Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
PO. 714.241.141.029
Mengetahui :
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional Pada Penderita Low Back Pain Akibat
Spasme Erector Spine Di RSUD Labuang Baji “.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Serta tak lupa penyusun
hanturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada para pembimbing yang telah
memberikan arahan serta bimbingan kepada penyusun.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
LBP adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1. Low back pain sering dipakai sebagai kajian nyeri pada
regio punggung bawah. Sebenarnya bukanlah diagnosis, tetapi dengan seringnya digunakan
istilah tersebut seakan-akan menutupi diagnosis yang sebenarnya (Kuntono, 2000).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah , dapat
merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal
dari punggung bawah dapat berujuk kedaerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah/refered pain (Meliala et al, 2002).
Gangguan yang dapat ditimbulkan akibat kondisi ini antara lain nyeri tekan pada regio
lumbal, spasme otot, terjadi penurunan kekuatan otot, keterbatasan gerak, dapat juga terjadi
penjalaran nyeri pada tungkai. Sehingga dapat menimbulkan keterbatasan fungsi seperti
gangguan saat bangun dari keadaan duduk, saat membungkuk, duduk atau berdiri lama dan
berjalan
Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi
gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.
Untuk mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah dapat digunakan modalitas fisioterapi
seperti : Terapi panas antara lain Hot pack, Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wafe
Diathermy (MWD), IR. Terapi dingin yaitu antara lain Cold pack, kompres dingin dan
Massage es. Terapi
listrik antara lain Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), interferensi (IF),
dyadinamis. Terapi manipulasi atau stretching, Massage. Terapi latihan : William Flexion
Exercise dan Mc Kanzie.
Pada kasus ini di gunakan modalitas Infra Red, TENS dan Stretching Exercise dan Exercise
Therapy untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah
abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun akibatnya nyeri dapat berkurang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Low back pain ?
2. Bagaimana patofisiologi Low back pain ?
3. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas fungsional akibat low
back pain ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Low back pain.
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Low back pain.
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas
fungsional akibat low back pain.
D. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini di buat oleh penulis agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
paramedic maupun masyarakat bisa lebih tangggap terhadap hal-hal terkait
penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas fungsional akibat low back pain
ini sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Tjokorda, 2009).
Sedangkan nyeri punggung bawah (NPB) miogenik adalah nyeri punggung bawah
yang di sebabkan oleh gangguan atau kelainan pada unsur muskuloskeletal tanpa di
sertai dengan gangguan neurologis antara vertebra thorakal 12 sampai dengan bagian
bawah pinggul atau anus yang mana dapat timbul akibat adanya potensi kerusakan
jaringan pada dermis, pembuluh darah, facia, muskulus, tendon, kartilago, tulang,
ligamen, meniscus, dan bursa(Paliyama, 2003)
B. ANATOMI
Diskus Intervertebralis
Discus intervertebralis tersusun kurang lebih 20% hingga 25% dari total
panjang kolumna vertebralis (Magee, 2006). Discus yang paling tebal terdapat di
segmen cervical antara tulang kedua dan ketiga hingga lumbal antara tulang kelima
dan sacrum, karena pada segmen ini banyak terjadinya gerakan dari kolumna
vertebralis (Snell, 2006). Fungsi dari discus ini sebagai peredam kejut atau benturan
bila beban pada kolumna vertebralis bertambah, penyangga beban, penahanan
gerakan antar tulang vertebra, untuk memisahkan antar tulang vertebra sebagai unit
funsional dari sendi facet dan memungkinkan bagian dari akar saraf keluar dari
sumsum tulang belakang melalui foramen intervertebralis (Magee, 2006). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian, bagian pinggir yaitu anulus fibrosus, dan
bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell, 2006).
Stabilitas
Ligament adalah pita fibrosa atau lembaran jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang, tulang rawan, atau struktur lainnya. Satu atau
lebih ligamen untuk memberikan stabilisasi selama istirahat dan gerakan yang
berlebihan seperti hiper-ekstensi atau hiper-fleksi (Keith, 2010). Pada tulang belakang
terdapat beberapa ligament antara lain: (1) ligament longitudinal anterior mempunyai
ciri lebar, dan melekat kuat pada permukaan anterior dan samping dari corpus
vertebra dan discus intervertebralis; (2) ligament longitudinal posterior bersifat lemah
dan sempit, ligament ini melekat pada sisi posterior discus; (3) ligament supraspinal
berada di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan; (4) ligament
interspinal menghubungkan processus spinosus yang berdekatan; (5) ligament
intertransversaria berada di antara processus transversus yang berdekatan; (6)
ligament flavum menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan (Snell, 2006).
Otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: (1) otot-
ototsuperficial merupakan bagian ekstremitas superior yaitu m.trapezius, m.latissimus
dorsi, m.levator scapularis, dan m.rhomboideus najor dan minor; (2) otot-otot
intermedia berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus posterior
superior, m.serratus posterior inferior, dan m.levatores costarum; (3) otot-otot
profunda punggung membentuk kolom jaringan otot yang lebar dan tebal yang
menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus yaitu Mm. interspinal dan m.
intertransversarii (Snell, 2006).
Fleksi
Otot yang bekerja pada gerakan fleksi: rectus abdominis, external oblique,
internal oblique, psoas major, psoas minor, iliacus (Kenyon, 2006). Gerakan ini
dibatasi oleh ligament longitudinal posterior (Cleland, 2011).
Ekstensi
Otot yang bekerja pada gerakan ekstensi: Quadratus lumborum, multifidus,
semispinalis, erector spinae, interspinales, rotators (Kenyon, 2006). Dan gerakan ini
dibatasi oleh ligament longitudinal anterior (Cleland, 2011).
D. Etiologi
E. PATOFISIOLOGI
F. PROGNOSIS
Nyeri punggung bawah dapat berulang dengan kejadian lebih berat dan lama bila
berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 90% nyeri punggung bawah akan mengalami
penyembuhan spontan dalam 4-6 minggu tetapi cenderung berulang (Tjokorda, 2009).
Orang yang gejalanya berlangsung kurang dari 6 minggu sejak onset umumnya
dikategorikan sebagai “NPB akut”, berkembang menjadi “NPB subakut” jika gejala
berlangsung 6 sampai 12 minggu, dan “NPB kronis” jika gejala melebihi 12 minggu
(Dagenais, 2012).
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
B. ASSESMENT
I. Anamnesis
- Anamnesis Umum
Nama : Cornelius Parinnusa
Umur : 78 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :
Pekerjaan :
- Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah seperti pegal-
pegal di rasakan sejak 2 minggu yang lalu
Letak Keluhan : Punggung bagian bawah
Kapan Terjadinya : 2 minggu yang lalu
Penyebab Keluhan : Post HNP
Sifat Keluhan : Lokal
Riwayat Perjalanan Penyakit : Nyeri punggung bawah seperti pegal-
pegal di rasakan sejak 2 minggu yang lalu, sebelumnya pasien pernah
menderita HNP tapi sudah tidak ada keluhan.
II. INSPEKSI
Pasien datang dengan berjalan pelan dan agak sedikit membungkuk
Tes ini dikenal juga dengan Laseque’s test. Tes ini dilakukan untuk
meregangkan saraf sciatic pada pasien HNP di level L4-L5 atau L5-S1 yang
menyebabkan tekanan pada akar saraf L5 atau S1 (Gross, 2009). Tes ini dilakukan
dengan cara pasif, posisi pasien tidur telentang dengan tungkai lurus normal, hip
medial rotasi dan adduksi, lutut ekstensi, setelah itu terapis memfleksikan atau
mengangkat tungkai antara 350-700tersebut sampai pasien mengeluh nyeri atau kaku
di posterior paha (Magee, 2006). Hasil dikatakan positif bila timbul rasa nyeri
sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus dan kemungkinan ada penekanan pada akar
saraf, bila tes negatif kemungkinan penekanan akar saraf kecil (Tjokorda,
2009). Namun dalam penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil tes ini negatif,
karena tidak ada keterlibatan radik vertebra (Willms, 2005).
Hasil : Negatif ( - )
c) Bragard Test
Tes ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR dan cara melakukan
tes sama dengan tes laseque atau SLR hanya waktu mengangkat tungkai disertai
dorsifleksi kaki untuk hasilnya atau interpretasinya sama dengan laseque atau SLR
(Tjokorda, 2009).Namun dalam penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil tes
ini negatif, karena tidak ada keterlibatan radik vertebra (Willms, 2005).
d) Lasegue Test
Hasil : Negatif ( - )
V. DIAGNOSA FISIOTERAPI
“ Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain Karena Spasme
Erector Spine “
Persiapan Alat
Perlu di persiapkan alat serta pemeriksaan alat antara lain meliputi kabelnya,
jenis lampu dan besarnya watt. Pada umumnya generator non-luminous diperlukan
waktu pemanasan 5-10 menit.
Dosis : F : 3 X Seminggu
I : 3-15
T : 9 Menit
c. Stretching Exercise
Tujuannya agar merilekskan otot erector spine yang spasme.
d. Exercise Therapy
Tujuannya : di berikan latihan-latihan untuk penguatan otot abdomen dan
mengurangi spasme pada erector spine.
e. Edukasi
Di ajarkan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan yang telah di
berikan tadi dan yang di anggap mudah agar proses penyembuhan dapat
berlangsung dengan cepat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
LBP adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis
umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1. Low back pain sering dipakai sebagai
kajian nyeri pada regio punggung bawah. Sebenarnya bukanlah diagnosis, tetapi
dengan seringnya digunakan istilah tersebut seakan-akan menutupi diagnosis yang
sebenarnya (Kuntono, 2000).
Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan
mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat
beraktivitas kembali. Untuk mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah dapat
digunakan modalitas fisioterapi . Pada kasus ini di gunakan modalitas Infra Red,
TENS dan Stretching Exercise dan Exercise Therapy untuk penguluran otot ekstensor
daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot
dapat menurun akibatnya nyeri dapat berkurang. Dengan penanganan fisioterapi di
harapkan dapat mengatasi problematik yang ada pada pasien.
B. SARAN
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan
maupun ilmu alam lainnya bahwa penting sekali mengetahui tentang Low Back Pain
secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu untuk penulis maupun masyarakat
dalam menjalani kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
http://abet-physicaltherapy.blogspot.co.id/2015/03/low-back-pain.html