You are on page 1of 8

Diskusi kasus

Tuan Z 50 th masuk IGD RS dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lemah yang
dirasakan ± dua minggu terakhir disertai panas dan diare yang dialami ± 1 bulan, disertai luka
pada mulut yang tidak sembuh-sembuh. Nafsu makan berkurang disertai penurunan berat
badan dalam waktu 1 bulan terakhir.. Tn Z ini merupakan seorang sopir truk yang sering
pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu
sekali bahkan sebulan sekali, sudah menikah.
Setelah diperiksa dokter memberikan advise untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium termasuk didalamnya pemeriksaan HIV. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan bahwa TN Z positif terjangkit penyakit HIV/AIDS.
Dokter kemudian memanggil keluarga dekat (istrinya) untuk menjelaskan tentang kondisi
pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung, keluarga meminta kepada
dokter untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. Z, karena keluarga takut
Tn.Z akan frustasi dan tidak mau menerima kondisinya serta dikucilkan dari masyarakat.
Dokter tersebut mengalami dilema etik apakah harus memenuhi permintaan keluarga
atau memberitahukan kondisi yang dialami kepada Tn. A karena itu merupakan hak pasien
untuk mendapatkan informasi.

Prinsip bioetika dalam kasus ini

Autonomy

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia.Setiap


individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak
menentukan nasib diri sendiri.Dalam hal ini pasien diberi hak untuk
berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.Autonomy bermaksud
menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:

 Menghargai hak menentukan nasib sendiri

 Berterus terang menghargai privasi

 Menjaga rahasia pasien

 Melaksanakan Informed Consent

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 1


Pada kasus ini, dokter W telah melakukan informed consent kepada
keluarga pasien sehingga semua tindakan medis seperti pemasangan infus
bisa dilakukan.

Justice

Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter


memperlakukan sama rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan
kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
Justice mempunyai ciri-ciri :

 Memberlakukan segala sesuatu secara universal

 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

 Menghargai hak sehat pasien

 Menghargai hak hukum pasien

Pada kasus ini, dokter W telah menjalankan prinsip Justice karena telah
menerima pasien beserta keluarganya yang datang untuk berobat,
memeriksa dan melakukan tidakan medis.

Beneficence

Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati


martabat manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar
pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan.Dalam suatu prinsip ini
dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.Beneficence
membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal
yang buruk. Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;

 Mengutamakan Alturisme

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 2


 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak
hanya menguntungkan seorang dokter

 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak


dibandingkan dengan suatu keburukannya

 Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

 Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

 Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik


seperti yang orang lain inginkan

 Memberi suatu resep

Pada kasus ini tidak ditemukan masalah dalam prinsip beneficience.


Dokter W telah menerima pasien tersebut, melakukan pemeriksaan,
menegakkan diagnose, melakukan tindakan medis seperti pemasangan
infus serta meresepkan obat sesuai dengan diagnose yang telah ditegakkan.

Non-malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak


melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan
yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno First, do
no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-
ciri:

 Menolong pasien emergensi

 Mengobati pasien yang luka

 Tidak membunuh pasien

 Tidak memandang pasien sebagai objek

 Melindungi pasien dari serangan

 Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

 Tidak melakukan White Collar Crime

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 3


Pada kasus ini terdapat masalah pada prinsip Non-Maleficient, dokter W
telah meresepkan pemberian obat KCL kemudian melakukan tindakan
medis dengan meminta kepada perawat untuk melakukan penyuntikan KCL
12,5 ml,akan tetapi saat itu, dr W berada di lantai 1 dan tidak melakukan
pengawasan atas tindakan perawat tersebut dan pasien kejang-kejang.
Akibat hal ini, pasienpun meninggal dunia.

Pada kasus ini Pasien datang ke RS dengan diare,

Diareadalahbuang air besar encer, Diareyang berlangsung lebih


dari2haribisamenjadi tandadarimasalah yang lebih serius. Diareyang
berlangsung setidaknya4 minggumungkin merupakan gejala daripenyakit
kronis.Diaredurasiapapun dapatmenyebabkandehidrasi, yang berartitubuh
kekurangancairandan elektrolit, termasuknatrium, kalium, dan klorida.7

Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/l.
Biasanya gejala akan muncul sesuai dengan berat ringannya kekurangan.
Penyebab hipokalemia adalah pemasukan yang kurang, masuknya kalium
ke dalam sel pada keadaan alkalosis dan hipersekresi insulin, peningkatan
pengeluaran kalium dari urin seperti pada hiperaldosteronisme, renal
tubular asidosis dan akibat pemberian diuretik, pengeluaran dari saluran
pencernaan misalnya diare, muntah – muntah dan pengisapan cairan
lambung. Gejala yang muncul antara lain kelemahan umum, meteorismus,
peristaltik usus yang menurun, gangguan irama dan melemahnya bunyi
jantung.Pada pemeriksaan EKG terdapat kelaian gelombang yang merendah
dan melebar, depresi segmen ST, munculnya gelombang U dan interval PR
yang memanjang.Koreksi hipokalemia dilakukan berdasarkan berat
ringannya kekurangan dan gejala.Koreksi dapat diberikan peroral ataupun
intravena.Pemberian kalium secara intravena yang terlalu cepat dapat
mengakibatkan disritmia yang fatal yang dapat megancam jiwa anak
segera.7, 8, http://dokterindonesiaonline.wordpress.com

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 4


Pemberian kalium intravena dianjurkan dengan dosis 3 – 7 mEq/kgBB
dengan konsentrasi maksimal 40 –80 mEq/l. Hipokalemia dikoreksi bila
kadar kalium kurang dari 2,5 mEq, dengan rumus :

Defisit K (mEq/l) = ( 3,5 – Kadar K sekarang )x 0,3x BB (diberikan dalam 24 jam)

Hiperkalemia

Hiperkalemia adalah kadarkalium serum> 5.5miliekuivalen per liter.


Setiaptingkat lebih dari 6 mEq / L dapat menjadi suatu ancaman bagi
jiwa.Keadaan hiperkalemia dapat disebabkan oleh pemasukan kalium yang
terlalu banyak, keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel yang terjadi
pada keadaan asidosis, katabolisme jaringan yang meningkat, destruksi sel
dan gangguan ekskresi di ginjal misalnya pada gagal ginjal dan insufisiensi
adrenal.8, 9,http://dokterindonesiaonline.wordpress.com

Pada EKG dapat terlihat perubahan depolarisasi dan repolarisasi atrium


dan ventrikel. Pertama-tama dapat kita lihat gelombang T yang tinggi dan
sempit, interval QT yang memendek yang menunjukan repolarisasi yang
cepat, ini terjadi pada kadar kalium 6 – 7 mEq/l.

Bila kadar kalium 7 – 8 mEq/l akan terlihat melambatnya depolarisasi


seperti komplek QRS melebar dan gelombang P yang rendah, melebar atau
menghilang. Bila kadar kalum lebih meningkat lagi akan terjadi fibrilasi
ventrikel dan cardiac standstill.

Pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

 Semua pemberian kalium distop


 Suntikan natriun bicarbonas intravena 2,5 mEq/kgBB untuk
menaikan PH yang dapat menurunkan sementara kalium serum
 Berikan kalsium glukonas 10 % sebanyak 0,5 ml/kgBB secara
intravena dalam waktu 2 – 4 menit dengan maksud mengurangi efek
buruk kalium pada jantung

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 5


 Berikan glukosa 10% intravena sebanyak 40ml/kgBB dan insulin 1
unit setiap 30 ml glukosa 10 %. Dengan pemberian glukosa ini
diharapkan kalium akan masuk ke dalam sel.
 Bila kadar kalium serum lebih dari 7 mEq/l dan terdapat anuria atau
oliguria, harus dilakukan dialisis peritoneal atau hemodialisis.

Dalam hal tersebut memang kesalahan paling fatal adalah pemberian KCl
secara bolus (langsung tanpa diencerkan). Hal tersebut memang harus
dipilah-pilah bila dokter telah menulis lengkap dalam advisnya bahwa
harus diencerkan maka yang harus diperiksa atau yang dituntut adalah
perawatnya. Karena dokter tidak harus selalu menunggu setiap pemberian
obat.Dalam perawatan pasien perawat memberi obat lebih dari 3 kali
perhari dan setiap dalam pemberian tersebut dokter selalu tidak harus
mendampingi perawat.Kesalahan advis pemberian obat yang dilakukan dan
beresiko terjadi kesalahan medis adalah pemberiamn injeksi KCl dan
pemberian Natrium Bicarbonas bila tidak diencerkan menimbulkan efek
samping yang berbahaya.http://dokterindonesiaonline.wordpress.com

Honesty

Ketulusan (honesty) adalah suatu prinsip dimana dokter bersikap


jujur terhadap dirinya sendiri dan kepada pasien atau keluarga pasien,
tidak menyesatkan informasi kepada pasien ataupun pihak ketiga seperti
perusahaan asuransi, pemerintah dan lainnya demi keuntungan.

Pada contoh kasus ini, tidak ditemukan adanya masalah dalam prinsip
honesty dari dokter.

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 6


BAB III
Kesimpulan

Penerapan kaidah bioetik merupakan suatu keharusan bagi seorang


dokter yang berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik
adalah sebuah panduan dasar yang standard tentang bagaimana seorang
dokter harus bersikap atau bertindak terhadap sesuatu persoalan atau
kasus yang dihadapi oleh pasiennya.

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 7


Daftar Pustaka

1. Kuswanto, Bioetika di Indonesia, available at


http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/Modul-11-
BIOETIKA.pdf
2. Garret et. al., Principles of Biomedical Ethics in Health Care
Ethics. Prentice Hall, 2nd Ed, 1993.
3. DH.Lawrence, Principles of Biomedical Ethics, Jones and Bartlett
Publisher, 2001
4. Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode
etik kedokteran Indonesia, available at
http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
5. Alexander.E.L, The role of ethical principles in health care and the
implications for ethical codes, Journals of Medical Ethics,
1999;25:394-398.
6. Avraham.S,MD, Medical Ethics in Ethics Secular, Encyclopedia of
Jewish Medical Ethics Vol II, 2003.
7. Ramaswamy K, Jacobson K. Infectious diarrhea in children
Gastroenterology Clinics of North America. 2001;30(3):611–624.
8. Michael.L.M, Juan.C.A, Disorders of water metabolism in Children;
Hyponatremia and Hypernatremia, Pediatrics in Review Vol.23
No.11 November 2002.
9. Glen.E.H. Hyperkalemia and Hypokalemia, April 27, 1999.
Available at http://wichita.kumc.edu/hastings/potassium.pdf

Tugas Bioetika Kedokteran | Bagian Radiologi 8

You might also like