You are on page 1of 17

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


AKTIFITAS FUNGSIONAL PADA PENDERITA LOW BACK
PAIN AKIBAT SPASME ERECTOR SPINE

DISUSUN OLEH :

NUR PURNAMASARI YUSUF

PO. 714.241.141.029

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN D.IV FISIOTERAPI 2016/2017


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek klinik dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan


Aktifitas Fungsional Pada Penderita Low Back Pain Akibat Spasme Erector Spine Di RSUD
Labuang Baji” atas nama : Nur Purnamasari Yusuf, nim : PO.714241141029 telah disetujui
dan di ajukan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD Labuang
Baji. Mulai tanggal 04 Desember 2017 – 29 Desember 2017.

Makassar, 04 Januari 2017

Mengetahui :

Pembingbing Akademik Pembingbing Klinik

Sudaryanto, SST. Ft, M. Fis F. Lusi Tangdirapak, S.ST, Ft

NIP. 19720421 199403 1 003 Nip. 19631006 199203 2 007


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional Pada Penderita Low Back Pain Akibat
Spasme Erector Spine Di RSUD Labuang Baji “.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Serta tak lupa penyusun
hanturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada para pembimbing yang telah
memberikan arahan serta bimbingan kepada penyusun.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 22 oktober 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin


ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang bermutu dan produktifitas kerja yang baik. SDM cukup
berkualitaspun jika mengalami masalah kesehatan dapat menurunkan produktifitas kerja.
Salah satu masalah kesehatan yang bisa mempengaruhi menurunnya produktifitas kerja
adalah nyeri punggung bawah.

LBP adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1. Low back pain sering dipakai sebagai kajian nyeri pada
regio punggung bawah. Sebenarnya bukanlah diagnosis, tetapi dengan seringnya digunakan
istilah tersebut seakan-akan menutupi diagnosis yang sebenarnya (Kuntono, 2000).

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah , dapat
merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal
dari punggung bawah dapat berujuk kedaerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah/refered pain (Meliala et al, 2002).

Gangguan yang dapat ditimbulkan akibat kondisi ini antara lain nyeri tekan pada regio
lumbal, spasme otot, terjadi penurunan kekuatan otot, keterbatasan gerak, dapat juga terjadi
penjalaran nyeri pada tungkai. Sehingga dapat menimbulkan keterbatasan fungsi seperti
gangguan saat bangun dari keadaan duduk, saat membungkuk, duduk atau berdiri lama dan
berjalan
Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi
gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.
Untuk mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah dapat digunakan modalitas fisioterapi
seperti : Terapi panas antara lain Hot pack, Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wafe
Diathermy (MWD), IR. Terapi dingin yaitu antara lain Cold pack, kompres dingin dan
Massage es. Terapi
listrik antara lain Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), interferensi (IF),
dyadinamis. Terapi manipulasi atau stretching, Massage. Terapi latihan : William Flexion
Exercise dan Mc Kanzie.

Pada kasus ini di gunakan modalitas Infra Red, TENS dan Stretching Exercise dan Exercise
Therapy untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah
abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun akibatnya nyeri dapat berkurang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Low back pain ?
2. Bagaimana patofisiologi Low back pain ?
3. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas fungsional akibat low
back pain ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Low back pain.
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Low back pain.
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas
fungsional akibat low back pain.

D. MANFAAT PENULISAN

Makalah ini di buat oleh penulis agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
paramedic maupun masyarakat bisa lebih tangggap terhadap hal-hal terkait
penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas fungsional akibat low back pain
ini sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Tjokorda, 2009).
Sedangkan nyeri punggung bawah (NPB) miogenik adalah nyeri punggung bawah
yang di sebabkan oleh gangguan atau kelainan pada unsur muskuloskeletal tanpa di
sertai dengan gangguan neurologis antara vertebra thorakal 12 sampai dengan bagian
bawah pinggul atau anus yang mana dapat timbul akibat adanya potensi kerusakan
jaringan pada dermis, pembuluh darah, facia, muskulus, tendon, kartilago, tulang,
ligamen, meniscus, dan bursa(Paliyama, 2003)

B. ANATOMI

 Struktur Columna Vertebralis


Menurut Snell, Columna vertebralis merupakan penyangga utama tubuh
manusia dari cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax, selain
itu melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior.
Columna vertebralisterdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicalis,
12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu
membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga yang dibawah umumnya
bersatu).

 Struktur Vertebra Lumbal


Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat processus
spinosusnya pendek dan tebal serta menonjol hampir searah garis horizontal (Sloane,
2003).Foramen intervertebralis yang relatif besar sehinga terjadinya kompresi akar
saraf akan lebih besar pula. (Bridwell, 2011). Vertebra lumbal merupakan kolumna
vertebralis dengan beban yang paling besar dan memiliki mobilitas yang besar dan
spesifik, sehingga menuntut konsekuensi stabilitas yang besar dan spesifik yang
dibetuk secara aktif dan pasif (Slamet, 2001).
 Persendian Lumbal
Artikulasi antara superior dan inferior dari processus articular vertebra
yang bertumpukan disebut artikulasi intervertebralis, sendi tersebut pergerakannya
sangat sedikit dan persendian tersebut dipisahkan oleh bantalan dari jaringan
cartilage fibrosus yaitu discus intevertebralis, tipe persendian intervertebralis
termasuk amphiarthrosis yang pergerakannya sedikit. Selain itu, terdapat
persendian yang terbentuk dari penyatuan antara pedicle dan lamina yaitu
procesus artikulasi superior dan inferior atau facet jointyang ada di setiap vertebra,
procesus artikulasi superior berartikulasi dengan procesus artikulasi inferior
vertebra yang ada di atasnya, begitu juga sebaliknya. Tipe persendian inigliding
diarthrosis yang pergerakannya sedikit fleksi, ekstensi, dan rotasi (Martini, 2009).

 Diskus Intervertebralis
Discus intervertebralis tersusun kurang lebih 20% hingga 25% dari total
panjang kolumna vertebralis (Magee, 2006). Discus yang paling tebal terdapat di
segmen cervical antara tulang kedua dan ketiga hingga lumbal antara tulang kelima
dan sacrum, karena pada segmen ini banyak terjadinya gerakan dari kolumna
vertebralis (Snell, 2006). Fungsi dari discus ini sebagai peredam kejut atau benturan
bila beban pada kolumna vertebralis bertambah, penyangga beban, penahanan
gerakan antar tulang vertebra, untuk memisahkan antar tulang vertebra sebagai unit
funsional dari sendi facet dan memungkinkan bagian dari akar saraf keluar dari
sumsum tulang belakang melalui foramen intervertebralis (Magee, 2006). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian, bagian pinggir yaitu anulus fibrosus, dan
bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell, 2006).

 Stabilitas
Ligament adalah pita fibrosa atau lembaran jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang, tulang rawan, atau struktur lainnya. Satu atau
lebih ligamen untuk memberikan stabilisasi selama istirahat dan gerakan yang
berlebihan seperti hiper-ekstensi atau hiper-fleksi (Keith, 2010). Pada tulang belakang
terdapat beberapa ligament antara lain: (1) ligament longitudinal anterior mempunyai
ciri lebar, dan melekat kuat pada permukaan anterior dan samping dari corpus
vertebra dan discus intervertebralis; (2) ligament longitudinal posterior bersifat lemah
dan sempit, ligament ini melekat pada sisi posterior discus; (3) ligament supraspinal
berada di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan; (4) ligament
interspinal menghubungkan processus spinosus yang berdekatan; (5) ligament
intertransversaria berada di antara processus transversus yang berdekatan; (6)
ligament flavum menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan (Snell, 2006).

Otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: (1) otot-
ototsuperficial merupakan bagian ekstremitas superior yaitu m.trapezius, m.latissimus
dorsi, m.levator scapularis, dan m.rhomboideus najor dan minor; (2) otot-otot
intermedia berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus posterior
superior, m.serratus posterior inferior, dan m.levatores costarum; (3) otot-otot
profunda punggung membentuk kolom jaringan otot yang lebar dan tebal yang
menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus yaitu Mm. interspinal dan m.
intertransversarii (Snell, 2006).

 Tabel 2.1 gerakan dan otot penggerak punggung (Kenyon, 2006)


Gerakan Otot Penggerak

Flekxors Rectus abdominis, external oblique,


internal oblique, psoas major, psoas minor,
iliacus.

Rotators Multifidus, rotatores, semispinalis, internal


oblique, external oblique.

Lateral flexors Quadratus lumborum, intertransversarii,


external oblique, erector spinae,
mulitifidus.

Extensor Quadratus lumborum, multifidus,


semispinalis, erector spinae, interspinales,
rotators.
C. Biomekanik

 Fleksi
Otot yang bekerja pada gerakan fleksi: rectus abdominis, external oblique,
internal oblique, psoas major, psoas minor, iliacus (Kenyon, 2006). Gerakan ini
dibatasi oleh ligament longitudinal posterior (Cleland, 2011).
 Ekstensi
Otot yang bekerja pada gerakan ekstensi: Quadratus lumborum, multifidus,
semispinalis, erector spinae, interspinales, rotators (Kenyon, 2006). Dan gerakan ini
dibatasi oleh ligament longitudinal anterior (Cleland, 2011).

D. Etiologi

Menurut Harsono, nyeri punggung bawah miogenik disebabkan oleh beberapa


faktor, yaitu: (1) Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang pada posisi yang sama, akan memendekan otot yang akhirnya akan
menimbulkan perasaan nyeri. (2) Spasme, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba
dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang. Spasme otot ini
memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan
nyeri yang hebat. (3) Defesiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
imobilisasi. (4) Otot yang hipersensitif akan membentuk noktha picu (trigger point).
Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggun bawah, tidak jarang
dijumpai adanya noktha picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa
nyeri bercampur sedikit rasa nyaman.

E. PATOFISIOLOGI

Nyeri punggung bawah biasanya berhubungan dengan peristiwa traumatik


spesifik (misal, mengangkat beban berat) atau stres mekanis kontinu terhadap
ligament atau otot penyokong lumbo-sacral. Tipe nyeri ini juga dapat disebabkan oleh
postur pasien dengan lodorsis lumbal yang menonjol akibat lemahnya otot-otot
abdomen, otot-otot hamstring yang mengencang, atau pemakaian sepatu bertumit
tinggi (David, 2001). Lengkung tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
maslah postur, masalh struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibat nyeri punggung (Lukman, 2011).

F. PROGNOSIS

Nyeri punggung bawah dapat berulang dengan kejadian lebih berat dan lama bila
berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 90% nyeri punggung bawah akan mengalami
penyembuhan spontan dalam 4-6 minggu tetapi cenderung berulang (Tjokorda, 2009).
Orang yang gejalanya berlangsung kurang dari 6 minggu sejak onset umumnya
dikategorikan sebagai “NPB akut”, berkembang menjadi “NPB subakut” jika gejala
berlangsung 6 sampai 12 minggu, dan “NPB kronis” jika gejala melebihi 12 minggu
(Dagenais, 2012).
BAB III

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Data medis Rumah sakit


- No. Rekam medis : 126044
- Nama pasien : Cornelius Parinnusa
- Tanggal lahir : 27 Desember 1938

B. ASSESMENT
I. Anamnesis
- Anamnesis Umum
 Nama : Cornelius Parinnusa
 Umur : 78 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat :
 Pekerjaan :

- Anamnesis Khusus
 Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah seperti pegal-
pegal di rasakan sejak 2 minggu yang lalu
 Letak Keluhan : Punggung bagian bawah
 Kapan Terjadinya : 2 minggu yang lalu
 Penyebab Keluhan : Post HNP
 Sifat Keluhan : Lokal
 Riwayat Perjalanan Penyakit : Nyeri punggung bawah seperti pegal-
pegal di rasakan sejak 2 minggu yang lalu, sebelumnya pasien pernah
menderita HNP tapi sudah tidak ada keluhan.

II. INSPEKSI
 Pasien datang dengan berjalan pelan dan agak sedikit membungkuk

III. PEMERIKSAAN FUNGSI DASAR


a) Gerak Aktif Lumbal
 Fleksi – ekstensi = Tidak ada nyeri
 Rotasi kiri – kanan = Tidak ada nyeri
 Lateral fleksi kanan – kiri = Tidak ada nyeri

b) Gerak Pasif Lumbal


 Fleksi – ekstensi = Tidak ada nyeri
 Rotasi kiri – kanan = Tidak ada nyeri
 Lateral fleksi kanan – kiri = Tidak ada nyeri

IV. PEMERIKSAAN SPESIFIK


a) Palpasi

Hasil : Ada spasme pada sepanjang otot punggung belakang.

b) Straight Leg Raise Test

Tes ini dikenal juga dengan Laseque’s test. Tes ini dilakukan untuk
meregangkan saraf sciatic pada pasien HNP di level L4-L5 atau L5-S1 yang
menyebabkan tekanan pada akar saraf L5 atau S1 (Gross, 2009). Tes ini dilakukan
dengan cara pasif, posisi pasien tidur telentang dengan tungkai lurus normal, hip
medial rotasi dan adduksi, lutut ekstensi, setelah itu terapis memfleksikan atau
mengangkat tungkai antara 350-700tersebut sampai pasien mengeluh nyeri atau kaku
di posterior paha (Magee, 2006). Hasil dikatakan positif bila timbul rasa nyeri
sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus dan kemungkinan ada penekanan pada akar
saraf, bila tes negatif kemungkinan penekanan akar saraf kecil (Tjokorda,
2009). Namun dalam penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil tes ini negatif,
karena tidak ada keterlibatan radik vertebra (Willms, 2005).

Hasil : Negatif ( - )

Tidak ada nyeri yang di rasakan oleh pasien.

c) Bragard Test
Tes ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR dan cara melakukan
tes sama dengan tes laseque atau SLR hanya waktu mengangkat tungkai disertai
dorsifleksi kaki untuk hasilnya atau interpretasinya sama dengan laseque atau SLR
(Tjokorda, 2009).Namun dalam penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil tes
ini negatif, karena tidak ada keterlibatan radik vertebra (Willms, 2005).

Hasil : (-) Negatif

Tidak ada Nyeri yang di raskaan oleh pasien

d) Lasegue Test

Hasil : Negatif ( - )

Tidak ada nyeri yang di rasakan oleh pasien.

V. DIAGNOSA FISIOTERAPI
“ Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain Karena Spasme
Erector Spine “

VI. PROBLEMATIK FISIOTERAPI


 Anatomical Impairment
Nyeri Punggung bawah dan spasme erector spine.
 Fungsional Limitation
Keterbatasan fungsional yang melibatkan gerakan fleksi trunk seperti
membungkuk dll.
 Partisipation Retriction
Pasien terbukti mengalami keterbatasan aktifitas social sehari-hari.

VII. PROGRAM RENCANA TINDAKAN FISIOTERAPI


a) Tujuan Jangka Pendek
 Mengurangi nyeri
 Mengurangi spasme
b) Tujuan Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
pasien.
VIII. INTERVENSI FISIOTERAPI
a. Infra Red

Tujuan : merileksasikan jaringan pada punggung khususnya pinggang bawah


yang mengalami tightness.

Penatalaksanaan : Posisi pasien tidur telentang.

Persiapan Alat

Perlu di persiapkan alat serta pemeriksaan alat antara lain meliputi kabelnya,
jenis lampu dan besarnya watt. Pada umumnya generator non-luminous diperlukan
waktu pemanasan 5-10 menit.

Sesudah Pengobatan (evaluasi sesaat)

Setelah pengobatan lampu segera dimatikan dan ditempatkan pada tempat


yang aman, perhatikan kulit pada daerah yang diobati dan dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya. Daerah yang banyak keringat segera dikeringkan dengan
handuk.

b. Transcutaneuous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Tujuan : Untuk mengurasi nyeri otot

Dosis : F : 3 X Seminggu

I : 3-15

T : Posisi pasien tidur tengkurap, gunakan pad dengan posisi koplanar


pada punggung bawah

T : 9 Menit

c. Stretching Exercise
Tujuannya agar merilekskan otot erector spine yang spasme.
d. Exercise Therapy
Tujuannya : di berikan latihan-latihan untuk penguatan otot abdomen dan
mengurangi spasme pada erector spine.
e. Edukasi
Di ajarkan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan yang telah di
berikan tadi dan yang di anggap mudah agar proses penyembuhan dapat
berlangsung dengan cepat.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

LBP adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis
umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1. Low back pain sering dipakai sebagai
kajian nyeri pada regio punggung bawah. Sebenarnya bukanlah diagnosis, tetapi
dengan seringnya digunakan istilah tersebut seakan-akan menutupi diagnosis yang
sebenarnya (Kuntono, 2000).
Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan
mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat
beraktivitas kembali. Untuk mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah dapat
digunakan modalitas fisioterapi . Pada kasus ini di gunakan modalitas Infra Red,
TENS dan Stretching Exercise dan Exercise Therapy untuk penguluran otot ekstensor
daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot
dapat menurun akibatnya nyeri dapat berkurang. Dengan penanganan fisioterapi di
harapkan dapat mengatasi problematik yang ada pada pasien.

B. SARAN
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan
maupun ilmu alam lainnya bahwa penting sekali mengetahui tentang Low Back Pain
secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu untuk penulis maupun masyarakat
dalam menjalani kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Priyambodo, Hanung , 2008 ; Karya Tulis Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta ;


Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Miogenik Di Rsud Boyolali

http://abet-physicaltherapy.blogspot.co.id/2015/03/low-back-pain.html

You might also like