Professional Documents
Culture Documents
1. Metode Induksi
Metode induktif (bottom – up) melihat suatu kondisi / aktivitas dari penyebabnya.
Dilakukan dengan cara menuliskan bahaya yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan.
Dari bahaya yang sudah ditentukan, kemudian dicari sumber bahaya dan potensi
kejadian yang tak diinginkan dari bahaya tersebut. Kemudian dilakukan pengendalian.
Jadi logika nya yaitu dengan mengetahui bahaya, kejadian, dan akibatnya, lalu
dikendalikan. Misalnya, bahaya hidrokarbon diketahui dapat menyebabkan kebakaran,
maka harus dikendalikan dengan melakukan isolasi sumber energi, tidak menggunakan
alat yang menghasilkan percikan api di sekitar sumber energi, melakukan pengukuran
gas, menggunakan APD, tersedia APAR disekitar sumber energi.
2. Metode Deduksi
Metode deduktif (top – down) adalah metode yang melihat suatu aktifitas dari hasil
akhirnya (consequences) barulah kemudian dicari penyebabnya. Simpelnya, yaitu
dimulai dari Kejadian, Akibat/Dampak, Penyebab/Bahaya, dan Pengendalian.
Dari satu pekerjaan, diidentifikasi kecelakaan apa saja yang bisa terjadi, kemudian dicari
penyebabnya. Misalnya, Pekerjaan di atas ketinggian menggunakan scaffolding,
kecelakaan yang bisa terjadi yaitu terjatuh dari scaffolding, struktur scaffolding retak,
terlepas, atau runtuh, benda jatuh menimpa orang, tangan terjepit, terpeleset, dan lain
sebagainya. Akibatnya, bisa terjadi kematian, kecelakaan berat. Hal tersebut bisa terjadi
karena tidak menggunakan full body harness, tidak memperhatikan posisi tangan,
orang, tidak mengecek struktur scaffolding, dan lain sebagainya. Nah, dari sebab
tersebut, diidentifikasi pengendalian yang harus dilakukan. Contoh penerapan metode ini
yaitu Fault Tree Analysis.
3. Metode Kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari induksi dan deduksi, yaitu dengan mencampurkan
antara kejadian dan bahaya menjadi satu, namun fokus pada alur proses suatu
pekerjaan.
Contohnya yaitu penggunaan JSA (Job Safety Analysis) atau JHA (Job Hazard
Analysis). Metode ini yang paling sering dipakai di Industri, karena lebih simpel dan
mudah dimengerti. Form Standar yang digunakan yaitu berupa Tugas/Pekerjaan, Bahaya
yang ditimbulkan, Tingkat Keparahan, Frekuensi Pekerjaan, Nilai Risiko (Tingkat
Keparahan dikalikan dengan Frekuensi Pekerjaan), dan Langkah Pengendalian.
Dalam aplikasinya dalam dunia kerja, di berbagai sektor Perusahaan, secara umum
Pelaksanaan Idenifikasi Bahaya dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu :