Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karenapenyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki
(gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari
adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil
lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab
yang jelas (Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh
darah kecil (mikro faskuler). Pada pembuluh darah besar, menisfestasi komplikasi kronik DM
dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh
darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebihan terhadap
infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki,
yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes (Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang
terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya (Grace &
Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien diabetes mellitus
tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010.
Sedangkan International Diabetes Federation memperkirakan pada 2030 jumlah penderita
diabetes di seluruh dunia mencapai 450 juta orang (Mayfield, 2007).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan
gangrene (ulkus kaki diabetik).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kaki Diabetik
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang
terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (Sudoyo, 2009).
Masalah khusus pada pasien ini adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah.
Ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati diabetik.
Kemungkinan lain ulkus diawali pemakaian sepatu yang tidak pas dan tertusuk benda asing
seperti jarum dan paku pada pasien dengan defisit sensori yang menghalangi pasien mengalami
nyeri (Isselbacher, 2000).
B. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12 – 15 cm dan
tranversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang lambung, kelenjar inilah
yang mengekresikan insulin melalui pulau langerhans yang berada dalam kelenjar pankreas.
Didalam kelenjar pankreas terdapat sel beta yang menghasilkan insulin, didalam penkreas
mengandung lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain itu
pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini menghasilkan glukagon
yang berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan meransang
perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan meningkatkan ambilan glukosa
selular. Insulin berfungsi memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan
menggunakan glukosa serta lemak. Asupan glukosa yang terdapat dalam darah dihasilkan dari
pemecahan karbohidrat dalam berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia yang
komplek, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh dan dipecahkan
menjadi monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui duodenum dan jejunum
proksimal.
(Evelyn, 2003)
D. Manifestasi Klinik
1. Umumnya pada daerah plantar kaki
2. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
7. ABI normal
8. Luka biasanya dalam dan berlubang
9. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
11. Xerosis (keringnya kulit kronik)
12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
13. Eksudat yang tidak begitu banyak
14. Biasanya luka tampak merah
Gejala permulaannya adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari) dan bertambah lanjutnya kaki merasa
mati rasa. Di samping itu, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan
penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung. Penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita kaki diabetes
beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui (Brunner, 2001).
E. Patofisiologi
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka.
Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada
saraf yang terdapat pada kaki. Pasien dengan diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi.
Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan
berdampak pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan
organ viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus otot
yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan
oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan
perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi
neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis yang memudahkan kulit
menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan mengkontribusi
untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang
mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa
nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
F. Klasifikasi
Menurut Edmond 2004-2005 dalam Sudoyo (2009) klasifikasi kaki diabetes berdasarkan pada
perjalanan alamiah kaki diabetes terbagi menjadi 6 stage, yaitu:
1. Stage 1= normal foot
tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”
2. Stage 2 = High Risk Foot
ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Stage 3 = Ulcerated foot
ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Stage 4 = Infected foot
abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Stage 5 = Necrotic foot
gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
Untuk stage 1 dan stage 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist/chiropodist maupun oleh dokter
umum atau dokter keluarga.
Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan yang
lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik. Untuk stage 5, apalagi 6
jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat
erat, dimana harus ada dokter bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler atau ahli bedah
plastik dan rekonstruksi (Sudoyo, 2009)
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya iskemik
yang dimodifikasi oleh Brodsky dara klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner, yaitu:
Kedalaman luka Defenisi
0 Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1 Ulserasi superficial, tanpa infeksi
2 Ulterasi yang dalam sampai mengenai tendon
3 Ulserasi yang luas/ abses
1. Monofilamen
Pemeriksaan dengan monofilamen ini adalah untuk mengevaluasi tekanan sensasi pada kaki
pasien dengan diabetes. Cara melakukan pemeriksaan monofilamen adalah dengan memberikan
sentuhan nilon monofilamen pada sisi plantar (area metatarsal, tumit dan dan di antara metatarsal
dan tumit) dan sisi dorsal.
Uji monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif untuk
mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami gangguan
neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila pasien tidak dapat merasakan
sentuhan nilon monofilamen (Suriadi, 2004).
2. Refleks Hammer
3. Pemeriksaan biotesiometer
Biotesiometer merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur sederhana dan akurat
ambang apresiasi getaran pada subyek manusia. Biotesiometer digunakan sebagai alat penelitian
di penyakit saraf banyak. Pada dasarnya Biotesiometer adalah sebuah “garpu tala listrik” yang
amplitudonya dapat diatur untuk setiap tingkat yang telah ditentukan atau yang amplitudonya
dapat ditingkatkan secara bertahap sampai ambang sensasi getaran tercapai.
Sebaliknya, amplitudo dapat diturunkan sampai getaran tidak terlihat lagi dilihat.
Biotesiometer tidak hanya jauh lebih unggul garpu tala dalam akurasi, namun akan mendeteksi
perubahan neurologis yang tidak diungkapkan dengan garpu tala.
Tujuan
1. Menghilangkan sekresi yang tera kumulasi dan jaringan mati dari luka atau tempat
insisi.
2. Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau tempat insisi.
3. Meningkatkan penyembuhan luka
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan dan atur peralatan Menurunkan perpindahan mikroorganisme
Meningkatkan efisiensi
Memberikan fiksasi
16 Posisikan klien untuk kenyamanan
2. Retinophaty
a) Lakukan pemeriksaan mata setiap setahun sekali atau lebih sering lagi oleh dokter spesialis mata
yang harus dimulai 5 tahun sesudah diagnosis diabetes tipe I ditegakkan atau pada tahun ketika
diagnosis diabetes tipe II ditegakkan.
b) Lakukan terapi laser dini disertai dengan pengendalian glukosa dan tekanan darah yang baik
dapat mencegah kehilangan penglihatan akibat retinopati.
c) Kenali gejala hipoglikemia dan hiperglikemia sebagai dua keadaan yang menyebabkan
penglihatan kabur.
3. Cardiovaskuler
a) Pengendalian kadar glukosa darah dalam tingkat normal atau mendekati normal melalui terapi
insulin.
b) Menjaga status gizi.
c) Menjaga kadar kolesterol.
d) Pola hidup sehat.
e) Menjaga tekanan darah.
L. Kolaborasi
Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak dalam penataan makan/
pemberian makanan tambahan. Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli, buncis
gandum, dan lain-lain) menurunkan kadar glukosa/ kebutuhan insulin, menurunkan kadar
kolesterol darah dan meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai
karakteristik insulin yang spesifik (misal efek puncaknya) dan respon pasien secara individual.
Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat terutama sangat penting (jika insulin
diberikan dalam dosis terbagi) untuk mencegah hipoglikemia selama tidur (Doenges, 2000).
Daftar menu makanan seimbang bagi pasien kaki diabetes
Makanan seimbang akan membantu mengontrol diabetes dan menjamin pengobatan
berjalan efektif. Tabel di bawah ini berisi contoh makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
Sarapan Makanan Ringan
1. Susu krim atau semi krim Roti, pasta, atau kentang dengan isi rendah
2. Pemanis buatan sebagai pangganti gula lemak, seperti seiris daging, kacang-kacangan,
3. Sereal kaya akan serat keju rendah lemak, atau ikan kalengan
4. Roti dari beras atau tepung Buah segar atau kalengan dengan jus alami
5. Mentega tak jenuh atau low fat Sayuran atau salad
6. Selai dengan sedikit gula
7. Buah
Makanan Utama Kue-Kue Diantara Waktu Makan
1. Makanan dari tepung, kentang, pasta, nasi, Hindari makan terlalu banyak kue-kue jika
atau roti ingin mengurangi berat tubuh, dan
2. Sedikitnya dua porsi sayuran, dan termasuk menggantinya dengan buah
kacang polong dan kacang-kacangan Roti panggang dengan isi rendah lemak
sesering mungkin Semangkuk sereal atau bubur
3. Seporsi kecil daging iris atau ikan tanpa Keripik rendah lemak
lemak, dang hindari digoreng Biskuit tawar
4. Buah segar atau kalengan dalam jus alami,
tidak manis, jeli tidak manis
5. Yogurt tanpa lemak
Sumber: Bilous, (2008)
M. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan yang Mungkin Muncul secara Teoritis
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangren kaki
diabetik menurut Ismail (2008) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/ menurunnnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstremitas.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
g. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
h. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
2. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguanperfusi TJ: mempertahankan 1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan mobilisasi
jaringan b.d
sirkulasi perifer tetap melakukan mobilisasi meningkatkan
menurunnya aliran
darah ke daerah normal 2. Ajarkan tentang faktor- sirkulasi darah
gangren akibat KH: faktor yang dapat
adanya obstruksi 1. Denyut nadi perifer teraba meningkatkan aliran 2. Meningkatkan dan
pembuluh darah
kuat dan reguler darah: tinggikan kaki melancarkan aliran
2. Warna kulit disekitar luka sedikit lebih rendah dari darah sehingga
tidak pucat/sianosis jantung (posisi elevasi tidak terjadi
3. Kulit sekitar luka teraba pada waktu istirahat), oedema.
hangat hindari penyilangan kaki,
4. Oedem tidak terjadi dan hindari penggunaan bantal
luka tidak bertambah di belakang lutut dan
parah sebagainya, hindari
5. Sensorik dan motorik balutan ketat
membaik 3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-faktor
resiko berupa: hindari diet
tinggi kolesterol, teknik
relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan 3. Kolesterol tinggi
penggunaan obat dapat mempercepat
vasokontriksi. terjadinya
arterosklerosis,
merokok dapat
menyebabkan
4. Kolaborasi dengan tim terjadinya
kesehatan lain dalam
vasokontriksi
pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah pembuluh darah,
secara rutin dan terapi relaksasi untuk
oksigen. mengurangi efek
stres.
4. Pemberian
vasodilator akan
meningkatkan
dilatasi pembuluh
darah sehingga
perfusi jaringan
dapat diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien,
terapi oksigen
untuk memperbaiki
oksigenisasi daerah
ulkus/gangren
2 Ganguan integritas TJ: Tercapainya proses 1. Kaji luas dan keadaan 1. Pengkajian yang
jaringan
penyembuhan luka. luka serta proses tepat terhadap luka
berhubungan
dengan adanya KH: penyembuhan. dan proses
gangren pada 1. Berkurangnya oedema penyembuhan
ekstrimitas. sekitar luka. akan membantu
2. Pus dan jaringan dalam menentukan
berkurang 2. Rawat luka dengan baik tindakan
3. Adanya jaringan dan benar : membersihkan selanjutnya.
granulasi. luka secara abseptik 2. Merawat luka
4. Bau busuk luka menggunakan larutan yangdengan teknik
berkurang.
tidak iritatif, angkat sisa aseptik, dapat
balutan yang menempel menjaga
pada luka dan nekrotomi kontaminasi
jaringan yang mati. luka dan larutan
3. Kolaborasi dengan dokter yang iritatif akan
untuk pemberian insulin,
merusak jaringan
pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah granulasi tyang
pemberian anti biotik. timbul,
sisa balutan
jaringan nekrosis
dapat menghambat
proses granulasi.
3. Insulin akan
menurunkan kadar
gula darah,
pemeriksaan kultur
pus untuk
mengetahui jenis
kuman dan anti
biotik yang tepat
untuk
pengobatan,
pemeriksaan kadar
gula darahuntuk
mengetahui
perkembangan
penyakit.
3. Gangguan rasaTujuan : Setelah dilakukanKaji tingkat, frekuensi, danuntuk mengetahui
nyaman (nyeri)tindakan keperawatanreaksi nyeri yang dialamiberapa berat nyeri
berhubungan selama 4 x 24 jam rasapasien. yang dialami
dengan iskemiknyeri hilang/berkurang Jelaskan pada pasienpasien.
jaringan. Kriteria hasil : tentang sebab-sebab
a. Penderita secara verbaltimbulnya nyeri. pemahaman pasien
mengatakan nyeri tentang penyebab
berkurang atau hilang. nyeri yang terjadi
b. Penderita dapat melakukan akan mengurangi
metode atau tindakan ketegangan pasien
untuk mengatasi nyeri. dan memudahkan
c. Elspresi wajah klien rileks. pasien untuk diajak
d. Tidak ada keringat dingin, bekerjasama dalam
tanda vital dalam batas melakukan
0
normal.(S : 36 – 37,5 C, tindakan.
N: 60 – 80 x /menit, T :3.Ciptakan lingkungan Rangsang yang
120/80mmHg, RR : 18 –yang tenang. berlebihan dari
20 x /menit ). lingkungan akan
memperberat rasa
Ajarkan teknik distraksinyeri.
dan relaksasi. Teknik distraksi
dan relaksasi dapat
mengurangi rasa
Atur posisi pasiennyeri yang
senyaman mungkin sesuaidirasakan pasien.
keinginan pasien. Posisi yang
nyaman akan
membantu
memberikan
kesempatan pada
Lakukan massage saatotot untuk relaksasi
rawat luka . seoptimal
mungkin.
7. Kolaborasi dengan dokter Massage dapat
untuk pemberianmeningkatkan
analgesik. vaskulerisasi dan
pengeluaran pus
Obat-obat
analgesik dapat
membantu
mengurangi nyeri
pasien
3. Kolaborasi Lakukan
pemeriksaan kultur dan
sensitifitas sesuai dengan
indikasi. 3. Untuk
mengidentifikasi
4. Kolaborasi Berikan obat organisme
antibiotik yang sesuai sehingga dapat
memilih
memberikan terapi
antibiotik yang
terbaik.
4. Penanganan awal
dapat membantu
mencegah
timbulnya sepsis.
7. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman. Pasien akan
merasa lebih
tenang bila ada
anggota keluarga
yang menunggu.
lingkungan yang
tenang dan nyaman
dapat membantu
mengurangi rasa
cemas pasien.
5.Untuk mendapatkan
dukungan dalam
proses berkabung
yang normal.
6.Untuk
meningkatkan
perilaku yang
adiktif dari pasien.
BAB III
KASUS
A. Uraian Kasus
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki kanan membusuk.
Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah tertusuk paku. Luka berbau, keluar nanah dan
mengeluarkan darah. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu, namun lama-kelamaan luka
semakin bertambah parah. Riwayat berobat ke puskesmas, diberi obat pil untuk membuat luka
kering, luka sudah dikompres dengan air hangat dan diberi madu ada perubahan pada luka, luka
menjadi agak kering. Berat badan menurun sejak 2 bulan ini. Riwayat sakit diabetes melitus
sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air
kecil, penglihatan kabur sejak 3 tahun yang lalu, kadang merasa kesemutan di tangan dan kaki.
Rutin berobat di Puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid. Pada ekstremitas inferior dextra
tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus dan hiperemis. Pemeriksaan gula darah sewaktu
332 mg/dL, mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, pasien
mengalami kesulitan tidur sejak dirawat dan anoreksia dan mual. Pasien hanya makan 2-3
sendok. BP: 130/90 mmHg, P:75 x/i, RR: 26 x/i, T: 36,4 C. Pasien terlihat putus asa dan
murung, khawatir dengan keadaannya.
B. Pengkajian
Data Objektif:
1. Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
2. Keluhan kaki kanan membusuk
3. Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus, danhiperemis.
4. Gula darah: 332 mg/dL.
5. Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
6. Hb: 7,7 % (normal:12-16)
7. Konjungtiva anemis
8. BB :58 kg (BB awal :63 kg, TB: 160 cm)
9. Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
10. BP: 130/90 mmHg .
11. P: 75 x/i.
12. RR: 26 x/i.
13. T: 36,4 .
14. Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
Data Subjektif:
1. Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang lalu karena tertusuk paku.
2. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu namun lama kelamaan luka semakin bertambah
parah.
3. Berat badan menurun sejak dua bulan ini
4. Klien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.
5. Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.
6. Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.
7. Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.
8. Pasien hanya makan 2-3 sendok.
9. Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.
C. Analisa data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Gangguan perfusi
1. Keluhan dirasakan sejak satu Riwayat DM jaringan
bulan yang lalu karena
tertusuk paku.
2. Awalnya kaki kiri terluka Disfungsi endotel
karena tertusuk kayu namun makrovaskuler
lama kelamaan luka semakin
bertambah parah. Aterosklerosis
Makroangiopati
Ulkus
Gangguan
DO: integritas jaringan
1. Luka berbau, keluar nanah,
dan mengeluarkan darah.
2. Ekstremitas inferior dextra
tampak udem, pedis dextra
tampak ulkus, pus, dan
hiperemis.
3. Gula darah: 332 mg/dL.
DS:
1. Keluhan kaki kanan
membusuk
Fagositosis
2. Keluhan dirasakan sejak satu
Lambat terjadi
bulan yang lalu karena
tertusuk paku.
3. Awalnya kaki kiri terluka
karena tertusuk kayu namun
lama kelamaan luka semakin Infeksi
bertambah parah.
6 DO: Hiperglikemi Gangguan pola tidur
1. Ekstremitas inferior dextra
tampak udem, pedis dextra
tampak ulkus, pus, dan
hiperemis.
2. Mata kelihatan cekung dan
Glukosoria
terlihat lingkaran hitam
disekitar mata.
DS:
1. Keluhan kaki kanan
membusuk Diaresis osmotik
2. Awalnya kaki kiri terluka
karena tertusuk kayu namun
lama kelamaan luka semakin
bertambah parah.
3. Pasien mengalami kesulitan Poliuria polidipsi
tidur sejak dirawat.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya
obstruksi pembuluh darah
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
4. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
5. Infeksi b.d perlukaan, luka yang sukar sembuh, dan gangguan pada autonomi neuropati
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki
E. Asuhan keperawatan
3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-faktor 3. Kolesterol tinggi
resiko berupa: hindari diet dapat mempercepat
tinggi kolesterol, teknik terjadinya
relaksasi, menghentikan arterosklerosis,
kebiasaan merokok, dan merokok dapat
penggunaan obat menyebabkan
vasokontriksi. terjadinya
vasokontriksi
pembuluh darah,
relaksasi untuk
4. Kolaborasi dengan tim mengurangi efek
kesehatan lain dalam
stres.
pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi 4. Pemberian
oksigen. vasodilator akan
meningkatkan
dilatasi pembuluh
darah sehingga
perfusi jaringan
dapat diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien,
terapi oksigen
untuk memperbaiki
oksigenisasi daerah
ulkus/gangren
2 Keterbatasan TJ: Pasien dapat 1. Kaji dan identifikasi 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik
mencapai tingkat tingkat kekuatan otot pada derajat kekuatan
berhubungan
dengan rasa nyeri kemampuan aktivitas kaki pasien. otot-otot kaki
pada luka di kaki. yang optimal. pasien.
KH: 2. Beri penjelasan tentang
1. Pergerakan paien pentingnya melakukan 2. Pasien mengerti
bertambah luas. aktivitas untuk menjaga pentingnya
2. Pasien dapat kadar aktivitas sehingga
melaksanakan aktivitasgula darah dalam keadaan dapat kooperatif
sesuai dengan normal. dalam tindakan
kemampuan (duduk, keperawatan.
berdiri, berjalan). 3. Untuk melatih otot
3. Rasa nyeri berkurang. – otot kaki sehingg
4. Pasien dapat 3. Anjurkan pasien untuk berfungsi dengan
memenuhi kebutuhan
menggerakkan/mengangkabaik.
sendiri secara bertahap
sesuai dengan t ekstrimitas bawah sesui
kemampuan. kemampuan.
4. Agar kebutuhan
4. Bantu pasien dalam pasien tetap dapat
memenuhi kebutuhannya. terpenuhi.
5. Analgesik dapat
membantu
mengurangi rasa
5. Kerja sama dengan tim
nyeri, fisioterapi
kesehatan lain : dokter
untuk melatih
( pemberian analgesik )
pasien melakukan
dan
aktivitas secara
tenaga fisioterapi.
bertahap dan benar.
3 Gangguan TJ: Kebutuhan nutrisi1. Kaji status nutrisi1. Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi dan kebiasaan makan. tentang keadaan
(kurang dari) KH: dan kebutuhan
kebutuhan tubuh1. Berat badan dan tinggi nutrisi pasien
berhubungan badan ideal. sehingga dapat
dengan intake 2. Pasien mematuhi diberikan tindakan
makanan yang dietnya. dan pengaturan
kurang. 3. Kadar gula darah diet yang adekuat.
dalam batas normal. 2. Anjurkan pasien untuk 2. Kepatuhan
mematuhi diet yang telah terhadap diet dapat
diprogramkan. mencegah
komplikasi lebih
lanjut.
3. Timbang berat badan 3. Mengetahui
setiap seminggu sekali. perkembangan
berat badan pasien
(berat badan
merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet).
4. Identifikasi perubahan 4. Mengetahui
pola makan. apakah pasien telah
melaksanakan
program diet yang
5. Kerja sama dengan tim ditetapkan.
kesehatan lain untuk 5. Pemberian insulin
pemberian insulin dan diet akan meningkatkan
diabetik. pemasukan glukosa
ke
dalam jaringan
sehingga gula
darah
menurun,pemberia
n diet yang sesuai
dapat mempercepat
penurunan gula
darah dan
mencegah
komplikasi.
3. Kolaborasi Lakukan
pemeriksaan kultur dan
sensitifitas sesuai dengan
3. Untuk
indikasi. mengidentifikasi
organisme
sehingga dapat
memilih
memberikan terapi
antibiotik yang
4. Kolaborasi Berikan obat terbaik.
antibiotik yang sesuai
4. Penanganan awal
dapat membantu
mencegah
timbulnya sepsis
4. Pengantar tidur
akan memudahkan
pasien dalam jatuh
5. Kaji tanda-tanda
dalam
kurangnya pemenuhan
tidur, teknik
kebutuhan tidur pasien. relaksasi akan
mengurangi
ketegangan dan
rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui
terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan
tidur
pasien akibat
gangguan pola
tidur sehingga
dapat diambil
tindakan yang
tepat.
A Kesimpulan
Kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang terjadi
pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya. Adapun
etiologi dari kaki diabetik adalah Suplay darah kurang, Neuropati dan Berkurangnya daya tahan
tubuh terhadap infeksi.
Manifestasi Klinik untuk ulkus diabetik adalah Umumnya pada daerah plantar kaki,
Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki, Berjalan yang kurang seimbang, Adanya fisura dan
kering pada kulit, Pembentukan kalus pada area yang tertekan, Tekanan nadi pada area kaki
kemungkinan normal, ABI normal, Luka biasanya dalam dan berlubang, Sekeliling kulit dapat
terjadi selulitis, Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri, Xerosis (keringnya kulit kronik),
Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis, Eksudat yang tidak begitu banyak, Biasanya
luka tampak merah.Pemeriksaan dignostik yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum
yaitu Gula darah, Aceton plasma, Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol , Osmolalitas
serum,Elektrolit (Natrium, Kalium, Fosphor, GDA, Darah, Urin.
Penatalaksanaan Medis ulkus diabetik yaitu Obat hiperglikemik oral (OHO), Insulin dan
Terapi Kombinasi dan penatalaksanaan keperawatan nya yaitu Diet (Diet dan pengendalian berat
badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak) .Latihan
(Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin). Pemantauan (Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal). Adapun
Pemeriksaan Neuropati untuk Ulkus diabetik ini adalah Monofilamen, Refleks Hammer
dan Pemeriksaan biotesiometer
B. Saran
1. Untuk klien diharapkan mengontrol gula darah dan control ke dokter atau rumah sakit
setiap bulan dengan teratur, melakukan perawatan luka, memperhatikan pola makan,
olahraga dan minum obat dengan teratur.
2. Untuk mahasiswa diharapkan melalui makalah ini dapat mengerti dan memahami Asuhan
Keperawatan klien dengan ulkus diabetik dan dapat mengaplikasikan di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Grace, P. A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:Gramedia.
Handaya, A. Y. (2009). Ulkus Kaki Diabetes.
Hinchliff, S. (2001). Kamus keperawatan. Jakarta: EGC.
Johnson, J. Y. [et al]. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah Pedoman
untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Mayfield, J. A. [et al]. (2007). Preventive Foot Care in People with Diabetes. Jakarta: EGC
Pendsey, S. [et al]. (2004). Diabetic Foot: A Clinical Atlas. New Delhi:
Jaypee BrothersMedical Publisher (P) Ltd.
Rendy, M. C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit
Dalam. Jogyakarta: Nuha Medika.
Sudoyo, A. W. [et al]. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:Interna
Publishing.
Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta: Sagung Seto.
Sustrani, L. [et al]. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia.
Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Juli 13, 2016