan Mayat Berluka Bakar digali. (Online).
(Available at http://ikhsan-acheh.blogspot.co.id/2010/05/exhumation-
penggalian-kuburan.html. Diakses 11 Januari 2016)
6. Amir, A. 2004. Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Medan: Percetakan
Ramadan.

You might also like