You are on page 1of 4

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang
seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Menurut World Population Data
Sheet 2013, Indonesia merupakan Negara ke 5 di Dunia dengan estimasi jumlah
penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Diantara Negara ASEAN, penggunaan Kontrasepsi di
Indonesia sudah mencapai 61,9 % dan jumlah Total Fertility Rate cenderung menurun,
namun di Indonesia jumlah wanita usia subur masih sangat tinggi. Salah satu faktor
meningkatnya jumlah penduduk adalah fertilitas atau kelahiran oleh sebab itu Indonesia
menerapkan satu program untuk dapat mengatasi masalah ini, yaitu Keluarga Berecana.1
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957,
namun masih menjadi urusan kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan.
Sejalan dengan meningkatkan jumlah penduduk indonesia serta tingginya angka kematian
ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB selanjutnya digunakan
sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. KB pertama kali ditetapkan sebagai program
pemerintah pada tanggal 29 juni 1970, bersamaan dengan dibentuknya Badan Koordinasi
Keluarga Berancana Nasional (BKKBN).2-4
Data BKKBN menunjukan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 Pasangan Usia
Subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru. Data BKKBN 2014 didapatkan bahwa
separuh peserta KB menggunakan suntikan sebagai metode kontrasepsi. Data Riskesdas
2013 menunjukan penggunaan KB di DKI Jakarta sebesar 54%, dimana sebagian besar
didominasi oleh penggunaan kontrasepsi hormonal yaitu sebesar 43%.1,3
Seiring dengan meningkatnya penggunaan kontrasepsi, keluhan kesehatan pun
semakin bervariasi. Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 melaporkan
bahwa terdapat sekitar 25% perempuan mengalami masalah kesehatan selama
menggunakan alat kontrasepsi diantaranya sakit kepala, tidak menstruasi, dan salah satu
efek samping penggunaan alat kontrasepsi hormonal adalah tidak lancarnya produksi ASI
yang dapat mempengaruhi pemberian ASI pada balita.5
Pemberian ASI sendiri masih menjadi masalah di dunia. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2010 sebanyak 1,5 juta balita 0-6 bulan meninggal akibat
pemberian makanan tambahan sebelum waktunya, dan hanya sebesar 15% bayi yang
mendapat ASI.
Global strategy for Infant and Young Children Feeding. World Health Organization.
2003. Available at : http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42590/1/9241562218.pdf
[Accessed 14 Sept. 2017]
Data Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2015, menunjukkan
secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebesar 55,7%, padahal pada tahun 2006 pemerintah Indonesia menargetkan
sesuai dengan target MDG’s 2009 cakupan ASI eksklusif nasional diharapkan mampu
mencapai 80%. Di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015, jumlah bayi yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 119.772 bayi atau hanya sekitar 67.1%, dan untuk di wilayah
Jakarta Barat pada tahun 2015, jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 3.038
bayi atau sebesar 52,7%. Mengacu pada target renstra tahun 2016 yaitu sebesar 54,0%
maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam
bulan yang ada di Jakarta sebesar 48,1% belum mencapai target yang diminta. 1,6-9
Profil kesehatan provinsi dki jakarta tahun 2015. Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: 2016.
Berdasarkan data rendahnya pemberian ASI eksklusif tersebut dan masih
sedikitnya penelitian tentang hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dan
pengaruhnya terhadap ASI eksklusif, serta mengingat pentingnya pemberian ASI
eksklusif maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemakaian
kontrasepsi hormonal terhadap pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor lain yang
berhubungan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat periode November-Desember 2017.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengguna kontrasepsi di Indonesia masih rendah, menurut data World Health
Organization (WHO) jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, penggunaan
alat kontrasepsi di Indonesia sebesar 61,9%. Sedangkan jumlah wanita usia subur di
Indonesia merupakan yang paling tinggi di ASEAN.
b. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif. Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2010 sebanyak 1,5 juta balita 0-6 bulan meninggal akibat pemberian
makanan tambahan sebelum waktunya, dan hanya sebesar 15% bayi yang mendapat
ASI.
c. Belum diketahuinya faktor – faktor yang mempengaruhi hubungan antara pemakaian
kontrasepsi hormonal dan pemberian ASI eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat.
d. Masih sedikitnya penelitian tentang pengaruh kontrasepsi hormonal terhadap
pemberian ASI eksklusif khususnya di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat.

1.3 Hipotesis
Ho = Tidak terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
pemberian ASI eksklusif
Ha = Terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan pemberian ASI
eksklusif

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan faktor-faktor lain
dengan pemberian ASI eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya sebaran pemberian ASI eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat.
b. Diketahuinya sebaran penggunaan kontrasepsi hormonal di fasilitas pelayanan
kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat.
c. Diketahuinya sebaran usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, paritas dan
dukungan suami di fasilitas pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat.
d. Diketahuinya hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal, usia, status
gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, paritas, dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat.
1.5 Manfaat Peneitian
1.5.1 Untuk Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
penulis tentang hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
pemberian ASI eksklusif.
b. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi peneliti terutama dalam
bidang penelitian klinik.
1.5.2 Untuk Institusi Pendidikan
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah referensi karya
ilmiah terkait dengan hubungan antara penggunaan alat kontrasepi hormonal
dengan pemberian ASI eksklusif.
b. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya dibidang
kesehatan.
1.5.3 Untuk Puskesmas
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan bagi puskesmas untuk
meningkatkan angka pencapaian ASI eksklusif sesuai dengan target program di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat.
1.5.4 Untuk Masyarakat
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

You might also like