You are on page 1of 12

PROPOSAL

BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

DISUSUN OLEH :

Nalau Sapu Rata, S.Kep 113063J117031


Jenny Anggraeny, S.Kep 113063J1170
Veronica Herawati, S.Kep 113063J117051
Teddy Susanto, S.Kep 113063J1170
Rai Shinta, S.Kep 113063J1170

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN
BANJARMASIN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainanan akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Tehnik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri
pada anak,yang salah satu bentuknya adalah dengan cara tehnik bercerita. Melalui
cerita, emosi anak selain perlu disalurkan juga dilatih, emosi dapat diajak
mengarungi berbagai perasaan manusia. Anak dapat dididik untuk menghayati
kesedihan, kemalangan. Anak dapat juga diajak untuk berbagai kegembiraan,
kebahagiaan, keberuntungan, dan keceriaan. Melalui cerita perasaan atau emosi
dapat dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai peran dalam kehidupan,
dengan bercerita,anak melepaskan ketakutan, kecemasan, rasa nyeri terhadap
penyakit, mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bercerita merupakan
cara koping yang paling baik untuk mengalihkan rasa nyeri pada anak terhadap
penyakitnya (Winahyu, 2013).
Bermain tebak gambar merupakan upaya untuk mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat dan mengembangkan kognitif serta daya
imajinasi anak (Hidayanti dkk, 2017).
Bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk
mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi
perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya.

B. Tujuan :
1. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuankhusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
C. Sasaran
1. Anak usia 2-8 tahun
2. Anak yang di rawat di ruang anak Tulip 2A
3. Kooperatif
4. Anak yang memungkinkan untuk diikutsertakan
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
1. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapa
tmenghambat proses bermain
2. Kooperatif dan mampumengikuti proses kegiatan sampai selasai
3. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain (story telling, tebak
gambar dan mewarnai).

B. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontraindikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

C. Karakteristik Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c. Bermain drama (dramatic play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi
BAB III
METODELOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel
gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar
yang telahdi bongkar.

B. Tujuan bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Secara khusus terapi bermain story telling bertujuan sebagai berikut :
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Tehnik distraksi untuk mengalihkan rasa nyeri pada anak
3. Anak dapat juga diajak untuk berbagai kegembiraan, kebahagiaan,
keberuntungan, dan keceriaan.
4. Dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai peran dalam kehidupan,
dengan bercerita,anak melepaskan ketakutan, kecemasan, rasa nyeri
terhadap penyakit, mengekspresikan kemarahan dan permusuhan
C. Keterampilan yang diperlukan dalam terapi bermain story telling, tebak gambar
dan mewarnai adalah:
a. Mampu mengajak anak berbicara mengungkapkan perasaannya
b. Daya imajinasi dan lihat anak terhadap warna dan gambar serta kecepatan dan
ketepatan dalam penyusunan gambar.
c. Mampu mengajak anak berperan aktif dalam menebak gambar
d. Mampu membimbing anak dan mengajar anak cara yang benar dalam
menebak gambar
e. Mampu mengarahkan anak pada gambar yang tepat
f. Mampu membantu anak dalam menentukan warna yang tepat pada gambar
tertentu.

D. Jenis permainan
Story telling, tebak gambar, dan mewarnai

E. Alat permainan
Boneka Tangan, buku gambar, buku mewarnai dan pensil warna/crayon.

F. Proses bermain
1. Story telling, menggunakan boneka tangan kemudian membuat sebuah cerita
yang menarik untuk anak
2. Tebak gambar dengan memperlihatkan buku bergambar dan meminta anak
untuk menebak atau menyebutkan nama dari gambar tersebut
3. Mewarnai gambar sehingga menjadi suatu gambar menarik dengan pemilihan
warna yang sesuai dengan gambar.
G. Waktu pelaksanaan
1. Hari/tanggal: Rabu, 06 Desember 2017
2. Waktu: 10.00 - 10.30 WIB (30 menit)

H. Hal-hal yang perlu diwaspadai


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermainsehinggamembuatanakmenjadimarahataumemberontakkarenatidakma
mpumenyusunsecarasempurna. Jangan memberikan alat permainan terlalu
banyak atau sedikit.

I. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

J. Pengorganisasian
1. Leader : Etri Lolita, A.P, S.Kep
2. Co. Leader : Rio Herawan, S.Kep
3. Observer : RiaArnila, S.Kep
4. Fasilitator : TrieunikeDessy P, S.kep
5. Dokumentasi : RismanSirait, S.Kep
6. Peserta : Anak umur 2-8 tahun yang di rawat di ruang anak RSUD
Ulin Banjarmasin

K. System evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 5 orang
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Anak Tulip 2A RSUD
Ulin Banjarmasin
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Anak antusias dalam kegiatan yang diselenggarakan
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Anak mulai berespon positif terhadap efek hospitalisasi
d. Anak ceria dan mampu beradaptasi dengan rasa nyeri, cemas, takut,
gelisah, marah dan masalah lainnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Tehnik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri pada
anak,yang salah satu bentuknya adalah dengan cara tehnik bercerita. Melalui
cerita, emosi anak selain perlu disalurkan juga dilatih, emosi dapat diajak
mengarungi berbagai perasaan manusia.
Bermain tebak gambar merupakan upaya untuk mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat dan mengembangkan kognitif serta daya
imajinasi anak.
Bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk
mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi
salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat
perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti, dkk.2017. Proposal Kegiatan Terapi Bermain Tebak Gambarpada Anak


Usia 2 Tahun Ke Atas Di Stikes Hafshawti Zainul Hasan Genggong Probolinggo
Winahyu Dewi.2013. Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Skala Nyeri Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Tindakan Pengambilan Darah Vena Di RSUD
Tugurejo Semarang
Wong.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

You might also like