You are on page 1of 10

1.

Sistem Reproduksi

Menurut Prawirohardjo (2008) bahwa perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan
umumnya pada sistem reproduksi, seperti pada :

 Uterus

1) Ukuran pada uterus

Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan menjadi 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih
dari 4.000 cc. Hal ini dikarenakan rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos
rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik, dan endometrium menjadi desidua.
Perubahan tinggi uterus pada kehamilan sesuai dengan usia kehamilan dapat dilihat pada
tabel berikut :

Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uterus (TFU)
(Minggu)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat – simfisis
20 3 jari di bawah simfisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah proseus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)

2) Posisi rahim dalam kehamilan juga mengalami perubahan seperti :

a) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofelsi.

b) Pada bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis

c) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencpaai
batas hati

d) Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri

3) Kondisi uterus juga berubah, yang terlihat pada tabel berikut :

Bentuk Uteurs Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus


Seperti buah alpukat. Ismust rahim menjadi
Bulan Pertama hipetropi dan bertambah panjang sehingga bila
diraba terasa lebi lunak (tanda hegar)
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim
terasa tipis. Itulah sebabnya mengapa bagian-bagian
5 bulan
janin ini dapat dirasakan melalui perabaan dinding
perut

(Prawirohardjo, 2008)

4) Vaskularisasi

Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan bertambah (Prawirohardjo, 2008).

5) Serviks Uteri

Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut tanda Goodell.
Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid dan ini disebut dengan
tanda chadwick (Prawirohardjo, 2008).

 Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone (Prawirohardjo,
2008).

 Vagina dan Vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagian dan vulva sehingga
pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut tanda cahdwick
(Prawirohardjo, 2008).

2. Payudara

Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh aktivitas hormon, jaringan
glandular dari payudara membesar dan puting menjadi lebih efektif walaupun perubahan
payudara dalam bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan. Estrogen
menyebabkan pertumbuhan tubulus lactiferous dan ductus juga menyebabkan penyimpanan
lemak. Progesteron menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan mampu
bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai peranan penting dalam
perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi kolostrum dan air susu ibu (Prawirohardjo,
2008).

Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan nyeri
payudara. Setelah bulan kedua, payudara membesar dan memperhatikan vena-vena halus di
bawah kulit. Puting menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak. Setelah
beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada puting sering menyebabkan keluarnya cairan
kental kekuningan-kolostrum. Selama bulan – bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar dan
lebih gelap. Di areola tersebar sejumlah tonjola kecil, kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar
sebasea hipertrofik. Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan, dapat terbentuk stria
seperti yang terjadi di abdomen. Meskipun jarang, payudara dapat membesar secara
berlebihan dan patologis disebut juga gigantomastia yang memerlukan intervensi bedah. Yang
menarik, ukuran payudara prakehamila tidak berkaitan dengan volume air susu yang
dihasilkan (Cuningham, 2013).

3. Sistem Metabolisme

 Rongga Mulut

Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesukaran menelan akibat nausea.
Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak kadang berdarah kalau terkena cedera ringan saja.
Contohnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskuler yang disebut epulis
kehamilan kadang kala timbul tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah kelahiran.
Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang meningkat atau kadang
terjadi pada pengguna kontrasepsi oral dan ibu yang mengalami defisiensi vitamin C. Tidak
ada bukti yang baik bahwa kehamilan mendorong proses pembusukan pada gigi
(Prawirohardjo, 2008).

 Motalitas Saluran Gastrointestinal

Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan
pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mungkin merupakan akibat
jumlah progesteron yang besar selama proses kehamilan dan menurunnya kadar motalisn,
suatu peptida hormonal yang diketahui mempengaruhi otot-otot halus atau keduanya. Pada
saat persalinan khususnya setelah pemberian analgetik waktu pengosongan lambung secara
khas sangat memanjang. Bahaya utama anestesi umum adalah regurgitasi dan aspirasi, baik
isi makanan maupun asam lambung (Prawirohardjo, 2008).

Karena pengaruh hormon estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hypersalivasi), daerah lambung terasa
panas, terjadi mual dan sakit / pusing kepala terutama pagi harsi yang disebut morning
sickness, muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum. Bila muntah berlebihan sehingga
mengganggu kehidupan sehari – hari disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2008).

 Lambung dan Esophagus

Pirosis umum pada kehamilan, paling mungkin disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke
esofagus bagian bawah, posisi lambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada
seringnya terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan lambung berubah selama kehamilan
dengan tekanan intrasesofagus yang lebih rendah dari tekanan lambung lebih tinggi selain itu
pada saat yang bersamaan peristaltis esofagus mempunyai kecepatan gelombang dan
amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom, 1978). Perubahan-perubahan tersebut
menyokong terjadinya refluks gastroesofageal yang menimbulkan heart burn (Prawirohardjo,
2008).

 Usus Kecil, Besar dan Appendik

Karena kehamilannya berkembang terus lambung dan usus digeser oleh uteru syang
membesar ke arah atas dan ke arah lateral. Sebagai akibatnay apendiks sebagai contoh
biasanya bergeser ke arah atas dan ke arah lateral dan seringkali mencapai pinggang kanan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya tonus dan motilitas dari lambung dan usus berkurang
selama kehamilan (Prawirohardjo, 2008).

Hormon progesteron menimbulkan gerakan usus makin berkurang (relaksasi otot-otot polos),
makanan lebih lama berada di dalam lambung, dan apa yang telah dicernakan lebih lama di
dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorpsi akan tetapi menimbulkan pula konstipasi
yang merupakan keluhan dari ibu hamil, Konstipasi bisa juga terjadi karena kurangnya
aktivitas / senam dan penurunan intake cairan (Prawirohardjo, 2008).

 Hati

Meskipun hati pada bebeberapa binatang jelas bertambah ukurannya namun tidka ad bukti
pembesaran tersebut pada kehamilan manusia. Selain itu, dengan evaluasi histologis hati
yang didapat dengan biopsi termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron tidak ada
perbedaan yang jelas dari morfologi hati yang terjadi sebagai respon terhadap kehamilan
normal. Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin plasma dan
globulin paslma dalam ratio tertentu merupakan hal yang normal pad awanita hamil. Pada
wanita yang tidak hamil kondisi tersebut dapat menunjukkan adanya penyakit pada hari
(Prawirohardjo, 2008).

 Kandung Empedu

Fungsinya berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni dari otot-otot halus. Potter
(1936) menemukan selama melakukan SC cukup sering empedu teregang namun hipotomik,
aspirat empedu cukup kental. Umum diterima bahwa kehamilan menjadi predisposisi
pembentukan batu empedu (Prawirohardjo, 2008).

 Perubahan Sistem Pencernaan yang dirasakan Ibu Hamil sesuai dengan


Trimester

1) Trimester I

Rasa mual baik yang sedang maupun berat dengan atau tanpa terjadinya muntah setiap saat
siang ataupun malam. Apabila terjadi pada pagi hari sering disebut “morning sickness”.
Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompoensasi dari mual dan muntah yang tejradi. Pada
beberapa wanita ditemukan adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah.
Kondisi lainnya adalah “pica” (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat
defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi (Jannah, 2012).

2) Trimester II dan III

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain itu,
perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut
yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah
atas dan lateral. Wasir (hemorrhoid) cukup sering pada kehamilan sebagian besar akibat
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena hemorrhoid. Panas
perut (heart burn) terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esophagus
bagian bawah (Jannah, 2012).
4. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi
dari dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke
belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan persaan tidak enak
pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Prawiroharjo, 2009).

Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya
khususnya produk susu terpenuhi. Tulang dan gigi biasanay tidak berubah pada kehamilan
yang normal. Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
ligamen-ligamen dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan / otot
terutama otot-otot pada pelvic.

Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus menyebabkan perubahan yang drastis pada
kurva tulang belakang yang biasanay menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada
bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan (Jannah,
2012).

Sejak trimester I akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi
dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Selama
trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama pada daerah sikut dan
pengelangan tangan dengan meningkatnya retensi cairan pada jaringan konektif / jaringan
yang berhubungan di sekitarnya (Jannah, 2012).

Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot.
Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini
memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan
proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai tulang sendi. Sambungan sendi
mengendur membaur tulang coccigis bergeser ke arah belakang sendi panggul yang tidak
stabil. Pada ibu hamil, hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara
bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk
mengkompensasi penambahan berat ini. Bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung
pada beberapa wanita (Jannah, 2012).

Lordosis progesif merupakan gambaran yang karakteristik pada kehamilan normal. Untuk
mengkompensasi posisi anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat
garavitasi ke belakang pada tungkai bawah. Mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksingeal, dan
sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman di bagian bawah
punggung, khususnya pada akhir kehamilan. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa, dan
lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan fleksi
anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus
ulnaris dan medianus. Ligament rotundum mengalami hipertropi dan mendapatkan tekanan
dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligament tersebut (Jannah, 2012).

5. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan hemodinamik memudahkan sistem kardiovaskular pada ibu memenuhi kebutuhan
janin sambil mempertahankan status kardiovaskularnya sendiri. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron, dan prostaglandin, dan perubahan
ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir (Varney, 2007).

Denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut per menit pada kehamilan.
Karena diafragama semakin naik terus selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas.
Sementara pada waktu yang sama, organ ini agak berputar pada sumbu panjangnya.
Akibatnya apeks jantung digerakkan agak ke lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil
normal, dan membesarnya ukuran bayangan jantung ditemukan pada radiograf. Luasnya
perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot
abdomen dan konfigurasi abdomen dan thorak. Besar dari jantung bertambah sekitar 12% dan
meningkatkan kapasitas jantung sebesar 70-80 ml (Jannah, 2012).

Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir semua organ
dalam tubuh, terlihat adanya perubahan-perubahan yang signifikan pada sistem
kardiovaskuler (Jannah, 2012).

1) Jantung

Perubahan-perubahan pada jantung sebagai berikut :

a) Cardiac output, jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung per menit, meningkat 30-50%
karena adanya peningkatan volume darah.

b) Sebagian besar dari peningkatan output terjadi karena peningkatan stroke volume, jumlah
darah yang dikeluarkan per detakan jantung

c) Namun ada juga yang dipengaruhi oleh peningkatan heart rate sekitar 15%

d) Pada wanita dengan ukuran jantung yang kecil atau dengan badan besar, detak jantung
(heart rate) akan meningkat sekitar 90 – 100 detakan / denyut per menit dan mereka
mengalami pula kesulitan dalam menghadapi perubahan cardiovasculer dalam kehamilan

e) Oleh karena itu, dapat terlihat penambahan beban pada jantung selama kehamilan. Pada
kelainan hipertensi dalam kehamilan terjadi vasospasme yang sangat meningkatkan beban
jantung (Jannah, 2012).

2) Tekanan Darah

Penurunan “tahanan vascular perifer” selama kehamilan terutama disebabkan karena


relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh hormon progesteron. Penurunan tersebut
mengakibatkan penurunan tekanan darah selama usia kehamilan pertama. Ada sedikit
penurunan pada sistolik (5-10 mmHg) dan diastolik (10-15 mmHg). Tekanan darah sedikit
demi sedikit akan naik ke level sebelum hamil pada saat usia kehamilan lanjut (aterm).
Perasaan lelah dan menurunnya semangat / lesu merupakan hal yang biasa terjadi selama
kehamilan. Hiperventilasi ringan juga normal selama kehamilan. Peningkatan volume darah
bersamaan dengan distensi dari vena dan penambahan tekanan mekanik dari pembesaran
uterus dapat menyebabkan oedema pada kaki, vulva dan amal, varises pada vena, dan
haemorrhoid adalah hal yang umum ditemukan terutama pada trimester III (Jannah, 2012).
3) Sindrom Hipotensi Supinasi

Sindrom hipotensi supinasi disebabkan oleh tekanan yang terus membesar terhadap vena cara
inferior yang berditasi pada saat wanita hamil setelah lama berada pada posisi terlentang.
Uterus memblok pengembalian darah ke jantung dan berakibat timbulnya perasaan akan
pingsan, pucat, berkeringat. Pada saat tekanan darahnya kita periksa maka hasilnya akan
rendah atau janinnya terutama karena adanya pengurangan suplai oksigen dari plasenta.
Tindakan asuhannya adalah dengan memberikan wanita tersebut pada posisi miring sehingga
uterus tidak lagi mengalami aliran darah ke jantung (Jannah, 2012).

4) Distribusi Aliran Darah

Proporsi terbesar aliran darah diarahkan ke uterus (500 ml/menit), dengan tujuan untuk
memberikan nutrisi yang baik pada uterus yang sedang berkembang dan janin di dalamnya.
Terdapat aliran dalam jumlah yang besar pula pad aparu-paru, kulit (200 ml/menit), membran
mukosa dan pada ginjal (400 ml/menit). Pada kulit ditujukan untuk menghilangkan kelebihan
panas yang ditimbulkan oleh meningkatnya metabolimse yang dialami pada kehamilan
(Jannah, 2012).

5) Perubahan Sistem Cardiovaskuler yang dirasakan Ibu Hamil sesuai dengan Trimester

a) Trimester I

Pada akhir trimester I mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahnya
kardiac output. Hidung tersumbat / berdarah karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron, terjadi pembesaran kapiler, realksasi otot vaskuler, serta peningkatan sirkulasi
darah (Jannah, 2012).

b) Trimester II dan III

(1) Terjadi edema dependen kongesti sirkulasi pada exstrimitas bawah karena peningkatan
permeabilitas kapiler dan tekanan dari pembesaran uterus pad avena pelvik atau pada vena
cava inferior

(2) Gusi berdarah karena trauma terhadap gusi yang karena pengaruh hormon estrogen sangat
vaskuler, percepatan pergantian pelapis epitel gusi, dan berkurangnya ketebalan epitel
tersebut.

(3) Hemorrhoid akibat tekanan uteurs terhadap vena hemorohid.

(4) Hipotensi supinasi karena terbloknya aliran darah di vena cava inferior oleh uteurs yang
membesar apabila ibu pada posisi tidur terlentang.

(5) Timbul spider nevi dan plamar erythema karena karena meningkatnya aliran darah ke
daerah kulit

(6) Varises pada kaki dan vulva karena kongesti vena bagian bawah meningkat sejalan
tekanan karena pembesaran uterus dan kerapuhan jaringan elastis karena pengaruh hormon
estrogen (Jannah, 2012).
6. Sistem Integumen

Menurut Prawirohardjo (2009) bahwa pada sistem integumen (kulit) pada ibu hamil terjadi
perubahan. Hal ini sesuai dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi
selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna
kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva dan wajah. Ketiak
terjadi pada kulit muka dikenal sebagia chloasma atau topeng kehamilan. Bila terjadi pada
muka biasanya pada daerah pipi dan dahi dan dapat mengubah penampilan wanita tersebut.

Linea Alba, garis putih tpis yang membentang dari simphisis pubis sampai umbilicus, dapat
menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra. Peningkatan pigmentasi ini akan berkurang
sedikit demi sedikit setelah masa kehamilan. Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam
darah dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan payudara bertambah jawab
pada timbulnya garis – garis yang berwarna merah muda atau kecoklatan pada daerah
tersebut. Tanda tersebut biasa dikenal dengan nama striae gravidarum dan bisa menjadi lebih
gelap warnanya pada multigravida dengan warna kulit genap atau hitam. Striae gravidarum
ini akan berkurang setelah masa kehamilan dan biasanya nampak seperti garis-garis yang
berwarna keperakan pada wanita kulit putih atau warna gelap / hitam yang mengkilap
(Jannah, 2012).

Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung yang disebut chloasma
gravidarum. Estrogen dan progesteron telah dilaporkan menimbulkan efek perangsangan
melanosit (Jannah, 2012).

7. Sistem Gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah, sehingga
terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. Wanita hamil sering mengalami rasa panas di
dada (heartburn) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada
di dalam lambung dan karena relaksasi spinter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang
ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan
membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit (Jannah, 2012).

8. Sistem Urinaria

Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi hingga usia kehamilan 30
minggu, setelah itu menurun secara perlahan. Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi
glomerular. Perubahan dalam filtrasi glomerulas adalah penyebab peningkatan klirens
kreatinin, urea, dan asam urat yang sangat direabsobsi pada awal kehamilan. Protein dan
asam amino sangat sedikti direabsorbsi, sementara asam amino dan vitamin ditemukan dalam
jumlah yang banyak di dalam urin wanita hamil hanya protein yang tidak biasa ditemukan
pada urin wanita hamil (Jannah, 2012).

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini aka hilang dengan makin
tuanya bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah
mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu aka timbul kembali. Ginjal aka membesar,
glomerular filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada ekskresi akan
dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larus air dalam jumlah yang lebih banyak.
Glukosuria jua merupakan suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanay diabetes
melitus juga tetap harus diperhitungkan. Sementara itu, protinuria dan hematuria merupaka
suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai peningkat cratinine clearance
lebih tinggi 30% (Prawiroharjo, 2009).

9. Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar + 135%. Akan tetapi, kelenjar ini
tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami
hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10
x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma
akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu – ibu yang menyusui. Kelenjar tiroid akan
mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar
dan peningkatan vaskularisasi (Prawirohardjo, 2009).

Menurut Prawirohardjo (2009), bahwa perubahan pada sistem endokrin terbagi menjadi :

 Hormon Plasenta

Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin mengubah organ endokrin secara
langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan
menekan produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid. Akibat plasma yang mengandung
hormon-hormon ini akan meningkat jumlahnya, tetapi kadarnya hormon bebas tidak
mengalami peningkatan yang besar.

 Kelenjar Hipofisis

Berat kelenjar hipofisis anterior meningkat sampai 30-50% yang menyebabkan wanita hamil
menderita pusing. Sekresi hormon prolaktin, adrenokortikotropik, tirotropik, dan melanocyt
stimulating hormone meningkat. Produksi hormon perangsang folikel dan LH dihambat oleh
estrogen dan progesterone plasenta. Efek meningkatnya sekresi prolaktin adalah ditekannya
produksi estrogen dan progesterone pada masa kehamilan (Jannah, 2012).

 Kelenjar Tiroid

Dalam kehamilan, normal ukuran kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran kira-kira 13%
karena adanya hyperplasia dari jaringan glandula dan peningkatan vaskularisasi. Secara
fisiologi akan terjadi peningkatan ambilan iodine sebagai kompensasi kebutuhan ginjal
terhadap iodine yang meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Walaupun kadang-kadang
kehamilan dapat menunjukkan hipertiroid, fungsi tiroid biasanya normal. Namum
peningkatan konsentrasi T4 (troksin) dan T3 (Triodotironin) juga dapat merangsang
peningkatan laju basal. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen stimulated hepatic dari
tiroksin yang menekan glubolin (Jannah, 2012).

 Kelenjar Adrenal

Karena dirangsang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal memproduksi lebih banyak
kortisol plasma bebas dan juga kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal ini terjadi usia
kehamilan 12 minggu sampai dengan aterm. Peningkatan konsentrasi kortisol bebas pada saat
masa kehamilan juga menyebabkan hiperglikemia pada saat setelah makan. Peningkatan
plasma kortikol bebas juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kegemukan di bagian-
bagian tertentu karena adanya penyimpanan lemak dan juga dapat merangsang adanya striae
gravidarum (Jannah, 2012).

 Sistem Pernapasan

Kecepatan napas pada hakikatnya tidak berubah, tetapi volume tidak (tidak volume) dan
resting minute ventilation meningkat secara bermakna seiring dengan perkembangan
kehamilan. Dalam sebuah penelitian terhadap 51 wanita hamil sehat, Kolarzyk, dkk (2005)
melaporkan peningkatan signifikan volume tidak rerata – 0,66 menjadi 0,8 L/mnt dan minute
ventilation – 10,7 menjadi 14,1 L/mnt dibandingkan dengan wanita tak hamil. Meningkatnya
minute vnetilation ini disebabkan oleh beberapa faktor termasuk meningkatnya dorongan
respirasi terutama karena efek stimulatorik progesteron, volume cadangan ekspirasi yang
rendah, dan alkalosis respiratorik terkompensasi (Cuningham, 2013).

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan
hormone progesterone menyebabkan paru-paru berfungsi sedikti berbeda dari biasanya.
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen
untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran
pernapasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan
darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat
kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah (Jannah, 2012).

You might also like