Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari tuberkulosis paru
2 Mengetahui klasifikasi dari tuberkulosis paru
3 Mengetahui etiologi dari tuberkulosis paru
4 Mengetahui tanda dan gejala dari tuberkulosis paru
5 Mengetahui faktor risiko dari penyakit tuberkulosis paru
6 Mengetahui patogenesis dari tuberkulosis paru
7 Mengetahui penatalaksanaan dari tuberkulosis paru
8 Mengetahui apa komplikasi dari tuberkulosis paru
9 Mengetahui terapi pengobatan dari penyakit tuberkulosis paru
10. Mengetahui cara pencegahan dari tuberkulosis paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setelah hampir 30 tahun mengalami penurunan, berawal di pertengahan
tahun 1980-an, jumlah kasus tuberkulosis yang terdiagnosa di negara maju
seperti Amerika Serikat mulai merangkak naik. Alasan mengapa hal ini terjadi
antara lain peningkatan jumlah imigran dari area yang merupakan endemik
tuberkulosis, peningkatan jumlah orang miskin dan tunawisma, munculnya
penyakit HIV/AIDS dan meningkatnya jumlah individu yang mengalami
gangguan sistem imun atau imunokompresi. Meskipun peningkatan ini secara
bertahap menurun, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika
Serikat atau U.S. Center for Disease Control and Prevention menyatakan
bahwa meskipun angka kasus TB yang dilaporkan rendah pada tahun 2004
(4,9 kasus dari 100.000 populasi), angka penurunan untuk tahun 2003 dan
2004 adalah yang paling kecil sejak tahun 1993.
Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respons imun dan inflamasi
yang kuat. Karena respons yang hebat ini, terutama yang diperantarai sel-T,
hanya sekitar 5% orang yang terpajan basil tersebut akan menderita
tuberkulosis aktif. Hanya individu yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif
yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya selama masa infeksi
aktif.
2.2 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli
radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis.
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
1. - Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
- Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)
2. Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent.
3. - Tuberkulosis Minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrate non kavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru
4
- Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm. jumlah
infiltrate bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru-paru.
Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu
paru.
- Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
- Tuberkulosis paru
- Bekas tuberkulosis paru
- Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
a. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati.
Di sini sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif
b. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati.
Di sini sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
5
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainya. Daya penularan seorang penderita di tentukan oleh banyaknya
kuman yang di keluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin besar resiko penularan tuberkulosis tersebut. Bila
hasil pemeriksaaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
6
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, di
mana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Maleise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang nyeri
otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara teratur.
7
c. Seseorang yang ridak memiliki perawatan kesehatan yang memadai,
khusus nya anak-anak di bawah 15 tahun dan dewasa diatas 44 tahun
d. Gangguan kondisi medis atau perlakuan khusus (misalnya, diabetes,
gagal ginjal kronis, gizi, keganasan, dia-modialysis, transplantasi organ,
gastrektomi dll.)
e. Imigrasi dari negara-negara dengan prevalensi yang tinggi dari TB
(Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin, Caribbean)
f. Menjadi seorang pekerja perawat kesehatan yang melakukan kegiatan:
berisiko tinggi dengan aerosol pentamidine dan obat-obatan lain,
prosedur induksi dahak, bronchoscopy, suction, merawat pasien
immunosuppressed, perawatan rumah & limbah medis yang berisiko
terhadap tuberkulosis).
8
permulaan infeksi yang terjadi di alveoli atau di kelenjar limfe hilus.
Kuman tuberkulosis akan mengalami penyebaran secara hematogen
ke apeks paru yang kaya dengan oksigen dan kemudian berdiam diri
(dorman) untuk menunggu reaksi yang lebih lanjut.
2. Reaktilasi dari tuberkulosis primer
10% dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktilasi,
terutama setelah 2 tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini desebut
juga dengan tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan melalui
hematogen ke bagian segmen apikal posterior. Reaktifasi dapat juga
terjadi melalui metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh.
3. Tipe reinfeksi
Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang
terjadi. Mungkin dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari
imunitas tubuh atau terjadi penularan secara terus menerus oleh
kuman tersebut dalam suatu keluarga.
9
Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogamkan. Pasien mungkin tetap menginap dirumah sakit atau di bawah
pengawasan sejenis karangtina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi
medis cenderung rendah.
10
rumah sakit pengobatannya tetap perlu diberikan selama sputum BTA
tetap positif, baik dengan biakan maupun secara langsung.
Masih-masing obat mempunyai toksisitas yang berbeda, oleh karena
itu dalam melakukan pengawasan (monitoring) diharapkan
ditunjukkan pada 2 hal pokok, yakni resistensi dan intoksikasi.
Beberapa regimen pengobatan yang dianjurkan antara lain:
Alternatif yang pertama adalah setiap hari diberikan:
- INH 300 mg
- Rifampisin 600 mg
-Pirazinamid 25-30 mg/kg BB, diberikan berturut-turut selama 2
bulan dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian INH 300 mg
dan Rifampisin 600 mg selama 4 bulan.
Alternatif yang kedua adalah:
- INH 300 mg
- Rifampisin 600 mg
Diberikan selama 9 bulan
Alternatif yang ketiga adalah:
- INH 900 mg
- Rifampisin 600 mg
Diberikan selama sebulan dan kemudian dilanjutkan dengan 2 kali
seminggu selama 8 bulan.
Alternatif yang keempat adalah:
Bila terdapat resistensi terhadap INH (Isoniazid), maka dapat
diberikan etambutol dengan dengan dosis 15-25 mg/kg BB.
11
>55 kg: 600 mg/hari obat
KB
Anak-anak Optik
12
Tingginya serum Berikan rifampisin
transaminase 2-8 dengan hati-hati
minggu pertama dari selama fase hepatitis
pengobatan hepatitis
Kemerahan pada kulit Yakinlah penderita
kepala dan gatal-gatal dan teruskan
pengobatan
Purpura Rifampisin dihentikan
trombositopenik, dan tidak boleh
anemia hemolitik dan digantikan dengan
kegagalan akut (sangat preparat yang lainnya
jarang)
Demam menggigil Beri dosis intermitten
sesudah makan obat 2 kali seminggu. Obat
yang terjadi setelah 3- yang berdosis tinggi
6 bulan sesudah dan berikan dengan
pengobatan dosis 3 kali seminggu
Isoniazid Parestesia, rasa Berikan piridoksin
terbakar pada tangan dengan isoniazid, bila
dan kaki, neuropati dosis isoniazid
perifer. melebihi 14 mg/kg
BB
Etambutol Kebutaan dan buta Usahakan dosis
warna biru. Neuritis dibawah 15 mg/kg
retrobulbar BB/hari dan pasien
harus menceritakan
apa yang terjadi
dengan
penglihatannya. Bila
terdapat keluhan,
maka obat dihentikan
dan dimulai lagi
dengan dosis yang
rendah
Hampir semua obat antituberkulosis mempunyai efek samping. Efek
samping pada hati didapat pada pemberian isoniazid, rifampisin,
pirazinamide, etionamide, dan PAS dan yang mempunyai efek samping
neuritis adalah isoniazid, streptomisim (nervus vestibularis), dan etambutol
(nervus optikus) bahkan sikloserin mempunyai efek psikosis sampai ke
13
konvulsi. Oleh karena itu pengawasan terhadap adanya efek samping pada
setiap pengobatan tuberkulosis perlu dilakukan.
14
Pada etnis kulit putih dan bangsa asia denga tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum posistif
harus diawasi.
Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heaf positif
dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
Bila tes tuberkulin negatif maka harusb dilakukan mtes ulang setelah 8
minggu dan bila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan. Sputum BTA adalah cara praktis untuk mendapatkan kasus
tuberkulosis.
Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis primer
Kemoperofilaksis primer diberikan untuk membunuh kuman sebelum
kuman mempunyai kemampuan bermultiplikasi dan menimbulkan
penyakit. Diberikan kepada ibu dengan BTA positif, yakni dengan
dosis 5 mg/kg BB yang dapat diberikan selama 3 bulan sampai BTA
pada dahak ibu tidak ditemukan lagi dan pada bayi dilanjutkan dengan
vaksinasi BCG.
Kemoprofilaksis sekunder
Kemoprofilaksis sekunder bertujuan untuk mencegah progrefitas dari
penyakit (pasien dengan tes tuberkulin posistif dan vaksinasi BCG
belum pernah diberikan). Beberapa contoh antara lain:
- Anak-anak yang berumur dibawah 5 tahun oleh karena mempunyai
risiko untuk mendapatkan tuberkulosis miliar dan meningitis.
- Pasien yang telah berumur 35 tahun dengan tes tuberkulin positif
dan belum pernah di vaksinasi BCG, serta pernah berhubungan
langsung dengan pasien tuberkulosis.
- Pasien yang baru saja mendapat tuberculin convertor. Diberikan
INH 5 10 mg/kg BB maksimum 300 mg selama 6 bulan dan
rifampisin 10 mg/kg BB.
15
- Pada orang yang menderita HIV dengan tes tuberkulin positif dan
tidak pernah vaksinasi BCG, maka diberikan INH 5-10 mg/kg BB
maksimum 300 mg. Terapi pencegahan pada umur diatas 35 tahun
jarang dilakukan.
- Selain dengan vaksinasi BCG yang diberikan kepada bayi yang
baru lahir maka dalam tindakan pencegahan tuberkulosis dikenal
pula dengan drug prevensi atau kemoprofilaksis. Pada prinsipnya
kemoprofilaksis deberikan kepada pasien yang beruhungan lama
dengan pasien tuberkulosis, baik yang tuberkulinnya positif
maupun yang negatif atau pasien dengan bayangan infiltrat pada
foto toraks yang telah mengalami pengobatan sempurna maupun
pada perawat yang ditugaskan pada rumah sakit paru. Lamanya
pemberian INH ini adalah 6 12 bulan. Menurut American Thoracis
Socienty pada pemberian 6 bulan tingkat pencegahannya adalah
65%, sedangkan yang 12 bulan dalah 75%.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
16
berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi.
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan, kuman tuberkulosis
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainya. Daya penularan seorang penderita di tentukan oleh banyaknya
kuman yang di keluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin besar resiko penularan tuberkulosis tersebut. Bila
hasil pemeriksaaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Tanda-tanda klinis dari tuberculosis adalah terdapatnya keluhan-keluhan
berupa:
Batuk
Sputum mukoid atau purulent
Nyeri dada
Hemoptysis
Dispne
Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
Berat badan berkurang
Anoreksia
Malaise
Ronki basah di apeks paru
Wheezing (mengi) yang terlokalisir
3.2 SARAN
Kita harus mengetahui penyebab dari tuberkulosis serta kita juga harus
mengetahui cara penyebaran, menanggulangi serta pengobatannya. Dengan
begini kita akan terhindar dari penyakit tersebut, dan juga kita harus
17
menyosialisasikan terhadap masyarakat bahwa begitu bahayanya akan
penyakit tuberkulosis.
DAFTAR RUJUKAN
18
Somantri, I. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Suzanne C. O'Connell Smeltzer, Brenda G. Bare, Janice L. Hinkle, Kerry H.
Cheever. 2013. Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-surgical
Nursing.
19