Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Reza Abdul Kodir
NPM 260120140011
Reza A. Kodir
NPM. 260120140011
1
Daftar Isi
Hal
Kesimpulan ............................................................................................................ 1
Pustaka Utama ...................................................................................................... 1
Pustaka Tambahan ............................................................................................... 1
2
Pendahuluan
Lactoferrin
Lactoferrin (LF) ada protein terikat-besi non-haem yang berasal dari
keluarga protein transferin bersama dengan serum transferrin, ovotransferrin,
melanotransferrin dan sebagainya. Fungsi utama keluarga ini adalah sebagai
penghantar besi di dalam serum darah (González-Chávez et al., 2009). LF
diproduksi oleh epitel mukosa pada mamalia termasuk manusia. Glikoprotein ini
ditemukan pada cairan sekresi seperti air mata, saliva, cairan vagina, semen,
sekresi nasal dan bronkial, empedu, cairan saluran cerna, urin, dan paling tinggi
pada susu dan kolostrum (González-Chávez et al., 2009). LF juga merupakan
protein dengan kandungan tertinggi kedua setelah kasein pada susu (González-
Chávez et al., 2009).
Karakteristik muatan total yang positif dan sebaran LF pada berbagai
jaringan menjadikannya memiliki banyak fungsi secara fisiologis. Diantara fungsi
LF secara fisiologis adalah sebagai regulasi penyerapan zat besi di usus, respon
imun, antioksidan, anti-karsinogen, anti-inflamasi, dan proteksi terhadap infeksi
mikroba. Mengingat fungsi fisiologisnya yang penting, LF sangat berpotensi
untuk dikembangkan sebagai produk nutrasetikal dan pengembangan berjalan ke
arah memproduksi LF secara in vitro untuk memenuhi kebutuhan akan protein ini.
Produksi LF saat ini dapat dilakukan dengan isolasi dari susu atau dengan
memproduksi LF rekombinan (rLF). rLF diproduksi pada sistem ekspresi bakteri,
fungi, dan virus. Upaya pengembangan sistem ekspresi rLF juga merambah
menggunakan organisme seperti tumbuhan dan hewan.
3
Gambar 1. Struktur Transferrin (Moore et al., 1997 dalam Choi et al., 2003)
4
protein farmastikal (Kim et al., 2003). Sel tembakau transgenik dalam penelitian
Choi et al. (2003) menggunakan promoter SWPA2 sebagai pengontrol ekspresi
gen hLF.
Choi et al. (2003) memaparkan tentang salah satu pengembangan sistem
ekspresi rLF pada tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian Choi et
al. (2003) adalah tumbuhan tembakau (Nicotiana tabacum). Galur sel transgenik
N. tabacum dalam penelitian Choi et al., (2003) telah dikembangkan sebagai
sistem ekspresi LF manusia dan dikendalikan oleh promoter peroksidase
terinduksi cekaman oksidatif (oxidative cekamans-inducible peroxidase/SWPA2).
Analisis Western blot dilakukan untuk menunjukkan keberadaan LF manusia pada
sel tembakau. Akumulasi LF manusia yang dipantau menggunakan ELISA
meningkat secara proporsional seiring dengan pertumbuhan sel tumbuhan dan
mencapai maksimal pada fase stasioner dari pertumbuhan tembakau. Selain
mendeteksi keberadaan LF manusia pada tembakau, Choi et al. (2003) juga
melakukan pengujian antimikroba terhadap protein yang diisolasi. Dari uji ini,
diketahui bahwa protein hasil ekstraksi tersebut memiliki aktivitas antibakteri.
5
Analisis Southern dan Northern blot
Analisis ini dilakukan untuk menganalisa DNA dan RNA transformasi pada sel
tembakau.
Analisis Western blot
Analisis ini dilakukan untuk menganalisa protein hasil transformasi seperti yang
sudah diuraikan sebelumnya.
Assay aktivitas antibakteri
Penelitian ini dilanjutkan hingga pengujian aktivitas antibakteri sebagai
mekanisme verifikasi keberhasilan produksi rhLF pada sel tembakau. Aktivitas
antibakteri yang ditunjukkan menandakan rhLF yang dihasilkan berupa rhLF
fungsional sebagaimana hLF yang diproduksi pada sel manusia.
6
Gambar 5. Perubahan pertumbuhan sel (A)
kandungan rhLF (B) pada suspensi kultur tiga
galur sel transgenik. T1, T2, dan T5
merepresentasikan galur sel transgenik..
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri rhLF terhadap tiga strain bakteri: S. typhymurium, S. aureus,
dan E. coli
Cell growth (%)
Strains Control Lactoferrin (commercial) Transgenic
cell extract (500 g ml-1) cell extract
Salmonella typhymurium 100 ± 2.3 22.3 ± 1.2 87.7 ± 1.6
Staphylococcus aureus 100 ± 1.7 45.8 ± 1.5 79.9 ± 2.6
Escherichia coli (DH5) 100 ± 0.9 1.5 ± 0.5 51.8 ± 1.9
Data represent the average the three experiments
Analisis molekuler terhadap galur sel yang menghasilkan rhLF dalam jumlah
tinggi
Analisis ini dilakukan untuk memastikan kestabilan hasil transformasi rhLF pada
sel tembakau. Analisa Southern blot pada T1 – T6 menunjukkan satu pita yang
berarti gen rhLF telah bergabung dengan baik di dalam genom sel tembakau. Pada
analisis Northern blot, T1, T2, T4, dan T5 menunjukkan ekspresi tertinggi
sementara T3 da nT6 menunjukkan ekspresi rhLF yang rendah. Protein rhLF
dianalisa menggunakan Western blot, seluruh galur menghasilkan protein dengan
bobot 80 kDa dan 40 kDa, kecuali T3 yang hanya menghasilkan protein dengan
bobot 80 kDa saja, sementara sel kontrol tidak menghasilkan protein dengan
bobot ini. Ekspresi rhLF pada lima galur sel diduga mengalami degradasi protein
1
dengan 40 kDa sebelum membentuk pelipatan yang sempurna menjadi protein
dengan bobot 80 kDa.
Kesimpulan
Ada beberapa poin penting terkait dengan penelitian yang dilakukan Choi et
al. pada tahun 2003 ini, yaitu:
Pustaka Utama
Pustaka Tambahan
González-Chávez, S. A., Arévalo-Gallegos, S., and Rascón-Cruz, Q.. Lactoferrin:
structure, function and applications. International Journal of
Antimicrobial Agents 33 (2009) 301.e1–301.e8
1
Kim, Kee-Yeun, Kwon, Suk-Yoon, Lee, Haeng-Soon, Hur, Yunkang, Bang, Jae-
Wook, and Kwak, Sang-Soo. A novel oxidative stress-inducible peroxidase
promoter from sweetpotato: molecular cloning and characterization in
transgenic tobacco plants and cultured cells. Plant Molecular Biology 51:
831–838, 2003