You are on page 1of 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN


DENGAN ASTMA

HALAMAN SAMPUL

oleh
Nunung Ratna Sari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN


DENGAN ASTMA

HALAMAN JUDUL
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
dengan dosen pengampu Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kep

oleh
Nunung Ratna Sari NIM 152310101219

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak dengan Pasien Astma”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada Jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusun malakah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak
2. Rekan kuliah PSIK Universitas Jember;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Jember, 28 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 latar belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 3
1.4.1 Pembaca ............................................................................................ 3
1.4.2 Penulis............................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Definisi Asma pada Anak ...................................................................... 4
2.2 Epidemiologi Asma pada Anak ............................................................. 5
2.3 Etiologi Asma pada Anak ...................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Asma pada Anak ................................................................. 7
2.5 Patofisiologi Asma pada Anak .............................................................. 9
2.6 Pathway Asma pada Anak................................................................... 10
2.7 Maniestasi Klinis Asma pada Anak .................................................... 12
2.8 Komplikasi dan Prognosis Asma pada Anak ..................................... 13
2.9 Pemeriksaan Diagnostik pada Anak................................................... 14
2.10 Penatalaksanaan Asma pada Anak .................................................... 16
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ................................. 18
PASIEN DENGAN ASTMA .............................................................................. 18
3.1 Pengkajian .................................................................................................. 18
3.1.1 Pengumpulan data ................................................................................. 18

iii
3.2 Pemeriksaan fisik .................................................................................. 20
3.3 Pengkajian Berdasarkan Nanda ......................................................... 23
3.4 Analisa Data .......................................................................................... 27
3.5 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 28
3.6 Intervensi Keperawatan....................................................................... 28
3.7 Implementasi Keperawatan................................................................. 32
3.8 Evaluasi ................................................................................................. 35
BAB 4. PENUTUP............................................................................................... 36
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 36
4.2 Saran ........................................................................................................... 36
4.2.1 Bagi seorang perawat ............................................................................ 36
4.2.2 Keluarga klien atau pasien .................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38

iv
v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja (Sidhartani, 2007). Data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2011, 235 juta orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka
kematian lebih dari 8% di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat
dicegah. Dilaporkan di beberapa negara angka kejadian asma meningkat, misal di
negara Jepang, Melbourne, dan Taiwan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) di Indonesia tahun 2013 didapatkan prevalensi asma di Indonesia
4,5% dengan kejadian terbanyak pada perempuan sebesar 4,6%. Di poliklinik
Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta, lebih dari 50% kunjungan merupakan
penderita asma. Jumlah kunjungan di Poliklinik Subbagian Paru Anak berkisar
antara 12000-13000 atau rata-rata 12.324 kunjungan pertahun (staf pengajar ilmu
kesehatan anak FK UI, 1985)
Asma adalah penyakit yang menganggu jalan nafas pada paru-paru dan sering
dialami oleh anak-anak. Penyakit ini sangat menganggu aktivitas anak dan
menghambat dalam proses tumbuh kembang anak. Gejala asma dengan batuk,
sesak nafas, nafas pendek dan mengi membuat anak-anak kesulitas saat tidur
maupun beraktivitas seperti sekolah. Adanya peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas pada anak dengan penyakit asma diperlukan penanganan yang sesuai
sehingga prevalensi asma akan menurun. Salah satunya dengan menghindari
faktor penyebab penyakit asma ini pada anak. Pada asma yang disebabkan oleh
faktor genetic juga harus mendapatkan penanganan agar asma tidak sering
kambuh dan mengganggu aktivitas anak yang masih dalam tahap tumbuh
kembang. Peran orangtua juga sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan penyakit
asma ini, karena edukasi mengenai penyakit ini tidak hanya ditujukan kepada

1
pasien saja, tetapi keluarga dan orang-orang di sekitar pasien untuk mencegah dan
menangani kekambuhan asma pada anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penyakit asma pada anak?
2. Bagaimana epidemiologi dari penyakit asma pada anak?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit asma pada anak?
4. Bagaimana klasifikasi dari penyakit asma pada anak?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma pada anak?
6. Bagaimana pathway terjadinya asma pada anak?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit asma pada anak?
8. Bagaimana komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit asma pada anak?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit asma pada anak?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit asma pada anak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk memahami tentang
penyakit asma pada anak dan cara penanganannya yang benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang penyakit
asma pada anak.
2. Untuk mencegah kekambuhan penyakit asma pada anak.
3. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang bisa dilakukan oleh
perawat pada kasus asma pada anak.
4. Untuk mempersiapkan diri sebagai calon perawat dalam
menghadapi pasien anak-anak dengan penyakit asma.
5. Untuk bahan penelitian selanjutnya bagi perawat maupun petugas
kesehatan lainnya.

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang isi dari makalah ini, sehingga dapat
dijadikan referensi untuk melakukan asuhan keperawatan tentang astma
pada anak

1.4.2 Penulis

Penulis dapat lebih memahami bagaimana asuhan keperawatan yang benar


pada klien dengan astma.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asma pada Anak


Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja (Sidhartini, 2007). Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas
yaitu saluran pernapasan yang sangat mudah bereaksi terhadap berbagai
rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,
2005). Menurut Margaret dalam Musdalifah Merry (2016), Asma Bronkial
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi)
intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan
atau alergan.
Asma merupakan penyakit dengan karaktristik meningkatnya reaksi trakea
dari bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah
derajadnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan asma dapat berupa
sesak nafas ekspiratoir yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi
(wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus ,
inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Asma
merupakan penyakit familier yang diturunkan secara poligenik dan multifaktorial.
Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA) dan
tanda genetik pada molekul imunoglobulin G (Abdoerachman, M.H (et al), 1985).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa asma adalah
penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang dapat menimbulkan gejala
episodic berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada
terutama pada malam hari atau dini hari. Asma pada anak mempunyai berbagai
aspek khusus yang umumnya berkaitan dengan proses tumbuh dan kembang
seorang anak, baik pada masa bayi, balita, maupun anak besar.

4
2.2 Epidemiologi Asma pada Anak
Asma adalah penyakit gangguan pernafasan yang dapat menyerang anak-
anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-
anak. Menurut para ahli, prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100-150
juta penduduk dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya
(WHO, 2013). Di Indonesia, prevalensi asma menurut data Survei Kesehatan
Rumah Tangga 2004 sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar
3,5% dengan prevalesnsi penderita asma pada anak usia 1-4 tahun sebesar 2,4%
dan usia 5-14 tahun sebesar 2,0%.
Penyakit asama di Indonesia termasuk dalam sepuluh besar penyakit
penyebab kesakitan dan kematian.Sebanyak 10-15% terjadi pada anak laki-laki
dan 7-10% terjadi pada anak perempuan yang dapat menderita asma pada suatu
waktu selama masa kanak-kanak. Asma dapat timbul pada semua umur seperti,
30% penderita asma mulai merasakan gejala pada usia 1 tahun, dan 80-90% anak
asma mengalami gejala pertama kali sebelum usia 4-5 tahun.
Dinegara-negara maju, peningkatan asma berkaitan dengan polusi udara dari
insdustri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola
makanan, penggunaan susu botol, dan paparan alergi dini. Asma mempunyai
dampak negative bagi kehidupan penderitanya termasuk untuk anak-anak, seperti
menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah.Selain itu, terdapat juga berbagai
factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi asma disuatu tempat,
antaralain umur, gender, ras, sosio-ekonomi, dan factor lingkungan. Faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi prevalensi asma yang berdampak terjadinya
serangan asma, berat ringannya serangan asma, derajat asma dan kematian karena
penyakit asma.

2.3 Etiologi Asma pada Anak


Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor Keturunan (Genetik)

5
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa
keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat alerginya yang
diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak sangat mudah terkena penyakit
asma jika terpapar faktor pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok
dan serbuk sari bunga.
2) Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut.
Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
3) Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan
atau jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya
persoalan tentang asma pada anak sendiri/keluargnya, akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau
hari depan anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah

6
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama
pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial
virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya pertusis dan streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit
seperti askaris.

2.4 Klasifikasi Asma pada Anak


Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi.
Gejala kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang.
Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan
ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput
lender dan pembentukan timbunan lender yang berlebih.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasnya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang
tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah
Ilmu keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
1. Asma Episodik yang Jarang
Biasnya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini yaitu
infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali per
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan
berat, gejala lebih berat pada malam hari.
2. Asma Episodik Sering

7
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya
orangtua menghubungkan dengan perubahan udara, allergen, aktivitas fisik dan
stress. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasnya
beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada
umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik atau persisten.
3. Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan
dan 75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing
yang lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur
5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan
hampir selalu terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat
batuk disertai wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma,
seringkali memerlukan perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah
mendapatkan penanganan anak dan orangtua baru menyadari mengenai asma
pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada
umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi perbaikan. Pada golongan dewasa
muda 50% golongan ini biasanya tetap menderita asma persisten..
Parameter Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten
Klinis, Jarang (Asma Sering (Asma (Asma Berat)
Kebutuhan Obat Ringan) Sedang)
dan Faal Paru
1. Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
2. Lama serangan <1 minggu 1 minggu Hampir
sepanjang tahun
(tidak ada remisi)
3. Intensitas Biasanya ringan biasanya sedang biasanya berat

8
serangan
4. Di antara Tanpa gejala sering ada gejala gejala siang &
serangan malam
5. Tidur dan Tidak terganggu sering terganggu sangat terganggu
aktivitas
6. Pemeriksaan Normal (tidak mungkin tidak pernah
fisik di luar ditemukan terganggu normal
serangan kelainan) (ditemukan
kelainan)
7. Obat Tidak perlu perlu, non steroid perlu, steroid
pengendali
(anti inflamasi)
8. Uji faal paru PEF / FEV1 >80% PEF/ FEV1 60- PEF / FEV1 <
(di luar 80% 60%
serangan)
9. Variabilitas variabilitas < 20% variabilitas 20- variabilitas >
faal paru (bila 30% 30%
ada serangan)

2.5 Patofisiologi Asma pada Anak


Asma merupakan inflamasi kronik saluran pernapasana. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil, dan sel epitel.Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur,
parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel
plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel
pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast
tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi
akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator
ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal

9
ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya
terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada
alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun
dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi
dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia
dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

2.6 Pathway Asma pada Anak

Faktor pencetus
- Allergen -Stress
- Virus, bakteri, jamur -Cuaca

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antigen yang terikat IgE pd permukaan sel mast/ basofil

Mengeluarkan mediator histamine, platelet, bradikinin dll

Peningkatan Edema mukosa Kontraksi otot


prodduksi mucus polos meningkat

Mempermudah Proliterasi

10
Terjadi sumbatan dan gaya konsolidasi -Batuk
-Mengi/ wheezing
Gelisah, rewel, -Sesak napas
Gangguan ventilasi
nangis → Ansietas

Hipoventilasi Hiperventilasi
Hiperkapnea Ketidakefektifan
bersihan jalan
Konsentrasi O2 Konsentrasi O2 napas
dalam alveolus ↓ dalam alveolus ↑

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan difusi Hiposemia

Gangguan
pertukaran gas
Penyempitan jalan
pernapasan

↑ kerja otot pernapasan

Intoleransi aktifitas Ketidakefektifan


pola nafas

11
2.7 Maniestasi Klinis Asma pada Anak
Menurut Abdoerachman, dkk (1985) serangan akut yang spesifik jarang
dilihat sebelum anak berusia 2 tahun. Secara klinis tanda dan gejala asma dibagi
menurut stadiumnya ke dalam 3 stadium yaitu;
Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus batuk paroksismal karena iritasi
dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing
yang merangsang batuk.
Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha bernafas
lebih dalam,eksprinium memanjang dan terdengar bunyi mengi, tampak otot nafas
ambahan turut bekerja, terdapat retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin
juga sela iga, anak lebih senang duduk dan bungkuk, tangan menekan pada tepi
tempat tidur atau kursi, anak tampak gelisah, pucat dan sianosis sekitar mulut,
toraks membungkuk kedepan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada
pernafasan pada anak yang lebih kecil cenderung terjadi pernafasan abdominal,
retraksi suprasternal dan intercostal.
Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat aliran udara sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena
sering disangka ada perbaikan juga batuk seperti ditekan, pernafasan dangkal,
tidak teratur dan frekuensi nafas yang mendadak meninggi.

Selain itu gejala klinis asma yaitu :


 Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
 Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit.
 Tachypnea, orthopnea.
 Diaphoresis

12
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
 Fatigue.
 Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
 Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
 Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin
sianosis.
 X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

2.8 Komplikasi dan Prognosis Asma pada Anak


Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat
dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen
secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
4. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema

13
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik pada Anak


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinophil
2) Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4) Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:

14
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block)
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
e. Spiometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

15
nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi

2.10 Penatalaksanaan Asma pada Anak


Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma
menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang kesehatan, seperti pemegang kekuasaan,
pembuat perancangan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai/memonitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai
asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)

16
b. Tahapan pengobatan
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan
oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut(follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisis
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja

17
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN ASTMA

3.1 Pengkajian
Pengkajian yang biasa dilakukan pada pasien dengan asma, meliputi hal-hal
sebagai berikut:

3.1.1 Pengumpulan data


a. Identitas klien/biodata
1) Identitas anak (data dapat diperoleh dari orang tua/ penanggug
jawab) yang meliputi nama anak, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal
pengkajian
2) Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa
produksi mucus, sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari
sehingga membuat anak sulit tidur. Jika asmanya berat maka gejala yang
akan muncul yaitu perubahan kesadaran seperti mengantuk, bingung,
saat serangan asma, kesulitan bernafas yang hebat, takikardia,
kegelisahan hebat akibat kesulitan bernafas, berkeringat. (Margaret
Varnell Clark, 2013)
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau
paliatif/provokative merupakan hal atau faktor yang mencetuskan

18
terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau meperingan, Q atau
qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R atau
region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau
severity adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut, T atau time adalah waktu dimana keluhan dirasakan, time
juga menunjukan lamanya atau kekerapan
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya,
karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang. Riwayat
kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi,
penyakit kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan
tentang riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang ada
hubungannya dengan penyakit sekarang seperti riwayat panas, batuk,
filek, atau penyakit serupa pengobatan yang dilakukan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan
dengan asma pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan
seperti asma, diabetes melitus, dan lain-lain
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola
asuh klien
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Merupakan informasi kesehatan anak dan ibu mulai dari pre natal,
natal, dan post natal.
- Prenatal
Apakah ibu pasien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat
memperberat keadaan ibu dan anak saat proses persalinan, serta
jumlah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu pasien
- Intra natal

19
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara
normal atau memerlukan bantuan alat operasi dan bagaimana
keadaan bayi saat di lahirkan (langsung menangis atau tidak)
- Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI sesuai
kebutuhan atau PASI serta bagaimana refleks menghisap atau
menelan
6) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
- Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG,
Hepatitis, Polio, DPT, Campak, Thypoid. Bila anak belum
mendapat imunisasi tanyakan dan catat imunisasi apa saja yang
sudah dan belum didapat serta tanyakan alasannya
- Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan
makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan
frekuensi yang diberikan dan tanyakan makanan apa yang lebih
disukai oleh anak.

3.2 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah kelemahan fisik
akibat kurangnya nafsu makan, gelisah, kesulitan bernafas, kesulitan tidur,
berkeringat, takikardia.
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal
3. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan penurunan berat
badan dari normal.
Head to toe
- Kepala

20
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien,
lingkar kepala. Pada asma tidak ditemukan masalah pada saat
dilakukan pemeriksaan kepala.
- Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak
mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap
kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati distribusi dan kondisi
bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris apakah ada peradangan
atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma tidak ditemukan
masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
- Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung
- Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah, dan palatum terhadap
kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau, periksa
lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan, inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya
ditemukan pada mulut terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya
kemerahan
- Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan atau
pendataran telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak
normal, periksa saluran telinga luar terhadap hygiene, rabas dan
pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah ada nyeri atau tidak
lakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak
- Leher

21
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh, periksa
leher terhadap pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi
pada trakea dan kelenjar tiroid
- Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada
kedalam, amati jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama
inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela iga, bergerak
secara simentris atau tidak dan lakukan auskultasi lapang paru
- Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa
warna dan keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan
auskultasi terhadap bising usus serta perkusi pada semua area
abdomen
- Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah
terdapat sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri
pada ekstremitas
- Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia,
posisi, uretra, inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa
anus adanya robekan, hemoroid, polip
Pengkajian per sistem :
 Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tacypnea, orthopnea, bared chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, peningkatan 𝑷𝑪𝑶𝟐 dan penurunan 𝑶𝟐
sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengan wheezing, ronchi,
basah sedang, ronchi kering musikal.
 Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
 Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel,

22
cengeng → apatis → sopor → coma.
 Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak
nafas.
 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.
 Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas

3.3 Pengkajian Berdasarkan Nanda


1. Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kesadaran tentang kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi yang
digunakan untuk mempertahankan kendali terhadap dan meningkatkan
fungsinormal dan sehat tersebut.
Kelas 1. Kesadaran Kesehatan
Pengenalan tentang fungsi normal dan kesehatan.
Kelas 2. Manajemen Kesehatan
Mengidentifikasi, mengendalikan, melakukan, dan mengintegrasikan
aktivitas untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan.
2. Domain 2 : Pola nutrisi/metabolik (ABCD)
Nafsu makan anak pada umumnya berkurang atau hilang. Pemberian ASI dari
bayi lahir sampai usia 9 bulan.
3. Domain 3 : Eliminasi
Klien cenderung akan mengalami peningkatan pola eliminasi dari pada
sebelum sakit dikarenakan infeksi pada saluran cerna yang menyebabkan akan
meningkatnya peristaltik usus.
4. Domain 4 : Pola aktivitas dan latihan
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktifitas atau latihan

23
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/ kehilangan massa otot
5. Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan),
sensasi, cara pandang, kesadaran, dan komunikasi.
Kelas 1. Perhatian
Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati.
Kelas 2. Orientasi
Kesadaran terhadap waktu, tempat dan orang.
Kelas 3. Sensasi/ Persepsi
Menerima informasi melalui sentuhan, rasa, bau, penglihatan,
pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan pemahaman akan data
rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau pengenalan pola.
Kelas 4. Kognisi
Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah, abstraksi,
penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
Kelas 5. Komunikasi
Pengiriman dan penerimaan informasi verbal dan non- verbal.
6. Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran tentang diri sendiri.
Kelas 1. Konsep Diri
Persepsi total tentang diri sendiri
Kelas 2. Harga Diri
Penilaian tentang arti, kapabilitas, kepentingan, dan keberhasilan diri
sendiri.
Kelas 3. Citra Tubuh
Suatu gambaran mental tentang tubuh diri sendiri.
7. Domain 7 : Hubungan Peran
Hubungan atau asosiasi positif dan negative antar individu atau kelompok-
kelompok individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan
oleh sarana tersebut.
Kelas 1. Peran Pemberi Asuhan

24
Pola perilaku yang diharapkan secara social oleh individu- individu
yang menyediakan perawatan dan bukan para professional perawatan
kesehatan.
Kelas 2. Hubungan Keluarga
Hubungan orang-orang yang secara biologis saling berkaitan.
Kelas 3. Performa Peran
Kualitas berfungsi dalam pola perilaku sosial
8. Domain 8 : Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi.
Kelas 1. Identitas Seksual
Kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam hal seksualitas dan atau
gender.
Kelas 2. Fungsi seksual
Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi didalam aktifitas
seksual.
Kelas 3. Reproduksi
Suatu proses ketika manusia diproduksi.
9. Domain 9 : Koping/Toleransi Stres
Anak cenderung akan mengalami banyak stresor yang menyebabkan tidak tahu
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut
10. Domain 10 : Prinsip Hidup
Prinsip-prinsip yang mendasari perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah
langkah, adapt istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki
pekerjaan intrinsik.
Kelas 1. Nilai
Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai.
Kelas 2. Keyakinan
Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adat istiadat, atau
lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik.
Kelas 3. Keselarasan Nilai

25
Korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai,
kepercayaan dan tindakan.
11. Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan,
penjagaan akan kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan.
Kelas 1. Infeksi
Respon-respon setempat setelah invasi patogenik.
Kelas 2. Cedera Fisik
Luka tubuh yang membahayakan.
Kelas 3. Perilaku Kekerasan
Penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan.
Kelas 4. Bahaya Lingkungan
Sumber-sumber bahaya yang ada dilingkungan sekitar kita.
Kelas 5. Proses Pertahanan Tubuh
Proses seseorang mempertahankan diri dari luar.
Kelas 6. Termoregulasi
Proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organisme.
12. Domain 12 : Kenyamanan
Rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik atau sosial.
Kelas 1. Kenyamanan Fisik
Rasa sejahtera atau nyaman dan bebas dari nyeri.
Kelas 2. Kenyamanan Lingkungan
Rasa sejahtera atau nyaman dengan lingkungannya.
Kelas 3. Kenyamanan Sosial
Rasa sejahtera atau nyaman dengan situasi sosialnya.
13. Domain 13 : Pertumbuhan/Perkembangan
Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau
tonggak perkembangan yang dicapai.
Kelas 1. Pertumbuhan

26
Pengkajian riwayat pertumbuhan meliputi diantarnya meliputi:
Berat badan sebelum sakit sampai saat sakit rata-rata berat badan
pada bayi bertambah 8.900-7.100 gram, dan tinggi badan rata-rata
bayi bertambah 2 cm.

Kelas 2. Perkembangan
Pengkajian perkembangan meliputi:
Personal sosial: Dada dengan tangan, tepuk tangan
Motorik halus: Menaruh kubus dalam cangkir, membentuk 2 kubus,
memegang icik-icik
Motorik kasar: Duduk, merangkak, berdiri berpegangan
Bahasa: Mengoceh, menirukan kata-kata, menoleh kearah suara

3.4 Analisa Data

No DATA Masalah Etiologi


1 DS:
- Orang tua klien Ketidakefektifan Infeksi pada saluran
mengatakan bersihan jalan nafas pernafasan
bahwa anaknya
pertahanan tubuh
mengeluh batuk
mengeluarkan mucus
DO:
(sekret) yang berlebih
- Klien kesulitan
untuk berbicara Menyumbat jalan nafas
- Gelisah
- Suara napas
tambahan
(wheezing)
2. DS: gangguan pertukaran Takikardi, napas
Orang tua klien gas cuping hidung
mengatakan bahwa
anaknya mengeluh sulit

27
bernafas/sesak Obstruksi jalan nafas
DO:
- Takikardi gangguan pertukaran
Napas cuping hidung gas
3 DS: Intoleransi aktivitas cepat lelah dan lemah
Orang tua klien
ketidakseimbangan
mengatakan bahwa
antara suplai dengan
anaknya mengeluh
kebutuhan O2
cepat lelah
DO: Intoleransi aktivitas
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
mucus (sekret) disaluran nafas ditandai klien mengeluarkan batuh
berdahak serta sesak
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
ditandai dengan napas cuping hidung dan takikardi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai
dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan klien lemas, SaO2 < 90%

3.6 Intervensi Keperawatan


No. Dx Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan a. Respiratory status : Airway suction
nafas Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan b. Respiratory status : tracheal suctioning
dengan Airway patency b. Auskultasi suara nafas
penumpukan c. Aspiration Control sebelum dan sesudah

28
mukus disaluran suctioning.
nafas ditandai Kriteria Hasil : c. Informasikan pada klien
klien a. Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
mengeluarkan batuk efektif dan suara suctioning
batuh berdahak nafas yang bersih, tidak d. Minta klien nafas dalam
serta sesak ada sianosis dan dyspneu sebelum suction dilakukan.
(mampu mengeluarkan e. Berikan O2 dengan
sputum, mampu bernafas menggunakan nasal untuk
dengan mudah, tidak ada memfasilitasi suksion
pursed lips) nasotrakeal
b. Menunjukkan jalan nafas f. Gunakan alat yang steril
yang paten (klien tidak sitiap melakukan tindakan
merasa tercekik, irama g. Anjurkan pasien untuk
nafas, frekuensi istirahat dan napas dalam
pernafasan dalam setelah kateter dikeluarkan
rentang normal, tidak dari nasotrakeal
ada suara nafas h. Monitor status oksigen
abnormal) pasien
c. Mampu i. Ajarkan keluarga
mengidentifikasikan dan bagaimana cara melakukan
mencegah factor yang suksion
dapat menghambat jalan j. Hentikan suksion dan
nafas berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu

29
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
h. Lakukan suction pada
mayo
i. Berikan bronkodilator bila
perlu
j. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan
status O2

2. Gangguan NOC: 3320 Terapi Oksigen


pertukaran 0410 Status Pernafasan: 1. Pertahankan kepatenan
gas Pertukaran Gas jalan nafas
berhubungan 1. Tidak ada gangguan 2. Monitor aliran oksigen

30
dengan pada keseimbangan 3350 Monitor Pernafasan
obstruksi ventilasi dan perfusi 1. Monitor kecepatan, irama,
jalan nafas 2. Tidak ada tanda-tanda kedalaman dan kesulitan
yang ditandai distress bernafas
dengan napas 3. Tidak ada dispnea saat 2. Monitor suara nafas
cuping istirahat dan aktivitas tambahan seperti ngorok
hidung dan ringan atau mengi
takikardi 4. Tidak ada sianosis 3. Monitor pola nafas
4. Auskultasi suara nafas
setelah tindakan
5. Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
6. Monitor keluhan sesak
nafas pasien
7. Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
3. Intoleransi NOC NIC
aktivitas Status respirasi : pertukaran  Hindari lingkungan
berhubungan gas dan ventilasi adekuat dengan konsentrasi
dengan  Mampu berpindah oksigen yang rendah
ketidak dengan atau tanpa  Inimalkan kecemasan dan
seimbangan bantuan stres
suplai dengan  Status kardiopulmonari  Beri periode istirahat yang
kebutuhan adekuat adekuat
oksigen  Mampu melaksanakan  Rencanakan asuhan untuk
ditandai aktifitas sehari hari bayi atau anak-anak guna
dengan klien secara mandiri meminimalkan kebutuhan
lemas, SaO2 tubuh terhadap oksigen
< 90%  Ajarkan pada pasien dan
orang tua tentang teknik

31
perawatan diri yang akan
meminimalkan konsumsi
oksigen
 Antisipasi kebutuhan
terhadap makanan, air, rasa
nyaman, gendongan dan
stimulasi untuk mencegah
tangisan yang tidak perlu

3.7 Implementasi Keperawatan


No. Dx Keperawatan Implementasi Paraf
1. Ketidakefektifan Airway suction
bersihan jalan 1. Memastikan kebutuhan oral / tracheal
nafas berhubungan suctioning
dengan 2. Mengauskultasi suara nafas sebelum
penumpukan dan sesudah suctioning.
mukus disaluran 3. Menginformasikan pada klien dan
nafas ditandai klien keluarga tentang suctioning
mengeluarkan 4. Meminta klien nafas dalam sebelum
batuh berdahak suction dilakukan.
serta sesak 5. Memberikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
6. Menggunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
7. Menganjurkan pasien untuk istirahat
dan napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Memonitor status oksigen pasien

32
9. Mengajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10. Menghentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.

Airway Management
m. Membuka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
n. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
o. Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
p. Memasang mayo bila perlu
q. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
r. Mengeluarkan sekret dengan batuk
atau suction
s. Mengauskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
t. Melakukan suction pada mayo
u. Memberikan bronkodilator bila perlu
v. Memberikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
w. Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
a. Memonitor respirasi dan status O2

2. Gangguan 3320api Oksigen


pertukaran gas 1. Mempertahankan kepatenan jalan
berhubungan nafas

33
dengan 2. Memonitor aliran oksigen
obstruksi jalan 3350itor Pernafasan
nafas yang 1. Memonitor kecepatan, irama,
ditandai dengan kedalaman dan kesulitan bernafas
napas cuping 2. Memonitor suara nafas tambahan
hidung dan seperti ngorok atau mengi
takikardi 3. Memonitor pola nafas
4. Mendeteksi auskultasi suara nafas
setelah tindakan
5. Memonitor kemampuan batuk efektif
pasien
6. Memonitor keluhan sesak nafas
pasien
7. Memberikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan
3. Intoleransi 1. Menghindari lingkungan dengan
aktivitas konsentrasi oksigen yang rendah
berhubungan 2. Meminimalkan kecemasan dan stres
dengan ketidak 3. Memberi periode istirahat yang
seimbangan adekuat
suplai dengan 4. Merencanakan asuhan untuk bayi atau
kebutuhan anak-anak guna meminimalkan
oksigen kebutuhan tubuh terhadap oksigen
ditandai dengan 5. Mengajarkan pada pasien dan orang
klien lemas, tua tentang teknik perawatan diri yang
SaO2 < 90% akan meminimalkan konsumsi
oksigen
6. Mengantisipasi kebutuhan terhadap
makanan, air, rasa nyaman,
gendongan dan stimulasi untuk
mencegah tangisan yang tidak perlu

34
3.8 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Ketidakefektifan bersihan jalan S: - Pasien mengatakan sesaknya
nafas berhubungan dengan berkurang
penumpukan mukus disaluran O:- RR norma rentang 20-24x/mnt
nafas ditandai klien mengeluarkan - Pasien dapat mengeluarkan
batuh berdahak serta sesak dahaknya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
2 Gangguan pertukaran gas S : Keluarga mengatakan pola nafas
berhubungan dengan obstruksi klien kembali efektif
jalan nafas yang ditandai dengan O: Terjadi penggunaan otot bantu
napas cuping hidung dan takikardi pernafasan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
3 Intoleransi aktivitas berhubungan S: - keluarga mengatakan bahwa
dengan ketidak seimbangan suplai pasien sudah mampu menangis jika
dengan kebutuhan oksigen tidak nyaman meski masih lemah
ditandai dengan klien lemas, SaO2 O: - lemah
< 90% - tampak dapat bergerak meski
terbatas
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

35
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan
dan penyempitan yang bersifat sementara
Menurut The Lung Association ada dua factor yang menjadi pencetus asma :
pemicu yang mengkibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan
mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi) tetapi
tidak dapat peradangan,seperti: Perubahan cuaca dan suhu udara, rangsang sesuatu
yang bersifat alergi,misalnya asap rokok,serbuk sari,debu,bulu binatang, infeksi
saluran pernapasan, gangguan emosi, kerja fisik atau olahraga yang berlebihan
Asma memiliki ciri khusus : Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi
akibat kesulitan ekspirasi, pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi
memanjang, keadaan sesak hebat yang di tandai dengan giatnya otot-otot bantu
pernapasan dan sianosis dikenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat
fatal, dipsnue dipagi hari dan sepanjang malam,sesuda latihan fisik(terutama saat
cuaca dingin),berhubungan dengan paparan terhadap alergi seperti bulu binatang.
Diagnosis asma kadang-kadang dapat di tegakan atas dasar anamnesis dan
auskulstasi.Wheezing di akhir ekspirasi hampir selalu merupakan tanda penyakit
paru obsttuktif seperti asma.Pada asma ringan,auskulstasi hamper selalu normal
bila pasien asimtomatik.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi seorang perawat
Sebagai seorang perawat seharusnya dapat memberikan asuhan keperawatan
secara intensif mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada
pasien dengan Asma Pada Anak. perawat dapat menjalin kerja sama dengan
keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.

36
4.2.2 Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit astma
dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota
keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit astma.

37
DAFTAR PUSTAKA

Akib, A. A. P. 2002. Asma pada Anak. Jurnal Sari Pediatri. 4(2): 78-82.
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Elsevier

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Crockett, Antony. 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta:


Hipokrates

Dharmayanti, I., Hapsari, D., dan Azhar, K. 2015. Asma pada Anak di Indonesia.
Penyebab dan Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 9(4): 320-326.

Doenges, E. Mari Lynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.

Gaffar, L. O. J. 1999. Penghantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.


Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Jakarta: EGC Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta:
EGC
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pengendalian Penyakit Asma.
Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Republik
Indonesia.
Leafant, Claude. 2001. Asthma and Respiratory Infections. United States of
America: Inc.Rights Reserved

Musdhalifah Merry. 2016. Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial Pada Anak


diakses melalui
https://www.academia.edu/23712902/Asuhan_Keperawatan_Asma_Bronkhial_Pa
da_Anak pada tanggal 28 september 2017

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanzon, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Elsevier
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta EGC.

38
Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta: EGC

Rahajoe, Nastiti N. 2008. Buku Ajar Respirologi anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
Sidhartini, M. 2007. Peran Edukasi pada Penatalaksanaan Asma pada Anak.
Semarang: ISBN

Sundaru, Heru. Asma. http://medicastore.com/asma/, diakses pada tanggal 10


Maret 2016

Suriviana. Penyakit Asma pada Anak.


http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=78,
diakses pada tanggal 10 Maret 2016
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tumigolung, G. T., Kumaat, L., dan Onibala, F. 2016. Hubungan Tingkat
Kecemasan dengan Serangan Asma pada Penderita Asma di Kelurahan Mahakeret
Barat dan Mahakeret Timur Kota Manado. E-journal Keperawatan. 4(2): 1-8.
Wahyudi, A., Yani, F. F., dan Erkadius. 2016. Hubungan Faktor Risiko dengan
Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 5(2): 312-318.
Ward, Jeremy. 2007. Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga

Widjaya, M. C. 2008. Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma pada Balita.
Jakarta: Kawan Pustaka.

39

You might also like