You are on page 1of 39

BLOK SISTEM INDERA Laporan PBL

Skenario 4 2 Januari 2018

“Penglihatan Kabur”

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

TUTOR :
dr. Andrew Ruspanah

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018

“Penglihatan Kabur” 1
KELOMPOK PENYUSUSN: KELOMPOK 1

KETUA : Misbahuddin Toatubun (2015-83-049)

SEKERTARIS I : Thesia E. Pelupessy (2015-83-034)

SEKERTARIS II : Ragillia Ramadhanty (2015-83-024)

ANGGOTA KELOMPOK:

Susana J. Kewilaa (2011-83-003)

Miraj A. J. Hasanussi (2011-83-019)

Achmad Siraj Uluputty (2013-83-001)

Fajriah Maulida Udin (2013-83-058)

Vallery Betascha Anakotta (2015-83-039)

Veia Virginia Parera (2015-83-011)

Imanuel R. Patty (2015-83-017)

Armando Salulinggi (2015-83-050)

Ona Gressye Natasian (2015-83-061)

Astina (2015-83-024)

“Penglihatan Kabur” 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.

Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario 4 dengan judul
“Penglihatan Kabur” serta kaitannya yang telah di bahas pada PBL tutorial 1 dan
2.

Dalam penyelesaian laporan ini, banyak pihak-pihak yang turut terlibat. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan Terima kasih kepada :

1. dr. Andrew Ruspanah, selaku tutor yang telah mendampingi kami selama
diskusi PBL berlangsung.
2. Kelompok 4, yang telah bekerja sama selama diskusi PBL berlangsung
serta dalam penyelesaian laporan ini.

Akhir kata, kami menyadari sungguh, bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan laporan kami selanjutnya.

Ambon, 2 Januari 2018

Kelompok 4

“Penglihatan Kabur” 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………..3

Daftar Isi…………………………………………………………………...4

BAB I Pendahuluan………………………………………………………...6

Permasalahan……………………………………………………….6

Step 1……………………………………………………………….6

Step 2……………………………………………………………….7

Step 3……………………………………………………………….7

Step 4……………………………………………………………….11

Step 5……………………………………………………………….13

Step 6……………………………………………………………….13

Step 7……………………………………………………………….13

BAB II Pembahasan………………………………………………………..14

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa………………………...................14

2.1.1 Anatomi Lensa………………………………………..14

2.1.2 Fisiologi Lensa……………………..………………....17

2.2 Patofisiologi Katarak ………………………………………......18

2.3 Klasifikasi Katarak Berdasarkan Penyebab, Lokasi, Dan

Stadium......................................................................................20

“Penglihatan Kabur” 4
2.4 Faktor Resiko Katarak………………...................................28

2.5 Macam-Macam Tekik Operasi Serta Komplikasi Pasca

Operasi...................................................................................29

A. Teknik operasi...........................................................29
B. Komplikasi................................................................34

BAB III Penutup………………………………………….………...….32

3.1 Kesimpulan……………………….…………….………….32

Daftar Pustaka…………………………………………….……………33

“Penglihatan Kabur” 5
BAB I

PENDAHULUAN

PERMASALAHAN

Skenario: “Penglihatan Kabur”

Ny. Muna, 78 tahun datang dnegan keluhan penglihatan kedua mata kabur.
Penglihatan kabur lebih dulu dirasakan pasa mata kanan sejak 1 tahun yang lalu, 6
bulan kemudian mata yang kiri juga merasakan hal yang sama. 1 bulan terakhir ini
dirasakan kedua mata lebih berta,bah kabur. Riwayat trauma tidak pernah, riwayat
pemakaian kaca mata, hanya kaca mata baca. Riwayat sakit kencing manis dan
darah tinggi tidak ada. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:

a. Pemeriksaan Visus (Tajam Penglihatan)


- VOD: 1/300, Pin Hole negatif
- VOS: 6/60, Pin Hole 6/12
b. Pemeriksaan Segmen Anterior kedua bola mata: lensa keruh, lain-
lain dalam batas normal
c. Pemeriksaan Segmen Posterior kedua bola mata: refleks fundus
pada mata kanan negatif, dan pada mata kiri positif non-uniform

Step 1: Identifikasi Kata Sukar dan Kata Kunci

1.1 Identifikasi Kata Sukar:


- Oftalmologi: Pemeriksaan bola mata

1.2 Identifikasi Kalimat Kunci:

1. Ny. Muna 78 tahun


2. Keluhan: penglihatan kedua mata kabur

“Penglihatan Kabur” 6
3. Awalnya pada mata kanan 1 tahun yang lalu
4. 6 bulan kemudian mata kiri juga kabur
5. Kedua mata bertambah berat 1 bulan terakhir
6. Tidak ada riwayat trauma, kencing manis dan darah tinggi
7. Riwayat penggunaan kaca mata baca (+)

Step 2: Identifikasi Masalah

1. Apa diagnosis banding dan diagnosis pasti dari skenario?


2. Apa faktor penyebab penglihatan kabur?
3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan visus?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien?
5. Apa saja tipe-tipe katarak?
6. Bagaimana komplikasi dan prognosis dari penyakit pasien?
7. Anatomi lensa?
8. Apa hubungan usia dengan keluhan pasien?

Step 3: Brain Storming/Pembahasan Masalah

1. Diagnosis banding:
- Katarak; dilihat dari gejala yang dikeluhkan pasien, dimana
penglihatan kedua mata terasa kabur. Selain itu, dilihat juga pada
usia pasien, yaitu 78 tahun, karena katarak pasi akan dialami
oleh pasien yang berusia lanjut.
- Ablasio retina; pada ablasio retina, pasien juga akan
mengeluhkan penglihatan kabur, akan tetapi ablasio retina tidak
berhubungan dengan usia. Selain itu ablasio retina dapat terjadi
akibat trauma (tipe rhegmatogenosa), diabetes melitus (tipe
traksional). Pada ablasio retina, gejala yang paling khas adaaha
“floaters” dimana pasien seperti melihat titik-titik hitam. Titik

“Penglihatan Kabur” 7
hitam ini adalah akibat robeknya retina yang enyebabkan darah
dan sel masuk ke corpus vitreus. Korpus vitreus yang harusnya
jernih mejadi kotor akibat darah dan sle ini sehingga muncul
gejala floaters.

Dianosis pasti: Katarak Senil karena berhubungan dengan usia pasien, dan
riwayat penyakit pasien terdahulu (diabetes mellitus dan hipertensi (-)).
Seain itu, tidak ditemukan gejala floaters yang khas pada ablasio retina.

2. Hal-hal yang dapat menyebabkan katarak antara lain:


- Usia lanjut
Pada usia lanjut, dapat terjadi denaturasi protein, dimana protein
yang harusnya larut dalam lensa tidak larut dan menumpuk
akibat kekuatan lensa yang menurun, sehingga lensa menjadi
keruh dan menyebabkan penglihatan pasien menjadi kabur.
- Cedera mata
- Obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid
- Penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus.
Diabetes mellitus dapat menyebabkan terjaidnya pembentukan
fibrosis pada mata dimana fibrosis akan menyebabkan traksi
(tarikan) pada korpus vitreus sehingga lapisan sel batang dan
kerucut terlepas dari epitel pigmen.

3. Interpretasi hasil pemeriksaan visus:


VOD: orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter
sedangkan pasien hanya dapat melihat pada jarak 1 meter
VOS: orang normal dapat melihat huruf pada snellen chart pada jarak 60
meter, tetai pasien hanya dapa melihat pada jarak 6 meter.

“Penglihatan Kabur” 8
Pinhole: alat yang digunakan pada pemeriksaan mata untuk melihat apakah
gangguan pada mata merupakan akibat dari kelainan refraksi atau kelainan
anatomi bola mata.
Setelah mata kanan dipakaikan pinhole, visus pasien yang awalnya 6/60
maju menjadi 6/12, artinya gangguan mata merupakan akibat elainan
refraksi dan dapat dikoreksi dengan kaca mata. Sedangkan pada mata kiri,
tidak terdapat perubahan visus pada pemakaian pinhole, artinya gangguan
pada mata kiri terjadi akibat kelainan anatomi bola maa dan tidak dapat
dikoreksi dengan pemakaian kaca mata.

4. Satu-satunya penatalaksanaan yang tepat untuk pasien adalah dnegan


pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk melepas selaput putih pada
lensa sehingga penglihatan pasien menjadi lebih terang.

5. Tipe-tipe katarak:

a. Berdasarkan penyebab, dibagi menjadi:


- Katarak meningitis
- Katarak traumatika
- Katarak komplikata
b. Berdasarkan lokasi dan bentuk, katarak dibagi menjadi:
- Katarak polaris anterior
- Katarak polaris posterior
- Katarak zonularis
- Katarak
c. Berdasarkan tingkat kekeruhan, katarak dibagi menjadi:
- Katarak immatur
- Katarak matur
- Katarak senilis
d. Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi:
- Katarak kortikal

“Penglihatan Kabur” 9
- Katarak nuklear: perkembangannya lambat dan terjadi bilateral
- Katarak subskapular posterior: pada usia muda, visus dekat lebih
terganggu dibanding visus jauh

6. Komplikasi:
- Infeksi pasca operasi
- Ablasio retina
- Astigmatisma: operasi katarak intrakapsular

Prognosis:

Dubia et malam, jika tidak segera tidangani, karena akan menyebabkan buta
total dan tidak dapat dikoreksi lagi.

7. Anatomi lensa
Lensa terdiri dari:
- Kapsula anterior
- Epthelium
- Korteks
- Nukleus, terdiri dari:
Nukleus dewasa
Nuleus infantil
Nukleus fetal
Nukleus embrional
- Kapsul posterior

lensa merupakan media refraktif yang avaskuler, tidak ada innervasi,


dengan permukaan anterior berbentuk elips dan permukaan posterior
berbentuk parabola. Lensa difiksasi oleh zonula zinii yang berasal dari
lamina basalis epitel non pigmen pars plana dan pars plikaa crpus ciliaris

“Penglihatan Kabur” 10
8. Pasien yang berusia >75 tahun memiliki resiko erkena katarak lebih besar.
Pada usia lanjut, dapat terjadi denaturasi protein, dimana protein yang
harusnya larut dalam lensa tidak larut dan menumpuk akibat kekuatan lensa
yang menurun, sehingga lensa menjadi keruh dan menyebabkan penglihatan
pasien menjadi kabur. Selain itu, sel-sel lensa terus bermitosis dan sel lens
a yang sudah mati tidak dibuang tetapi direabsorbsi kembali ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi kabur karena sel-sel yang mati pada umumnya akan
mengeluarkan semacam protein yang berwarna putih kekuningan.

Step 4: Klarifikasi Masalah Dan Pembuatan Mind Mapping

4.1 Klarifikasi masalah: -

“Penglihatan Kabur” 11
4.2 Mind Mapping

Ny. Muna 78
tahun

Klinik dokter

Keluhan utama:
Penglihatan kedua
mata kabur

Anamnesis: Pemeriksaan Visus:


R. Hipertensi, DM, trauma (-) VOD: 1/300, Pin Hole negatif
R. penggunaan kaca mata VOS: 6/60, Pin Hole 6/12
Pem. Segmen Anterior: lensa keruh
baca
Pem. Segmen Posterior: refleks fundus OD -, OS
+ non-uniform

Differential Diagnose

Ablasio Retina Katarak Senile

Usia
Kerusakan
Penatalaksanaan
pada lensa
Denaturasi
protein
Pembedahan
Keluhan utama:
floaters
Protein tidak larut
Lensa keruh
dalam lensa

“Penglihatan Kabur” 12
Step 5: Menentukan Learning Objectives

1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Lensa


2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan patofisiologi katarak
3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan klasifikasi katarak berdasarkan
penyebab, lokasi, dan stadium
4. Mahasiswa/i mampu menjelaskan faktor resiko katarak
5. Mahasiswa/i mampu menjelaskan macam-macam teknik operasi
katarak beserta komplikasi pasca operasi

Step 6: Belajar Mandiri

(Hasil belajar mandiri dibahas pada Step 7 yaitu jawaban dari Learning
Objectives)

Step 7: Pembahasan Learning Objectives


(Diskusi dan Presentasi Hasil Belajar Mandiri)

“Penglihatan Kabur” 13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa


2.1.1 Anatomi Lensa
Lensa merupakan suatu struktur bikonveks, avaskuler, tidak
berwarna dan hampir transparan sempurna. Lensa memiliki ketebalan
sekitar 4 mm dengan 9 mm. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan
yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam
bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi
akomodasi. (voughan, sidarta ipski)1,2
Lensa tergantung pada zonula di belakang iris, zonula tersebut
menghubungkan lensa dengan corpus siliaris. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor dan di sebelah posterior terdapat vitreus. Lensa
akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa didalam
kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa secara terus- menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. (voughan, ipski) 1,2
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua didalam kapsul lensa. Didalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus terdapat serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut korteks
anterior dan yang terletak di belakang nukleus lensa disebut korteks
posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi yang lebih keras dibanding
dengan korteks lensa yang lebih muda. 1,2

“Penglihatan Kabur” 14
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamnetum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula zinii) yang tersusun atas banyak fibril.
Fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus siliaris dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.

Lensa disusun oleh kapsul, epitel lensa, korteks dan nukleus :

1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran yang transparan dan elastik
yang terdiri dari kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi
lensa dan mampu untuk membentuknya pada perubahan
akomodatif. Lapisan terluar kapsul lensa yaitu zonullar lamella
juga berperan sebagai titik perlekatan untuk serabut zonular.
Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perrquatorial
anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian kutub
posterior sentral. Kapsul lensa bagian anterior lebih tebal
daripada kapsul bagian posterior pada saat lahir dan meningkat
ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu. 1,2
2. Epitel lensa
Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal
sel epitel. Sel-sel ini aktif secara metabolis dan melakukan
semua aktivitas sel yang normal, yang mencakup biosintesis
DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga menghasilkan
adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa. 1,2
3. Korteks dan nukleus
Nucleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar
dan kurang elastic. Nukleus dan korteks terbentuk dari dari
lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan
yang terbentuk dengan persambungan lamella ini ujung-ke-
ujung berbentuk [Y] bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk [Y] ini

“Penglihatan Kabur” 15
tegak di anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat
lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa didekat ekuator
dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul. 1,2

Gambar. Anatomi lensa1

Gambar. Anatomi lensa1

“Penglihatan Kabur” 16
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, dan sekitar 35%-nya
adalah protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan
tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya, kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. 1,2

Gambar. Histologi dari lensa1

2.1.2 Fisiologi Lensa

Secara fisiologik lensa memilki sifat-sifat tertentu, yaitu :1

1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam


akomodasi untuk menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
3. Tertletak di tempatnya.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk


memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter enteroposterior lensa sampai
ke ukuran yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil hingga
berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari

“Penglihatan Kabur” 17
benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul
lensa yang elastic kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antara korpus siliaris, zonula, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.
Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang1,2

2.2 Patofisiologi Katarak

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun.5 Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada

penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.

Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,

ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang

memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat

menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein

lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan

/kekeruhan lensa sehingga dapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Hal ini

diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water insoluble dan membentuk

partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis

protein yaitu protein yang larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak

(insolube) dan pada keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi

kadarnya dari pada yang larut dalam lemak.

“Penglihatan Kabur” 18
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi

karena disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut

lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa

suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dar degenerasi. Jumlah

enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan

pasien yang menderita katarak. Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan

protein. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air

dan menjadi lebih padat. Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya,

sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang.

Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada

lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak danmengeras (sklerosis nuklear).

Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan

berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa

sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan

kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa. Pada

keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa

mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh.

Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram)

pada seseorang.

Adapun patofisiologi katarak adalah kompleks dan perlu untuk dipahami.

Pada semua kemungkinan, patogenesisnyaadalah multifaktorial yang melibatkan

interaksi kompleks Antara proses fisiologis yang bermacam-macam. Sebagaimana

lensa berkembang seiring usia, berat dan ketebalan terus meningkat sedangkan daya

“Penglihatan Kabur” 19
akomodasi terus menurun. Bermacam mekanisme memberikan kontribusi pada

hilangnya kejernihan lensa. Epitelium lensa dipercaya mengalami perubahan

seiring dengan pertambahan usia, secara khusus melalui penurunan densitas

epitelial dan differensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekali pun epitel dari

lensa katarak mengalami kematian apoptotik yang rendah di mana menyebabkan

penurunan secara nyata pada densitas sel, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil

epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis

dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan

bertambahnya usia lensa, penurunan ratio air dan mungkin metabolit larut air

dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui

epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan

antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa pada pertambahan usia

terjadi yang mengarahkan pada perkembangan katarak senilis. Berbagai macam

studi menunjukkan peningkatan produk oksidasi (contohnya glutation teroksidasi)

dan penurunan vitamin antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang

menggaris-bawahi peranan yang penting dari proses oksidatif pada

kataraktogenesis.8

Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan

berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air,

fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein

menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan

jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti

“Penglihatan Kabur” 20
meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara khusus keterlibatan

dari glukosa dan mineral serta vitamin

2.3 Klasifikasi Katarak Berdasarkan Penyebab, Lokasi, dan Stadium

Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan

mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait

usia multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi

peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.

Sebagai lapisan baru serat kortikal berbentuk konsentris, akibatnya nukleus dari

lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi

(protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi

protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara

tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar,

penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga

menghasilkan progressive pigmentasi.perubaha lain pada katarak terkait usia pada

lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan

meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium2,4.

2.3.1 Tipe Katarak Berdasarkan Usia

Tiga tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan

subkapsular posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari

beberapa tipe juga ditemukan.

“Penglihatan Kabur” 21
1. Nuclear katarak, Pada dekade keempat dari kehidupan, tekanan

yang dihasilkan dari fiber lensa peripheral menyebabkan pemadatan

pada seluruh lensa,terutama nucleus. Nucleus memberi warna coklat

kekuningan (brunescent nuclear cataract). Ini menjadi batas tepi

dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan warna hitam

diseluruh lensa (katarak hitam). Karena mereka meningkatkan

tenaga refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia

lentikular dan kadang-kadang menimbulkan fokal point kedua di

dalam lensa yang menyebabkan diplopia monocular.2,5,7

2. Kortical katarak, Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air

sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat

perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-

akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia

yang bertambah.

Katarak nuclear sering dihubungkan dengan perubahan pada kortek

lensa. Ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan katarak

kortikal cenderung untuk hyperopia dibandingkan dengan pasien

dengan katarak nuclear.

3. Posterior subcapsular katarak (PSCs), merupakan terjadinya

kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau,

pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca

“Penglihatan Kabur” 22
menurun. Banyak ditemukan pada pasien diabetes, pasca radiasi, dan

trauma.2,4,83.

A. Gejala Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan

riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan.

Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak

ketika pasien datang.

a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan

pasien dengan katarak senilis.

b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan

sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada

siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.

c. Perubahan miopik, Progresifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan

penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca,

keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik

dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau

anterior.

d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

“Penglihatan Kabur” 23
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan

gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia

monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau

lensa kontak3,8.

e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

f. Ukuran kaca mata sering berubah.

B. Diagnosis

Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai

menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan.

Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat

diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop,

kaca pembesar, atau slitlamp.1

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin

padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada

stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak

putih.2

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan

sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin,

tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya

“Penglihatan Kabur” 24
seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat

penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.

2.3.2 Tipe Katarak Berdasarkan Stadium

Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji

menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks

berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat

lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi

hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya

bertambah, yang akan memberikan miopisasi.

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak

yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah

akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada

keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,

sehingga terjadi glaukoma sekunder.

“Penglihatan Kabur” 25
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.

Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar

sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa

yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak

matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,

tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa

yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi

kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata

dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan

terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses

katarak berlanjut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus

yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut

dinamakan katarak Morgagni 2,4,5

“Penglihatan Kabur” 26
Gambar 6. Nukleus yang berwarna coklat sudah turun di dalam korteks yang mencair.

Tabel 1. Gambaran bentuk dari katarak senilis

“Penglihatan Kabur” 27
“Penglihatan Kabur” 28
2.4 Faktor Resiko Katarak

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,


baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain
adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial
ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam
hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari

2.4.1 Usia
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.
Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan
timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa
berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambahnya berat katarak. Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat
kali pada pasien berusia >65 tahun.

2.4.2 Jenis Kelamin


Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita
katarak lebih banyak dibandingkan laki-laki

2.4.3 Riwayat Penyakit


Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks
refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga
akan meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan
masuk ke lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi
sorbitol oleh enzim aldose reduktase melalui jalur poliol, yang tidak
dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa.

“Penglihatan Kabur” 29
Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan
perubahan osmotic sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan
pembengkakkan serabut lensa.Penelitian pada hewan telah menunjukkan
bahwa akumulasi poliol intraseluler menyebabkan kolapsdan
likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan
kekeruhan pada lensa

2.5 Macam-Macam Teknik Operasi Katarak Beserta Komplikasi Pasca


Operasi

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin,
agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.2,5,7,9

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih


dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.

2.5.1 Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

“Penglihatan Kabur” 30
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan

dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan2,3,11.

2.5.2 Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular

posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan

akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

“Penglihatan Kabur” 31
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul

pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 2,3,11

2.5.3 Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat

kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk

menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa

katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang

dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil

maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari.

Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan

kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis

padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan

lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil

seperti itu.

2.5.4 SICS (Small Incision Cataract Surgery)

“Penglihatan Kabur” 32
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang

merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah ³. Apabila lensa mata

penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa

penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:

 Kacamata afakia yang tebal lensanya

 Lensa kontak

 Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam

mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang

telah diangkat.

A. Perawatan Pasca Bedah

Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi

biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga,

tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari

peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan,

olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut

selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat

dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai

kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat

digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat

“Penglihatan Kabur” 33
melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi )2,5.

- Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang

menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang

mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang

digunakan saat pembedahan.

2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap

rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi

karena kebersihan yang tidak sempurna. 2,3,10

3. Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna

untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi

pasca bedah.

- Hal yang boleh dilakukan antara lain :

1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat

3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan

mengangkat kaki keatas.

- Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

1. Jangan menggosok mata

“Penglihatan Kabur” 34
2. Jangan membungkuk terlalu dalam

3. Jangan menggendong yang berat

4. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

5. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

6. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

B. Komplikasi

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan

atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi

vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif

a. COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block

pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-

McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral

yang bersih paling sering)

b. Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi

yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

“Penglihatan Kabur” 35
d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

3. Komplikasi lambat pasca operatif

a. Ablasio retina

b. Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan

virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

c. Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi11,12

C. Prognosis

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit

menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai

95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi.

Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE

atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan

dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.

“Penglihatan Kabur” 36
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan skenario, dimana Ny. Muna datang ke dokter dengan keluhan
penglihatan kedua mata kabur akan tetapi pada anamnesis diketahui tidak ada
riwayat trauma, riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi serta riwayat
penggunaan kaca mata hanya kaca mata baca, dapat disimpulkan bahwa Ny. Muna
menderita katarak tipe senil. Katarak tipe senil berhubungan dnegan usia lanjut
karena pada usia lanjut terjadi denaturasi protein sehingga protein tidak larut dalam
lensa dan lensa menjadi keruh menyebbakan penglihatan kabur. Terapi yang dapat
diberikan kepada Ny. Muna hanyalah operasi pengangkatan katarak agar dapat
memperbaiki fungsi penglihatan.

“Penglihatan Kabur” 37
DAFTAR PUSTAKA

1. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo

C.R, et all. (2004). Optometric clinical practice guideline. American optometric

association: U.S.A

2. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi umum. Bab.20 lensa hal

401-406. Edisi 14. Widya medika : Jakarta.

3. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22

November 2010

4. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.

(2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11.

American Academy of Oftalmology : San Francisco.

5. Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan

penglihatan warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta.

6. Resnikoff S, pascolini D, moriotti P. S, pokharel P. P. (2008) global magnitude

of visual impartment cause by uncorrected refractive error in 2004. Bulletin of

World Health Organization. Volume 86. Number 1. U.S.A.

“Penglihatan Kabur” 38
7. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart,

New York, 2000, hal 173-185.

8. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu, last

Update 22 November 2010.

9. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer, Germany,

2005, hal 19.

10. Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update

22 November 2010.

11. Ocampo, Vicente Victor D, Senile Cataract, 2009, available at

www.emedicine.com/ last update 22 November 2010.

12. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,

Jakarta, 1993 : 190-196

“Penglihatan Kabur” 39

You might also like