You are on page 1of 2

DD 1 Appendisitis

Apendisitis di definisikan sebagai suatu peradangan dari apendiks vermifomis


dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering(kamus dorland)

apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh


lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus
(lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari
lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin
bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen.
Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga
mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus.

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas
dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila
kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah,
itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.

Paling tinggi pada usia 10-30 tahun, jarang pada anak usia <2 tahun.
Perbandingan LK:PR adalah 3:2. penyakit urutan keempat terbanyak di indonesia
pada tahun 2016.
Ditemukan di semua umur, paling banyak kisaran 20-30 tahun, sering berakibat
pada apendisitis perforasi.
Apendisitis banyak ditemukan pada seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi
daging dibandingkan seseorang yang mengkonsumsi tinggi serat.

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan


dari sel darah putih (leukosit)
hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah). Pada urinalisis
di temukan keto karena meningkatnya berat jenis. Selain itu juga bisa
menggunakan USG dan Ct scan.

DD2 Ilius Obstruktif


Definisi Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabakan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
Epidemiologi Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui
pada usus halus. Di indonesia, perlekatan usus merupakan yang
menempati pertama saat ini. Survey ileus obstruksi RSUD dr soetomo
tahun 2006 mendapatkan 50% penyebabnya adalah perlekatan usus,
hernia 33,3%, kegananasan 15%, volvulus 1,7%
Etiologi Etiologi pada orang dewasa sebagian besar adalah adhesi peritoneal
pasca operasi (75%), dan sebagian kecil pasca herniotomi profilatik (15-
30%), operasi pelvic abdominal (5%), neoplasma (5-10%), dan
apendektomi. Pada anak2 disebabkan oleh intususpesi, atresia, dan
meconium. Etiologi lain yakni stuktur pada chron disease, parasit,
invaginasi dan obat-obat seperti OAINS.
Manifestasi • Nyeri kolik di periumbilicus
klinis • Mual dan muntah
• Distensi abdomen
• Obstipasi yang progresif
• Tanda-tanda kekurangan cairan
• Diare
• Demam
• Dinding perut kembung

Pemeriksaan -Pemeriksaan Darah Lengkap


penunjang -Radiologi:
a. Gambaran Step ladder
b. Air fluid level

Jermansyah DD Khairari
2015730065
Rani, A. Aziz. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi Edisi 1. Jakarta : Interna
Publishing
Harrison, 2001, Perinsip perinsip ilmu penyakit dalam, jakarta : EGC

You might also like