Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas : 5 EG.A
Prodi : Teknik Energi
Dosen Pembimbing : Letty Trisnaliani, S.T, M.T
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Teknologi
pemanfaatan Biomassa yang berjudul “Gasifikasi Biomassa Sekam Padi”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Gasifikasi, atau yang lebih
khususnya membahas kegunaan proses konversi termofisik maupun termokimia pada
biomassa, proses gasifikasi biomassa sekam padi, tahap-tahap proses gasifikasi, dan
lainnya yang berkaitan dengan hal tersebut..
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Palembang, Oktober
2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 19
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penggunaan energi biomassa dapat dijadikan jalan keluar dari terbatasnya energi
yang tidak dapat diperbaharui. Untuk itu, energi biomassa sejak tahun-tahun
sebelumnya sudah banyak diteliti untuk menggantikan kelangkaan energi bahan bakar
yang tidak terbarukan. Indonesia dengan potensi alam yang sangat melimpah
sebenarnya berpotensi untuk menghasilkan energi biomassa yang beragam untuk
keperluan manusia. Pengelolaan dari bahan-bahan penghasil energi biomassa ini
sebenarnya akan lebih menghemat pengeluaran negara dengan manajemen pengelolaan
yang baik. Untuk itu, energi biomassa perlu diketahui oleh semua lapisan masyarakat
untuk mengembangkan energi terbarukan.
1
3. Bagaimana Mekanisme Gasifikasi ?
1.3 Tujuan
5. Untuk Mengetahui Jenis – Jenis reaktor apa yang digunakan dalam proses gasifikasi
Sekam Padi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Proses gasifikasi pada gasifier terdiri beberapa tahapan. Menurut Mathieu dan
Dubuisson (2002), proses gasifikasi berlangsung dengan empat tahapan dasar yaitu
pyrolysis, combustion, boudouard reaction, dan gasification processes.
Pirolisis: Setelah pengeringan dilakukan, bahan bakar akan turun dan menerima panas
sebesar 250-500oC dalam kondisi tanpa udara. Pirolisis dimulai dari dekomposisi
hemiselulosa pada 200-250, dekomposisi selulosa sampai 350oC, dan pirolisis berakhir
pada 500oC. Selanjutnya pengarangan berlangsung pada 500-900oC, yang terjadi pada
3
batas zona pirolisis dan oksidasi. Produk dari proses ini terbagi menjadi produk cair
(Tar dan PAH), produk gas (H2, CO, CO2, H2O, CH4), tar dan arang. Reaksi kimia
pirolisis dapat dituliskan sebagai berikut :
Biomasa kering + panas = arang + tar + gas (H2, CO, CO2, H2O, CH4, CxHy)
Tar minyak metana, dll = CO, CO2, H2O, CH4 + Energi termal
Reduksi : Proses ini bersifat mengambil panas yang berlangsung pada suhu 400- 900oC.
Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia yang merupakan proses penting
terbentuknya beberapa senyawa yang berguna untuk menghasilkan combustible gas
seperti H2, CO, CH4 atau yang dikenal dengan producer gas. Berikut reaksi kimia di
zona reduksi :
4
Gambar 1 Skema Tahapan Proses Gasifikasi
Ketika char gasifikasi di uapkan, gas yang dihasilkan adalah terdiri dari CO2,
CO, H2 dan CH4. Uap dapat ditambahkan dari sumber eksternal atau dari reaksi
dehidrasi sisa tanaman. Dalam reaktor yang beroperasi pada suhu rendah, tingkat
pemanasan yang rendah dan sangat tekanan tinggi, reaksi sekunder sangat penting
karena waktu tinggal yang lama (dari produk-produk volatil dalam zona reaksi). Disisi
lain, pada tekanan rendah, suhu tinggi, dan tingkat pemanasan yang tinggi, sebagian
besar produk yang mudah menguap,sehingga mengurangi kemungkinan interaksi char
gas - padat.
Tujuan dari gasifikasi biomassa. Proses gasifikasi biomassa terjadi dalam empat tahap
yang saling terkait :
5
1) pengeringan bahan baku;
3) gasifikasi in situ arang dibentuk dengan gas reaktif seperti CO2, H2O, H2dan O2; dan
1. Gasifikasi Udara
Proses gasifikasi sederhana menggunakan udara sebagai agen gasifying. Kelebihan
Char yang dibentuk oleh proses pirolisis dalam gasifier dibakar dengan terbatasnya
pasokan udara (biasanya pada rasio kesetaraan 0,25). Produk ini adalah energi dengan
gas rendah yang mengandung terutama hidrogen dan karbon monoksida yang
diencerkan dengan nitrogen dari udara. Nilai kalor dari gas yang dihasilkan adalah
dalam range 3,5-7,8 MJ / Nm 3, yang membuatnya cocok untuk boiler dan mesin
aplikasi tetapi tidak untuk keperluan yang membutuhkan transportasi melalui pipa.
Karena kesederhanaannya, teknologi gasifikasi udara sedang dipelajari oleh banyak
peneliti untuk berbagai jenis biomassa. Karena udara adalah agen gasifying, suhu
reaktor tergantung pada laju aliran udara dan laju umpan biomassa. Sangat rendah udara
6
masuk ke hasil sistem sangat rendah suhunya sehingga gas yang dihasilkan lebih
rendah, dan hasil tar yang lebih tinggi (Sadaka,2006).
Dibandingkan dengan gasifikasi udara, gasifikasi uap menghasilkan energi yang lebih
tinggi dalam memproduksi gas (Sadaka,2006).
3. Gasifikasi Oksigen
Jika jumlah nitrogen dipasok ke proses gasifikasi terbatas, gas produk tidak akan
mengandung nitrogen dan dengan demikian, memiliki energi menengah (sekitar 12 - 21
MJ / Nm3 ). Gas tersebut dapat didistribusikan secara ekonomis dalam sistem jaringan
pipa dan oleh karena itu, menjadi mudah digunakan untuk proses pemanasan atau
mungkin sebagai gas sintesis untuk menghasilkan bahan kimia dan bahan bakar. Dalam
hal ini, pabrik oksigen atau sumber oksigen diperlukan, yang dapat meningkatkan biaya
modal diperlukan untuk instalasi pabrik (Sadaka,2006).
4. Gasifikasi Nitrogen
Melalui gasifikasi rute ini, bahan baku bahan bakar diubah menjadi bahan bakar gas
di adanya hidrogen dengan tekanan tinggi. Dengan proses ini, sangat penting bahwa
dalam reaksi, kondisi harus secara ketat dipertahankan 6 karena sebagian besar produk
7
biasanya dalam fase gas. Proses ini tidak menguntungkan karena tingkat kontrol yang
diperlukan serta fakta bahwa hidrogen harus tersedia (Sadaka,2006).
Dalam gasifiers, udara melewati tempat bahan bakar, pengeringan cukup diskrit,
pirolisis, gasifikasi dan zona oksidasi berkembang sepanjang reaktor. Lokasi zona ini
dalam gasifier tergantung pada gerakan relatif dari bahan bakar dan udara. Zona ini
dibedakan oleh berbagai reaksi atau proses yang terjadi dan rezim suhu saat itu.
Kedalaman dan relatif pentingnya darin setiap zona tergantung pada komposisi kimia
dari bahan baku, kadar air dan ukuran partikel, laju aliran massa dari agen gasifying,
dan suhu (Sadaka,2006).
1) Zona Pengering
2) Zona Devolatilisasi
8
masing-masing produk ini bervariasi tergantung pada zona suhu, laju pemanasan,
struktur, dan komposisi dan ukuran katalis (Sadaka,2006).
3) Zona Oksidasi
Dalam zona oksidasi, perubahan fisik dan kimia terhambat sebagai pembawa
oksigen, yang sebagian besar udara, dimasukkan ke dalam bahan bakar. Oksigen
membakar sebagian dari karbon dalam bahan bakar sampai hampir semua karbon bebas
habis. Oksigen menembus permukaan bahan untuk sebagian kecil karena lebih mudah
bereaksi di permukaan dengan karbon monoksida terbentuk dan gas hidrogen. Ketika
udara digunakan sebagai media gasifikasi, yang kandungan oksigen menurun 21-0%,
sedangkan persentase karbon dioksida meningkat proporsional. Zona oksidasi memiliki
suhu tertinggi karena sifat eksotermik dari reaksi (Sadaka,2006).
Di zona abu pendinginan, partikel mulai untuk mendinginkan lebih cepat dari
suhu partikel di daerah lain. Zona abu pendinginan terbentuk di tempat gasifiers tetap
melindungi perapian dari panas intens dan mendistribusikan udara di atas bed. Praktis
tidak ada reaksi kimia terjadi di tempat ini, meskipun dalam beberapa desain fixe bed,
zona ini bertindak sebagai filter untuk gas yang dihasilkan. Namun, zona ini aliran
udara yang masuk dalam beberapa tahap (Sadaka,2006).
1. Suhu Bed
9
2. Tekanan Bed
Tekanan Bed telah dilaporkan memiliki efek yang signifikan pada proses
gasifikasi. Nandi dan Onischak (1985) menemukan penurunan berat badan selama
devolatilization residu tanaman di N2 suasana di 815oC, menurun dengan peningkatan
tekanan. Namun, pada suhu konstan, konstanta laju orde pertama (k) untuk gasifikasi
arang meningkat karena tekanan meningkat. Menggunakan media gasifikasi 50:50 H2O
/ N2 pada suhu 815o C, nilai-nilai konstanta laju (k) untuk char kayu adalah 0.101,
1.212 dan 0,201 min-1, masing-masing pada tekanan 0,17, 0,79 dan 2,17 MPa.
3. Tinggi Bed
Pada suhu reaktor tertentu, waktu tinggal yang lebih lama (karena ketinggian
bed yang lebih tinggi) meningkat berjumlah hasil gas. Sadaka et al. (1998)
menunjukkan bahwa ketinggian bed yang lebih tinggi menghasilkan lebih efisiensi
konversi serta suhu bed lebih rendah karena efek fly-wheel bed material. Efek fly-wheel
berkurang secara signifikan ketika jumlah bahan bed berkurang sehingga menghasilkan
suhu bed yang lebih tinggi.
4. Kecepatan fluidisasi
5. Rasio Kesetaraan
Rasio kesetaraan memiliki pengaruh kuat pada kinerja gasifiers karena itu
mempengaruhi suhu bed, kualitas gas, dan efisiensi termal. Peningkatan rasio 8
kesetaraan mengakibatkan tekanan rendah baik di bed padat dan daerah freeboard ketika
gasifier dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang berbeda dan ketinggian bed.
Kadar air dari bahan pakan mempengaruhi suhu reaksi karena energi diperlukan
untuk menguapkan air dalam bahan bakar. Oleh karena itu, proses gasifikasi
berlangsung pada suhu rendah.
10
7. Ukuran partikel
Meningkatkan rasio udara dan uap akan meningkatkan nilai kalor gas sampai
memuncak. Tomeczek et al. (1987) menggunakan campuran udara-uap dalam proses
gasifikasi batubara dalam fluidized bed reaktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh rasio uap dan udara pada arang terutama pada rasio yang lebih rendah karena
fakta bahwa uap digunakan pada tahap devolatilisasi memberikan kontribusi terhadap
proses gasifikasi bahkan dalam kasus ketika uap tidak ditambahkan. Ketika rasio uap air
meningkat, nilai kalor meningkat, mencapai puncaknya pada 0,25 kg /kg.
Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti tampak dalam
11
zGambar 3. Dalam gambar ini terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di bagian
bawah yang menyebabkan asap pirolisa yang dihasilkan melewati zona gasifikasi yang
panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar, sehingga gas yang
dihasilkan oleh reaktor ini lebih bersih. Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini
dapat digunakan untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan
menambahkan bahan bakar melalui bagian atas reaktor. Namun untuk operasi yang
berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu yang baik, agar bahan bakar bisa
terus ditaambahkan ke dalam reaktor.
Prinsip kerja reaktor gasifikasi tipe ini sama dengan prinsip kerja reaktor
gasifikasi downdraft gasifiers. Dalam Gambar 4. tampak bahwa perbedaan antara
reaktor gasifikasi downdraft gasifiers dengan reaktor gasifikasi inverted downdraft
gasifiers terletak pada arah aliran udara dan zona pembakaran yang dibalik sehingga
bahan bakar pada bagian bawah reaktor dengan zona pembakaran diatasnya. Aliran
udara mengalir dari bagian bawah ke bagian atas reaktor.
12
Gambar 4 Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft
Pada reaktor gasifikasi tipe ini, zona pembakaan (sumber panas) terletak
dibawah bahan bakar dan bergerak keatas seperti tampak pada dalam gambar 4. Dalam
gambar ini, tampak bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir keatas melewati bahan
bakar yang belum terbakar sementara bahan bakar akan terus jatuh kebawah. Melalui
pengujian menggunkana sekam padi, reaktor gasifikasi ini dapat bekerja dengan baik.
Kekurangan dari reaktor tipe ini adalah produksi asap yang berlebihan dalam operasinya
13
4) Reaktor Gasifikasi Tipe crossdraft
Pada reaktor ini, aliran udara mengalir tegak lurus dengan arah gerak zona
pembakaran. Reaktor tipe ini memungkinkan operasi yang berkesinambung apabila
memiiki sidtem pengeluaran abu yang baik.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar (Pakpahan,2006).
14
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran
untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang
harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus
dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal
gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem
lingkungan (Pakpahan,2006).
(b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika
(SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan
isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah,
(c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang
cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. Sekam memiliki
kerapatan jenis (bulk density)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300
k. Kalori (Pakpahan,2006).
15
B. Menurut DTC-IPB
1. Karbon (zat arang) 1,33
2. Hidrogen 1,54
3. Silika 33,64
Pemilihan reactor gasifikasi jenis down-draft didasarkan pada rendahnya kandungan tar
yang dihasilkan dibandingkan jenis updraft. Hal ini dikarenakan bahwa kandungan tar
hasil pirolisis terbawa bersama gas dan kemudian masuk ke dalam proses oksidasi
parsial yang mencapai suhu hingga 900⁰C, dimana pada suhu tersebut kandungan tar
dimungkinkan dapat terurai menjadi senyawa yang lebih ringan. Gas hasil gasifikasi
sistem downdraft ini setelah direfinery dan didinginkan dapat langsung dimasukkan ke
dalam motor diesel yang dapat dioperasikan secara dual fuel (Affendi,dkk,2010).
Sekam padi tersusun atas dua bagian, berupa bahan-bahan organik dengan porsi
70%-85% berat atas dasar kering dan anorganik (mineral), komponen utama lain berupa
lignin dan selulosa. Analisa proksimasi sekam padi volatile matte 57,3% – 71,3%, abu
12,9% – 28,1%, karbon tetap 12,7% – 26,7%, kadar air 10,46% dan nilai kalor kcal/kg
[Affendi, M, 2008].
16
Dari Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO,
H2, dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat
tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa. bentuk dan partikel biomassa, serta
kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi komposisi gas hasil gasifikasi sekam
padi bentuk jarum ukuran 1 cm adalah CO 20,1%, H2 11,3%, CH4 1,8%, CO2 % , N2
55,4% dan panas pembakaran 4350 kJ/. Gas ini dapat diumpankan ke dalam motor
bakar torak maupun sebagai bahan bakar untuk pemanas (Susanto H., 2005).
Proses gasifikasi (jenis open core down draft gasifier) yang diawali dengan
penyalaan sekam padi di bagian unggun reaktor. Proses gasifikasi berlangsung
bersamaan dengan beroperasinya mesin diesel. Aliran udara untuk gasifikasi terjadi
karena adanya hisapan pada sistem venturi gas buang (knalpot) mesin diesel. Bila
proses gasifikasi beroperasi dengan baik, maka gas hasil gasifikasi sekam dialirkan ke
mesin diesel melalui inlet udaranya yang diatur dengan damper. Pengaturan damper di
17
bagian inlet udara mesin diesel divariasikan beberapa perlakuan (dengan istilah cekikan,
yaitu menghambat aliran udara masuk sebagian dan sebagian lainnya dialirkan gas hasil
gasifikasi), sebagai berikut (Affendi,dkk,2010) :
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28545735/bioenergi_gasifikasi_biomassa_sekam_padi
diakses pada 20 Oktober 2017.
digilib.itb.ac.id/files/disk1/618/jbptitbpp-gdl-rizaazhari-30855-4-2008ta-3.pdf diakses
pada 20 Oktober 2017.
Purnomo, R.H., Kuncoro, E.A. and Wahyuni, D., 2014. Rancang Bangun dan Uji
Teknik Kompor Berbahan Bakar Limbah Biomasa pertanian. Buana sains, 14(2),
pp.71-78.
Agung, W., Pranolo, S.H., Noorochadi, G. and Ratna, M., 2010. Perancangan dan uji-
Kinerja Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil. Perancangan dan Uji-
Kinerja Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil, 9(1), pp.29-33.
Barlin, B. and Nainggolan, M.P., 2012. Studi performa tungku pembakaran biomassa
berbahan bakar limbah sekam padi.
20