Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 dengan Case Fatality Rate (CFR)
subtropis, dan lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania, Asia
Selatan, dan Pasifik Barat. Sekitar 2,5 juta penduduk di daerah tersebut
1
2
tahun ke tahun. Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun,
tetapi kini semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap
kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai
Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian 1.098 jiwa. Kasus DBD
pada tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang tersebar di
yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4. Virus ini ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tersebar luas di
DBD), DBD dapat tanpa syok atau disertai syok (SSD) (Edi, 2008).
tekan pada pinggir kosta kanan, nyeri abdomen menyeluruh dan mungkin
ringan adalah derajat I dan yang terberat adalah derajat IV. Syok pada DBD
terdapat pada derajat III dan IV, sedangkan DBD tanpa syok pada derajat I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak.
2.2. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh
6
7
sementara dan partial terhadap serotipe yang lain. Virus dengue menunjukan
RNA (Ribo Nucleic Acid) rantai tunggal yang dikelilingi oleh nukleokapsid
(Bakhtiar, 2009).
nukleokapsid atau protein inti, protein yang berkaitan dengan membran (M)
dan protein pembungkus (E) dan ketujuh protein nonstruktural (NS1, NS2A,
(Bakhtiar, 2009).
2.3. Epidemiologi
Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang
Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 dan dilaporkan menjadi
laporan dari Bandung dan Yogyakarta. Sejak saat itu tersangka kasus
dilaporkan hanya di pulau Jawa dengan jumlah kasus yang terbatas. Pada
awal tahun 1980-an, laju angka kesakitan meningkat dari 10000 sampai
9
30000 per tahun, dan sejak sepuluh tahun terakhir laju angka kesakitan telah
Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara, dan Bali (1973), serta
Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat (1974). DBD telah menyebar
ke seluruh provinsi di Indonesia sejak tahun 1997 dan Angka kesakitan rata-
rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14
(1983), dan mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000
wabah timbul pertama kali pada tahun 1974 dalam laporan Tjandra dan
1986).
tahun 1988 bahwa umur terbanyak adalah 4-6 tahun. Walaupun demikian,
Pola berbagai serotipe virus dengue di wilayah Indonesia nampak pada Gambar 3
2.4. Patofisiologi
tekanan darah. Pada kasus-kasus berat volume plasma menurun lebih dari
dan seluler, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen.
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul
pada infeksi primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah meningkat.
setelah 60-90 hari.pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada hari ke-
14 demam sedangkan pada infeksi sekunder kadar IgG meningkat pada hari
antibodi IgM setelah hari kelima sakit, sedangkan pada infeksi sekunder
2.5. Patogenesis
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ RES
Diagnosis pasti dengan uji serologis pada infeksi virus dengue sulit
2.6. Diagnosis
1999.
Kriteria Klinis :
3. Hepatomegali.
menyempit (≤20 mmHg), hipotensi, kulit teraba dingin dan lembab dan
Kriteria Laboratoris :
1. Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
diagnosis klinis DBD. Adanya efusi pleura (yang terlihat pada foto thoraks)
(WHO,1999).
paling banyak adalah demam 115 (93,5%), muntah 80 (65,1%), nyeri perut
Derajat III : Terjadi kegagalan sirkulasi darah, denyut nadi lemah dan
Derajat IV : Terjadi syok berat, dimana tensi dan nadi tidak terukur.
gold standart.
14
Kelainan utama pada DBD adalah adanya kebocoran plasma yang ditandai
ekstravaskuler tercermin pula dalam efusi pleura dan cairan asites atau
cairan peri/para organ dalam perut meliputi hepar, lien, kandung empedu
biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum
peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, Kedua hal tersebut
biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi (Soedarmo,
1. Isolasi virus
penyakit. Namun pemeriksaan ini hanya berguna pada saat viremia yang
sampai lima hari. Inilah yang menjadi salah satu kendala isolasi virus
15
disamping kendala lain yaitu waktu yang lama dan peralatan yang
1987).
2. Uji serologis
Dalam menilai ada atau tidak zat kebal yang spesifik terhadap infeksi
3. Pemeriksaan darah
diagnosis DBD, dan masih merupakan bagian dari kriteria WHO (World
supine dan RLD (right lateral decubitus) foto polos perut AP supine, dan
Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang
luas. Pada hari-hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili
hari ke 3-4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar, apabila gejala
samping penilaian gejala klinis lain seperti tipe dan lama demam dapat
yaitu derajat I sampai dengan derajat IV yang paling parah. Keadaan syok
pada DBD yang disebut pula sebagai sindrom syok dengue (SSD)
dinyatakan dalam derajat III dan IV memiliki prognosis yang lebih buruk.
Pada derajat I dan II DBD tidak disertai dengan keadaan syok (Loho, 1994;
jumlah > 30% volume darah. Kebocoran plasma yang terjadi akan semakin
disertai peran sentral endotel yang mengalami jejas akibat sitokin, kemokin,
17
KERANGKA KONSEP
Endotoksemi
a Manifestasi
Trombositopeni
Perdarahan
Permeabilitas
Disfungsi
Kapiler ↑
Endotel
syok
Anoksia
Kematian
Gambar 4: Kerangka Teori (Halstead, 1993)
18
19
Gejala Klinis
Laboratorium
Serologis
Serologi
Keterangan :
pemeriksaan laboratorium
METODE PENELITIAN
Setelah peneliti mendapat ijin dari pihak universitas dan pihak rumah sakit
yang akan diambil sampel berupa rekam medis dan proposal sudah
disetujui, maka data dikumpulkan dari rumah sakit yang diteliti, kemudian
20
21
4.6.3 Demam
termometer air raksa pada aksila > 37oC atau rektal > 37,5oC.
22
4.6.4 Hepatomegali
arkus kosta.
melena.
4.6.6 Umur
tahun. Pada penelitian ini umur anak yang diteliti sesuai kriteria
4.6.7 Syok
homeostasis.
23
laboratorium DBD
4.6.9 Trombositopenia
darah.
4.6.11 Hemokonsentrasi
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. Rumah Sakit ini
setiap hari Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo memeriksa dan mengobati ± 300
pasien. Selain datang sendiri, pasien yang berobat juga pasien rujukan dari
demam berdarah dengue pada anak pada tahun 2010 didapatkan 172 kejadian,
tahun 2011 didapatkan 131 kejadian, tahun 2012 didapatkan 221 kejadian dan
Tenaga kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo terdiri dari tenaga
24
25
karakter yakni berdasarkan angka kejadian, usia, jenis kelamin, gejala klinis dan
tingkat keparahan.
tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Jumlah responden berdasarkan angka
dengue pada anak tertinggi pada tahun 2013 dan angka kejadian terendah pada
tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian Demam Berdarah
Dengue pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo menurun pada tahun
350
300
250
Jumlah Pasien
200
150
100
50
0
2010 2011 2012 2013
Angka kejadian demam berdarah dengue pada anak setiap tiga bulan dalam satu
Bulan
Tahun Januari-Maret April-Juni Juli-September Oktober-Desember
2010 42 85 39 6
2011 49 53 19 10
2012 59 65 55 42
2013 78 125 61 24
Jumlah 228 328 174 82
Sumber: Data Rekam Medis
Berdasar tabel diatas diketahui bahwa angka kejadian DBD pada anak dari tahun
2010-2013 tertinggi pada bulan April sampai Juni dan terendah pada bulan
140
120
100
Januari-Maret
80
April-Juni
60 Juli-September
Oktober-Desember
40
20
0
2010 2011 2012 2013
membedakan anak usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah. Jumlah responden
Usia
Tahun 0 - < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 14 tahun 15-18 tahun
2010 6 14 108 44
2011 4 16 78 33
2012 6 23 144 48
2013 17 40 136 95
33 93 466 220
Sumber: Data Rekam Medis
responden berusia 5-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasien Demam
28
Berdarah Dengue pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo lebih banyak
160
140
120
Jumlah Pasien
20
0
2010 2011 2012 2013
membedakan responden laki-laki dan perempuan pada tahun 2013. Data yang
dipakai hanya data pada tahun 2013 dikarenakan data rekam medis pada tahun
lebih sedikit pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa pasien Demam
Berdarah Dengue pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo lebih banyak
Perempuan
42% Laki-laki
58%
melihat gejala klinis yang sering muncul pada penderita demam berdarah dengue
anak tahun 2013. Jumlah responden berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada
tabel 5.
30
adalah demam 146 (97,33%), mual 115 (76,67%), muntah 106 (70,67%), pusing
(2,67%). Hal ini menunjukkan bahwa gejala klinis terbanyak pasien demam
berdarah dengue pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo adalah
Melena 2.67%
pilek 8%
Epitaksis 14.67%
Batuk 22%
pusing 40%
muntah 70.67%
mual 76.67%
Demam 97.33%
Gambar 10: Presentase Gejala Klinis Demam Berdarah Dengue pada Anak
di RSUD Sidoarjo Tahun 2013
untuk melihat jumlah kasus terbanyak pada setiap grade pada tahun 2013. Jumlah
Dari keempat grade akan dibagi menjadi 2 kategori yaitu demam berdarah dengue
sebanyak 91 (60,67%) dan kejadian DBD tanpa syok lebih banyak dibanding
kejadian DBD dengan syok 23(15,33%). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian
demam berdarah dengue pada anak di RSUD Sidoarjo terbanyak adalah DBD
tanpa syok.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Grade I Grade II Grade III Grade IV
PEMBAHASAN
demam berdarah dengue pada anak yaitu angka kejadian, usia, jenis kelamin,
gejala klinis dan tingkat keparahan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
metode observasi. Peneliti mengambil data dengan cara melihat data rekam medis
mulai tahun 2010 sampai 2013 untuk melihat distribusi angka kejadian DBD
pertahun, distribusi angka kejadian DBD setiap tiga bulan per tahun dan distribusi
angka kejadian berdasarkan usia. Sedangkan untuk distribusi angka kejadian DBD
menggunakan data rekam medis tahun 2013 karena data pada tahun 2013 lebih
demam berdarah dengue pada tahun 2010, yaitu 172 (21,18%) sedangkan tahun
2011, yaitu 131 (16,13%). Pada tahun 2012 angka kejadian demam berdarah
dengue meningkat yaitu 221 (27,22%) dan tahun 2013, yaitu 288 (35,47%). Pada
tahun 2010 sampai 2013, angka kejadian demam berdarah dengue terkecil pada
tahun 2011 dan terbesar pada tahun 2013. Penurunan angka kejadian DBD dapat
33
34
kejadian dapat disebabkan karena banyak faktor antara lain faktor perilaku
faktor paling kritis pada iklim/ penyakit. Seperti penyakit berbasis vektor lainnya,
virus dari satu manusia ke manusia lain. Vektor nyamuk bersifat sensitif terhadap
satu-satunya faktor iklim yang sangat baik dalam memprediksi penyebaran DBD.
Kelembaban udara tidak berpengaruh langsung pada angka insiden DBD, tetapi
berpengaruh pada umur nyamuk A.aegypti yang merupakan vektor penular DBD.
Pada kelembaban udara yang rendah yaitu di bawah 60% terjadi penguapan air
dari tubuh nyamuk sehingga dapat memperpendek umur nyamuk (Yanti, 2004).
udara dengan jumlah kasus DBD menunjukkan hubungan yang sedang dan
berpola negatif. Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
DBD, kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang lebih besar pengaruhnya.
Banyaknya tempat pembuangan sampah dan tumpukan barang bekas yang dapat
35
menampung air hujan dapat meningkatkan populasi nyamuk Aedes yang berperan
sebagai vektor DBD. Selain itu, perilaku masyarakat yang tidak menjaga
meningkat kasus DBD. Rata-rata kelembaban udara perbulan yang paling tinggi
terjadi pada bulan Nopember sebesar 82,7 % dan yang paling rendah terjadi pada
Pada penelitian ini, angka kejadian DBD selama empat tahun selalu terjadi
peningkatan pada bulan April-Juni 328 (40,39%) dan penurunan pada bulan
bahwa faktor kelembaban udara bukanlah faktor penentu tinggi rendahnya angka
kejadian DBD, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor perilaku
dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun, terbanyak pada
usia 4-6 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan di Bagian IKA RSCM, yang
melaporkan insiden tertinggi terdapat pada kelompok umur 5–9 tahun yaitu
46,1%. Pada penelitian Edi Hartoyo, insiden tertinggi terdapat pada kelompok
Pada penelitian ini insiden demam berdarah dengue tertinggi terdapat pada
kelompok usia 5-14 tahun, yaitu 466 (57,38%). Hasil penelitian ini sama dengan
hasil penelitian dari bagian IKA RSCM dan penelitian dari Edi Hartoyom
36
dibandingkan dengan perempuan. Temuan ini tidak berbeda jauh dari penelitian
dengan perempuan. Dari 150 kejadian, 87(58%) jenis kelamin laki-laki dan 63
(42%) jenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini sama hasil penelitian
membutuhkan waktu lebih lama untuk matur dibanding anak perempuan dan
yang disebabkan oleh virus dengue. Gejala awal dari suatu infeksi didalam tubuh
adalah demam. Berdasarkan kriteria WHO tahun 1999, gejala klinis pada demam
berdarah dengue yang pertama muncul adalah demam (WHO, 1999). Menurut
penelitian Edi Hartoyo, gejala klinis yang sering muncul adalah demam paling
banyak, lalu muntah, nyeri perut, ruam konvalesen, mual, pusing, perdarahan
gusi, epitaksis, melena dan gejala penyerta batuk, pilek (Edi, 2008).
Pada penelitian ini, gejala klinis terbanyak yang sering muncul adalah
demam 146 (97,33%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Edi
terbanyak adalah grade I dan grade II 59 (47,9%) dibandingkan SSD (DBD grade
37
III dan IV) yaitu 43 (34,9%) anak (Edi,2008). Pada penelitian Raihan, angka
kejadian DBD tanpa syok (grade I dan II) sebanyak 140 (50,7%) dan DBD dengan
Pada penelitian ini, demam berdarah dengue tanpa syok (grade I dan II),
yaitu 127 (84,67%) sedangkan demam berdarah dengue dengan syok (grade III
dan IV), yaitu 23 (15,33%). Menurut hasil penelitian ini, angka kejadian DBD
tanpa syok lebih banyak dibanding DBD dengan syok. Hasil ini sama dengan
penelitian sebelumnya, syok terjadi disebabkan oleh virus dengue serotip DEN-3
(Mashoedi, 2007). Sedangkan pada penelitian ini peneliti belum sampai meneliti
serotipe virus dengue yang menyebabkan syok pada demam berdarah dengue di
RSUD Sidoarjo.
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
tahun 2010-2013 tertinggi pada tahun 2013, yaitu 288 kejadian (35,47%)
2010-2013 tertinggi pada usia 5-14 tahun, yaitu 466 kejadian (57,38%).
5. Gejala Klinis yang sering muncul pada pasien anak dengan demam
kejadian (97,33%).
38
39
7.2. Saran
untuk pasien, rumah sakit, dan dapat dikembangkan lebih dalam oleh
peneliti lain.
3. Selain itu perlu juga untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
Appana R, Guat TL, See LLC. 2007. Cross-reactive T cell responses to the non-
structural regions of dengue viruses among dengue fever and dengue
haemorrhagic fever patients in Malysia. J Clin Vaccine Immunol.10:69-77.
CDC. 2005. Dengue and dengue haemorrhagic fever information for health care
practitioners.San Juan Puerto Rico.h.1-4.
Gama Azizah. 2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue
di desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Vol.5. Eksplanasi. Surakarta.
Glibber DJ. 1998. Dengue and dengue haemorrhagic fever. Cirn Microbiol Rev.
11:1-14.
Halstead SB. 1980. Dengue haemorrhagic fever a public health problem and a
field for research. Bull WHO.vol 58: h 1-21.
Hartoyo Edi. 2008. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada Anak. Vol.10
: h. 2-4, Sari Pediatri.Banjarmasin.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi virus dengue. Dalam: Soedarmo SP, Garna
H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. 2008. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Edisi kedua.Jakarta:Balai Penerbit IDAI.h.155-81.
40
41
Raihan. 2010. Faktor Prognosis Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue.
Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1.
Rampengan TH. 2007. Demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue.
Dalam: Rampengan TH,penyunting. Penyakit infeksi tropik pada anak.edisi
kedua. Jakarta: EGC.h.122-49.
Rampengan TH. 1986. Demam berdarah dengue pada anak di RSU Manado.
MKI.6:300-5.
Samsi TK. 1999. Manifestasi klinis infeksi dengue klasik dan gambaran tidak
lazim. Dalam: Firmansyah A, Sastroasmoro S, Trihono, penyunting. Naskah
lengkap KONIKA XI. Jakarta.h.39-413.
Sintorini MM. Pengaruh iklim terhadap kasus demam berdarah dengue. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional 2007; Vol. 2, No. 1, Agustus 2007.
Sumarmo PS. 1997. Demam berdarah di Indonesia dan dunia ,situasi sekarang
dan harapan di masa mendatang. Dalam: Samsi TK, Ruspandi T, Setiawan
J, penyunting. Naskah lengkap simposium tiga dekade demam berdarah
dengue di Indonesia.Jakarta: Biro Penerbit RSSW.h.1-13.
43
Taib Bakhtiar. 2009. Penyakit Demam Berdarah Dengue pada Anak. Vol.1, No.1.
Majalah Ilmiah Unimus. Banda Aceh.
Wuryadi S. 1990. Isolasi virus dengue dari penderita demam berdarah dengue
pada waktu wabah di Jakarta tahun 1988. CDK.60:27-30.
Yanti S. Hubungan Faktor-Faktor Iklim dengan Kasus Demam Berdarah Dengue
di Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2000-2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, 2004.