You are on page 1of 4

1.

Adanya beberapa gejala yang dikeluhkan oleh pasien menunjukkan adanya gejala
anxietas ataupun cemas. Jika disesuaikan dengan APA pada tahun 1994 mengenai gejala
anxietas sendiri terdiri dari :
 Palpitasi, jantung berdebar-debar atau akselerasi frekuensi jantung
 Berkeringat
 Gemetar dan menggigil
 Perasaan sesak napas dan tercekik
 Perasaan tersedak
 Nyeri/ketidaknyamanan dada
 Mual/distress abdomen
 Merasa limbung, pusing, vertigo
 Derealisasi
 Takut kehilangan kendali
 Takut mati
 Parestesi
 Bergantian kedinginan/kepanasan

Berdasarkan keluhan pasien maka dapat diketahui bahwasannya pasien mengalami


kecemasan dengan tingkat sedang. Hal ini diketahui dengan adanya gejala kecemasan
yang disertai dengan perubahan tanda-tanda vital seperti nafas yang meningkat oleh
karena adanya over aktivitas dari saraf otonom (Dewi, 2016).

2. Pedoman Diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh PPDGJ III


 Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”.
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, janOveraktivitas
otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas,
keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas,
keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi (F32), gankap dari episode depresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40),
gangguan panic (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42.)
3. HISTERIA KONVERSI
a. Definisi
Merupakan gangguan disosiatif yang ditandai dengan hilangnya asosiasi antara
berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi
motorik. Ciri utamanya yaitu hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara
medis. Biasanya Pada penderita banyak terjadi hilangnya fungsi seperti memori
(amnesia psikogenik), fungsi motorik (paralisis dan pseudoseizure),/fungi sensorik
(glove and stocking anaesthesia).
b. Etiologi
Kebanyakan belum diketahui, akan tetapi beberapa penelitian lain menyebutkan
etiologi yang paling mungkin diantaranya :
1) stress yang berat
2) konflik emosional
3) adanya gangguan kejiwaan yang terkait,
4) adanya gangguan kepribadian/menampilkan sifat-sifat histeris
5) adanya peristiwa yang sangat menegangkan atau trauma
c. Epidemiologi
Kejidian pada kasus ini terbilang jarang. Insidensinya 11-300 kasus per 100.000
orang. Faktor budaya berperan penting. Sebuah penelitian melaporkan bahwa
gangguan konversi mencapai 1,2-11,5% dari konsultasi psikiater untuk pasien rawat
inap dalam dan bedah di Amerika. Penyakit ini dapat muncul di semua usia,
kebanyakan pada dewasa muda dan remaja
d. Faktor Resiko
1) stress yang bermakna atau trauma emosional
2) Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki
3) Usia remaja atau dewasa muda .
4) Memiliki kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, gangguan disosiatif dan
gangguan kepribadian tertentu
5) Memiliki anggota keluarga dengan gangguan konversi
6) Sejarah kekerasan fisik atau seksual
e. Gejala dan Tanda
1) Gejala
 Sensorik: anastesi, parastesia, gangguan indera spesifik (ketulian, kebutaan,
Diplopia).
 Motorik: Kelainan pergerakan, gaya berjalan, kelemahan dan paralisis, termor
ritmik, astasia-abasia.
 Kejang: kejang semu
 Gejala psikologis
2) Tanda
Jalur sensorik tidak ada kelainan dan utuh.
f. Kriteria Diagnosis
1) Satu atau lebih gejala yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang
mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis yang lain.
2) Faktor psikologis berkaitan dengan gejala , didahului stresor atau konflik lain.
g. Tatalaksana
Biasanya sembuh spontan. Apabila tidak sembuh dapat dengan terapi psikiatri yang
berupa terapi perilaku. Psikofarmaka dipakai bila diperlukan.
1) Non Farmakologi
Konseling dan prikoterapi
2) Farmakologi
Antidepresan dan anticemas
h. Prognosis
Dubia et bonam, karena pada peyakit ini dapat sembuh dengan spontan (Saddock,
2010).
Dapus
Kaplan, Sadock dan Grebb.2010.Sinopsis Psikiatri Jilid 2.Tangerang:Binarupa
Aksara
Dewi, Endah. 2016. Penerapan Terapi Aroma Buga Lavender Pada Asuhan
Keperawatan Klien Ansietas di RSJD Amino Gondohutomo Semarang.Universitas
Muhammadiyah Semarang: Semarang

You might also like