You are on page 1of 17

Tentang Panas Bumi

Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita
sangat panas- estimasi saat ini adalah,500°C (9,932° F)- jadi tidak mengherankan jika tiga meter
teratas permukaan bumi tetap konstan mendekati 10°C-16°C (50°F-60°F) setiap tahun. Berkat
berbagai macam proses geologi, pada beberapa tempat temperatur yang lebih tinggi dapat
ditemukan di beberapa tempat.
Menempatkan panas untuk bekerja

Dimana sumber air panas geothermal dekat permukaan, air panas itu dapat langsung dipipakan
ke tempat yang membutuhkan panas. Ini adalah salah satu cara geothermal digunakan untuk air
panas, menghangatkan rumah, untuk menghangatkan rumah kaca dan bahkan mencairkan salju
di jalan.

Bahkan di tempat dimana penyimpanan panas bumi tidak mudah diakses, pompa pemanas tanah
dapat membawa kehangatan ke permukaan dan kedalam gedung. Cara ini bekerja dimana saja
karena temparatur di bawah tanah tetap konstan selama tahunan. Sistem yang sama dapat
digunakan untuk menghangatkan gedung di musim dingin dan mendinginkan gedung di musim
panas.

Pembangkit listrik

Pembangkit Listrik tenaga geothermal menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 KM
atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi yang sangat panas. Beberapa pembangkit listrik
ini menggunakan panas dari cadangan untuk secara langsung menggerakan turbin. Yang lainnya
memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini menyebabkan
"kilatan panas" yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. Pembangkit listrik paling
baru menggunakan air panas dari tanah untuk memanaskan cairan lain, seperti isobutene, yang
dipanaskan pada temperatur rendah yang lebih rendah dari air. Ketika cairan ini menguap dan
mengembang, maka cairan ini akan menggerakan turbin generator.

Keuntungan Tenaga Panas Bumi

Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah
kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal
menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar
fosil.
Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah, sumber energi
terbarukan yang telah terbukti ini tidak dimanfaatkan secara besar-besaran.

sumber: greenpiece indonesia

Isu Pemanasan Global

Pemanasan global dan polusi dan pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan bahwa ada
ancaman di seluruh dunia. Selimut ini polusi dunia, perangkap panas dan membuat efek rumah
kaca yang mempengaruhi atmosfir bumi. Semua ini berdampak pada persediaan air bersih,
kesehatan masyarakat, pertanian, pantai, hutan, dan banyak lagi.

Energi bersih, terbaharukan dan ramah lingkungan

Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena tidak memberikan kontribusi
gas rumah kaca, sehingga perlu didorong dan dipacu perwujudannya; pemanfaatan panas bumi
akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat
cadangan minyak bumi

Potensi energi panas bumi di Indonesia mencakup 40% potensi panas bumi dunia, tersebar di
251 lokasi pada 26 propinsi dengan total potensi energi 27.140 MW atau setara 219 Milyar
ekuivalen Barrel minyak. Kapasitas terpasang saat ini 1.194 atau 4% dari seluruh potensi yang
ada.

sumber: PERTAMINA GeoThermal Energy


PANAS BUMI DI INDONESIA: PROBLEM SOLVER ATAU PROBLEM MAKER?

Kalau kita membaca judul di atas, terbayang betapa berat beban yang harus ditanggung pihak-
pihak yang terkait dengan pengembangan panas bumi. Dari sekian banyak stakeholders
pengembangan panas bumi, paling tidak ada 3 pihak utama, yaitu pengembang panas bumi, PLN
sebagai pembeli dan pemerintah sebagai regulator.

Mengapa sampai ada pertanyaan di atas? Ini dikarenakan banyak pihak yang berpendapat, yang
mengisyaratkan ketidakyakinan, apakah pengembangan panas bumi merupakan langkah yang
strategis, tepat, dan ekonomis buat Negara ataukah malah sebaliknya, akan memberikan beban
kepada Negara ini. Meskipun pada sisi yang lain, banyak pihak juga yang optimis bahwa panas
bumi akan memberikan solusi terhadap kekurangan pasokan listrik nasional. Pertanyaan yang
sering diutarakan adalah pada harga beli listrik berapa yang harus ditanggung oleh PLN.

Panas Bumi

Seperti diketahui dari data Pemerintah, bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar
40% cadangan dunia, yaitu mencapai 27.000 MW. Jumlah yang sangat besar apabila dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk penyediaan listrik nasional. Sampai
sejauh ini, pemanfaatannya hanya sebesar 1.196 MW (4.4%) saja yang berasal dari 7 pembangkit
listrik yaitu di Jawa, Sulawesi dan Sumatera Utara. Mengapa baru sebesar itu? Dalam kebijakan
energy-mix ditargetkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia harus sudah dapat memanfaatkan
panas bumi sebagai sumber energi minimum 5% (atau lebih dari 1.350 MW) terhadap konsumsi
energi nasional. Berdasarkan milestone-nya, sesuai yang termuat dalam Blue Print Pengelolaan
Energi Nasional 2006-2025, diperlukan penambahan lebih dari 5.000 MW Pembangkit Listrik
Tenaga Panasbumi (PLTP) sebelum tahun 2015. Hal ini kemudian tertuang dalam Rencana
Proyek Kelistrikan 10.000 MW Tahap Kedua antara tahun 2010-2015.

Panas Bumi di Indonesia

Dari beberapa artikel, kebutuhan listrik nasional akan meningkat antara 6-10% per tahun. Dari
data PLN Jawa Bali, beban puncak dari Januari sampai dengan April 2010 berkisar antara
14.000-17.000 MW (80% dari beban nasional). Apabila dihitung rata-rata sebesar 16.000 MW,
maka kebutuhan listrik nasional saat ini menjadi sekitar 20.000 MW. Rata-rata margin cadangan
listrik nasional saat ini adalah 20% sedangkan persentase margin yang ideal diasumsikan sebesar
35%. Dengan mempertimbangkan kehilangan listrik secara nasional rata-rata sebesar 10% (tahun
2009), maka jumlah listrik yang harus tersedia pada kuartal pertama 2010 menjadi sekitar 29.000
MW. Tingkat elektrifikasi nasional sampai dengan Oktober 2009 baru sebesar 64% (masih di
bawah 50% untuk Indonesia bagian timur, sedang Jakarta hampir 100%). Target PLN adalah
80% pada tahun 2014, terutama akan tercapai dengan masuknya pengusahaan listrik oleh swasta.
Bagaimana kebutuhan listrik nasional sebesar itu dapat terpenuhi? Direktur Utama PT PLN
(Persero) sebelum Dahlan Iskan, Fahmi Mochtar pernah mengatakan bahwa ada 4 tantangan
utama yang menjadi penghambat percepatan penyediaan energi listrik nasional yaitu
keseimbangan antara supply dan demand, tarif dan subsidi, optimalisasi "fuel mix" serta
keamanan penyediaan energi primer. Dari situs Berita Indonesia, April 2009, kapasitas
pembangkitan pada tahun 2009 adalah sebesar 29.705 MW (Jawa-Bali 22.302 MW dan di luar
Jawa-Bali sebesar 7.403 MW). Dari data ini dapat dilihat bahwa margin cadangan listrik yang
kita punyai relatif kecil. Inilah salah satu penyebab mengapa masih sering terjadi shortage listrik
di Jawa-Bali.

Kamojang

Sejauh mana cadangan energi nasional mampu menjawab tantangan kebutuhan listrik di atas?
Menurut dokumen Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Siaran Pers Nomor
24/HUMAS DESDM/2008 pada bulan April 2008 tentang Membangun Ketahanan Energi
Nasional, disebutkan bahwa pada April 2008,

cadangan dan produksi energi Indonesia terdiri dari Minyak Bumi dengan sumber daya 56,6
miliar barel, cadangan 8,4 miliar barel, produksi 348 juta barel dan rasio cadangan/produksi 24
tahun.

Gas bumi dengan sumber daya 334,5 TSCF, cadangan 165 TSCF, produksi 2,79 TSCF dan rasio
cadangan/produksi 59 tahun.

Batubara dengan sumber daya 90,5 miliar ton, cadangan 18,7 miliar ton dan produksi 201 juta
ton, sedangkan rasio cadangan/produksi 93 tahun.

Coal Bed Methane (CBM) dengan sumber daya 453 TSCF.

Tenaga air 75,67 GW, panas bumi 27 GW, mikro hydro 0,45 GW, biomass 49,81 GW, tenaga
surya 4,8 kWh/m2/day, tenaga angin 9,29 GW dan uranium 3 GW untuk 11 tahun (hanya di
Kalan, Kalimantan Barat).

Dari cadangan yang tersisa, bahan bakar fosil akan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Dengan mengandalkan sumber energi dari fosil maka akan ada ketergantungan yang tinggi
terhadap harga pasar dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendapatan/devisa dari
ekspor bahan bahan bakar fosil tersebut karena pemanfaatan di dalam negeri.

Panas bumi mempunyai keunikan secara alami yang tidak dipunyai oleh sebagian besar jenis
energi yang lain, diantaranya adalah bahwa hasil dari panas bumi tidak dapat di-ekspor, hanya
dapat dimanfaatkan di lokasi asal panas bumi tersebut dihasilkan, ramah lingkungan untuk
mendukung usaha pemerintah merespon isu global warming, merupakan energi terbarukan,
pengusahaannya tidak memerlukan lahan yang luas, tingkat keandalan pembangkit yang tinggi
sehingga menjadi dapat alternative base-load dari PLN, bebas dari risiko kenaikan harga bahan
bakar fosil, tidak tergantung dari cuaca, dan pada akhirnya dapat menggantikan sebagian dari
bahan bakar fosil yang makin habis.

Pengusahaan panas bumi mempunyai keunikan dibandingkan dengan energi yang lain. Produksi
dari pengusahaan hulu adalah uap panas yang sebagian besar akan dipakai untuk menggerakkan
sudu-sudu pembangkit listrik. Kapasitas dan jenis pembangkit listrik dirancang dengan
mempertimbangkan parameter-parameter tertentu; terutama karakteristik uap, cadangan yang
tersedia di reservoir, kemampuan produksi uap per sumur, dan kondisi lokasi untuk tempat
pembangkit. Hal-hal tersebut akan menentukan besarnya investasi yang akan ditanamkan. Skema
pengusahaan dari hulu (produksi uap) ke hilir (produksi listrik) ini dikenal dengan skema total
project. Pengusahaan dapat juga mengusahakan produksi uapnya saja, kemudian dijual ke pihak
lain seperti yang terjadi di wilayah Gunung Salak, Drajat dan Lahendong. Pada saat ini investor
secara umum lebih tertarik dengan skema pengembangan total project. Hal ini dapat dipahami
karena dengan skema total project, pengembang dapat menjamin kepastian tidak adanya
keterlambatan pemanfaatan produksi uap menjadi listrik. Namun demikian, baik skema parsial
maupun total project, pengembang haruslah mendapatkan kepastian bahwa produksi uap dan
listriknya dibeli dengan harga yang wajar oleh pembeli, dalam hal ini PLN. Karena PLN adalah
pembeli tunggal listrik hasil pengusahaan tersebut, maka wajar apabila sebelum pengembang
memutuskan suatu investasi, mulai dari mengikuti lelang wilayah panas bumi, eksplorasi dan
eksploitasi, sudah harus diketahui berapa harga listrik yang akan diterima kalau berhasil
memproduksi uap dan listrik. Hal ini berbeda dengan pengusahaan batubara dan migas, yang
hasil produksinya dapat dijual bebas ke pasar dengan harga pasar. Karena itu dengan adanya
beberapa lelang WKP yang melelangkan harga jual listrik sebagai penentu, dapat dikatakan
sebagai langkah terobosan Pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan pembangkit
listrik panas bumi. Penentuan harga beli listrik ini sempat lama ditunggu oleh para pengembang,
dan setelah melalui beberapa perubahan peraturan, akhirnya Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri ESDM Nomor 32/2009 pada tanggal 4 Desember 2009, yang menetapkan harga patokan
tertinggi pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar
9,70 sen US$/Kwh. Harga ini sama dengan harga beli listrik yang diusulkan oleh API (Asosiasi
Panas Bumi Indonesia), namun lebih tinggi dari usulan PLN yaitu sebesar 7,6 sen US$/Kwh.
Usulan API dibarengi dengan rekomendasi bahwa project IRR yang menarik untuk pengembang
adalah 16%, lebih tinggi dibandingkan dengan usulan PLN sebesar 12%. JICA/BKF-DEPKEU
melakukan kajian harga beli listrik panas bumi dan hasilnya adalah sebesar 11,9 sen US$/Kwh.
Perbandingan yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Apakah besaran maksimum harga beli di atas memberikan dampak positif sehingga membuat
para pengembang tertarik dan segera menanamkan investasi? Dari beberapa kesempatan dan
berdasarkan uraian di beberapa media, nampaknya pengembang dapat menerima ceiling price
yang dikeluarkan, namun masih menyisakan kebimbangan; diantaranya adalah apakah PLN akan
membeli listrik dengan hasil lelang WKP? Bagaimana dengan key terms and conditions dari
Electricity Sales Contract-nya (ESC)? PLN dalam banyak kesempatan masih meyakini bahwa
harga beli listrik panas bumi seharusnya sama atau lebih rendah dari batubara. Masih menurut
studi JICA (West JEC), harga beli listrik batubara berfluktuasi tergantung dari harga pasar
batubara. Pada harga pasar tertentu, harga beli listrik dari batubara memang masih lebih rendah
dari harga beli listrik panas bumi. Dengan memakai harga listrik panas bumi hasil studi JICA,
sepanjang harga pasar batubara tidak lebih dari US$ 135 per ton, maka harga beli listrik batubara
masih lebih rendah dari harga beli listrik panas bumi. Hal ini tentu menyisakan pertanyaan
apakah harga batubara dapat bertahan di bawah harga tersebut dalam 30 tahun ke depan seiring
dengan makin menipisnya cadangannya? Bagaimana dampaknya terhadap ketahanan dan
swasembada energi nasional?

Tabel 1: Harga Pembelian PLTP dengan Kapasitas 110 MW (Base Price, sen US$/Kwh)

Tabel 2: Harga Listrik Pembangkit Batubara (PLTU) Hasil Studi JICA (West JEC)

Dengan memperhitungan keunikan panas bumi, JICA (West JEC) menyatakan bahwa totalbiaya
pembangkit listrik PLTU (batubara) adalah sen 17,7 sen US$/kwh, lebih mahal sebesar 5,8 sen
US$ per kwh dibandingkan dengan panas bumi. Perbedaan ini disebabkan oleh selisih efisiensi
pembangkit, kesempatan mendapatkan devisa dari ekspor batubara, selisih pendapatan pajak
serta biaya lingkungan yang harus dibebankan untuk pengusahaan batubara.
Apakah harga beli listrik panas bumi sebesar di atas tidak memberikan beban subsisi yang
semakin besar ke Negara? Memang, banyak pihak yang mengatakan bahwa sejalan dengan
pengembangan panas bumi sebagai sumber tenaga listrik, maka biaya subsidi yang akan
ditanggung Negara akan meningkat. Hal ini tidak tepat. Seperti diketahui bahwa BPP (Biaya
Pokok Penyediaan) PLN tahun 2009 adalah sebesar US$ 10 sen sedangkan harga tertinggi listrik
panas bumi yang ditetapkan adalah US$ 9,7 sen. Sehingga harga beli listrik pada lokasi yang
sama (electricity grid) panas bumi secara nasional masih lebih rendah dari BPP. Dengan
berjalannya waktu dan dengan terambilnya porsi listrik dari tenaga diesel yang tergantikan oleh
sumber panas bumi misalnya, maka BPP tentu akan turun sehingga harga beli listrik panas bumi
tidak lagi lebih rendah dari BPP.

Dari semua uraian di atas, Penulis berpendapat bahwa pengusahaan tenaga listrik dari panas
bumi merupakan salah satu solusi yang tepat; terutama untuk menambah tingkat elektrifikasi
nasional, meningkatkan ketahanan Negara dan swasembada di bidang listrik karena pemanfaatan
sumberdaya lokal yang secara karakteristik harus dimanfaatkan di tempat (non-exportable),
mendukung penuh upaya Negara dalam menurunkan efek global warming, dan di atas semua itu,
pemanfaatan sumberdaya panas bumi, secara integral, tidak memberikan beban subsidi yang
lebih besar kepada Negara. Salah satu kunci sukses percepatan pengembangan sumberdaya panas
bumi adalah response yang cepat dari PLN dalam pencapaian kesepakatan dengan para
pengembang PLTP, baik dari sisi harga beli listrik maupun dalam kesepakatan ketentuan-
ketentuan dan kondisi-kondisi yang penting dalam kontrak pembelian listrik. Dan pada akhirnya,
kelengkapan dan ketersediaan peraturan-peraturan pendukung secara cepat dan akurat tentu
sangat diperlukan oleh PLN dan para pengembang untuk bersama-sama memajukan bangsa dan
Negara ini.

Penentuan Kapasitas Pembangkitan PLTP (Geothermal Power Plant)

Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur
berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik, Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran
fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada
fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap
akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang
kemudian dialirkan ke turbin.

Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan di lapangan,
diantaranya:
1. Direct Dry Steam
2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Multi Flash Steam
6. Brine/Freon Binary Cycle
Brine/Isobutane Binary Cycle
7. Combined Cycle
8. Hybrid/fossil–geothermal conversion system

Makalah ini membahas beberapa metoda yang digunakan untuk menentukan besarnya daya
listrik yang dapat dibangkitkan oleh turbin uap. Metoda yang sama digunakan untuk menentukan
konsumsi uap apabila kapasitas PLTP-nya telah diketahui/ ditentukan.

1. SIKLUS UAP KERING (DIRECT DRY STEAM CYCLE)

Sistem konversi fluida uap kering merupakan sistem konversi yang paling sederhana dan paling
murah. Uap kering langsung dialirkan menuju turbin kemudian setelah dimanfaatkan, uap dapat
dibuang ke atmosfir (turbin atmospheric exhaust turbine atau dialirkan ke kondensor
(condensing turbine).

Gambar 15.1 Skema Diagram Siklus Uap Kering

Gambar 15.2 Diagram T - S Untuk Sistem Konversi Uap Kering

Pada sistem konversi uap kering, kerja yang dihasilkan turbin ditentukan dengan menggunakan
persamaan (15.8) .
Pada Gambar 15.1 dan Gambar 15.2, titik 1 fasa fluida panas bumi berupa uap sedangkan pada
titik 2 fluida berupa dua fasa. Proses yang dijalani fluida dari titik 1 ke titik 2 dianggap proses
isentropik sehingga entropi pada titik 1 sama dengan entropi pada titik 2, sehingga:
...(15.9)
...(15.10)
Untuk harga tekanan atau temperatur yang ditentukan, harga-harga entropi dan entalpi bisa
didapat dari tabel uap. Sehingga dari persamaan (15.10) didapat harga x (fraksi uap) untuk
kondisi tekanan atau temperatur pada outlet turbin. Dengan memanfaatkan harga fraksi uap
tersebut, didapat entalpi pada outlet turbin :
...(15.11)
Daya turbin kemudian bisa dihitung dengan menggunakan persamaan
...(15.12)
dimana n adalah efisiensi turbin.

2. SIKLUS UAP HASIL PEMISAHAN (SEPARATED STEAM CYCLE)

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap
dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini
dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan
dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dipakai pada
perhitungan daya turbin. Oleh karena itu, sistem konversi energi ini dinamakan Siklus Uap Hasil
Pemisahan (Gambar 15.1 dan Gambar 15.2). Siklus ini banyak digunakan pada reservoir panas
bumi dominasi air.

Gambar 15.3a Skema Diagram Siklus Uap Hasil Pemisahan


Gambar 15.3b Diagram T - S Untuk Sistem Konversi Uap Hasil Pemisahan

Pada titik 1 fluida panas bumi berupa campuran dua fasa. Sebelum memasuki turbin fluida
menjalani proses isentalpik dari titik 1 ke titik 2. Pada kepala sumur diketahui laju alir massa
fraksi uap fluida (kualitas uap pada kepala sumur). Pada titik 2 fluida masuk ke separator,
sehingga:

...(15.13)
...(15.14)
Dari persamaan (15.14) didapat fraksi uap yang masuk ke separator, sedangkan fraksi airnya
dibuang. Pada tekanan dan temperatur inlet turbin ini diketahui entalpi dan entropi fluida dari
tabel uap. Entropi pada titik 4 dan titik 5 (inlet dan outlet turbin) dianggap sama (proses yang
terjadi di dalam turbin isentropik), sehingga :
...(15.15)
maka fraksi uap yang keluar dari turbin dapat diketahui. Harga fraksi uap ini digunakan untuk
menghitung entalpi outlet turbin.
...(15.16)

Daya turbin bisa dihitung dengan menggunakan persamaan

Perhitungan daya turbin pada sistem ini hampir sama dengan perhitungan pada Siklus Penguapan
Tunggal, perbedaannya hanya terletak pada penentuan kondisi awal dari fluida. Pada titik 1
fluida berupa campuran dua fasa (fasa cair dan fasa uap), sehingga entalpi fluida sama dengan
jumlah entalpi kedua fasa tersebut. Selanjutnya, prosedur penentuan daya turbin sama dengan
prosedur perhitungan pada Siklus Penguapan Tunggal.

3. Siklus Penguapan Tunggal (Single Flash Cycle)

Fluida reservoir dalam perjalanannya menuju ke permukaan mengalami penurunan temperatur


sejalan dengan terbentuknya uap dari fasa liquid yang ada. Asumsi yang dipakai pada kondisi
tersebut ialah bahwa proses yang dialami fluida saat mengalir ke permukaan adalah isenthalpik
dengan kesetimbangan termodinamika yang tetap terjaga. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi
kehilangan panas dari sistem ke lingkungan dan penurunan temperatur yang terjadi adalah akibat
dipakainya sebagian panas laten yang ada untuk merubah fasa air menjadi fasa uap.
Salah satu hal yang memungkinkan terjadinya proses penguapan tersebut adalah dengan
dipasangnya slotted liner pada zona produksi reservoir tersebut. Slotted liner mempunyai lubang-
lubang yang memungkinkan throttling process, dimana selama proses tersebut terjadi enthalpi
dari sistem dianggap konstan.
Siklus Penguapan Tunggal (Gambar 15.4 dan Gambar 15.5) kemudian digunakan untuk
memanfaatkan energi panas dari fluida ini karena fluida muncul di permukaan sebagai cairan
terkompresi atau fluida jenuh (saturated fluid). Energi yang terkandung dalam fluida tersebut
dimanfaatkan dengan mengalirkannya ke dalam suatu alat penguap (flasher) yang beroperasi
pada tekanan yang lebih rendah daripada tekanan uap kering yang masuk ke turbin. Secara ideal,
energi yang maksimum dapat dihasilkan dari air panas tersebut bila temperatur alat penguap
berada di antara temperatur air panas dan temperatur kondenser yang dipakai. Temperatur
optimum didapat dari temperatur rata-rata antara temperatur saturasi pada kondisi kepala sumur
dan temperatur saturasi pada kondisi outlet turbin (kondenser).

Pada Gambar 15.4 dan Gambar 15.5 terlihat proses yang dialami fluida reservoir sampai
diinjeksikan kembali ke reservoir. Dari reservoir (1) fluida-dalam hal ini saturated liquid-yang
diproduksi ke permukaan mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan sebagian kecil
fasa cair mengalami perubahan fasa menjadi uap. Sebelum memasuki turbin fluida menjalani
proses dari titik 1 ke titik 2 yang merupakan proses isentalpik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Pada titik 2 fluida masuk ke bejana flasher, sehingga :

...(15.17)
Dari persamaan (15.17) didapat fraksi uap yang masuk ke bejana flasher, sedangkan fraksi airnya
dibuang.
Uap yang dihasilkan oleh penguapan pada bejana flasher kemudian dialirkan menuju turbin (4),
sedangkan fraksi cair yang tersisa diinjeksikan kembali ke dalam sumur injeksi (3) atau
mengalami proses flash kembali untuk menghasilkan uap bertekanan rendah untuk dialirkan
pada turbin tekanan rendah pada sistem double flash. Hal ini tidak dibicarakan lebih lanjut.

Fraksi uap yang keluar dari bejana flasher inilah yang kemudian menghasilkan listrik dari
perubahan entalpi yang terjadi di dalam turbin (antara titik 4 -5). Bila turbin ideal, maka ekspansi
uap akan terjadi secara isentropis. Bila temperatur optimum proses flash dapat diketahui maka
tekanan flash yang bersesuaian dapat ditentukan.
Gambar 15.4 Skema Diagram Siklus Penguapan Tunggal

Gambar 15.5 Diagram T - S Untuk Siklus Penguapan Tunggal

Pada tekanan dan temperatur inlet turbin diketahui entalpi dan entropi fluida dari tabel uap.
Entropi pada titik 4 dan titik 5 (inlet dan outlet turbin) dianggap sama (proses yang terjadi di
dalam turbin isentropik), sehingga :
...(15.18)
maka fraksi uap yang keluar dari turbin dapat diketahui. Harga fraksi uap ini digunakan untuk
menghitung entalpi outlet turbin.

...(15.19)
Daya turbin bisa dihitung dengan menggunakan persamaan

...(15.20)
X2 merupakan fraksi uap yang dihasilkan oleh flasher yang dialirkan ke turbin, sedangkan
sisanya (1 - X2) dibuang. h4 adalah entalpi pada inlet turbin yang sama dengan tekanan
penguapan (tekanan flasher) karena diasumsikan fluida tidak mengalami kehilangan tekanan
selama perjalanannya menuju turbin, sedangkan h5 adalah entalpi pada tekanan kondenser.

4. Double Flash Steam


Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan digunakan
komposisi 2 turbin, HP-turbine dan LP-turbine yang disusun tandem (ganda), lihat Gambar 15.6.
Contoh lapangan yang menggunakan sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru (Jepang), dan
Krafla (Iceland).

Gambar 15.6 Sistem Konversi Energi Siklus Double Flash

Gambar 15.7 Proses Digambarkan Dalam Diagram T-S

Perhitungan daya listrik untuk sistem double flash dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
1) Buat diagram T-S (temperatur vs. enthalpy) seperti diperlihatkan pada Gambar 15.7.
2) Pada titik 1 ke titik 2, adalah proses dari wellhead ke separator. Kondisi fluida dua fasa, proses
yang terjadi adalah isentalpic, yaitu hwell head = hseparator.
hwell head = hfg = enthalpy pada tekanan di kepala sumur (h1). Karena enthalpy separator (h2)
sama dengan enthalpy kepala sumur (h1), sedangkan sedangkan enthalpy fluida separator = hf2,
dan enthalpy dua fasa separator = hfg2, maka jumlah fraksi uap (x2) dari separator yang masuk
ke HP-tubine besarnya adalah :

...(15.21)

sehingga jumlah massa uap (mv1) yang masuk ke dalam HP-turbin sebesar :

...(15.22)

dan jumlah air yang masuk ke flasher (mw2) adalah :

...(15.23)

3) Proses dari titik 2 ke titik 4 adalah dari separator ke inlet turbin. Prosesnya adalah isentalpic,
yaitu entalphy uap di separator (h2) sama dengan enthalpy uap di turbin (h4). Sedangkan harga
entropy pada titik 4 adalah entropy uap di condensor (S4), besarnya sama dengan entropy
separator (S2),

...(15.24)

sedangkan :

...(15.25)

4) Maka Daya listrik pada HP-turbine adalah sebesar :

...(15.26)

5) Dari titik 2 ke titik 3a (dari separator ke inlet flasher), harga enthalpy pada inlet flasher adalah
sama dengan harga enthalpy air dari separator, maka h3a = hf separator. Prosesnya adalah
isenthalpic maka enthalpy h3 (enthalpy di dalam flasher) = h3a. Dengan demikian fraksi uap dari
flasher dapat dihitung sebagai berikut

...(15.27)
6) Jumlah uap yang menuju LP-turbine dapat dihitung sebagai berikut :

...(15.28)

...(15.29)

7) Harga temperatur flasher dapat dihitung dengan persamaan :

...(15.30)
atau

...(15.31)

8) Besarnya enthalpy uap yang masuk inlet LP-turbin adalah sama dengan enthalpy uap flasher:

maka fraksi uap yang masuk ke condensor (X8) adalah :

...(15.32)

sedangkan enthalpy pada condensor :

...(15.33)

9) Maka Daya II, yaitu daya listrik yang dihasilkan dari LP-turbine yaitu sebesar :

...(15.34)

10) Jadi total daya listrik dari HP-turbine dan LP-turbine adalah :

...(15.35)

You might also like