You are on page 1of 46

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN
Posted on April 15, 2014 by fahruddinkurdi • Leave a comment
Sebagian besar penyakit endokrin mudah dikenali. Akan tetapi pengobatan
pada stadium lanjut tidak mudah dibandingkan bila penyakit ditemukan lebih
dini. Manifestasi dini penyakit endokrin kadang sulit dinilai baik dalam
riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Tubuh berkompensasi terhadap
defisiensi hormonal sedemikian rupa sehingga penyakit berada pada stadium
yang sangat lanjut ketika ditemukan. Di samping itu, gambaran klinis untuk
suatu keadaan tertentu dapat berbeda tergantung pada berat ringannya
penyakit dan sifat kronisitasnya, dan pada beberapa kasus suatu keadaan
defisiensi berat kemungkinan tidak berkembang sebagai suatu manifestasi
yang nyata.

Karena alasan ini, maka merupakan hal penting untuk menggunakan berbagai
cara yang ada untuk mengoptilkan ketepatan diagnostik dan pengobatan.
Klinisi harus membuat keputusan apakah pengobatan harus diberikan dengan
segera sebelum uji yang memakan waktu untuk diagnosis yang pasti telah
selesai. Pada gangguan kronis, kadang-kadang dimungkinkan untuk
menunggu hingga terkumpul informasi yang lengkap untuk memudahkan
diagnosisi ; pada kasuskasus lain, cara ini mungkin akan memperburuk
keadaan .

Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin


Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di
rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan
perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh
bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab
perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan
keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang
menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik
tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.

Pemeriksaan Laboratorium dan Pencitraan


Evaluasi laboratorium merupakan hal yang penting untuk menegakkan dan
memperkuat diagnosis endokrin dan untuk membantu menyingkirkan
diagnosis spesifik. Kecanggihan yang semakin meningkat telah menyebabkan
ahli endokrinologi semakin mengandalkan uji ini. Namun, uji ini tidak dapat
menggantikan keputusan klinik yang baik yang menggunakan semua
informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik. Uji laboratorium
biasanya mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh, gejala sisa dari
hormon, ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan 3kelainan
hormon. Uji ini dapat dilakukan di bawah keadaan acak atau basal, keadaan
yang ditentukan dengan tepat, ataupun sebagai respon terhadap beberapa
rangsangan provokatif. Dalam mengukur kadar hormon, sensitivitas mengacu
pada konsentrasi terendah dari hormon yang dapat dideteksi secara tepat,

1
dan spesifisitas mengacu pada sifat spesies tertentu yang bereaksi dengan uji
hormon ini.

Pengukuran kadar Hormon : Kadar Basal


Assay imunologik telah menjadi teknologi dominan yang digunakan untuk
mengukur kadar dari hormon dalam cairan tubuh . Sebagian besar
pengukuran dilakukan pada sampel darah atau urin. Hormon diukur secara
langsung dari sampel atau setelah ekstraksi dan pemurnian. Sebagian besar
pengukuran adalah terhadap hormon aktif, walaupun pengukuran dari
metabolit atau prekursor hormon ataupun zat yang dilepaskan secara
serentak kadang-kadang memberikan informasi yang terbaik. Dengan
demikian, pada umumnya, dalam menilai status vitamin D, akan lebih
informatif untuk mengukur hormon prekursor, 25-(OH)D3 walaupun hormon
aktif yang utama adalah 1,25-(OH)2D3. Pada sindroma 21-hidroksilase,
masalah klinik adalah defisiensi dari kortisol, sementara pengukuran yang
paling peka adalah kadar 17-hidroksiprogesteron plasma, suatu prekursor
dari hormon. Dalam memeriksa feokromositoma, kadar dari metabolit
epinefrin kadang-kadang lebih informatif ketimbang kadar hormon aktifnya,
yaitu epinefrin

Assay Plasma dan Urin


Assay hormon dalam sampel darah, plasma atau serum, akan memberikan
suatu indikasi dari kadar hormon pada saat itu. Untuk hormon dengan
waktuparuh yang panjang yang kadarnya tidak berubah dengan cepat
(contohnya, tiroksin), pengukuran sampel yang diambil secara acak
memberikan suatu penilaian dari status hormon. Untuk hormon dengan
paruh-hidup yang lebih pendek, seperti epinefrin atau kortisol, assay ini hanya
akan memberikan informasi untuk saat pengumpulan sampel. Dengan
demikian, pada suatu feokromositoma yang secara episodik melepaskan
epinefrin, peningkatan kadar epinefrin plasma akan ditemukan hanya selama
periode pelepasan dan tidak di antaranya.Penyakit Cushing yang spontan
dapat dikaitkan dengan suatu peningkatan jumlah pelepasan kortisol dengan
kadar kortisol plasma normal diantara pulsa. Pada stadium awal dari
perkembangan penyakit Addison, jumlah pulsa pelepasan kortisol dapat
menurun, tetapi sewaktu-waktu dapat terjadi pelepasan di mana setelah itu
kortisol plasma dapat dalam rentang yang normal.

Assay urin mengukur kadar hormon atau metabolitnya, dan periode


pengumpulan dapat berupa suatu sampel acak atau, lebih sering, suatu
pengumpulan berkala (biasanya 24 jam). Interpretasi pengukuran urin harus
memperhitungkan kenyataan bahwa kadar urin mencerminkan penanganan
hormon oleh ginjal. Pada masa lalu malah pengukuran urin digunakan secara
lebih sering karena pada banyak kasus bisa diperoleh jumlah hormon yang
lebih besar. Namun, dengan sensitivitas yang tinggi dari immunoassay
dewasa ini, keuntungan dari urin hilang. Dengan demikian biasanya lebih
dipilih pengukuran darah. Suatu keuntungan dari assay urin adalah bahwa
pada beberapa kasus dapat memberikan suatu penilaian yang terpadu dari
status hormon. Contohnya, pada kortisol, hanya sekitar 1-3% dari hormon
yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal ditemukan dalam urin, tetapi
pengukuran dari kortisol urin dalam sampel “kortisol bebas urin” 24-jam
memberikan penilaian yang baik sekali dari produksi kortisol terpadu. Hal ini
penting, karena kortisol dilepaskan secara episodik, dan suatu kortisol plasma

2
yang acak dapat berada dalam rentang normal pada keadaan penyakit
Cushing yang ringan hingga sedang. Uji urin sering digunakan untuk
mendokumentasi kelebihan aldosteron pada aldosteronisme primer dan
kelebihan epinefrin pada feokromositoma.

Kadar Hormon Bebas


Banyak hormon beredar terikat dengan protein plasma, dan umumnya
merupakan fraksi hormon bebas yang secara biologik relevan. Dengan
demikian, penilaian dari kadar hormon bebas lebih penting ketimbang
penilaian dari kadar hormon total. Sejumlah uji untuk mengukur kadar hormon
bebas tersedia saat ini. Assay ini dapat menggunakan dialisis keseimbangan,
ultrafiltrasi, pengikatan kompetisi, dan cara-cara lain. Namun, uji seperti ini
tidak biasa digunakan. Salah satu dari uji yang sering digunakan adalah
indeks tiroksin bebas, yang digunakan untuk mengukur hormon bebas secara
tak langsung dengan menilai kemampuan dari plasma untuk mengambil T4;
hal ini berbanding terbalik dengan penjenuhan dari ikatan protein oleh
hormon endogen dan berbanding langsung dengan fraksi hormon total yang
bebas . Pengukuran kalsium bebas daripada konsentrasi ion kalsium total juga
semakin banyak digunakan. Ada kemungkinan bahwa pada masa selanjutnya
akan terdapat peningkatan penggunaan pengukuran konsentrasi hormon
bebas. Seperti disebutkan di atas, pada beberapa kasus-contohnya kortisol-
kadar urin dari hormon dapat memberikan suatu penilaian langsung
mengenai konsentrasihormon plasma bebas (1,3)

Immunoassay
Immunoassay hormon menggunakan antibodi dengan afinitas yang tinggi
terhadap hormon. Antibodi bisa poliklonal atau monoklonal. Jika hormon
manusia akan dihasilkan antibodi cukup berbeda dari pada hormon pada
hewan, maka hormon yang tidak dimodifikasi dapat digunakan untuk
menghasilkan antibodi.

Namun, untuk hormon yang mempunyai struktur tertentu dan homologi tinggi
dengan horman hewan, dan khususnya dengan hormon yang sangat kecil
seperti steroid atau faktor pelepas yang tidak begitu imunogenik, maka
hormon digunakan sebagai hapten dan dihubungkan dengan molekul yang
sangat imunogenik atau dengan cara lain dimasukkan ke dalam suatu
molekul besar untuk menghasilkan antibodi (1,2) Antibodi poliklonal yang
digunakan biasanya didapatkan dari hewan yang menghasilkan sejumlah
antibodi yang berbeda. Kelinci, marmut, domba, dan kambing populer untuk
tujuan ini. Pada populasi antibodi poliklonal, bisa terdapat banyak antibodi
dengan afinitas yang sangat tinggi terhadap hormon yang dengan demikian
akan memberikan suatu tingkat kepekaan yang tinggi. Namun, dalam
keseluruhan populasi poliklonal pada hewan, antibodi terhadap antigen
merupakan proporsi yang sangat rendah dari populasi antibodi total.Antibodi
monoklonal didapatkan melalui beberapa cara; biasanya didapatkan melalui
penyuntikan antigen ke dalam tikus atau dengan menginkubasi antigen
dengan sel in vitro. Sel hewan atau sel yang diinkubasi in vitro kemudian
digabungkan melalui fusi dengan sel mieloma atau mentransformasi mereka
dengan virus tumor. Hal ini menghasilkan sejumlah klon sel penghasil-
antibodi. Klon ini kemudian disaring dengan antigen hormon hingga
ditemukan suatu klon penghasil-antibodi yang cocok. Suatu kerugian utama
dari antibodi monoklonal adalah bahwa banyak dari antibodi memiliki suatu
afinitas yang rendah terhadap hormon, dan diperiukan banyak penyaringan
untuk mendapatkan suatu antibodi berafinitas-tinggi. Di samping itu, setiap

3
antibodi bereaksi dengan hanya satu epitop pada antigen, dan antibodi ini
tidak berguna untuk uji tradisional terbatasreagen.

Dalam praktek, pengukuran dari kadar hormon melalui radioimmunoassay


melibatkan inkubasi dari sampel urin atau plasma atau suatu ekstrak dengan
antibodi dan kemudian mengukur kadar dari kompleks antigen-antibodi
dengan beberapa cara. Radioimmunoassay klasik menggunakan antibodi
berafinitas-tinggi yang tak diimobilisasi (pada konsentrasi rendah untuk
memungkinkan kepekaan maksimal) pada permukaan dari suatu tabung uji,
atau partikei paramagnetik. Antigen standar yang berikatan dengan antibodi
diradiolabel,sedemikian rupa sehingga peradiolabelan tidak menyekat
ikatannya dengan antibodi.

Sampel yang tidak diketahui dan antibodi diinkubasi, dan antigen yang
berradiolabel ditambahkan pada saat nol atau kemudian. Disiapkan suatu
kurva standar dengan menggunakan antibodi dan suatu konsentrasi hormon
yang diketahui. Dari kurva ini, luasnya inhibisi oleh hormon yang ditambahkan
dari ikatan hormon berlabel diplot, biasanya sebagai jumlah label terikat
sebagai sustu fungsi dari log,konsentrasi antigen total, yang biasanya
memberikan suatu kurva sigmoid . Sebagai alternatif, suatu plot log dapat
digunakan untuk melinierkan data . Kadar dari hormon dalam sampel
didapatkan dengan cara menghubungkan nilai dengan kurva standar.Secara
tradisional imunoassay menggunakan hormon beradiolabel sebagai antigen.
Paling sering digunakan adalah iodium beradiolabel yang bisa didapatkan
dengan suatu aktivitas spesifik sangat tinggi.

Namun, kerugian dari radioaktivitas dari segi shelf-life dan pengeluaran yang
semakin meningkat untuk pembuangan telah menyebabkan peningkatan
penggunaan cara-cara nonisotopik untuk melakukan imunoassay di mana
antigen dihubungkan dengan suatu enzim, label9fluoresen, atau partikel
lateks yang dapat diaglutinasi dengan antigen, atau dengan beberapa cara
lain, sehingga hal ini dapat terdeteksi. Enzyme-linked immunosorbentassay
(ELISA) yang menggunakan lempeng titer mikro berlapisantibodi dan reporter
antibodi berlabel enzim kadang-kadang peka seperti radioimmunoassay.

Suatu modifikasi mutakhir dari imunoassay adalah teknik sandwich, yang


menggunakan dua antibodi monoklonal yang berbeda masing-masing
mengenali 10suatu bagian terpisah dari hormon. Aspek ini merupakan
keterbatasan utama dari teknik ini, karena sukar untuk menggunakan hal ini
untuk molekul kecil untuk mana tidak bisa didapatkan bidang reaktif yang
dapat dipisahkan. Assay ini dilakukan dengan menggunakan antibodi
pertama, sebaiknya dilekatkan secara berlebihan relatif terhadap jumlah
hormon dalam sampel, pada suatu matriks pendukung padat untuk
mengadsorbsi hormon yang akan diuji. Setelah pengangkatan dari plasma
dan pembilasan, antibodi kedua (berlabel) kemudian diinkubasi dengan
hormon yang terikat, kompleks antibodi pertama. Jumlah pengikatan dari
antibodi kedua kemudian sebanding dengan konsentrasi hormon dalam
sampel. Penggunaan dari dua antibodi menghasilkan suatu penurunan yang
besar, dengan demikian memperbaiki kepekaan maupun spesifisitas dari uji
ini.

Assay Nonimunologik
Assay nonimunologik termasuk assay kimiawi, yang mengambil manfaat dari
gugusan yang secara kimiawi reaktif dalam molekul; bioassay, yang menilai

4
aktivitas dari hormon yang diinkubasi dengan sel atau jaringan in vitro atau
disuntikkan ke dalam seekor hewan; dan assay pengikatan-reseptor dan assay
lain, yang memanfaatkan afinitas tinggi hormon untuk reseptor atau molekul
lain seperti protein pengikat-plasma. Uji ini jarang digunakan. Immunoassay
umumnya unggul daripada assay reseptor karena memiliki afinitas yang lebih
tinggi terhadap hormon ketimbang reseptor. Suatu contoh dari uji reseptor
adalah uji yang menggunakan biakan sel dari suatu tumor tiroid (sel FRTL-5)
yang mengandung reseptor TSH, untk mendeteksi antibodi terhadap reseptor
ini yang ditemukan pada penyakit Graves.

Pengukuran Tak Langsung Status Hormon


Pengukuran dari status hormon dapat lebih penting daripada pengukuran
kadar hormon dan pada banyak situasi memberikan informasi pelengkap
yang penting. Walaupun dilakukan pengukuran dari kadar hormon, biasa
untuk mendapatkan paling tidak satu indeks dari efek hormon dalam
mendiagnosis suatu penyakit endokrin. Kadar glukosa darah lebih berguna
ketimbang kadar insulin 11plasma dalam mendiagnosis dan mengobati
diabetes melitus. Kadar insulin plasma dapat tinggi pada keadaan
hiperglikemia nyata pada diabetes melitus noninsulin-dependen, dan pada
diabetes melitus dependen-insulin kadar insulin merupakan suatu indeks yang
kurang dapat diandalkan dari status diabetes ketimbang glukosa darah.
Pengukuran dari kadar kalsium serum merupakan hal yang kritis untuk
mengevaluasi aldosteronisme primer. Penyebab yang paling sering dari
peningkatan kadar aldosteron adalah dehidrasi, latihan, terapi diuretika, dan
keadaan lain yang menghasilkan aldosteronisme sekunder; pada keadaan ini,
kadar renin plasma cenderung lebih tinggi.

Uji Provokatif
Pada banyak kasus, kadar hormon diinterpretasi dengan baik setelah
dilakukan tantangan provokatif, walaupun sedang dikembangkan cara yang
lebih maju untuk memintas kebutuhan akan uji seperti ini. Misalnya , pada
penyakit tiroid, uji provokatif jarang diperlukan, sementara pada insufisiensi
adrenal atau kelebihan glukokortikoid, dilakukan uji seperti ini. Pada penyakit
tiroid, bersihan yang lambat dari hormon menghasilkan kadar basal hormon
yang sangat informatif, sementara sifat pulsasi dari pelepasan kortisol
menghasilkan suatu kadar kortisol plasma yang berfluktuasi. Masalah ini
dipintas dalam evaluasi dari insufisiensi adrenal dengan memberikan suatu
analog ACTH yang merangsang adrenal secara maksimal. Penentuan
diagnosis penyakit Cushing mempunyai masalah tersendiri . Pada kasus ini
jelas terdapat suatu hipersekresi kortisol. Klinisi mengambil manfaat dari
kenyataan bahwa mikroadenoma glukokortikoid lebih banyak ditekan oleh
glukokortikoid deksametason dari pada tumor adrenal atau tumor ektopik
penghasil-ACTH. Demikian pula, analog GnRH (yang merangsang pelepasan
FSH dan LH), TRH (yang merangsang pelepasan prolaktin maupun TSH), dan
hipoglikemia insulin (yang merangsang pelepasan ACTH dan GH) dapat
digunakan untuk mengevaluasi cadangan hipofisis . Dalam mengevaluasi
aldosteronisme primer, rangsangan provokatif (diuresis, sikap, inhibisi dari
enzim pengkonversi) kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan
pelepasanrenin.12.

Pemeriksaan Pencitraan

5
Pemeriksaan pencitraan semakin banyak digunakan dalam diagnosis dan
tindak lanjut dari penyakit endokrin. Magnetic resonance imaging (MRI) dan
computed tomography (CT) khususnya penting dalam hal ini. Prosedur-
prosedur ini memungkinkan visualisasi dari kelenjar endokrin pada suatu
resolusi yang besar ketimbang dimasa yang talu. Hal ini khususnya untuk
hipofisis dan adrenal. Ahli endokrinologi juga dapat menggunakan prosedur
canggih lain yang melibatkan sampling selektif dari tempat tertentu.
Contohnya, katerisasi vena selektif dari sinus petrosus terutama berguna
dalam mendeteksi hipersekresi ACTH pada penyakit Cushing, dan sampling
selektif dari vena renalis dapat membantu dalam diagnosis dari hipertensi
renovaskular.

Interpretasi Klinik Uji Laboratorium


Pokok-pokok penting dalam interpretasi uji laboratorium dapat diringkaskan
sebagai berikut:

(1) Setiap hasil harus diinterpretasi dari segi pengetahuan klinik pasien
dengan menggunakan data dari riwayat dan pemeriksaan fisik.

(2) Kadar basal dari hormon atau efek perifer dari hormon harus diinterpretasi
dari segi cara hormon dilepaskan dan dikendalikan.

(3) Kadar hormon pada sebagian besar kasus harus diinterpretasi bersamaan
dengan informasi dari uji lain yang mencerminkan status pasien ;kadar PTH
serum dalam segi kalsium serum; kadar aldosteron serum dalam segi kadar
renin plasma; kadar gonadotropin serum dari segi kadar estradiol atau
testosteron; dll.

(4) Kadang-kadang, pengukuran urin lebih unggul dibandingkan uji plasma


untuk menguji pelepasan terpadu dari hormon.

(5) Rentang nilai normal dapat bervariasi dari satu laboratorium ke


laboratorium lainnya . Harus digunakan nilai normal yang semestinya. 13

(6) Uji laboratorium harus diinterpretasikaan dengan pengetahuan mengenai


nilai dari uji. Rentang normal yang dilaporkan untuk uji tidak dapat digunakan
sebagai hal yang absolut dan harus diinterpretasi dari segi situasi klinik.

(7) Kadang-kadang, hasil uji laboratorium terganggu oleh zat-zat luar atau
pencemar. Misalnya , pada keadaan sakit, lipid dalam plasma kadang-kadang
mengganggu pengukuran dari kapasitas pengikatan-hormon tiroid.

Heparin dapat melepaskan asam amino bebas ke dalam plasma,


menyebabkan pergeseran dari T3 dan T4 dari protein plasma dan pembacaan
yang palsu dari kapasitas pengikatan. Pada kehamilan, CG dapat bereaksi-
silang pada uji TSH. Antibodi yang dihasilkan ketika hormon digunakan dalam
terapi (insulin, GH, dll) dapat menyebabkan peningkatan yang besar dari
hormon total yang disebabkan oleh sekuestrasi dari hormon.

(8) Uji provokatif kadang-kadang diperlukan.

6
(9) Pemeriksaan pencitraan dapat membantu diagnosis, khususnya untuk segi
sumber hipersekresi hormon.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise


a. Foto tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga
atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

b. Foto tulang (osteo)


Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang
bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.

c. CT scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama
prosedur.

Pemeriksaan darah dan urine


a. KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-
bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah
vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.

b. KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)


Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc.
Tanpa persiapan secara khusus.

c. KADAR ADRENOKARTIKO TROPIK (ACTH)


Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.

Persiapan
1. Tidak ada pembatasan makan dan minum

2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya


dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.

3. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman specimen

4. Cegah stres fisik dan psikologis

Pelaksanaan
1. Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari

7
2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc

3. Urine ditampung selama 24 jam

4. Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium.

Hasil Normal bila;


* ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl

* 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5


mg.

Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon 1


mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada
pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke
laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan
3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid


a. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodide

Persiapan
* Klien puasa 6-8 jam

* Jelaskan tujuan danm prosedur

Pelaksanaan
* Klien diberi Radioaktoif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.

Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radio
aktif yang tertahan.

* Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya.

Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam


persentase sebagai berikut:
* Normal: 10-35%

* Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.

* Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama
hipertiroidisme.

b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.

8
* Nilai normal pada orang dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl T3: 0,2-0,3
mg/dl

Ta: 6-12 mg/dl

* Nilai normal pada bayi/anak: T3: 180-240 mg/dl

Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.
Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada
hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa
selama 6 – 8 jam.

* Nilai normal pada:

Dewasa: 25-35% uptake oleh resin Anak: Pada umumnya tidak ada

Protein Bound Iodine (PBI)

Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal
4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang dibutuhkan darah vena
sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

c. Laju Metabolisme Basal (BMR)


Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan
* Klien puasa sekitar 12 jam

* Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress

* Klien harus tidur paling tidak 8 jam

* Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative

* Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya

* Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.

Pelaksanaan
* Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi

* Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)- 72

* Nilai normal BMR: -10 s/d 15%.

Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan


kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan

9
fenobarbital yang pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai
normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR.

d. Scanning Tyroid
Dapat digunakan beberapa teknik antara lain:

Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid


tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak
berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas.
Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari
plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga
dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat
endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan
sedikit one white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1).

Bila endapan banyak, kadar kalsium tingg:.

Persiapan
* Urine 24 jam ditampung

* Makanan rendah kalsium 2 hari herturut-turut

Pelaksanaan

* Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)

* Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung


kedua hanya sebagai control

Pembacaan hasil secara kwantitatif:


Negatif (-): Tidak terjadi kekeruhan

Positif (+): Terjadi kekeruhan yang halus

Positif (+ +): Kekeruhan sedang

Positif (+ + +): Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik

Positif (+ + + +): Kekeruhan hebat, terjadi seketika

b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon.

Cara Pemeriksaan

10
Klien disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine di-
tampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor
bisa mencapai 5-6 x nilai normal.

Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.

c. Percobaan Kalsium intravena


Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukan paratharmon. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum
dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum
hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang meni-pis,
terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

e. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG).


Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot
jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang
sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.

f. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum.

Persiapan khusus tidak ada.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas


a. Pemeriksaan Glukosa
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai
kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam

Nilai normal:
Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d

Anak-anak: 60-100 mg/dl

Persiapan
* Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan

* Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan

Pelaksanaan
* Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc

* Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera

11
* Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk
sementara tidak diberikan

* Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obatobatan
sesuai program.

Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP
(post prandial).

Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya
setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan
menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan
pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah
tergantung pada kondisi klien.

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan
sampai pengambilan spesimen dilakukan.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal


a. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada:

Dewasa wanita: 37-47% Pria: 45-54%

Anak-anak: 31-43%

Bayi: 30-40%

Neonatal: 44-62%

Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari
perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan
ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.

Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K , CI), dengan nilai normal:


Natrium: 310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0
meq/liter) Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq/liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan


sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

b. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)


Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24
jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.

Stimulasi Test

12
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menedeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi
terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.

Kesimpulan
Diagnosis dari penyakit endokrin memerlukan keterpaduan dari suatu
kumpulan data, termasuk keterpaduan sejak dari riwayat dan pemeriksaan
fisik dan dari uji laboratorium. Dengan adanya kecanggihan dari uji dewasa
ini, biasanya diagnosis dapat dibuat dengan pasti. Namun, terdapat banyak
situasi di mana sukar untuk mendapatkan suatu diagnosis yang jelas; dan
prosedur untuk membuat suatu diagnosis pasti lebih banyak mengandung
risiko ketimbang penyakit dalam jangka waktu pendek.

Pada kasus ini harus dibuat suatu keputusan untuk memantau pasien. , hal ini
kadang-kadang terjadi pada sindroma Cushing dependen-ACTH, di mana
diferensiasi antara suatu tumor karsinoid yang nyata dan suatu adenoma
hipofisis yang kecil sebagai sumber dari hipersekresi ACTH akan memerlukan
prosedur invasif yang berisiko. Penghematan biaya dan efisiensi diagnosis
harus merupakan prioritas. Uji dewasa ini memungkinkan efisiensi dari
diagnosis maupun pengeluaran biaya pada tingkat yang tak terjadi
sebelumnya. Dokter dapat menghindarkan pengeluaran yang tak diperlukan
melalui penggunaan keputusan yang baik.

REFERENSI
Vaitukaitis JL: Hormone assays. In Felig P. Endocrinology and Metabolism, 2nd
ed. McGrawHill,1987; 58-62.

Ekins R: Measurement of free hormones in blood. EndocrRev 1990;11:5

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau alat yang
merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Sistem endokrin
berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua
sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem endokrin
bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.Kelenjar endokrin terdapat pada
pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise,
tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam
13
duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal (lapisan traktus
intestinal-sel APUD).

Hormon berfungsi untuk membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada
janin yang sedang berkembang, merangsang urutan perkembangan, mengkoordinasi
sistem reproduksi, memelihara lingkungan internal secara optimal dan melakukan
respon korektif dan adaptif ketika terjadi kedaruratan.

Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut dalam air dan
lemak. Hormon yang larut dalam air yaitu insulin, glukagon, hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dan gastrin. Hormon yang larut dalam lemak yaitu
steroid (estrogen, progesteron, testoteron, aldosteron, glukokortikoid) dan tironin
(tiroksin).

Yang termasuk kelenjar endokrin adalah :

- hipotalamus - pulau Langerhans


- hipofisis anterior dan posterior - anak ginjal,kortex dan medula
- tiroid - gonad (ovarium dan testis)
- paratiroid - sel APUD di lambung,usus,dan
pankreas
HIPOTALAMUS

Hipotalamus terletak di batang otak (enchepalon). Hormon-hormon hipotalamus


terdiri dari :
1. ACRH : Adreno Cortico Releasing Hormon
ACIH : Adreno Cortico Inhibiting Hormon
2. TRH : Tyroid Releasing Hormon
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
3. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
4. PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
5. PRH : Prolaktin Releasing Hormon

14
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
6. GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
7. MRH : Melanosit Releasing hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon.

Hipotalamus sebagai bagian sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-
hormon hipofise.

KELENJAR HIPOFISIS

Hipofisis atau disebut juga glandula pituitaria terletak di sella Tursika, pada dasar
otak, di dalam fosa hipofisis tulang sfenoid yaitu dilekukan os spenoidalis basis cranii,
berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm. Terdiri dari adenohipofisis yang
berasal dari orofaring dan neurohipofisis yang berasal dari sistem kantong Ratke.
(Ratke adalah seorang ahli anatomi asal Jerman). Sekresi kelenjar hipofise
dikendalikan oleh hipotalamus. Organ ini tersusun atas tiga lobus, yaitu :
1) Lobus depan disebut Hipofisis anterior (Adenohipofisis)
Lobus ini menghasilkan empat hormon berikut ini :
a) Tirotropin Stimulating Hormon (TSH) untuk merangsang kelenjar
tiroid agar menghasilkan hormon tiroksin,
b) Growth Hormon (GH) untuk merangsang pertumbuhan otak,
c) Gonadotropic Hormon yang terdiri-dari:
- Follicle Stimulating Hormon (FSH) untuk merangsang pertumbuhan
folikel-folikel pada ovarium;
- Lutenizing Hormon (LH) untuk merangsang pembentukan korpus
luteum;
- Prolactin untuk merangsang kelenjar mammae agar menghasilkan air
susu ibu (ASI), Anatomi Hipotalamus dan Hipofise (Sumber: Faller, A.
& Schuenke, M. 2004; 549 )
- Adrenocorticotropin Hormon (ACTH) untuk merangsang kelenjar
suprarenal menghasilkan kortisol.
2) Lobus tengah disebut dengan hipofisis intermediate

15
Lobus ini terletak di antara lobus posterior dan anterior. Menghasilkan Melanosit
Stimulating Hormon / melanotropin yang berfungsi merangsang melanogenesis
untuk memberi warna gelap pada kulit. Selain itu juga menghasilkan Endorphin
untuk mengendalikan reseptor rasa nyeri.
3) Lobus belakang disebut Hipofisis posterior (neurohipofisis)
Lobus ini menghasilkan dua hormon, yaitu:
- Antidiuretic Hormon (ADH) untuk mengendalikan produksi atau
kepekatan urine;
- Oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus.

Hipofise dikenal sebagai master of gland karena kemampuan hipofise dalam


mempengaruhi atau mengontrol aktivitas kelenjar endokrin lain.

KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan tepat di bawah kartilago krikoid, antara
fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama juga
terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid
melekat pada trakea dan melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat
lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan
belakang kelenjar tiroid.

Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri
yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5
cm dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat sirkulasi dari
arteri tiroidea superior dan inferior dan dipersarafi oleh saraf adrenergik dan
kolinergik.

Pembuluh darah besar yang terdapat dekat kelenjar tiroid adalah arteri karotis
komunis dan arteri jugularis interna. Sedangkan saraf yang ada adalah nervus vagus
yang terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens
terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.

16
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra
Iodotironin. Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar
berasal dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan
baku hormon tiroid. Yodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik
dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai
monoyodotirosin (MIT).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar
hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap
lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin (Thytotropine
Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah
polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorbsi
kalsium dan tulang.

Fungsi hormon tiroid :


1. Mengatur laju metabolisme tubuh
2. Pertumbuhan testis,saraf ,dan tulang
3. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
4. Menambah kekuatan kontraksi otot dan irama jantung
5. Merangsang pembentukan sel darah merah
6. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan,sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan Oksigen akibat metabolisme
7. Antagonis insulin.

KELENJAR PARATIROID

Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm menempel pada bagian anterior dan
posterior kedua lobus kelenjar tiroid yang berjumlah 4 buah terdiri dari chief cells dan
oxyphill cells. Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih
17
3 x 3 x 2 mm dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.

Kelenjar paratiroid mensintesa dan mengeluarkan hormon paratiroid (Parathyroid


Hormon,PTH). Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium dalam plasma. Sintesis
PTH dihambat apabila kadar kalsium rendah.PTH bekerja pada tiga sasaran utama
dalam pengendalian homeostasis kalsium,yaitu di ginjal, tulang dan usus. Di dalam
ginjal PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium. Di tulang PTH merangsang aktifitas
osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorbsi kalsium.

KELENJAR PANKREAS

Kelenjar pankreas terletak di belakang lambung daerah retroperitoneal rongga


abdomen atas dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjangnya
sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika
superior dan splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan eksokrin.
Sebagai organ endokrin karena di pankreas terdapat pulau-pulau Langerhans yang
terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel beta (B) 75 %,sel alfa (A) 20 %,dan sel delta (D) 5 %.
Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap pulau Langerhans
berdiameter 75-150 mikron. Pankres terdiri dari 2 jaringan utama, yaitu :
(1) Asini, menyekresi getah pencernaan ke dalam duodenum;
(2) Pulau langerhans, yang terdiri-dari :
- Sel alfa yang menyekresi glucagon,
- Sel beta yang menyekresi insulin,
- Sel delta yang menyekresi somatostatin, polipeptida (gastrin).
Sekresi dari pulau langerhans langsung ke darah. Glukagon dihasilkan oleh mukosa
usus menyebabkan terjadinya glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa)
dalam hati dan mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah yang berfungsi untuk
meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan cara memobilisasi glukosa, asam
lemak dan asam amino dari tempat cadangannya ke dalam darah; dalam metabolisme
lemak, glukagon meningkatkan lipopisis ( pemecahan lemak)
Insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
meningkatkan perubahan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di hati; atau untuk
memindahkan glukosa dan gula lain melalui membran sel ke jaringan utama terutama

18
sel otot, fibroblast dan jaringan lemak. Bila tidak ada glukosa maka lemak akan
digunakan untuk metabolisme sehingga akan timbul ketosis dan acidosis.
Efek anabolik dari hormon insulin adalah sebagai berikut :
- Efek pada hepar : meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa,
menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis meningkatkan
sintesa trigelicerida dari asam lemak bebas di hepar.
- Efek pada otot : meningkatkan sintesis protein, meningkatkan transfortasi
asam amino dan meningkatkan glikogenesis.
- Efek pada jaringan lemak : meningkatkan sintesa trigelicerida dari asam lemak
bebas, meningkatkan penyimpanan trigelicerida dan menurunkan lipopisis.
Somatotastin berfungsi menekan growth hormon, menghambat saluran cerna
(pengosongan lambung, sekresi asam lambung, kontraksi bladder)

KELENJAR ADRENAL

Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau kelenjar
anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan
medula.

Korteks adrenal mensintesa 3 hormon,yaitu :


1. Mineralokortikoid (aldosteron)
2. Glukokortikoid
3. Androgen

Mineralokortikoid (aldosteron) berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit dengan


meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Membantu dalam mempertahankan
tekanan darah normal dan curah jantung.

Glukokortikoid (kortisol) berfungsi dalam metabolisme glukosa (glukosaneogenesis)


yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme cairan dan elektrolit, inflamasi
dan imunitas terhadap stressor.
19
Hormon seks (androgen dan estrogen). Kelebihan pelepasan androgen mengakibatkan
virilisme (penampilan sifat laki-laki secara fisik dan mental pada wanita) dan
kelebihan pelepasan estrogen mengakibatkan ginekomastia dan retensi natrium dan
air.

KELENJAR GONAD

Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada
minggu pertama. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan
meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH).

Testis
Testis terletak di dalam skrotum, bentuk oval, warna putih. Ukuran:
panjang 4 cm, lebar 2,5 cm, tebal 3 cm. Berat 10–14 g. Tersusun atas
200-300 lobi masing-masing berisi tubulus seminiferous. Testis
diselubungi oleh tunika albiginea dan tunika vaginalis yang
memungkinkan testis bebas bergerak di dalam skrotum. Antar tubulus
dihubungkan oleh sel-sel interstitial (sel leydig) yang menghasilkan
hormon testosterone. Tiga macam sel di testis, yaitu spermatogonia
yang menghasilkan spermatozoa, sel sertoli yang berfungsi memberi
nutrisi kepada spermatozoa, dan sel leydig yang menghasilkan hormon.
terdiri dari dua buah dalam skrotum.Testis mempunyai duafungsi yaitu sebagai organ
endokrin dan reproduksi. Menghasilkan hormon testoteron dan estradiol di bawah
pengaruh LH. Efek testoteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan
genital ke arah pria.Pada masa pubertas akan merangsang perkembangan tanda-tanda
seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh,distribusi rambut
tubuh,pembesaran laring,penebalan pita suara,pertumbuhan dan perkembangan alat
genetalia.

Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi.Sebagai organ endokrin


ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap bulannya pada masa ovulasi siap
dibuahi sperma.Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks

20
sekunder,menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta
mempertahankan laktasi.
a) Testis Testis terletak di dalam skrotum, bentuk oval, warna
putih. Ukuran: panjang 4 cm, lebar 2,5 cm, tebal 3 cm. Berat 10–
14 g. Tersusun atas 200-300 lobi masing-masing berisi tubulus
seminiferous. Testis diselubungi oleh tunika albiginea dan tunika
vaginalis yang memungkinkan testis bebas bergerak di dalam
skrotum. Antar tubulus dihubungkan oleh sel-sel interstitial (sel
leydig) yang menghasilkan hormon testosterone. Tiga macam sel
di testis, yaitu spermatogonia yang menghasilkan spermatozoa,
sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi kepada spermatozoa,
dan sel leydig yang menghasilkan hormon. Kelenjar Testis
terletak di bagian interstitial testis. Kelenjar ini dibentuk oleh sel-
sel leydig yang menghasilkan hormon relaksin dan Testosteron.
Hormon relaksin berperan dalam mengatur relaksasi otot-otot
yang berkaitan dengan sifat kelamin. Hormon Testosteron
berperan penting dalam pengaturan pembentukan sperma dan
ciri kelamin sekunder pria.
b) Ovarium Keduanya terletak di cavum peritonealis, pada ujung
tuba fallopii. Organ kecil berbentuk buah kenari, berwarna putih,
permukaan tidak rata. Ukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm. Beratnya 5-8
gram. Ovarium terdiri-dari bagian kortex tempat folikel dan
bagian medulla, tempat pembuluh darah, saraf, dan limfa.
Korteks ovarium merupakan bagian fungsional ovarium, sebagai tempat
perkembangan folikel ovarium. Ovarium menyekresi hormon seks yaitu
estrogen, progesteron, dan androgen.

SEL APUD

Sel endokrin saluran cerna yang mengeluarkan hormon gastrointestinal atau


gastroenteropankreas,didapatkan difus di lambung, usus dan pankreas. Sel ini
termasuk kelompok sel APUD (Amine Precursor Uptake and Decarboxylation) seperti
halnya sel C tiroid, medula anak ginjal, hipofisis, hipotalamus dan melanosit. Sel
APUD saluran cerna tidak membentuk suatu kelenjar melainkan tersebar di
lambung,usus,dan pankreas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, penerbit
EGC, 2002.

21
Lauralle Sherwood, Fisiologi Manusia, EGC, 2001.

Linda J. Heffner dan Danny J. Schust, At a Glance, Sistem Reproduksi, edisi Kedua,
penerbit Erlangga, 2006.

Nursalam, BSN, M. Nurse, (2001), Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba


Medika, Jakarta.

Paradya Dimas Bagus, (2008), Diabetes, The Silent Killer, Jakarta.

Perkeni, (2006), Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM, Revisi III, Jakarta.

Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”. Kelenjar buntu
menghasilkan sekret tidak melalui saluran tertentu , akan tetapi langsung masuk
sirkulasi ke dalam darah yaitu hormon ( merangsang).
Kelenjar endokrin bukanlah kelenjar buangan, kelenjar endokrin memiliki
efek sekresi yang artinya setelah di keluarkan akan di proses dan di gunakan kembali.
Sekresi tersebut menghasilkan hormon yang akan di sekresikan melalui peredaran
darah lalu sampai pada target sel. Kelenjar endokrin ini bekerja dengan mekanisme

22
feed back yang artinya pasti akan ada timbal balik dari organ tujuan tadi yang berupa
efek.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh pembawa
pesan kimia yang disebut hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke
dalam cairan tubuh, di absorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawa melalui sistem
sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul
protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal tubuh
biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari pada
respons langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran umum sistem endokrin
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh pembawa
pesan kimia yang disebut hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke
dalam cairan tubuh, di absorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawa melalui sistem
sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul protein
yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon hormonal tubuh biasanya
lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas dari pada respons
langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mengsekresi langsung ke
dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Kelenjar endokrin biasanya mengsekresi
lebih dari satu jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya mengsekresi hormon para
tiroid merupakan suatu pengecualian). Dalam tubuh manusia telah diidentifikasi
sekitar 40 sampai 50 jenis hormon. Hormon-hormon baru ditemukan di berbagai
bagian tubuh termasuk di saluran gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan saraf perifer.
Konsentrasi hormon dalam sirkulasi rendah. Hormon yang bersirkulasi dalam
aliran darah hanya sedikit jika di bandingkan dengan zat aktif biologis lainnya, seperti
glukkosa dan kolesterol. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh,
hanya sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat di pengaruhi.
Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Secara
mikrobiologis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sektori yang
dikelilingi banyak kapiler dan di topang jaringan ikat.
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan
turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang
waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan

23
lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah
variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi
dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan
tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol
laju aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya
mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi
spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan
hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya.
Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi
oleh ginjal.

3.2 Jenis-jenis kelenjar dalam sistem endokrin


1. Kelenjar hipofisis anterior dan posterior
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan kelenjar kecil
di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus sekitar 2cm.
Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil (infundibulum). Kelenjar hipofisis
disebut master gland karena dapat menghasilkan hormon dan hormon yang dihasilkan
oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain.
a) Kelenjar hipofisis posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari pertumbuhan otak
yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis). Hipofisis posterior di hubungkan ke
hipotalamus mealuil jalur saraf. Hipofise posterior membentuk sistem neurosekresi
yang mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari hipofise
posterior dikontrol oleh hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk regulasi
kontraksi rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah melahirkan,
hormon relaxin yang berfungsi membukanya simphisis pubis, dan ADH (Anti
Diuretika Hormon) atau pitressin atua vasopressin yang berfungsi untuk mencegah
agar urin yang keluar tidak terlalu banyak ( in put = out put)
b) Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang berasal dari
penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis anterior di hubungkan
melalui pembuluh darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol oleh
hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
1) hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan bekerjanya
sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan 21 tahun dan pertmbuhan
drastisnya terjadi pada usia 13 sampai 16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga usia
18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya bila selesai
makan kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH tidak bekerja. Bila kadar gula
dalam darah menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja normal maka

24
tubuh akan normal. Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan menjadi raksasa
(giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan menjadi kerdil/cebol.

2) Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)


Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan
thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.

3) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)


Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid sebagai
penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur keseimbangan ion Na dan ion
K, dan Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah hormon estrone &
progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon testosterone.

4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).

5) Gonadotropin hormon (GTH)


Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH
(luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating hormon). Pada wanita
FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur sedangkan LH berfungsi menebalkan
dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin. Sedangkan pada pria FSH
berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan menjadi spermatozoasedangkan
LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig yang memproduksi hormon
testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting) hipotalamus disalurkan
ke hipofise melalui sistem porta hipotalamus - hipofisis untuk mengontrol sekresi
hormon hipofise anterior . Hormon pengatur hipotalamus mencapai hipofise anterior
melalui jalur vaskuler khusus ke sistem porta hipotalamus – hipofise. Sekresi
hormon anterior dirangsang atau dihambat oleh 7 hormon hipofisiotropik yang
terdiri dari Thyrotropin releasing hormon (TRH), Cortikotropin releasing hormon
(CRH), Gonadotropin releasing hormon (GNRH), Growth hormon releasing hormon
(GHRH), Prolacting releasing hormon (PRH) hormon ini menghambat, Prolactin
-relasing hormon (PRH) mengeluarkan, menghambat, dan Prolakting inhibiting
hormon (menghambat)

25
Gambar 1 Kelenjar hipofisis anterior dan posterior

2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat bersama
oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar yang
berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang melintasi trakea di sebelah depan.
Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, letaknya
berada di atas trakea, tepat dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi menjadi 2 jenis
yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid sebagian
besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4 diangkut di darah
dalam keadaan terikat ke protein plasma tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk
gelembung berongga berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu folikel dan
menjadi sel folikel. Di ruang interstisium diantara folikel terdapat sel sekretorik ( sel
c) yang menghasilkan hormon kalsitonin. Sel folikel memfagosit koloid berisi
tiroglobulin untuk melakukan sekresi hormon tiroid.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon
tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme karbohidrat, protein dan
lipid. Hormon Liotironin yang merupakan bahan baku thyroksin dengan syarat harus
ada ion iodium yang terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang

26
beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan baku pembentukkan
parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar parathyroid dan berfungsi untuk
mengatur kadar kalsium (ion Ca2+) dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi
oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera,
cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang mengandung zat senyawa
yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c)Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
e)Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya

Hipofungsi dapat menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema


sedangkan Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksotalmikgoiter.

27
Gambar 2 kelenjar tiroid
3. Kelanjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau
hormon para tiroksin. Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan
fosfor di dalam tubuh. Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3
mm, dan tebal 2 mm. Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti
lemak berwarna coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan karena tampak
seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid adalah Mengatur metabolisme fospor
dan Mengatur kadar kalsium darah.

Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada keadaan


Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang khususnya
pada tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat diringankan
dengan pemberian kalsium.
Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti kelemahan pada otot-otot,
sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urin,
dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patah tulang spontan. Contohnya pada
keadaan Hiperparatiroidisme biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran
(tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan
kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi
penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos. disebut
osteomielitis fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya
diedarkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada tumor kelenjar paratiroid.

28
Gambar 3 kelenjar paratiroid
4. Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas
dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5 sampai
dengan 9 gram. Secar struktural dan fungsional kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar
endokrin yg menyatu yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini
terbagi atas 2 bagian yaitu:
a) Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks. Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3 lapisan (zona), yaitu Zona
glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi
untuk keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona fasikulata
( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek metabolik , berperan dalam
adaptasi thd stress, dan Zona retikularis (glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks
(gonadokortikoid).
b) Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin ( modifikasi neuron
simpatis) yg bergerombol di sekitar kapiler darah dan sinusoid. Bagian iniMensekresi
katekolamin ( neuron pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin yang
merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan Norepinefrin yang
mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek darah.
Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan simpatis.
Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut, serta dalam
keadaan asfiksia dan kelaparan. Peningkatan jumlah zat menaikkan tekanan darah
guna melawan shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan
merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi,
adrenalin membantu metabolisme kar-bohidrat dengan jalan menambah pengeluaran
glukosa dari hati.

29
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah
Hidrokortison, Aldosteron dan Kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur keseimbangan air,
elektrolit dan garam, Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan
protein, dan Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar suprarenalis
bagian medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan Relaksasi
bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan Kelainan-kelainan
yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks dengan
gejala-gejala pada wanita biasa, terjadinya gangguan pertumbuhan seks sekunder.

Gambar 4 Kelenjar Adrenal


5. Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari
sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel beta
menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes,
insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim
pencernaan protein. Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk
mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh
pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.Dalam tubuh manusia terdapat 1-
2 juta pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar
granulasi dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi insulin, yang lainnya
menghasilkan polipeptida dari pankreas diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.
Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi dalam pengeluaran
homeostatik nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida pankreas
serta mengnambat sekresi glikogen. Pulau Langerhans ini mengeluarkan Sel alfa yang
mensekresi hormon Glukagon untuk meningkatkan kadar gula darah, Sel beta yang
mensekresi hormon Insulin yang fungsinya untuk menurunkan kadar gula darah, Sel

30
delta mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan
insulin dan glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan
fungsinya untuk mengatur fungsi eksokrin pancreas.

Gambar 5 Pankreas
6. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah
seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan
jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan
kelenjar kelamin. Hormon yang dihasilkan adalah hormon melatonin yang fungsinya
untuk mengatasi jet lag atau perbedaan waktu antara negara bagi yg
bepergian. Melatonin ini paling banyak di produksi pada malam hari, dan paling
rendah pada jam 12 siang .

Gambar 6 Kelenjar Pineal

31
7. Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar
timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak
di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan
terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10grarn
atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian
berkerut lagi. Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin
dan timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan respon imun
tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi untuk mengaktifkan
pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

Gambar 7 Kelenjar Timus


8. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat pada pria.
Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Fungsi hormon
testosterone adalah menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis,
jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan
seks sekunder pada laki-laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada wanita dan
terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan
hormon progesteron dan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus
serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan
lain-lain.

32
Gambar 8 Kelenjar Testika dan Kelenjar Ovarika
3.3 Struktur endokrin lain penghasil hormon
1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine bergaram
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu dalam proses gerak
peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk makanan yang padat menjadi lunak
atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah dicerna oleh usus halus
3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes kehamilan)
4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit
5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan sinar
matahari yang diaktifkan di ginjalmembuat vit d3 lalu absorpsi ion Ca dari usus.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin
memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan
hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
4.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan
baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Slonane.Ethel, 2004, Anatomi Fisiologi Untuk Pemula, alih bahasa James Veldran,
Jakarta: EGC
Gibson.John, 2003, Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, alih
bahasa dr.Bertha Sugiarto, Jakarta: EGC
Diah KD.Sansri, 2013, Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.pptx , Bandung: Poltekkes
Bandung
Ellyzar M. Adil, 2009, SISTEM ENDOKRIN.pptx BIOLOGI FMIPA UI, Jakarta:
FMIPA UI
Syaifuddin (2009)., Anatomi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Fisiologi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Anatomi Tubuh Manusia (Atlas Berwarna Tiga Bahasa)., edisi
2. Jakarta: Salemba Medika

fkep.unand.ac.id/images/SISTEM_ENDOKRIN.doc
Diposkan 20th March 2015 oleh Dian Asri

Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk


digunanakn di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang
tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin
tertentu. terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon
setempat adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf
parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum
dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas
dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu
sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi
enzim.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Anatomi dan Fisisologi Sistem Endokrin ?
2. Apa fungsi Sistem Endokrin ?
3. Bagaimana Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya ?

34
4. Bagaimana Karakteristik Sistem Endokrin ?
5. Apa saja Klasifikasi hormon?
6. Apakah fungsi hormon utama Sistem Endokrin?
7. Bagaiman patofisiologi hormon secara umum?

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Anatomi & Fisiologi Sistem Endokrin” ini adalah Berdasarkan metode literature
(pustaka) dan mengintisarikan buku-buku pustaka dan informasi didapat dari
jaringan internet.
D. Tujuan Penulis
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :

• Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami
Anatomi & Fisiologi dari Sistem Endokrin sehingga mempermudah dalam
mempelajari patofisiologi dari system endokrin
• Tujuan khusus Tujuan penelitian ini secara khusus adalah
Mahasiswa mampu memahami Anatomi & Fisiologi dari Sistem Endokrin

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu :
BAB I : Meliputi latar belakang , rumusan masalah , tujuan penulisan , ,metode
penulisan , dan sitematika penulisan
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling

35
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui
saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya
hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek
hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran
khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.
Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar
tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon
tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis /
pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan
kelenjar timus. Selain itu ada beberapa organ endokrin yang menghasilkan zat
lain selain hormon yakni:

B. Kelenjar Endokrin Dan Hormone Yang Dihasilkan


Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis,
tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
1. Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil,
dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian
tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.
1) Hipofisis lobus anterior
Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior
dan gangguannya
HORMON FUNGSI
Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang
pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini
pada anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil
(kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan
pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun
tulang hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang

36
sekresi tiroksin
Adrenocorticotropic hormone (ACTH) Mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk
mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH) Membantu kelahiran dan
memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada wanita :
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2. Luteinizing Hormone (LH) • Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan
menghasilkan estrogen
• Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :
1. FSH
2. Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH) Merangsang terjadinya
spermatogenesis (proses pematangan sperma)
• Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan
androgen

2) Hipofisis pars media


Jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior
HORMON FUNGSI
MSH (Melanosit Stimulating Hormon) Mempengaruhi warna kulit individu. dengan
cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam

3) Hipofisis Lobus Posterior


Jenis hormone serta fungsi hipofisis lobus posterior
HORMON FUNGSI
Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses
melahirkan
Hormon ADH Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan
cara menyempitkan pembuluh darah

Regulasi hormone ADH


Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus.
Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH
untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan
asupan cairan dari hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan
(plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena cairan pada
ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat. Jika seseorang buang air

37
kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami gangguan
sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut diabetes
insipidus.

2. Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di depan
trakea

1) Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan
terdiri dari dua buah lobus.
2) Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin (T3)
3) Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang
mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari
darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu
yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.
Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya
HORMON FUNGSI
Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan kegiatan
system saraf
triiodontronin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan
sistem saraf
kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan cara mempercepat
absorpsi kalsium oleh tulang
4) Regulasi hormone tiroid

5) Jenis penyakit tiroid yang utama:


• Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
• Hipotiroidisme
Hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi
daripada orang biasa

38
6) Kelainan
Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan
lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan
kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh
kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan
menambahkan garam iodium di dalam makanan.
Jika kelebihan tiroid, (hipertiroidisme) akan menyebabkan pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan
pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun
tulang hidung yang disebut akromegali
3. Paratiroid

1) Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid


2) Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur
konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur :
absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium
dari tulang.
3) Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang
reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel–sel tulang
osteoklas untuk merombak matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak
matriks bermineral pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah
4) Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah
meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.
5) Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
6) Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga
fungsinya menurunkan kalsium darah.
7) Fungsi umum kelenjar paratiroid adalah:
 . Mengatur metabilisme fosfor
 . Mengatur kadar kalsium darah.

4. Kelenjar adrenalin (anak ginjal)


Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal.
Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian,
yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :
HORMON PRINSIP KERJA
Bagian korteks adrenal
a. Mineralokortikoid
b. Glukokortikoid Mengontol metabolisme ion anorganik
Mengontrol metabolisme glukosa

39
Bagian Medula Adrenal
Adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin Kedua hormon tersebut bekerja sama
dalam hal berikut :
a. dilatasi bronkiolus
b. vasokonstriksi pada arteri
c. vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot
d. mengubah glikogen hati
e. gerak peristaltik
f. bersama insulin mengatur kadar gula dara

Regulasi hormone adrenal

Regulasi hormone modula adrenal

40
Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula
adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla
adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara
mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks
adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara
mensekresikan hormone steroid. (Campbell, 1952 : 146)

5. Pancreas
1) Kelenjar pankres merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankrea,
sehingga dikenal dengan pulau-pulau langerhans.
2) Kelenjar pancreas menghasilkan hormone insulin dan glucagon. Insulin
mempermudah gerakan glukosa dari daah menuju ke sel-sel tubuh menembus
membrane sel.
3) Didalam otot glukosa dimetabolisme dan di simpan dalam bentuk cadangan.
4) Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis)
dan pembentukan lemak (lipogenensis)
5) Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk
emngekresikan insulin, sebagai contoh insulin akan meningkatkan setelah makan,
setelah makan maka kadar glukosa dalam darah naik karena tubuh mendapatkan
glukosa dari pemecahan makanan tersebut. Tubuh mengambul kelebihan glukosa
dengan cara mengekresikan insulin untuk menyeimbangkan pada kadar normal.
Sebaliknya glucagon bekerja secaa berlawanan terhadap insulin. Glucagon
berfungsi mengubah glucagon mengjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik,
contohnya pada saat berpuasa karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa
ketika berpuasa. Maka tubuh mengekresikan glucagon untuk menyeimbangkan
kekurangan glukosa tersebut.
6) Kekurangan hormone insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus
(kencing manis)
7) Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar gula
darah, jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin maka dalam darah terus bertambah
glukosanya tidak busa dirubah menjadi glikogen, akibatnya urine yang dikeluarkan
mengandung glukosa.

6. Ovarium dan testis


a. Ovarium
1) Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone
estrogen dan hormone progesterone.
2) Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH
3) Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda – tanda kelamin sekunder
pada wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.
4) Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH

41
5) Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur yang
sudah dibuahi.
6) Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

o 1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus


untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
o 2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
o 3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada umumnya hanya 1 folikel
yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen ini menekan produksi
FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH
maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium.Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang
sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi
korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu
hormon gonadotropik).Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan
kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium.
Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi,
maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:


a) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah
b) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi)
c) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

b. Testis

42
1) Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan
sperma (spermatogenesisi) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
2) Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian
anterior.
3) Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone FSH dan
LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing Factor)
yang berasal dari hipotalamus

C. Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
a. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
b. .Menstimulasi urutan perkembangan
c. Mengkoordinasi sistem reproduktif
d. Memelihara lingkungan internal optimal
e. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

D. Klasifikasi Dalam hal struktur Kimianya


a. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larutdalam lemak.
Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon
adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin(mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin)
b. Hormon yang larutdalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron,
glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja
melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel
dengan bebas.

E. Karakteristik Sistem Endokrin


Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun
semua hormon mempunyai karakteristik berikut.
Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut:
a. sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah
contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam
hari.
b. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus
menstruasi.
c. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variable dan tergantung pada kadar subtract
lainnya. Hormone paratiroid disekresikan dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan
dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak
mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung
reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan

43
di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

F. Klasifikasi hormone
a. Hormon perkembangan: hormon yangmemegang peranan di dalam perkembangandan
pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
b. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-
macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
c. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni
kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan
proses spermatogenesis (LH)..
d. Hormonpengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid
untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

G. Hormone Utama
Hormon Yang menghasilkan Fungsi
Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan garam & air dengan cara menahan
garam & air serta membuang kalium
Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar Hipofisa 1.Menyebabkan ginjal menahan air
2.Bersama dengan aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal
Memiliki efek yang luas diseluruh ubuh 1.Anti peradangan
Mempermudah kadar gula darah, tekanan darah & kekuatan otot membantu mengendalikan
tekanan darah
Kartikotro
pin Kelenjar Hipofisa Mengendalikan pembentukan & pelepasan hormon oleh korteks adrenal
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel darah merah
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi wanita
Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah
Hormon pertumbuhan Kelenjar Hipofisa 1.Mengendalian pertumbuhan & perkembangan
2.Meningkatkan pembentukan protein
Insulin Pankreas 1.Menurunkan kadar gula darah
2.Mempengaruhi metabolisme glukosa,protein & lemak di seluruh tubuh
LH (Luteinizing Hormone)
FSH (Follicle Stimulating Hormone) Kelenjar Hipofisa 1.Mengendalikan fungsi reproduksi
(pembentukan sperma & smentum,pematangan sel telur,siklus menstruasi)
2.Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur &
ketebalan kulit, suara & bahkan mungkin sifat kepribadian

44
Oksitosin Kelenjar Hipofisa Menyebabkan kontraksi otot rahim & saluran susu di payudara
Hormon Paratiroid Kelenjar Paratiroid Mengendalikan pembentukan tulang
Mengendalikan pelepasan kalsium & fosfat progesterone indung telur mempersiapkan lapisan
rahim untuk penanaman sel telur yang telah dibuahi
Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu
Polaktin Kelenjar Hipofisa Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu
Renin & angiotensin Ginjal Mengenalikan tekanan darah
Hormon Tiroid Kelenjar Tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan
metabolisme
TSH (Tyroid-Stimulating Hormone) Kelenjar Hipofisa Merangsang pembentukan & pelepasan
kelenjar tiroid

H. Patofisiologi hormone secara umum


Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada
perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di
dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar
(parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melalui
berbagai mekanisme transduksi sinyal selular.Hal ini biasanya melalui penurunan faktor
perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormone tertentu,
berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus,
terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan
peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah
pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek
hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yangbebas dapat bekerja
pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormondapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan
hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau
gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup
dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya
tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau
kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma,
lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk
terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan
dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun,
jika pengubahan ini tidak mungkindilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan
berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak
berespons(misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra
sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormonmeliputi, yang pertama peningkatan pelepasan
hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan.

45
Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia,
adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel
tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu
lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat
diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat
dengan protein

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistemsaraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.

B. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

46

You might also like