You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan inflamasi paru yang terfokus pada area bronkiolus
dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi
saluran repiratori berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang merata ke
lobulus yang berdekatan.2
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara-negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi diafrika dan asia
tenggara. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) pada tahun 2001,sebanyak
27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di indonesia disebabkan oleh
penyakit system respiratori, terutama pneumonia.3
Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, seperti berat badan lahir rendah (BBLR),
tidak mendapat imuniasasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi
vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring dan
tingginya terhadap pajanan polusi udara.3
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme virus atau bakteri dan sebagian kecil disebabkan
oleh hal lain seperti (aspirasi, radiasi dll). Pada pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme, tentulah menjadi pertanyaan penting tentang penyebab dari
pneumonia itu sendiri, apakah dia disebabkan oleh virus atau bakteri.3

1
1.1.2 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang.
Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari
setengahnya merupakan anemia defisiensi besi.1

Prevalensi anemia defisiensi besi tinggi pada bayi, hal yang sama juga
dijumpai pada anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian anemia
defisiensi besi pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak
preremaja 2,6% dan gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika Serikat sekitar 6%
anak berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi, 3% menderita anemia, sedangkan
pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkopneumonia
2.1.1 Definisi
Bronkopneumonia mengacu pada inflamasi paru yang terfokus pada area
bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan
obstruksi saluran repiratori berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang
merata ke lobulus yang berdekatan.2
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar.Istilah infeksi bawah seringkali digunakan utuk mencakup penyakit
bronchitis, bronkiolitis, pneumonia atau kombinasi dari ketiganya.2
Pneumonitis adalah istilah umum untuk proses inflmasi paru yang dapat
berkaitan ataupun tidak dengan dengan konsolidasi paru.2
Pneumonia lobaris menggambarakan pneumonia yang terlokalisir pada satu atau
lebih paru.Pneumonia atipikal mendeskripsikan pola selain dari pneumonia lobaris.
Pneumonia interstitial mengacu pada proses inflamasi pada intertitium yang
terdiri dari dinding alveolus, kantung dan ductus alveolar serta bronkiolus.
Pneumonitis interstitial khas pada infeksi virus akut tetapi dapat juga akibat infeksi
kronik.2

2.1.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia, dan merupakan penyabab utama kematian
pada balita. Beberapa factor yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya dan
beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi,
polusi, aspirasi, dll.3

3
Pneumonia dapat terjadi pada usia berapapun, meskipun lebih sering terjadi pada
anak yang lebih muda. Pneumonia menyumbang 13% dari semua penyakit menular
pada bayi di bawah 2 tahun. Dalam sebuah penelitian berbasis komunitas besar yang
dilakukan oleh Denny dan Clyde, tingkat kejadian pneumonia tahunan adalah 4
kasus per 100 anak-anak di kelompok usia prasekolah, 2 kasus per 100 anak berusia
5-9 tahun, dan 1 kasus per 100 anak-anak berusia 9-15 tahun.4
Pada anak usia sekolah dan remaja, bronchopneumonia terjadi pada 0,8-2%
dari semua kasus pertusis dan 16-20% kasus rawat inap. M pneumoniae
menyumbang 14-35% rawat inap pneumonia pada kelompok usia ini, dan
pneumonia mikobakteri baru-baru ini dicatat dengan meningkatnya frekuensi di
beberapa daerah dalam kota, terutama anak-anak di tempat penampungan tunawisma
dan rumah kelompok dan dengan kontak rumah tangga.4

2.1.3 Etiologi

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan
dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis,
dan strtegi pengobatan. Spektrum mikroorgnisme penyebab pada neonatus dan bayi
kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan
bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negatif seperi E. colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.3
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh
infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain
bakteri tersebut serig juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoni.3
Di negara maju, Pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, di
samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus.Virkki dkk, melakukan penelitian
pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus sebanyak 32 %, campuran
bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%.3

4
Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial virus (RSV),
Rhinovirus, dan Parainfluenza.Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenza tipe B, dan Mycoplasma
pneumoniae.Kelompok anak berusia 2 tahun keatas mempunyai etiologi infeksi
bakteri yang lebih banyak dari pada anak berusia dibawah 2 tahun.3

Etiologi berdasarkan usia terbagi seperti dibawah ini 3:


Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri
E.colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes Simpleks

3 minggu – 3 bulan Bakteri Bakteri


Clamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus pneumonia Haemophillus influenza tipe
B
Virus Moraxella catharalis
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 Virus Sitomegalo

4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

5
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe
B
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus
Virus Neisseria meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5 tahun – remaja Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia Legionella sp
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus

Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza

2.1.4 Patogenesis

Umumnya microorganisme terhisap keparu bagian perifer melalui saluran


respiratori mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman kejaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan

6
edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit
PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium
ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak
terkena akan tetap normal.3
Proses radang pneumonia dapat dibagi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium kongestif : Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat
eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium Hepatisasi Merah : Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.
Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium Hepatisasi Kelabu : Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi
pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi
kongestif.
4. Stadium Resolusi : Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan
menghilang.5

2.1.5 Gejala klinis

Gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang,
dapat berobat jalan saja.Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan,
dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,

7
gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostic invasif, etiologi non-infeksi yang relative lebih
sering, dan faktor pathogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan
faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga
perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia ataupun bronkopneumonia.3

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

- Gejala infeksi umumnya, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.3

Selain itu bisa didapatkan tanda nafas cepat dengan frekuensi:


 Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
 Anak umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
 Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/ menit
Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/ menit.7

Dalam pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara nafas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan
tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.3

2.1.6 Diagnosa

Akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita, maka
dalam upaya penanggulangannya, WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana yang sederhana. Gejala klinis sederhana tersebut meliputi nafas cepat,

8
sesak nafas, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk kepelayanan
kesehatan.
Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan- 5 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk, tanda bahaya untuk bayi
dibawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi,
dan demam atau badan terasa dingin. Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia
berdasarkan pedoman tersebut.3
Pneumonia Ringan

Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja, nafas
cepat :

o Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit


o Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

Pneumonia Berat

Batuk dan atau kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:

o Kepala terngguk-angguk
o Pernafasan cuping hidung
o Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
o Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrate luas, konsolidasi,
dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :

 Nafas cepat:
 Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
 Anak umur 2 - 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
 Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
 Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

9
 Suara Merintih (grunting) pada bayi muda
 pada auskaltasi terdengar :
 Crackles (ronki)
 Suara pernafasan menurun
 Suara pernafasan bronchial

Dalam keadaan yang sangat berat dijumpai :

 Tidak dapat menyusu atau minum atau makan, atau memuntahkan


semuanya
 Kejang, letargis atau tidak sadar
 Sianosis
 Distress pernafasan berat

untuk keadaan diatas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya


pemberian oksigen, jenis antibiotik).7

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap


Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada
pneumonia bakteri didapatkan leukosit yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3
dengan predominan PMN. Leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang
buruk. Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi
bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan risiko terjadinya komplikasi
lebih tinggi.3
2. C-Reactive Protein (CRP)
C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit.
Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat

10
distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL)-6 dan tumor necrosis factor (TNF).
Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam
opsonisasi mikroorganisme atau sel yang rusak.3
3. Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosa infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antidnase B. Peningkatan titer dapat juga berarti
adanya infeksi terdahulu. Untuk konfirmasi diperlukan serum fase akut dan serum
fase konvalesen.3
4. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk spesimen dapat
berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, fungsi pleura,
atau aspirasi paru. Diagnosa dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru.3
5. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
1. Infiltrat interstitial : ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler dan
hiperaerasi
2. Infiltrat alveolar : Merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
3. Bronkopneumonia : ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.3

11
2.1.8 Diagnosa Banding

Saat dokter dihadapkan pada seorang anak yang mengalami demam, takipnea,
batuk, distres pernapasan, dan infiltrat pada radiografi dada, diagnosis pneumonia
sangat mungkin terjadi. Diagnosis lain harus dipertimbangkan. Pada neonatus
dengan gangguan pernafasan, anomalianatomi bawaan harus dikesampingkan,
seperti fistula trakeoesofagus, penyakit jantung kongenital, dan sepsis.6
Pada bayi dan anak kecil, aspirasi benda asing (walaupun tidak ada riwayat
aspirasi yang disaksikan), bronkiolitis, gagal jantung, sepsis, dan asidosis metabolik
semuanya dapat menyebabkan takipnea. Dalam kasus ini, riwayat dan pemeriksaan
fisik yang hati-hati dan penelitian pencitraan yang mendukung dapat membedakan
pneumonia dari kondisi lain.6
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh sangat penting untuk mengidentifikasi
fokus penyakit atau temuan yang dapat mengacu pada sebuah etiologi.Kongesti
mukosa dan inflamasi pada respiratori atas mengarah pada infeksi virus.Takipnea
dapat disebabkan oleh inflamasi respiratori yang menyebabkan adanya obstruksi
atau oleh pneumonia yang mengakibatkan pertukaran udara yang tidak adekuat dan
hipoksia.2

Sianosis perifer ataupun umum menandakan adanya hipoksia dengan


pneumonia difus atau multilobuler atau efusi pleura yang massif.Pada bayi kecil,
serangan apneu dapat merupakan tanda pertama pneumonia.

Pola nafas yang tidak simetris atau dangkal dapat disebabkan oleh rasa
nyeri.posisi diafragma yang rendah, yang diketahui secara perkusi, menandakan
adanya air trapping (udara yang terjebak), yamg umum terjadi pada asma, tetapi
sering juga ditemukan pada infeksi virus pada respiratori bawah. Pergerakan
diafragma yang terbatas menandakan paru dalam keadaan hiperekspansi atau
keterbatasan dalam melakukan pengembangan paru akibat proses konsolidasi yang
besar yang mengakibatkan penurunan komplians paru.2

12
Hiperekspansi akan mendorong diafragma dan hepar kearah bawah. Bunyi
pekak pada perkusi mungkin akibat infiltrat lobaris atau segmental atau bisa juga
disebabkan oleh cairan efusi. Pemeriksaan auskultasi dapat normal pada tahap awal
atau pada pneumonia fokal, tetapi apabila ditemukan adanya ronki kering yang
terlokalisir, dan mengi akan membantu pendeteksian dan lokalisasi pneumonia.
Bunyi respiratori yang menjauh menandakan proses konsolidasi yang massif dengan
area kembang paru yang terbatas atau adanya cairan pleura atau adanya
pneumotoraks.2

Berbagai tipe pneumonia-pneumonia lobaris, bronkopneumonia, pneumonia


interstitial dan alveolar harus dibedakan berdasarkan pemeriksaan radiologi dan
patologi.Pneumonia harus dibedakan dari penyakit paru akut lainnya termasuk
edema paru yang disebabkan gagal jantung, pneumonitis alergi, pneumonia aspirasi,
dan eritematosus sistemik.Pada pemeriksaan radiografi pneumonia harus dibedakan
dari trauma paru dan kontusio paru, perdarahan, obstruksi benda asing dan iritasi
dari inflamasi subdiafragma.2

2.1.9 Tatalaksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringan penyakit, misalnya toksis, distress
pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis pneumonia harus rawat inap.3

Kriteria Rawat Inap


Bayi :
- Saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis.
- Frekuensi napas > 60x/menit
- Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
- Tidak mau minum/menetek

13
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :
- Saturasi oksigen < 92%, sianosis
- Frekuensi napas > 50x/menit
- Distres pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah.

Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box , atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%.
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena
dan dilakukan balans cairan ketat.
- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia.
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien
dan pengontroloan batuk.
- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau Nacl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocillary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.5

Pemberian Antibiotik
Pengguanaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia
yang diduga disebabkan oleh bakteri.3

14
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak
tersediannya uji mikrobiologi cepat.Oleh karena itu, antibiotik dipilih berdasarkan
pengalaman empiris. Umumnya pemulihan antibiotik empiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis
pasien serta faktor epidemiologis.3

- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun
karena efektik melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia
pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin.
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik
golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak ≥5
tahun.
- Makrolid diberikan jika M.pneumoniae atau C. Pneumoniae dicurigai sebagai
penyebab.
- Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat mungkin
sebagai penyebab.
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab diberikan makrolid atau kombinasi
flucloxacilin dengan amoksisilin
- Antobiotok intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima
obat per oral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat
- Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, co-
amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah
mendapat antibiotik intravena.5

Rekomendasi UKK respirologi


Antibiotik untuk community acquired pneumonia :
- Neonatal -2 bulan : Ampisilin + gentamisin

15
- > 2 bulan :
o Line pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
dapat ditambahkan kloramfenikol
o Line kedua ceftriaxone.
Bila klinis perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.5

Kriteria Pulang
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang.
- Asupan per oral adekuat.
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral).
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol.
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah.5

2.1.10 Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empyema torasis, pericarditis


purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmner seperti meningitis
purulenta.Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri.
Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin
kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak
berusia 2-24 bulan. Oleh karena itu miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik non-invasive seperti EKG,
ekokardiografi, dan pemeriksan enzim.3

2.1.11 Prognosis

Pada umumnya anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepat dan sembuh
sempurna. Walaupun kelainan radiologi dapat bertahan selama 6-8 minggu sebelum

16
kembali kekondisi normal. Pada beberapa anak, pneumonia dapat berlangsung lebih
lama dari 1 bulan atau dapat berulang.
Pada kasus seperti ini, kemungkinan adanya penyakit lain yang mendasari harus
dinvesitigasi lebih lanjut, seperti dengan uji tuberculin, pemeriksaan hidroklorida
keringat untuk penyakit kistik fibrosis, pemeriksaan immunoglobulin serum dan
determinasi subkelas igG, bronkoskopi untuk identifikasi kelainan anatomis atau
mencari benda asing, dan pemeriksaan barium meal untuk refluks gastroesofageal.2

2.2. Anemia Defisiensi Besi (ADB)


2.2.1 Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.

Anemia ini juga merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi
pada bayi dan anak.1

2.2.2 Etiologi

1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis

a. Pertumbuhan

Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan
masa remaja kebutuhan besi akan meningkat,sehingga pada periode ini
ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali
lipat dibandingkan saat lahir. Bayi prrematur dengan pertumbuhan sangat
cepat,pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan massa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.

b. Menstruasi

17
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah
kehilangan darah lewat menstruasi.

2. kurangnya besi yang diserap

a. Masukkan besi dari makanan yang tidak adekuat

Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya membutuhkan makanan


yang banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan akan menyerap lebih
kurang 200 mg besi selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang terutama
digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI eksklusif
jarang menderita kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini
disebabkan besi yang terkandung di dalam ASI lebih mudah diserap di
bandingkan susu yang terkandung susu formula.

b. Malabsorpsi besi

Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya
mengalami perubahan secara histologi dan fungsional.

3. Perdarahan

Perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy,ulkus peptikum,infestasi


cacing (ancylostoma duodenal dan necator americanus) yang menyerang usus halus
bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.

4. Transfusi fero-maternal

Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan ADB
pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus.

18
5. Hemoglobinuria

Keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memakai katup jantung
buatan. Pada Paroximal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui
urin rata-rata 1,8 – 7,8 mg/hari.1

2.2.3 Gejala Klinis

Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan. Pada
yang ringan diagnosa ditegakkan hanya dari laboratorium saja. Gejala umum nya
adalah pucat. Bila kadar Hb turun < 5 g/dL gejala iritabel dan anoreksia akan mulai
tampak lebih jelas. Bila anemia terus berlanjut dapat terjadi takikardi,dilatasi jantung
dan murmur sistolik.namun kadang pada kadar Hb 3-4 g/dL pasien tidak
mengeluhkan gejala karena tubuh sudah mengadakan kompensasi sehingga beratnya
gejala ADB sering tidak sesuai dengan kadar Hb.

Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan
besi seperti :

A. Perubahan sejumlah epitel yang emnimbulkan gejala koilonikia (bentuk kuku


konkaf),atrofi papila lidah,perubahan mukosa lambung dan usus halus.
B. Intoleransi terhadap latihan : penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh.
C. Termogenesis yang tidak normal : terjadi ketidakmampuan untuk
mempertahankan suhu tubuh normal pada saat udara dingin.
D. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi
leukosit yang tidak normal. Pada penderita ADB neutrofil mempunyai
kemampuan untuk fagositosis tetapi kemampuan untuk membunuh E.coli dan
S.aureus menurun.1

19
2.2.4 Pemeriksan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin seperti Hb,PCV,leukosit,trombosit ditambah


pemeriksaan indeks eritrosit,retikulosit,morfologi darah tepi dan pemeriksaan status
besi(Fe serum,Total Iron Binding Capacccity(TIBC), feritin,saturasi transferin).

Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar Hb dan atau PCV


merupakan hal pertama yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut
dalam menegakkan diagnosa ADB.Pada ADB nilai indeks eritrosit
MCV,MCH,MCHC menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb.jumlah retikulosit
biasanya normal,pada keadaan berat jumlah perdarahannya meningkat. Gambaran
morfologi darah tepi ditemukan keadaan hipokromik,mikrositik,anisositosis dan
poikilositosis (dapat ditemukan sel target,mikrosit dan sel fragmen).

Jumlah leukosit biasanya normal,tetapi pada ADB yang berlangsung lama


dapat terjadi granulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan infestasi cacing sering
ditemukan eosinofilia.

Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya
terjadi pada penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia
dihubungkan dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejadian
trombositosis dan trombositopenia pada bayi dan anak hampir sama, yaitu
trombositosis sekitar 35% dan trombositopenia 28%.

Pada pemeriksaan status besi didapatkan Fe serum menurun dan TIBC


meningkat. Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada
transferin,sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam
sirkulasi darah.1

20
2.2.5 Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


laboratorium.

Beberapa kriteria diagnosa untuk menentukan ADB menurut WHO:

1. kadar Hb kurang dari normal sesuai usia


2. konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31 % (N : 32-35%)
3. kadar Fe serum < 50 Ug/dL (N: 80-180 ug/dL)
4. saturasi transferin < 15 % (N 20-50 %)

Diagnosa ADB menurut Cook dan Monsen:

1. Anemia hipokrom mikrositik

2. Saturasi transferin < 16%

3. Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit

4. kadar feritin serum < 12 ug/dl.

Untuk kepentingan diagnosa minimal 2 dari 3 kriteria (ST,feritin serum,FEP)


harus dipenuhi.1

2.2.6 Penatalaksanaan

1. Pemberian preparat besi peroral


Garam ferous diabsorpsi sekitar 3 kali lebih baik dibandigkan garam
feri. Preparat yang tersedia berupa ferous glukonat,fumarat,suksinat. Yang
sering digunakan adalah ferous sulfat karena harganya yang lebih murah.
Ferous glukonat,ferous fumarat dan ferous suksinat diabsorpsi sama
baiknya.untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes(drop).

21
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6
mg besi elemental/kgBB/hari. Dosis obat dapat dihitung berdasarkan
kandungan besi elemental yang ada dalam garam ferous. Garam ferous
sulfat mengandung besi elemental sebanyak 20%. Dosis obat yang terlalu
besar akan menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan dan tidak
memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat. Absorpsi besi yang
terbaik pada saat lambung kosong,di antara dua waktu makan,akan tetapi
dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna.pemberian besi dapat
dilakukan pada saat makan atau segera setelah makan meskipun akan
mengurangi absorpsi obat sekitar 40-45%. Obat diberikan dalam 2-3 dosis
sehari.

2. Pemberian preparat besi parenteral

Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya


mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi.
Preparat yang seriung dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini
mengandung 50 mg besi/ml.

Dosis dihitung berdasarkan :

Dosis besi (mg) = BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5

3. Transfusi darah

Jarang diperlukan.transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia


yag sangat berat yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon
terapi. Koreksi anemia berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya,malah
akan membahayakan karena dapat menyebabkan hipervolemia dan dilatasi
jantung. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang
cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu
respon terapi besi.1

22
2.2.7 Pencegahan

1. Meningkatkan penggunaan ASI eksklusif

2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun sehubungan dengan


resiko terjadinya perdarahan saluran cerna yang tersamar pada beberapa bayi.

3. Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya
dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan padat (usia 4-6
bulan).

4. Memberikan suplementasi Fe kepada bayi kurang bulan

5. Pemakaian PASI (susu formula ) yang mengandung besi.1

23
BAB III

KESIMPULAN

Bronkopneumonia adalah inflamasi paru yang terfokus pada area bronkiolus


dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi
pada alveoli dan menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan.
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih
besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group
B dan bakteri gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih besar atau balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus Influenzae tipe B, dan Staphylococcus
aureus, sedangkan pada anak lebih besar dan remaja, selain bakteri, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Usia pasien merupakan faktor yang
memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama
dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang.
Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi pada bayi dan
anak. Untuk mempertahankan keseimbangan Fe yang positif selama masa anak
diperlukan 0,8 – 1,5 mg Fe yang harus diabsorpsi setiap hari dari makanan.
Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan sekitar 10% setiap hari. Etiologinya
kebutuhan yang meningkat secara fisiologis, kurangnya besi yang diserap,
perdarahan, transfusi fero-maternal, hemoglobinuria.

24
BAB IV
STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa pribadi pasien

Nama : Arkhan said ramadhan lubis

Umur : 4 Bulan 24 Hari

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat :Jl. M. Yakub Lubis Bandar Khalipah,Percut Sei Tuan ,Medan

BB Masuk :6,5 kg

TB Masuk :69 cm

Tanggal Masuk :10 November 2017

II. Anamnesa mengenai orang tua os:

Identitas Ayah Ibu


Nama Muhammad Room Lubis Neni
Umur 35 Tahun 32 Tahun
Suku Batak Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
RiwayatPenyakit - -
Alamat Jl. M. Yakub Lubis Bandar Khalipah,Percut Sei
Tuan ,Medan

25
III. Riwayat kelahiran Os

Cara lahir : Seksio Sesaria

Tempat lahir : RS.Citra Medika

Tanggal lahir : 16 Juni 2017

Penolong : Dokter

BB lahir : 3500 gr

PB lahir : 47 cm

Usia Kehamilan : 38 Minggu

IV. Perkembangan fisik


Keadaansaatlahir : Menangis kuat dan spontan
1-2 bulan : Menoleh ke kiri dan kekanan
3 bulan : Mengangkat kepala saat tengkurap
4-sekarang bulan : Mengangkat kepala dan tertawa.

V. Anamnesa Makanan

0 bulan – sekarang : Asi + Susu Formula

VI. Imunisasi
Keterangan Imunisasi
JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B

26
BCG √
Polio √
DPT √
Campak
Hib
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

VII. Penyakit yang pernah diderita


Tidak Dijumpai

VIII. Keterangan mengenai saudara pasien:


OS merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara :
 Anak ke 1 : Berusia 3 tahun 8 bulan, sehat.
 Anak ke 2 : meninggal
 Anak ke 3 : OS sendiri

IX. Anamnesa mengenai os


Keluhan Utama : Sesak napas(+)
Telaah :
Seorang anak laki-laki berusia 4 bulan 24 hari dibawa oleh keluarganya ke
RSUPM dengan keluhan sesak 2 hari SMRS, sesak tidak di pengaruhi oleh aktivitas
dan cuaca. Keluhan sesak dibarengi dengan munculnya demam tinggi 2 hari
SMRS,demam bersifat terus menerus dan demam turun dengan minum obat penurun
panas namun kemudian meningkat lagi.
Selain itu, os juga menderita batuk yang disertai adanya dahak ± 2 minggu
SMRS,batuk terjadi terus menerus , batuk disertai dahak dijumpai ,batuk darah tidak
jumpai,ibu os memperhatikan batuk yang dialami os semakin hari makin bertambah

27
berat. Ibu os sudah memberikan obat pereda batuk dari puskesmas tetapi batuk yang
di derita os tidak kunjung mereda.

- RPT :Tidak dijumpai


- RPO :Paracetamol, obat batuk(tidak diketahui merk)
- Riwayat penyakit keluarga : Tidak dijumpai

X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG :Sedang/Sedang/Baik Anemis : (+)
Kesadaran :Compos Mentis Dyspnoe : (+)
Tekanan darah :100/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi :148x/i Edema : (-)
Frekuensi napas :60x/i Cyanosis : (-)
Temperature :38,5 oC
BB Masuk :6,5 kg
PB Masuk :69 cm

2. Status Lokalisata
1. Kepala
Mata : RC (+/+), pupil isokor, conj.palpebra inferior anemis (+/+), mata
cekung(-/-).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut :Dalam batas normal
2. Leher : Pembesaran KGB (-), trakea letak medial
3. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis,retraksi sela iga(+/+)
Palpasi : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan.

28
Perkusi : Sonor memendek sampai beda
Auskultasi : SP = Bronkial
ST = Ronkhi basah (+/+) pada kedua lapangan paru

4. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali normal.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)normal

5. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”

6. Genitalia : Os adalah seorang laki-laki, tidak ditemukan kelainan pada


genitalianya.

XI. Status neurologis


a. Syaraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Sistem motorik
Pertumbuhan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Neuromuscular :Tidakdilakukanpemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Sensibilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

29
XII. Pemeriksaan khusus :
Tanggal hasil
a. Mantoux test : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Radiologi : 13 November 2017 tampak Infiltral
di lapangan paru
kanan dan kiri.
Kesan:
Bronkopneumonia

c. Pungsilumbal : Tidak dilakukan pemeriksaan


d. Kimia darah : 11 November 2017
Hasil Nilai Normal
Natrium (Na) 129 mmol/L 136 -155mmol/L
Kalium (K) 3,10mmol/L 3,5 -5,5mmol/L
Klorida (Cl) 94 mmol/L (↑) 95 – 103mmol/L
pH 7,402 A: 7,35- 7,45
PCO2 35,50 mmHg A : 35-45
PO2 173 mmHg A : 80-100
TCO2 23,20 A : 23-27
HCO3 22,10 A : 22-26
BE - 2,90 A : (-2) – (+2)

O2 Saturasi 99,60 % A : 95-98

e. EKG : Tidak dilakukan Pemeriksaan


f. Pungsisumsumtulang : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Mikrobiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan
h. CT-Scan : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Biopsi :Tidak dilakukan pemeriksaan

30
j. EEG : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Screening pedarahan : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Laboratorium : 10 November 2017


Hasil Nilai Normal
WBC 14.15[10^3/uL] 4.0 – 11.0[10^3/uL]
RBC 3.91[10^6/uL] 4.00– 5.40[10^6/uL]
HGB 9.5g/dL 12 – 16dL
HCT 31.0% 36.0 – 48.0 %
MCV 79.3fL 80.0 – 97.0fL
MCH 24.3pg 27.0 – 33.7pg
MCHC 30.6 g/dL 31,5 – 35.0g/dL
PLT 376[10^3/uL] 150 – 400[10^3/uL]
RDW-CV 14.3 % 10.0 – 15.0 %
RDW-SD 39,9fL 35 – 47Fl
PDW 13.2fL 10.0 – 18.0fL
MPV 11.8Fl 6.5 – 11.0fL
P-LCR 35.5 % 15.0 – 25.0 %
PCT 0.44 % 0.2 – 0.5 %

XIII. RINGKASAN
1.Anamnese : Sesak napas (+), Demam (+), Batuk Berdahak (+)
2. PemeriksaanFisik :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : RC (+/+), pupil isokor, conj.palpebra inferior anemis
(+/+), Mata cekung(-/-).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+)
Telingga : Dalam batas normal

31
Thorax
 Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi sela iga(+/+)
 Palpasi : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
 Perkusi : Sonor memendek sampai beda
 Auskultasi : SP = bronkial
ST = Ronkhi basah (+/+) pada kedua lapangan paru

Abdomen

 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali normal.
 Perkusi : Tympani
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Laboratorium
Darah :
Hasil
HGB 9.5 g/dL(↓)
HCT 31.0(↓)
MCV 79.3fL (↓)
MCH 24.3pg(↓)
MCHC 24.3 g/.dL (↓)
PLT 446 [10^3/uL] (↑)
P-LCR 35.5 % (↑)
PCT 0.44 %(↓)

32
XIV. Differential Diagnosis : 1. Bronkopneumonia
2. Bronkiolitis
3. Tuberkulosis Paru
4. Aspirasi Benda Asing

XV. Diagnosa Kerja : Bronkopneumonia + Anemia defiensi besi

XVI. Terapi
- O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam PASI (susu formula ) yang mengandung besi.

XVII. Usul :1. FOTO THORAX  tampak infiltrat di lapangan paru kanan dan kiri
2. AGDA

XVIII. Prognosa :Bonam

33
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 11 November 2017 12 November 2017


(Rawatan hari 2) (Rawatan hari 3)

Keluhan Batuk (+),Sesak (+), Demam (+) Batuk (+),Sesak (+) , Demam (+)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik

Sensorium Compos mentis Compos mentis

Tekanan Darah 100/70 mmHg 100/60 mmHg


Frekuensi Nadi 124x/i, Reguler 130x/i, Reguler
Frekuensi Nafas 62x/i, Regular 53x/i, Regular
Temperatur 38,9oC 39o C
BB sekarang 6,5 kg 6,5 kg
Mata : RC (+/+), pupil isokor, Mata : RC (+/+), pupil isokor,
Status Lokalisata: conj.Palpebra inferior conj.palpebra inferior anemis (+/+),
Kepala&Leher anemis(+/+),mata cekung(-/-) mata cekung(-/-)
Hidung :Pernafasan cuping hidung(+) Hidung: Pernafasan cuping hidung(+)
Telinga : Dalam batas normal Telinga: Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal Mulut: Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), trakea Leher: Pembesaran KGB (-), trakea
letak medial letak medial
Thorax Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi
sela iga (+) sela iga (+)
Auskultasi : Auskultasi :
SP : Bronkial SP :Bronkial
ST : Ronkhi basah (+/+) kedua ST : Ronkhi basah (+/+) kedua

34
lapangan paru lapangan paru

Abdomen&Kulit Timpani, peristaltik (+) normal, Timpani, peristaltik (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat

Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia + Anemia Bronkopneumonia + Anemia
defisiensi besi defisiensi besi
Terapi - O2 1-2L/i - O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro) - IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 - Inj. Ceftriaxone 300 mg/12
jam/iv jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 - Inj.Dexametaxone 2 mg/8
jam/iv jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + - Nebule Ventoline ½ amp +
Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth - Ambroxol syr 3 x ½ Cth
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth - Paracetamol syr 4 x ½ Cth
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam - Diet ASI/PASI NGT/3 jam
PASI (susu formula ) yang PASI (susu formula ) yang
mengandung besi. mengandung besi.

35
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 13 November 2017 14 November 2017


(Rawatan hari 3) (Rawatan hari 4)

Keluhan Batuk (+),Sesak (+), Demam (+) Batuk (+),Sesak (+) , Demam (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik

Sensorium Compos mentis Compos mentis

Tekanan Darah 100/60 mmHg 100/70 mmHg


Frekuensi Nadi 112x/i, Reguler 110x/i, Reguler
Frekuensi Nafas 48x/i, Regular 38x/i, Regular
Temperatur 37,8oC 37o C
BB sekarang 6,5 kg 6,5 kg
Mata : RC (+/+), pupil isokor, Mata : RC (+/+), pupil isokor,
Status Lokalisata: conj.Palpebra inferior conj.palpebra inferior anemis (+/+),
Kepala&Leher anemis(+/+),mata cekung(-/-) mata cekung(-/-)
Hidung :Pernafasan cuping hidung(+) Hidung: Pernafasan cuping hidung(-)
Telinga : Dalam batas normal Telinga: Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal Mulut: Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), trakea Leher: Pembesaran KGB (-), trakea
letak medial letak medial
Thorax Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi
sela iga (+) sela iga (-)
Auskultasi : Auskultasi :
SP : Bronkial SP :Bronkial
ST : Ronkhi basah (+/+) kedua ST : Ronkhi basah (+/+) kedua

36
lapangan paru lapangan paru

Abdomen&Kulit Timpani, peristaltik (+) normal, Timpani, peristaltik (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat

Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia + Anemia Bronkopneumonia + Anemia
defisiensi besi defisiensi besi
Terapi - O2 1-2L/i - O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro) - IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 - Inj. Ceftriaxone 300 mg/12
jam/iv jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 - Inj.Dexametaxone 2 mg/8
jam/iv jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + - Ambroxol syr 3 x ½ Cth
Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam - Diet ASI/PASI NGT/3 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth PASI (susu formula ) yang
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth mengandung besi.
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam
PASI (susu formula ) yang
mengandung besi.

37
Tanggal 15 November 2017 16 November 2017
(Rawatan hari 5) (Rawatan hari 6)

Keluhan Batuk (+),Sesak (-), Demam (-) Batuk (+),Sesak (-) , Demam (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik

Sensorium Compos mentis Compos mentis

Tekanan Darah 100/60 mmHg 100/70 mmHg


Frekuensi Nadi 109x/i, Reguler 110x/i, Reguler
Frekuensi Nafas 33x/i, Regular 28x/i, Regular
Temperatur 36,7oC 36,7o C
BB sekarang 6,5 kg 6,5 kg
Mata : RC (+/+), pupil isokor, Mata : RC (+/+), pupil isokor,
Status Lokalisata: conj.Palpebra inferior conj.palpebra inferior anemis (+/+),
Kepala&Leher anemis(+/+),mata cekung(-/-) matacekung(-/-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung(-) Hidung: Pernafasan cuping hidung(-)
Telinga : Dalam batas normal Telinga: Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal Mulut: Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), trakea Leher: Pembesaran KGB (-), trakea
letak medial letak medial
Thorax Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi Inspeksi:Simetris Fusiformis, retraksi
sela iga (-) sela iga (-)
Auskultasi : Auskultasi :
SP : Vesikuler SP :Vesikuler
ST : Ronkhi basah (+) kedua ST : Ronkhi basah (+)
lapangan paru

38
Abdomen&Kulit Timpani, peristaltic (+) normal, Timpani, peristaltic (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat

Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia Bronkopneumonia

Terapi - O2 1-2L/iAFF - IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)


- NGTAFF - Inj. Ceftriaxone 300 mg/12
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro) jam/iv
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 - Ambroxol + salbutamol pulv 3
jam/iv x pulv 1
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 - Diet ASI/PASI
jam/iv AFF
- Ambroxol + salbutamol pulv
3 x pulv 1
- Diet ASI/PASI PASI (susu
formula ) yang mengandung
besi.
Usul - Periksa Darah Lengkap : PBJ
Hasil Darah Lengkap : Obat : Cefodroxil syr 2 x ½
WBC : 16,00 (10˄3/µL) Ambroxol syr 3 x ½
RBC : 4,89 (10˄6/µL) Citirizin syr 2 x ½
HGB : 11,9 g/Dl
PLT : 509 (10˄3/µL)

39
DAFTAR PUSTAKA

1. H.Bambang permono,SutaryoIDG Ugrasena,Endang.W,Maria Abdulsalam.2012.


Buku Ajar Hematologi-OnkologiAnak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
2. Marcdante, Karen J., Dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi
Keenam.Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Nastiti N. Rahajoe, Bambang Supriyanto, Dermawan Budi Setyanto. 2013. Buku
Ajar Respirologi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
4. Nicholas John Bennet. 2017. Pediatric Of Pneumonia. Diambil
dari:http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview (18 november
2017)
5. Pudjiadi Antonius H., dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Gereige . Rani S, Pablo Marcelo Laufer. 2013.Pneumonia. Pediatrics in Review
Vol 34 No.10.
7. Tim Adaptasi Indonesia 2009. Pelayanan Anak Di Rumah Sakit Jakarta:WHO&
Depkes RI.
8. Weber M, Fransisca H,dkk.2010.Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita
Vol 3.Jakarta : Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI

40
PERTANYAAN :

1. Apa perbedaan bronkopneumonia yang disebabkan dari virus dan


bakteri ?

41

You might also like