You are on page 1of 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

SMF : ANAK
RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

DEMAM TIFOID PADA ANAK


A. Pengertian (Definisi) Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang
disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella typhi. Sembilan puluh
enam persen (96 %) kasus demam tifoid disebabkan oleh Salmonella
typhi, sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi.
B. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap setiap hari, mencapai suhu tertinggi
pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus
tinggi.
2. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri
kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung.
3. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang, dan ikterus.
C. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran menurun, delirium.
2. Sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah
kotor dan bagian pinggir hiperemis.
3. Meteorismus.
4. Hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali.
5. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.
D. Kriteria Diagnosis Kriteria klinis:
1. Demam naik secara bertahap setiap hari.
2. Kesadaran menurun, delirium.
3. Malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau
konstipasi, muntah, perut kembung (meteorismus).
4. Sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah
kotor dan bagian pinggir hiperemis.
5. Hepatomegali/ splenomegali.

Kriteria laboratorium:
1. Darah tepi perifer:
 Leukopenia, namun jarang < 3000/ uL.
 Limfositosis relatif.
 Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan serologi:
 Serologi widal: kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
 Kadar IgG dan IgM.
E. Diagnosis Demam tifoid
F. Diagnosis Banding 1. Dengue haemorrhagic fever.
2. Chikungunya fever.
G. Pemeriksaan Penunjang 3. Darah tepi perifer:
 Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang,
defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
 Leukopenia, namun jarang < 3000/ uL.
 Limfositosis relatif.
 Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
4. Pemeriksaan serologi:
 Serologi widal: kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
 Kadar IgG dan IgM.
5. Pemeriksaan biakan S. typhi:
 Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan
penyakit.
 Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu keempat.
6. Pemeriksaan radiologi:
 Foto thoraks apabila dicurigai terjadi komplikasi pneumonia.
 Foto abdomen apabila dicurigai terjadi komplikasi intraintestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna.
H. Tindakan Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus.
I. Terapi Medikamentosa
1. Pemberian antibiotik.
 Chloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/ kgBB/ hari per oral
atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
 Amoksisilin 100 mg/ kgBB/ hari per oral atau IV, selama 10
hari.
 Cotrimoksasol 6 mg/ kgBB/ hari per oral, selama 10 hari.
 Ceftriaxon 80 mg/ kgBB/ hari per IV atau IM, sekali sehari,
selama 5 hari.
 Cefixime 10 mg/ kgBB/ hari per oral, dibagi dalam 2 dosis,
selama 10 hari.
2. Pemberian kortikosteroid : diberikan pada kasus berat dengan
gangguan kesadaran.
 Deksamethason 1-3 mg/ kgBB/ hari per IV, dibagi 3 dosis
hingga kesadaran membaik.

Suportif
1. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah.
2. Tirah baring.
3. Kebutuhan cairan dan kalori tercukupi.
J. Edukasi 1. Edukasi tentang dasar diagnosis, terapi dan perjalanan penyakit.
2. Edukasi tentang hygiene pribadi dengan mencuci tangan sebelum
makan, memasak makanan secara matang, dan penyediaan air
minum yang bersih.
3. Edukasi mengenali tanda dini dan komplikasi demam tifoid dan
kapan merujuk ke fasilitas kesehatan.
K. Prognosis  Ad vitam : ad bonam.
 Ad sanationam : ad bonam.
 Ad fungsionam : ad bonam.
L. Tingkat Evidens II
M. Tingkat Rekomendasi B
N. Penelaah Kritis Dr. Hj. Elief Rohana, Sp.A, M.Kes
Dr. Septiarko, Sp.A
O. Indikator Medis  Bebas demam 24 jam tanpa antipiretik.
 Nafsu makan membaik.
 Perbaikan klinis.
 Tidak ditemukan komplikasi.
P. Kepustakaan 1. Gunardi, H., dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

You might also like