You are on page 1of 68

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN

PREVALENSI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS


KECAMATAN CEMPAKA PUTIH TAHUN 2015 DITINJAU DARI
SUDUT PANDANG KEDOKTERAN DAN ISLAM

Dea Melinda Sabila1, Farida Amin2, Siti Marhamah3


1. Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI
2. Dosen, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI
3. Dosen Agama Islam, Universitas YARSI

ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini anemia masih merupakan masalah kesehatan bagi ibu hamil
khususnya di Indonesia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor resiko yang
penting pada kejadian anemia pada ibu hamil. Islam senantiasa mengajarkan betapa
pentingnya menuntut ilmu dan senantiasa harus menjaga kesehatan baik kesehatan secara
fisik maupun secara psikis. Bagi ibu hamil dianjurkan untuk senantiasa memakan-
makanan yang halal dan thoyyib (baik) dan memakan-makanan yang bergizi supaya
terhindar dari penyakit anemia.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
Ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
pada tahun 2015 ditinjau dari sudut pandang Kedokteran dan Islam.
Metode: Desain Penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel yang diambil adalah 193 dan ditentukan dengan cara
simple random sampling dengan teknik pengambilan data menggunakan rekam medik
pasien ibu hamil, dengan melihat dan menganalisis data rekam medik pasien ibu hamil
yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015. Analisis
data menggunakan uji alternative chi- square.
Hasil: Tingkat pendidikan ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu tingkat pendidikan
tinggi (sarjana, diploma, magister, profesi, doktor, spesialis ) berjumlah 37 orang
(19,2%) dan tingkat pendidikan rendah (SD,SMP, (SMA,SMK) berjumlah 156 orang
(80,8%). Ibu hamil yang mengalami anemia berjumlah 51 orang (26,4%) dan yang tidak
mengalami anemia berjumlah 142 orang (73,6%). Analisis hubungan tingkat pendidikan
ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil menghasilkan p = 0,764 (p>0,05) yang

1
menunjukkan tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.
Kesimpulan: : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015.
Menurut Islam tingkat pendidikan mengajarkan kita betapa pentingnya menuntut ilmu..
Menjaga kesehatan baik kesehatan secara fisik maupun psikis sangat ditekankan dalam
prinsip-prinsip Islam untuk menghindari dari berbagai macam penyakit seperti anemia.
Islam mengajarkan kita untuk menjaga bagaimana pentingnya menjaga kesehatan baik
kesehatan secara fisik maupun kesehatan secara psikis.

Kata Kunci: Pendidikan, Anemia, Ibu Hamil.

2
CORRELATION BETWEEN MATERNAL EDUCATION LEVEL AND ANEMIA
PREVALENCE IN PREGNANT WOMEN AT PUSKESMAS KECAMATAN
CEMPAKA PUTIH ON 2015 FROM MEDICAL AND ISLAMIC POINT OF
VIEWS

Dea Melinda Sabila1, Farida Amin2, Siti Marhamah3


1. Student, Medical School, Universitas YARSI
2. Lecturer, Medical School, Universitas YARSI
3. Lecturer of Islam, , Universitas YARSI

ABSTRACT

Background: Anemia currently is a serious health problem in pregnancy, especially in


Indonesia. Education level is a important risk factor in the prevalence of anemia in
pregnant women. Islam has repeatedly stated the importance of educating oneself and
maintain good physical and mental health. Pregnant women are advised to consume
halal and thoyyib (good) food with sufficient nutritions avoid anemia.

Goals: This study is aimed to determine the correlation between maternal education level
and anemia prevalence in pregnant women at Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih on
2015 from medical and Islamic point of views.

Method: This study uses a surveillance analytical design with a cross sectional approach.
A total of 193 samples were recruited by using simple random sampling through analysis
of the medical records of pregnant women at Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih on
2015. Data were analyzed with alternative Chi- Square test.

Results: Maternal education levels were divided into 2 groups; high education (bachelor,
diploma, magister, profession, doctorate, specialist ) with 37 samples (19,2%), and low
education (elementary school, middle school, high school,) with 156 samples (80,8%).
Among the pregnant women, 51 (26,4%) had anemia and 142 (73,6%) had no anemia.
The analysis of the correlation between maternal education level and anemia prevalence

3
in pregnant women resulted in a p = 0,764 (p>0,05) which showed no correlation
between the two variables.

Conclusion : There are no correlation between maternal education level and anemia
prevalence in pregnant women at Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih on 2015.
According to Islam, education level of oneself is important and Islam encourages the
update of one’s knowledge. Maintenance of physical and mental health is very important
according to Islamic principles to avoid certain diseases such as anemia. Islam also
provides several strategies for maintaing physical and mental health.

Key words: Education, Anemia, Pregnant Women

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN
PREVALENSI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN
CEMPAKA PUTIH TAHUN 2015 DITINJAU DARI SUDUT PANDANG
KEDOKTERAN DAN ISLAM” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai
gelar Dokter Muslim di Universitas YARSI.

Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan skripsi ini masih jauh


dari sempurna, tetapi penulis mencoba memberikan yang terbaik dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. A. Insan Sosiawan Tunru, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas YARSI
2. Dr. H. Lilian Batubara, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
3. Dr. Farida Amin, Sp.PK selaku pembimbing medik. Dengan segala
kesibukan dan aktivitasnya, namun beliau masih dapat meluangkan waktunya
untuk membimbing saya, memberikan saran, serta semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Hj. Siti Marhamah M.A selaku pembimbing agama. Dengan segala
kesibukannya namun beliau masih dapat meluangkan waktunya untuk
membimbing saya, memberikan saran, serta semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dr. Amelia Wahyuni, Sp.OG selaku penguji skripsi. Dengan segala
kesibukan dan aktivitasnya, namun beliau masih dapat meluangkan waktunya
untuk membimbing saya, memberikan saran, serta semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.

5
6. dr. Zwasta Pribadi M., MMedEd yang telah memberikan banyak sekali
pembelajaran dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini ditengah
kesibukannya.
7. Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang telah membantu dan
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian
penulisan skripsi ini.
8. Kepada Keluargaku: Ayahanda H. Undang S S.H, Ibunda Dra. Dede St
Hamzah, yang sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan,
dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh
pendidikan serta Kakak-kakakku Shopia Carolyta S.H, Nisa Sukma Amalia
S.H,M.H dan Angga Kusuma Nugraha S.E yang sangat banyak memberikan
doa, dukungan dan pengertiannya.
9. Teman Satu Kelompok Skripsi: Dara Mayang, Deby Tri Widia, Dewi
Setianingsih dan Fega Arabela yang bersama-sama saling membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman FKUY, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan pembelajaran dan semangat serta dukungannya dalam penulisan
skripsi ini.
Kritik dan saran penulis harapkan guna memperoleh hasil yang lebih baik
dalam menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa Rabbal
‘Aalamiin.

Jakarta, Januari 2017

Dea Melinda Sabila

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. ii
ABSTRAK DAN KATA KUNCI…………………………………………… iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xii
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………… xiii
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………... xiv
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………... 4
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………. 4
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………... 7
2.1 Kehamilan………………………………………………………... 7
2.1.1 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan……………………. 7
2.2 Anemia dalam Kehamilan………………………………………. 11
2.2.1 Definisi Anemia…………………………………………… 11
2.2.2 Epidemiologi Anemia pada Kehamilan…………………… 11
2.2.3 Etiologi Anemia…………………………………………… 12
2.2.4 Diagnosis Anemia pada Kehamilan………………………. 13
2.2.5 Bahaya Anemia pada Kehamilan…………………………. 13
2.2.6 Klasifikasi Anemia………………………………………... 15
2.2.7 Manifestasi Klinis Anemia……………………………….. 16
2.2.8 Komplikasi Anemia pada Kehamilan…………………….. 17

7
2.2.9 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Anemia pada
Ibu Hamil…………………………………………………. 19
2.3 Kerangka Teori………………………………………………….. 21
2.4 Kerangka Konsep……………………………………………….. 22
2.5 Perumusan Hipotesis……………………………………………. 22
2.6 Definisi Operasional…………………………………………….. 22
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………... 24
3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………... 24
3.2 Rancangan Penelitian……………………………………………. 24
3.3 Populasi………………………………………………………….. 24
3.4 Sampel…………………………………………………………… 24
3.5 Cara Penetapan Sampel…………………………………………. 25
3.6 Penetapan Besar Sampel………………………………………… 26
3.7 Jenis Data……………………………………………………….. 27
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data………………………. 27
3.9 Instrumen Pengumpulan Data…………………………………… 27
3.10 Analisa Data…………………………………………………….. 28
3.11 Alur Penelitian…………………………………………………... 29
3.12 Jadwal Penelitian………………………………………………… 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 31
4.1 Analisis Univariat……………………………………………….. 31
4.1.1 Gambaran Tingkat Pendidikan pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Tahun 2015………. 31
4.1.2 Gambaran Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Tahun 2015……….. 32
4.2 Analisis Bivariat…………………………………………………. 33
4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prevalensi
Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putihg pada tahun 2015………………………………………. 33

8
4.3 Pembahasan……………………………………………………… 35
BAB V PANDANGAN ISLAM……………………………………………… 39
5.1 Pentingnya Pendidikan Ibu dalam Pandangan Islam……………. 39
5.2 Pandangan Islam tentang Anemia pada Ibu Hamil……………… 45
5.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prevalensi
Anemia pada Ibu Hamil dalam Pandangan Islam………………... 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 50
6.1 Kesimpulan………………………………………………………. 50
6.2 Saran……………………………………………………………... 51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 52
ANGGARAN PENELITIAN………………………………………………… 55
BIODATA PENELITI………………………………………………………... 56
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. 57

9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6 Definisi Operasional…………………………………………..... 22
Tabel 3.12 Jadwal Penelitian……………………………………………….. 29
Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Pendidikan pada Ibu Hamil yang Berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015…... 31
Tabel 4.2 Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil yang Berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015…….... 32
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Statistik antara Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada Tahun 2015………………………………. 33

10
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.3 Kerangka Teori…………………………………………………. 21
Bagan 2.4 Kerangka Konsep………………………………………………. 22
Bagan 3.11 Alur Penelitian…………………………………………………. 29

11
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Gambaran Tingkat Pendidikan pada Ibu Hamil yang Berkunjung
Ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih……………………. 31
Diagram 4.2 Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil yang Berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015……… 32

12
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.3 Hasil Pengujian Statistik antara Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada Tahun 2015………………………………. 33

BAB I
PENDAHULUAN

13
1.1 Latar Belakang

Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil
mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya. Anemia atau sering disebut kurang
darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang
digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan
kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menentukan Hb
11 gr% sebagai dasarnya (Depkes RI, 2009).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan
nilai kesejahteraaan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar
terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut
“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak),
karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Melisa et al, 2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus.
Resiko kematian ibu dapat ditambah dengan adanya anemia, penyakit infeksi
seperti malaria, TBC, hepatitis, atau HIV/AIDS. Anemia dalam kehamilan akan
mengakibatkan meningkatnya resiko keguguran, prematuritas, atau berat bayi
lahir rendah (Infodatin, 2014; Riskesdas, 2013; Prawirohardjo, 2014).
Sementara itu, laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007)
menunjukan bahwa prevalensi anemia ibu hamil pada tahun 2007 di DKI Jakarta
sebesar (59,1%) atau 15 persen melebihi rata-rata prevalensi nasional (11,9%)
(Yulianasari, 2009).
Tingkat kematian pada ibu di Indonesia dengan anemia kira-kira 7 per 1000
persalinan, sedangkan pada ibu yang tidak menderita anemia 1,9 per 1000
persalinan. Menurut WHO prevalensi anemia kurang besi pada wanita hamil
justru meningkat sampai 55% yang menyengsarakan sekitar 44% wanita di

14
seluruh negara sedang berkembang (kisaran angka 18,4-87,5%). Sebagian ibu di
pedesaan menderita anemia karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan- pantangan terhadap makanan. Sementara kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang, ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan
berdampak negatif bagi kesehatan ibu hamil. Selain itu faktor pendidikan ibu juga
mempengaruhi keadaan kesehatan ibu hamil itu sendiri (Hannan, 2012).
Menurut United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2011,
tingkat pendidikan masyarakat Indonesia di tahun 2011 menurun dibanding tahun
2010. Pada tahun 2010 Indonesia berada di urutan atau ranking 108 dari 187
Negara sedangkan pada tahun 2011 Indonesia berada di urutan atau ranking 124
dari 187 Negara. Banyak masyarakat Indonesia yang putus sekolah dan tidak bisa
melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi. Berdasarkan status pendidikan,
kebanyakan wanita Indonesia hanya sampai Sekolah Dasar, bahkan ada yang tidak
bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya
pengetahuan ibu yang berpengaruh pada kesadaran ibu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk anemia. Oleh sebab itu
pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia
(Nurhidayati, 2013).
Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah dapat menyebabkan kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan dan bahaya-bahaya dari kehamilan tersebut.
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif buruk yaitu 63,5%.
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan keracunan
kehamilan (Hannan , 2012).
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki,
ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat
berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari
perkembangan manusia dalam berketurunan adalah dengan cara berhubungan
suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan
suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin

15
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan
paling mudah dalam melahirkan keturunan.
Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat
meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya.
Kelahiran anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu
menunggu kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Tetapi masa
kehamilan yang dirasakan oleh ibu hamil bukanlah masa yang mudah untuk
dilalui. Butuh pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalani masa mengandung
selama 9 bulan tersebut yang nantinya diakhiri dengan proses persalinan (Usman,
2014).
Pandangan islam mengenai terjadinya anemia pada ibu hamil merupakan
salah satu ujian yang Allah SWT berikan kepada seorang seorang ibu. karena
apapun yang terjadi di dunia ini semua atas kehendak Allah SWT, oleh karena itu
sangat mulia sekali posisi seorang ibu di mata Allah SWT. Salah satu ujian yang
Allah SWT berikan adalah sakit, saat Allah SWT menakdirkan seseorang untuk
sakit, pasti ada alasan dan hikmah tertentu dibalik terjadinya itu semua. untuk
melihat siapa di antara hambanya yang memang benar-benar berada dalam
keimanan dan kesabaran. Semua ujian yang diberikannya semata-mata hanya agar
hambanya menjadi lebih baik di hadapannya.
Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil berhubungan erat dengan
tingkat pendidikan ibu yang di dapat selama ini. Karena tinggi atau rendahnya
pendidikan ibu bisa berpengaruh dengan kejadian terjadinya anemia pada ibu
hamil. Dan dampaknya sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup janin dan
ibunya selama masa kehamilan. Islam datang untuk memberikan pengajaran agar
manusia mengetahui baik dan buruk, halal dan haram serta berbagai ilmu untuk
kepentingan hidup manuusia seperti ilmu kesehatan dan ilmu sosial.
Menurut pandangan Islam menuntut ilmu merupakan kewajiban karena
dapat merubah pemikiran, perilaku, karakter bahkan peradaban manusia menjadi
lebih baik lagi. Ilmu kesehatan sangat besar manfaatnya. Karena salah satu
manfaatnya yaitu dapat membuat manusia menjadi lebih menjaga kesehatan
dirinya maupun orang lain agar manusia bisa lebih terhindar dari berbagai macam

16
penyakit dan mengetahui bagaimana cara mengobatinya (Ulfa, 2015). Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor tingkat
pendidikan ibu dengan prevalensi anemia pada ibu hamil.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka akan dilakukan


penelitian mengenai hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015 yang
ditinjau dari sudut pandang Kedokteran dan Islam.

1.3 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015?
b. Bagaimana prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih tahun 2015?
c. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
prevalensi anemia pada ibu hamil?
d. Bagaimana pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan prevalensi anemia pada ibu hamil?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum


a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015.
b. Untuk mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015.
1.4.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas

17
Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015 yang ditinjau dari sudut pandang
Kedokteran dan Islam.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritik
Menambah pengetahuan/informasi dan mengembangkan substansi
ilmu kedokteran, khususnya mengenai anemia pada ibu hamil dan
hubungannya dengan faktor tingkat pendidikan ibu.
b. Manfaat Metodologik
Mempelajari dan mempraktikkan ilmu metodologi dalam sebuah
penelitian yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Tahun 2015”.
c. Manfaat Aplikatif
a. Puskesmas tempat dilakukan penelitian
Menjadi sumber masukan bagi Puskesmas dalam upaya
penanganan ibu hamil yang menderita anemia, serta pencegahan
pada ibu hamil lainnya agar dapat terjadi penurunan prevalensi
anemia pada ibu hamil.
b. Peneliti
Peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai anemia
pada ibu hamil dan hubungannya dengan faktor tingkat pendidikan
ibu. Mengaplikasikan secara langsung ilmu metodologi penelitian,
sekaligus memenuhi salah satu syarat kelulusan sarjana
kedokteran.
c. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Sebagai referensi tambahan di perpustakaan dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa.
d. Peneliti lain

18
Sebagai bahan acuan maupun perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.

BAB II

19
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa).

2.1.1 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


Perubahan fisiologi dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan
perubahan yang dapat dilihat dan perubahan yang tidak dapat dilihat.Perubahan
yang dapat dilihat meliputi:

1. Perubahan pada kulit


Terjadi hiperpigmentasi, yaitu perubahan pigmen di tempat tertentu.Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai
topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan
putting susu, daerah yang berwarna hitam disekitar putting susu akan
menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam.
Hal ini disebut areola mamae sekunder. Putting susu menghitam dan
membesar sehingga lebih menonjol. Pada area suprapubis, terdapat garis hitam
yang memanjang dari atas simpisis sampai pusat.Warnanya lebih hitam
disbanding sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas
pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi, terjadi stria gravidarum
yang merupakan garis pada kulit. Terdapat dua jenis stria gravidarum, yaitu
stria livida (garis yang berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna
putih).Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus
hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher
pria.Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

3. Perubahan Payudara

20
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a. Payudara membesar, tegang, sakit.
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan putting susu serta muncul areola
mamae sekunder.
d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak
cairan agar putting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
teman berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu
sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti susu yang sangat encer.
Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolustrum.
4. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan
lima bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi
tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan
hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
5. Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah.Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah
yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut tanda chadwick.

6. Perubahan Tungkai

21
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai.Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema ini terjadi karena tekana uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan Pada Sikap Tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perubahan yang tidak dapat dilihat:
a. Perubahan Pada Alat Pencernaan
Alat pencernaan lebih kendur, peristaltik kurang baik, terjadi hipersekresi
kelenjar dalam alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah,
hipersaliva, dan lain-lain. Persitaltik yang kurang baik dapat menimbulkan
konstipasi atau obstipasi.
b. Perubahan Pada Peredaran dan Pembuluh Darah
a) Perubahan pada darah
Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar
dari pada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi). Masa puncak terjadi pada umur kehamilan 32 minggu.
Serum darah (volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan sel darah
bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu.
Oleh karena itu, ibu hamil yang mengidap penyakit jantung harus
berhati-hati.Jumlah sel darah merah semakin meningkat, hal ini untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam Rahim. Namun, pertambahan
sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai dengan anemia fisiologis.
b) Perubahan pada jantung
Selama hamil, jantung memompa untuk dua orang, yaitu ibu dan
janin. Bertambahnya cairan darah menambah volume darah, tetapi
kepekatan darah berkurang dan pembuluh darah membesar.Oleh
karena itu, kerja jantung bertambah berat.

c) Perubahan tekanan darah

22
Biasanya, tekanan darah tidak tinggi meskipun volume darah
bertambah, bahkan sedikit turun. Turunnya tekanan darah ini
disebabkan oleh kepekatan darah berkurang.
d) Perubahan Pada Paru
Paru juga bekerja lebih berat karena mengisap zat asam untuk
kebutuhan ibu dan janin. Pada kehamilan tua, posisi paru terdesak
keatas akibat uterus membesar.
e) Perubahan Pada Perkemihan
- Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dua
orang, yaitu ibu dan janin.
- Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga
panggul. Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur sehingga
menyebabkan perjalanan urine ke kandung kemih melambat.
Kuman dapat berkembang di kelokan itu dan menimbulkan
penyakit.
- Pada bulan kedua kehamilan, ibu lebih sering berkemih karena
ureter lebih antefleksi dan membesar.
f) Perubahan Pada Tulang
Keadaan tulang pada kehamilan juga mengalami perubahan, bentuk
tulang belakang menyesuaikan diri dengan kesimbangan badan karena
uterus membesar. Oleh karena itu, pada kehamilan lebih dari enam
bulan, sikap tubuh ibu tampak menjadi lordosis.
g) Perubahan Pada Jaringan Pembentuk Organ
Jaringan menjadi lebih longgar dan mengikat garam.
h) Perubahan Pada Alat Kelamin Dalam
Perubahan pada alat kelamin dalam sudah pasti terjadi karena alat
kelamin merupakan alat reproduksi (Saminem, 2008).

23
2.2. Anemia dalam Kehamilan
2.2.1 Definisi Anemia pada Kehamilan
Anemia merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya jumlah sel darah
merah, kualitas hemoglobin, dan volume hematokrit dibawah nilai normal per 100
ml darah. Ketika seseorang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/100 ml
dalam darahnya, maka dia dikatan menderita anemia. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi dimana kadar hemoglobin ibu hamil kurang dari 11 g/dl pada
trimester I dan III, atau pada trimester II kadat hemoglobinnya kurang dari 10,5
g/dl (Soraya, 2013).
Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan dijumpai pada
wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau folat. Hal ini
disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan
massa hemoglobin dan volume sel darah merah yang terjadi pada kehamilan
normal. Pada awal kehamilan dan menjelang aterm, kadar hemoglobin
kebanyakan wanita sehat dengan simpanan zat besi adalah 11 g/dL atau lebih.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Oleh karena
itu, Center of Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan anemia
sebagai kadar hemoglobin yang lebih rendah dari 11 g/dL pada trimester pertama
dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dL pada trimester kedua (Leveno et al, 2009).

2.2.2 Epidemiologi Anemia pada Kehamilan


Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (2008)
frekuensi anemia selama kehamilan bergantung terutama pada status besi
sebelumnya dan suplementasi prenatal.Penyakit ini lebih sering dijumpai pada
wanita dengan ekonomi rendah dan juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan
(Cunningham,2012).
Menurut WHO (2014), setengah miliar wanita usia reproduksi diseluruh
dunia mengalami anemia. Pada tahun 2011, 29% (496 juta) wanita tidak hamil
dan 38% (32.400.000) dari ibu yang berusia 15-49 tahun menderita
anemia.Prevalensi anemia tertinggi di Asia selatan dan tengah serta Afrika

24
barat.Diperkirakan bahwa separuh dari kasus anemia disebabkan oleh kekurangan
zat besi (WHO,2014).
Berdasarkan data Riskesdas 2013 terdapat 37,1% ibu hamil di seluruh
Indonesia mengalami anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0
gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%)
dan pedesaan (37.8%) (Riskesdas, 2013).

2.2.3 Etiologi Anemia pada Kehamilan


Pada kehamilan, salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah
perubahan hemodinamik. Salah satu masalah yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan adalah anemia. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
anemia pada kehamilan yaitu jika konsentrasi hemoglobin di bawah 11g/dL
(Prawirohardjo, 2013; WHO, 2011).
Penyebab anemia pada kehamilan bersifat multifaktorial yaitu defisiensi
nutrisional, penyakit infeksi, keadaan sosiodemografi dan sosioekonomi ibu serta
faktor reproduksi juga dapat mempengaruhi bahkan memperburuk status anemia
pada ibu hamil (Abriha, 2014; Perumal, 2014).
Menurut Cunningham (2012), beberapa penyebab anemia selama
kehamilan antara lain:

a. Didapat
 Anemia defisiensi besi
 Anemia akibat kehilangan darah akut
 Anemia pada peradangan atau keganasan
 Anemia megaloblastik
 Anemia hemolitik didapat
 Anemia aplastik atau hipoplastik
b. Herediter
 Talasemia
 Hemoglobinopati sel sabit
 Anemia hemolitik herediter.

25
Dua penyebab tersering anemia pada kehamilan dan masa nifas adalah
anemia defisiensi besi dan anemia akibat kehilangan darah akut. HIV/AIDS,
malaria, penyakit menular, infeksi bakteri dan infeksi cacing, serta faktor
reproduksi seperti status paritas, usia kehamilan, riwayat komplikasi kehamilan,
usia saat menikah, jarak kehamilan antara dua kelahiran dan frekuensi antenatal
check-up juga dapat mempengaruhi bahkan memperburuk status anemia pada ibu
hamil (Cunningham, 2012; Perumal, 2014).

2.2.4 Diagnosis Anemia pada Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda
(Manuaba, 2007).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

Hb 11gr% tidak anemia


9-10 gr% anemia ringan
7-8 gr% anemia sedang
< 7 gr% anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu


pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu
hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90
tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas (Manuaba,2007).

2.2.5 Bahaya Anemia pada Kehamilan


Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi:
1. Pengaruh anemia pada kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan:
- Dapat menjadi abortus

26
- Persalinan prematur
- Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
- Mudah menjadi infeksi
- Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr%)
- Mola hidatidosa
- Hiperemesis gravidarum
- Perdarahan antepartum
- Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan:
- Gangguan His-kekuatan mengejan
- Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
- Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan.
- Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
akibat atonia uteri
- Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri
c. Pada kala nipas:
- Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post ppartum.
- Memudahkan infeksi puerperium
- Pengeluaran ASI berkurang
- Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
- Anemia kala nipas
- Mudah terjadi infeksi mamae
2. Bahaya Terhadap Janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya,
dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang
sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu.
Akibat anemia pada janin antara lain adalah:
a. Abortus
b. Kematian intrauteri

27
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h. Intelegensia rendah (Manuaba, 2007).

2.2.6 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan


Anemia terbagi dalam bermacam-macam jenis. Pembagian anemia dalam
kehamilan antara lain yaitu: anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, dan
anemia hemolitik.
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang diakibatkan kekurangan
besi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang
mengandung unsur besi, adanya gangguan resorpsi, gangguan penggunaan,
maupun karena perdarahan sehingga besi banyak yang keluar dari tubuh. Jika
selama kehamilan asupan besi tidak ditambah maka akan mudah terjadi anemia
defisiensi besi, sebab keperluan besi akan bertambah terutama dalam trimester
terakhir. Oleh karena itu asupan besi perhari di Indonesia untuk wanita tidak
hamil adalah 12 mg, 17 mg untuk wanita hamil dan menyusui. Ciri khas anemia
defisiensi besi yang berat yaitu mikrositosis dan hiprokomasia. Sedangkan ciri
lainnya yaitu kadar besi serum rendah, daya ikat besi serum yang tinggi,
protoporfirin eritrosit yang tinggi, serta tidak ditemukan hemosiderin dalam
sumsum tulang.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan jarang sekali disebabkan karena
vitamin B12, kebanyakan disebabkan oleh defisiensi asam folik. Frekuensi anemia
jenis ini terbilang cukup tinggi didaerah Asia dibandingkan di daerah Eropa
maupun Amerika Serikat, karena anemia megaloblastik ini berhubungan erat
dengan defisiensi makanan. Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila
ditemukan megaloblast atau premegaloblast dalam darah atau sumsum tulang.

28
3. Anemia hemolitik
Proses penghancuran sel darah merah yang berlangsung lebih cepat dari
pada pembuatannya dapat menyebabkan anemia hemolitik. Tanda-tanda yang
biasanya ditemukan yaitu hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia,
hiperurobili9nuria, dan sterkobilin lebih banyak dalam feses (Soraya, 2013).

2.2.7 Manifestasi Klinis Anemia pada Kehamilan


Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut.
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia
organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin.Gejala-gejala tersebut apabila dilasifikasikan menurut organ yang
terkena.
a. Sistem kardiovaskular. Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas
saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Sistem saraf. Sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem urogenital. Gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel. Berwarna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut.
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali

29
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemi.Gejala ini timbul
karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan
menimbulkan gejala seperti pembesarab parotis dan telapak tangan berwarna
kuning seperti jerami (Handayani dan Haribowo, 2008).

2.2.8 Komplikasi Anemia pada Kehamilan


Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi:
a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
 Bahaya selama kehamilan:
 Dapat terjadi abortus
 Persalinan premature
 Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
 Mudah terjadi infeksi
 Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 g %)
 Mola hidatidosa
 Hiperemesis gravidarum
 Perdarahan antepartum
 Ketuban pecah dini

 Bahaya saat persalinan:


 Gangguan his/kekuatan mengejan
 Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar
 Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
 Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan
postpartum akibat atonia uteri

30
 Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri

 Pada kala nifas:


 Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum
 Memudahkan infeksi puerperium
 Pengeluaran ASI berkurang
 Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
 Anemia kala nifas
 Mudah terjadi infeksi mammae

b. Bahaya terhadap janin


Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari
ibunya, tetapi dengan adanya anemia, kemampuan metabolisme tubuh
akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain:
 Abortus
 Kematian intrauteri
 Persalinan prematuritas tinggi
 Berat badan lahir rendah
 Kelahiran dengan anemia
 Dapat terjadi cacat bawaan
 Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
 Intelegensia rendah (Bakta, 2007).

31
2.2.9 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Anemia pada Ibu Hamil
1. Tingkat pendidikan ibu
Beberapa faktor diduga berhubungan erat dengan kejadian anemia pada
ibu hamil, salah satunya adalah tingkat pendidikan. Penelitian Mangihut Silalahi
(2007) menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian anemia pada kehamilan. Pendidikan yang baik akan mempermudah
untuk mengadopsi pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat
pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani
masalah gizi dan kesehatan keluarga (Silalahi, 2007).
Menurut United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2011,
tingkat pendidikan masyarakat Indonesia di tahun 2011 menurun dibanding tahun
2010. Pada tahun 2010 Indonesia berada di urutan atau ranking 108 dari 187
Negara sedangkan pada tahun 2011 Indonesia berada di urutan atau ranking 124
dari 187 Negara. Banyak masyarakat Indonesia yang putus sekolah dan tidak bisa
melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi. Berdasarkan status pendidikan,
kebanyakan wanita Indonesia hanya sampai Sekolah Dasar, bahkan ada yang tidak
bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya
pengetahuan ibu yang berpengaruh pada kesadaran ibu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk anemia. Oleh sebab itu
pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia
(Nurhidayati, 2013).
Hasil ini dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. Pendidikan akan
membentuk pola pikir yang baik dimana ibu akan lebih mudah untuk menerima
informasi sehingga dapat terbentuk pengetahuan yang memadai. Pengetahuan
tersebut digunakan sebagai dasar bagi ibu untuk berperilaku mencegah dan
mengatasi anemia sehingga ibu tidak mengalami anemia kehamilan (Hannan,
2012)..
Terjadinya anemia kehamilan dapat diatasi melalui pemberian pendidikan
kesehatan kepada ibu hamil dengan memperhatikan tingkat pendidikannya. Ibu

32
yang berpendidikan dasar dapat dilakukan melalui pemberian konseling dan
komunikasi dua arah agar dicapai pemahaman materi yang lebih baik. Ibu
berpendidikan menengah dapat dilakukan penyuluhan dan sosialisasi kesehatan.
Ibu yang berpendidikan tinggi dapat dilakukan dengan memberikan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi). Pengetahuan dan pemahaman yang baik
pada ibu hamil tentang cara mencegah dan mengatasi anemia, maka akan
mempengaruhi terbentuknya perilaku yang baik dalam mencegah dan mengatasi
anemia kehamilan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Nurhidayati,
2013).
Dalam penelitian ini menggunakan batasan pendidikan dasar (SD/SMP),
pendidikan menengah (SMA/SMK), pendidikan tinggi (diploma, sarjana,
magister, doktor, profesi, spesialis) sebagai batas acuan penelitian ini (permen
pendidikan dan kebudayaan RI, 2014 ; Nurhidayati, 2013 ; Noverstiti 2012 ;
Purbadewi dan Ulvie, 2013).

33
2.3 Kerangka Teori

Kehamilan

Terjadi penambahan volume plasma


yang relatif lebih besar daripada
penambahan massa hemoglobin dan
volume sel darah merah

Faktor resiko : Usia kehamilan,


Anemia Pada
Gizi, Ekonomi, Usia ibu, Paritas,
Kehamilan Jarak kehamilan, Kepatuhan
konsumsi tablet Fe, Pendidikan

Anemia Anemia Anemia Faktor resiko yang berperan


Defisiensi Besi Megaloblastik Hemolitik penting yang mendasari akan
terjadinya anemia dalam
kehamilan, salah satunya adalah:
Tingkat Pendidikan Ibu

Pengaruh anemia terhadap


kehamilan: Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil
a) Abortus dapat menyebabkan keterbatasan dalam
b) Persalinan prematuritas upaya menangani masalah gizi dan kesehatan
c) Hambatan tumbuh kembang keluarga, serta berpengaruh pada kesadaran
janin ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
d) Mudah infeksi sehingga mudah sekali ibu hamil mengalami
e) Ancaman dekompensasi anemia selama masa kehamilannya
kordis (Hb < 6 gr %)
f) Heperemesis gravidarum
g) Perdarahan antepartum
h) Ketuban pecah dini

34
2.4 Kerangka Konsep

Anemia pada Ibu


Tingkat Pendidikan Ibu Hamil

Keterangan : = Yang diteliti


Variabel Independen = Tingkat Pendidikan Ibu
Variabel Dependen = Anemia pada Kehamilan

2.5 Perumusan Hipotesis


ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan prevalensi anemia pada
ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Tahun 2015.

2.6 Definisi Operasional

Definisi Skala
No. Variabel Hasil Ukur Cara Ukur
Operasional Ukur
1 Anemia Penurunan 1. Anemia Nominal Data
pada ibu konsentrasi 2. Tidak Anemia Sekunder
hamil hemoglobin (Hb) (rekam
yang terjadi medik
selama kehamilan: pasien)
 Trimester I &
III < 11 g/dl
 Trimester II <
10.5 g/dl
2 Tingkat Jenjang 1. Pendidikan Ordinal Data
pendidikan pendidikan formal rendah Sekunder
ibu yang pernah (SD,SMP, (rekam
ditempuh oleh ibu (SMA,SMK)
medik
hamil
2.Pendidikan pasien)
tinggi (sarjana,

35
diploma,
magister,
profesi, doktor,
spesialis)

36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental atau
bersifat survei analitik. Penelitian survei analitik adalah penelitian yang mencoba
menggal bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan faktor efek.
Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko,
sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya
efek/pengaruh (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan faktor efek dengan
pengumpulan data baik variabel risiko atau sebab (independen) maupun variabel
akibat (independen) dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini mengamati variabel dependen (prevalensi anemia pada ibu
hamil) dan variabel independen (tingkat pendidikan).

3.3 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka ada tahun 2015 yang berjumlah
401 orang. Data populasi tersebut didapatkan dari data laporan tahunan
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.

3.4 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diteliti yang diambil dari
keseluruhan objek dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian

37
(Notoatmodjo, 2012). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu
hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun
2015 yang berjumlah 193 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan kriteria-kriteria
responden sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi:
Adalah kriteria atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini, kriteria inklusinya adalah:
• Ibu hamil yang mengalami anemia dengan data rekam medik yang
lengkap, yaitu termasuk di dalamnya data tingkat pendidikan ibu.
• Kadar hemoglobin yang dipilih adalah kadar hemoglobin yang diukur saat
ibu hamil pertama kali berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada
tahun 2015

b. Kriteria eksklusi:
Adalah kriteria atau ciri- ciri yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, kriteria eksklusinya adalah:
• Ibu hamil yang mengalami hipertensi kronik, diabetes melitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal, penyakit kelenjar tiroid, HIV, malaria, infeksi cacing,
keganasan, dan hemoglobinopati.
• Ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum.
• Ibu hamil yang memiliki riwayat anemia pada saat sebelum hamil.

3.5 Cara Penetapan Sampel


Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik
tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya
(Notoatmodjo, 2012). Cara penetapan sampel untuk objek penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak sederhana (simple
random sampling).

38
Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random
sampling) adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Apabila besarnya sampel
yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan
elementer untuk terpilih pun berbeda-beda pula. Teknik pengambilan sampel
secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi
anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dan dengan
menggunakana tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo,
2012).

3.6 Penetapan Besar Sampel


Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada
dua hal, yaitu adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan
batas maksimal dari besarnya sampel dan kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012). Rumus
menghitung besar sampel pada populasi finit untuk estimasi proporsi:

Rumus menghitung besar sampel untuk estimasi proporsi:

N = 401 Z1-α/2 = 1,96 P = 59,1% d = 0,05

n= N Z21-α/2 P (1-P)
(N-1) d2 + Z21-α/2 P (1-P)

39
n= 401 x (1,96)2 x 0,591 (1-0,591)
(401-1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,591 (1-0,591)

n= 401 x 3,842 x 0,242


400 x 0,0025 + 3,842 x 0,242

n= 372,83
1 + 0,93

n= 372,83
1,93

n = 193,18
n = 193 orang

3.7 Jenis Data


Jenis data yang diambil adalah data sekunder berupa data yang diambil dari
rekam medik pasien ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada tahun 2015.

3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data


Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melihat dan
menganalisis data rekam medik pasien ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015. Data yang digunakan adalah HB
yang diukur dengan alat Hematology Analyzer yang bekerja berdasarkan prinsip
flow cytometer.

3.9 Instrumen Pengumpulan Data


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
yang diambil dari rekam medik pasien ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas

40
Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 dan komputer dengan program
Statitical Product and Service Solution (SPSS).

3.10 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Analisis univariat (analisis deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2012). Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi dari variabel dependen yaitu prevalensi anemia pada ibu hamil dan
variabel independen yaitu usia kehamilan.

2. Analisis bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui karakteristik
atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis bivariat. Analisis
bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel dependen yaitu prevalensi anemia pada ibu hamil dan variabel
independen yaitu usia kehamilan. Kemudian, untuk melihat hubungan kedua
variabel, dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square karena jenis data variabel
dependen yaitu prevalensi anemia pada ibu hamil merupakan data katagorik dan
variabel independen yaitu usia kehamilan merupakan data katagorik.

Untuk pengolahan data, peneliti akan mengolah data yang telah didapatkan
dengan menggunakan program SPSS 23.0 for windows.

41
3.11 Alur Penelitian

Data Berdasarkan Rekam Medik

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi

Sampel Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pembuatan Hasil Laporan Penelitian

3.12 Jadwal Penelitian


Bulan (Tahun 2016)
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Studi literature
Penyusunan proposal
Seminar proposal
penelitian
Pengumpulan data
Analisis data dan evaluasi
Penulisan laporan
Seminar hasil

42
Bulan (Tahun 2016)
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober November Desember
Studi
literature
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
penelitian
Pengumpulan
data
Analisis data
dan evaluasi
Penulisan
laporan
Seminar hasil

43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Univariat


4.1.1 Gambaran tingkat pendidikan pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015
Tabel 4.1 Gambaran tingkat pendidikan pada ibu hamil yang berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase


Tinggi 37 19,2
Rendah 156 80,8
Total 193 100,0

Diagram 4.1 Gambaran tingkat pendidikan pada ibu hamil yang


berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.

Tingkat Pendidikan
Tinggi Rendah

19%

81%

44
Tabel 4.1 dan Diagram 4.1 menunjukan bahwa jumlah ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 sebanyak
193 orang, dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 37 orang (19,2%), dan
dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 156 orang (80,8%).

4.1.2 Gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan


Cempaka Putih tahun 2015
Tabel 4.2 Prevalensi anemia pada ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.

Kejadian Anemia Frekuensi Persentase


Anemia 51 26,4
Tidak Anemia 142 73,6
Total 193 100,0

Diagram 4.2 Prevalensi anemia pada ibu hamil yang berkunjung ke


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.

45
Tabel 4.2 dan Diagram 4.2 menunjukan bahwa jumlah ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 yang
mengalami anemia, yaitu sebanyak 51 orang (26,4%). Sedangkan, jumlah ibu
hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun
2015 yang tidak mengalami anemia, yaitu sebanyak 142 orang (73,6%).

4.2 Analisis Bivariat


4.2.1 Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015
Tabel 4.3 Hasil pengujian statistik antara Tingkat Pendidikan ibu terhadap
Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka putih pada
Tahun 2015.

Kejadian Tingkat Persentase Tingkat Persentase Total Nilai P


Anemia Pendidikan Pendidikan
Tinggi Rendah
Tidak 26 18,3% 116 81,7% 100%
anemia
Anemia 11 21,6% 40 78,4% 100% 0,764

Total 37 19,2% 156 80,8% 100%

Grafik 4.3 Hasil pengujian statistik antara Tingkat Pendidikan ibu terhadap
Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka putih pada
Tahun 2015.

46
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil
anemia tidak anemia

116

26 40
11
tingkat pendidikan tinggi tingkat pendidikan rendah

Tabel 4.3 dan Grafik 4.3 menunjukan bahwa jumlah ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 yang tidak
anemia, yaitu ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 26 dari 37
orang (18,3%), dan pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak
116 dari 156 orang (81,7%%). Sedangkan, jumlah ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 yang mengalami anemia,
yaitu ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 11 dari 37 orang
(21,6%), dan pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 40 dari
156 orang (78,4%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value = 0,764 ≥ 0,005
berarti jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Tingkat
Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015.

47
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
pada Tahun 2015 jumlah ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
berjumlah 37 orang (19,2%) dengan yang mengalami anemia sebanyak 11 orang
(21,6%) dan jumlah ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan rendah
berjumlah 156 orang (80,8%) dengan yang mengalami anemia sebanyak 40 orang
(78,4%). Dilihat dari hasil pervariabel terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil, mungkin
dikarenakan ibu hamil tersebut sudah mengetahui betapa pentingnya patuh akan
menkonsumsi tablet fe serta menjaga pola makan yang sehat. Tetapi setelah diolah
hasil data pervariabel tersebut oleh rumus dengan system SPSS didapatkan hasil
tidak bermakna antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia pada
ibu hamil. Hasil analisa data yang didapat dengan menggunakan uji chi square,
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
dapatkan nilai p=0,764 (p > 0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan kejadiaan anemia pada ibu hamil. Mungkin ini terjadi
karena ada variasi setelah diolah oleh rumus jadi terlihat hasilnya seakan tidak ada
hubungan. Dan ini mungkin juga disebabkan karena kelemahan penelitian dari
jumlah sampelnya atau karena pengambilannya dengan cara data sekunder yang
banyak keterbatasan dari hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan teori, tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi terjadinya
anemia pada ibu hamil, hal ini disebabkan karena apabila rendahnya pendidikan
ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan yang ibu miliki serta
berpengaruh juga pada kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(Nurhidayati, 2013). Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah dapat
menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan dan bahaya-bahaya
dari kehamilan tersebut (Hannan , 2012). Oleh sebab itu pendidikan ibu adalah
faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia.
Pada hasil penelitian ini yang telah di olah datanya oleh rumus ditemukan
hasil yang berbeda dengan teori, mungkin selain itu karena faktor tempat
penelitian ini dilakukan di Puskesmas yang lingkungan dan penduduknya adalah

48
golongan menengah keatas, sehingga lebih memperhatikan kesejahteraan dan
kesehatan hidup. Hal tersebut diketahui dari hasil pendataan yang dilakukan BPS
Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk menengah ke bawah di Kecamatan
Cempaka Putih pada tahun 2012 sebanyak 1.336 atau 5,78 persen dari total RTS
se-Kota Administasi Jakarta Pusat (BPS,2016).
Hasil ini juga berbeda dengan penelitiaan Purbadewi dan Ulvie (2013),
yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Pada penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) di
Puskesmas Induk Moyudan, Sleman, Yogyakarta pada bulan Januari-November
Tahun 2008 dengan jumlah sampel 42 ibu hamil. Penelitiannya menggunakan uji
chi square, hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu
hamil didapatkan nilai p=0,000 (p < 0,05). Pada hasil penelitiannya mayoritas ibu
hamil yang mengalami anemia memang memiliki tingkat pendidikan rendah 21
orang (50%) setengah dari jumlah sampel pada penelitiannya.
Perbedaan hasil penelitian di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada
tahun 2015 dengan penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) di Puskesmas Induk
Moyudan, Sleman, Yogyakarta pada bulan Januari-November Tahun 2008,
kemungkinan dikarenakan cara pengambilan sampel, jumlah total sampel dan
lingkungan tempat meneliti. Cara pengambilan sampel pada penelitian di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 dengan menggunakan
rekam medik saja, sedangkan penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) dengan
menggunakan kuesioner. Jumlah total sampel pada penelitian di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015 adalah 193 orang ibu hamil,
sedangkan total sampel pada penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) adalah 55
orang yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 42 ibu hamil. Dan setengah
responden dari jumlah sampel pada penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013)
mayoritas ibu hamil yang mengalami anemia memiliki pengetahuan yang kurang
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada tahun 2015 hanya beberapa persen saja dari jumlah sampel
yang menunjukan ibu hamil yang mengalami anemia memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, mungkin ini juga disebabkan karena peneliti meneliti di lingkungan

49
yang penduduknya adalah golongan menengah keatas sehingga lebih
memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan hidup.
Menurut penelitiaan Purbadewi dan Ulvie (2013) Tingkat pendidikan ibu
dapat menghasilkan pengetahuan yang menjadi salah satu faktor yang
menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan.
Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia akan berperilaku
negatif, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan baik akan
berperilaku positif dalam hal ini adalah perilaku untuk mencegah atau mengobati
anemia.
Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Noverstiti (2012) di Puskesmas Air Dingin Kota Padang Tahun 2012
penelitiaannya menggunakan uji Continuity Correction, hubungan tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di dapatkan nilai p=0,101
(p > 0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
kejadiaan anemia pada ibu hamil. Karena beberapa faktor lain diduga yang
berhubungan erat dengan kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah
kepatuhan konsumsi tablet Fe.
Adapun keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini antara lain:
1. Desain penelitian: penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang
memiliki keterbatasan-keterbatasan diantaranya tidak dapat menggambarkan
perkembangan penyakit secara akurat dan paling lemah dalam menggambarkan
hubungan sebab akibat tiap variabel jika dibandingkan dengan desain penelitian
lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini rawan terhadap bias. Bias adalah kesalahan
yang terjadi secara sistematik baik dalam desain, pelaksanaan, maupun dalam
mengiterpretasi informasi tentang subjek penelitian.
2. Sampel: sampel peneletian ini hanya diambil di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih, sehingga tidak bisa digeneralisasikan ke seluruh puskesmas yang
ada di wilayah Jakarta Pusat. Sampel dalam penelitian ini juga diambil dari data
rekam medic saja, sehingga banyak terdapat keterbatasan dalam pengumpulan
data.

50
3. Variabel: masih terdapat variabel yang diduga menjadi penyebab kejadian
anemia yang tidak diteliti dalam penelitian ini misalnya infeksi dan penyakit
penyerta pada ibu hamil.
4. Instrumen Penelitian: alat yang digunakan pada pemeriksaan hematologi di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah Hematology Analyzer. Alat ini
digunakan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, seperti pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, mean corpuscular volume (MCV), mean
corpuscular hemoglobin (MCH), dan lain-lain. Akan tetapi, hasil pemeriksaan
hematologi yang dicantumkan dalam rekam medic ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih tahun 2015 hanya data kadar Hb, padahal data seperti
MCV dan MCH dapat membantu menentukan jenis anemia yang dialami oleh ibu
hamil. Oleh karena itu, pada penelitian ini data hasil pemeriksaan hematologi
yang digunakan hanya data Hb, sehingga hasil penelitian ini hanya dapat
menyatakan apakah ibu hamil dalam penelitian ini mengalami anemia atau tidak.

51
BAB V
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN
PREVALENSI ANEMIA PADA IBU HAMIL DITINJAU DARI SUDUT
PANDANG ISLAM

5.1. Pentingnya Pendidikan Ibu dalam Pandangan Islam


Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir,
karsa, rasa, cita dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, system dan
organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah sebagai suatu proses
belajar yang menghasilkan suatu kemampuan tertentu yang diperoleh dalam
keluarga (pendidikan informal), di sekolah (pendidikan formal) dan di dalam
masyarakat itu sendiri. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
orang tersebut menerima informasi. dengan pendidikan tinggi maka seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media
masa, semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan (Ihsan, Fuad 2005).
Jenjang pendidikan di Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
tingkat pra sekolah, tingkat sekolah dasar (SD), tingkat menengah pertama (SMP),
tingkat menengah atas maupun kejuruan (SMA/SMK) dan tingkat perguruan
tinggi yang dibedakan menjadi gelar (S1,S2, S3) dan jalur non gelar (D1,D2,D3)
(Abu, Ahmadi, 1991).
Pendidikan menurut agama islam merupakan proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.
Pendidikan menurut agama adalah proses penyampaian informasi dalam rangka
pembentukkan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari
kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memelihara hubungan

52
dengan Allah SWT, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya (Zuhroni,
2013).
Ilmu dalam Islam mencakup seluruh pengetahuan, baik yang diupayakan
maupun yang diwahyukan, ilmu yang dapat diketahui tanpa harus belajar disebut
Ilmu Dharury sedangkan ilmu yang diketahui hanya dengan belajar disebut Ilmu
Nadhary (Zuhroni, 2013).
Menurut dasar pengambilannya, Ilmu dalam Islam terbagi dua yaitu Ilmu
Syar’iy dan Ilmu Ghairu Syar’iy. Ilmu Syar’iy adalah ilmu yang bersumber dari
Al- Quran dan Assunnah serta berkaitan langsung dengan pengamalan syari’at
Islam. Ilmu Ghairu Syar’iy merupakan ilmu-ilmu peradaban yang terkait
(Zuhroni, 2013).
Ajaran Islam sangat menekankan penggunaan akal, menjaga dan
mengefektifkannya termasuk salah satu dari lima kemaslahatan yang merupakan
tujuan syariat Islam atau Maqashidusy Syariah (Zuhroni, 2013).
Berikut adalah Hadis Nabi SAW yang berisi anjuran kepada umat Islam agar
menuntut Ilmu:

َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ُه َو فِى‬
‫س ِب ْي ِل هللاِ َحتَّى يَ ْر ِج َع‬ َ ‫َم ْن خ ََر َج فِى‬
ُ َ‫طل‬
Artinya:
”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah
hingga ia pulang” (HR. Turmudzi).

Kedudukan Pencari ilmu sama dengan pejuang di jalan Allah SWT,


sehingga mendapat tempat sangat mulia di sisi Allah SWT juga dijanjikan akan
mendapatkan kebaikan (hikmah) yang banyak.
Berikut adalah firman Allah SWT:

53
Artinya:
“Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur’an
dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang
dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari
firman Allah)” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 269).

Kelebihan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu sudah dijelaskan
dalam Al- Quran yaitu bagaikan orang yang melihat dengan si buta (Zakaria,
2011).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang
yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (Q.s. Ar- Rad [13]: 19).

Artinya:
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran” (Q.s Al- Zumar [39]: 9).

Dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib. Secara khusus dibedakan


berdasarkan jenis disiplin ilmunya. Ada kategori wajib’ain atau fardhu ain dan
wajib kifai atau fardhu kifayah. Namun, belajar ilmu agama untuk menjadi ahli
agama, ulama menetapkan hukumnya fardhu kifayah (Zyhroni, 2013).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

54
‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِليَ ْن ِف ُروا َكافَّة فَلَ ْو َل نَفَ َر ِم ْن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫طا ِئفَةٌ ِليَتَفَقَّ ُهوا ِفي الد‬
‫ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم‬ َ
َ‫لَعَلَّ ُه ْم يَ ْحذَ ُرون‬
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.s. At- Taubah [9]: 122).

Pendidikan ibu bertujuan untuk membentuk generasi Islam yang


berkualitas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada satu proses yang
harus dilalui dan proses itu dimulai sejak dini. Dalam proses pembentukkan
generasi melalui pendidikan anak sejak dini. Ibu merupakan sosok muslimah yang
mempunyai kontribusi cukup besar. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi
anak, sehingga ibu sangat vital sebagai pencetak generasi sejak dini. Ibulah sosok
pertama kali yang berinteraksi dengan anak, sosok pertama yang memberi rasa
aman dan sosok pertama yang dipercaya dan di dengar omongannya oleh anak
(Alwi, 2015).
Peran wanita khususnya ibu adalah mempersiapkan generasi emas Islam.
Muhammad Quthub, seorang ulama Mesir yang fokus terhadap pendidikan Islam
sekaligus pemikir ulung adad 20, dalam bukunya “Ma’rakah At-Taqalid” menulis
“Islam memperhatiakn pria dan wanita karena mereka akan menjadi ibu-bapak
produk baru. Tetapi Islam lebih memperhatikan wanita, karena wanita lah
pembangun hakiki dari generasi. Sedangkan ayah baru menyusul kemudian.
Mungkin ayah yang akan mendidik, tapi itu nanti sesudah peranan sang ibu. Itulah
sebabnya Islam mengusahakan terjaminnya belanja hidup sang ibu, agar ia tak
susah bekerja di luar rumah” (Alwi, 2015).
Muhammad Quthb dalam sebuah ceramahnya puluhan tahun silam juga
mengatakan, “Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi anak baik asal ia

55
pernah mendapatkan pengasuh seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu
yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula
akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah
wanita” (Alwi, 2015).
Ibu juga mempersiapkan pribadi seorang anak untuk peka terhadap
lingkungannya, sehingga di kemudian hari anak mampu menundukkan
lingkungan dan masyarakatnya untuk tunduk pada aturan Allah SWT (Alwi,
2015).
Melihat akan besar dan pentingnya peran ibu dalam proses pembentukkan
generasi berkualitas, perlu diupayakan pengambilan peran ibu agar sesuai dengan
fungsinya. Selain itu juga perlu diupayakan peningkatan kualitas ibu, karena
tinggi rendahnya kualitas ibu sangat mempengaruhi kualitas anak. Untuk itu
menciptakan figure ibu ideal merupakan langkah awal untuk mencetak generasi
masa depan yang berkualitas (Alwi, 2015).
Bagi Hidayah Salim semboyan dalam Islam yang menyatatakan bahwa
“Perempuan adalah tiang negara” merupakan ungkapan yang tinggi dan
terhormat. Oleh karena itu tidak berlebihan bila perempuan dianggap sebagai
barometer naik turunnya kemajuan suatu bangsa. Seorang ibu adalah guru pertama
dan utama dalam rumah tangga, dokter nomor satu yang merawat dan membina
jasmani serta rohani, pendidik yang bijaksana untuk anak-anaknya dan masih
banyak lagi yang lainnya. Pribadi perempuan diperlukan kreativitas jiwa yang
dapat memancarkan macam-macam daya cipta, rasa seni dan dinamika yang
selaras dalam mencari sesuatu yang lebih positif bagi kepentingan rumah tangga
dan masyarakat. Itulah sebabnya peran utama perempuan berpangkal dari rumah
tangga, sedangkan rumah tangga adalah unit terkecil dari masyarakat, dan
masyarakat kecil melahirkan masyarakat besar dan masyarakat besar melahirkan
sebuah negara. Maka, semboyan Islam yang menyatakan bahwa perempuan
adalah tiang negara berlaku dalam peran perempuan sebagai tiang pokok keluarga
yang merupakan unsur terkecil, namun sangat berpengaruh dalam suatu negara
(Burhanudin, Jajat, 2002).

56
Saat ini ditengah-tengah masyarakat mulai terjadi pergeseran nilai. Kaum
wanita yang peran utamanya mengurus rumah tangga, sumai dan anak-anak kini
bersaing bersama kaum pria untuk mengejar karir. Akhirnya, tanpa mereka sadari,
hal ini sering kali melanggar fitrah dan ketentuan Allah SWT karena mereka telah
mengabaikan kewajiban mereka dan menyerahkannya kepada pengasuh.,
pembantu rumah tangga atau sekolah. Akibatnya, anak kurang mendapat kasih
sayang yang sangat mereka butuhkan untuk perkembangan kejiwaannya serta
masa depannya (Aghla, Ummi, 2004)
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Q.s. Al- Anfal [8]: 28).

Al- Quran telah memperingatkan atas penderitaan sang ibu dalam


membesarkan dan memperjuangkan anaknya, sehingga Rasulullah SAW
mngulang wasiat untuk berbakti pada ibu sebanyak tiga kali, sementara kepada
sang bapak hanya satu kali (Qardhawi, Yusuf, 1999).
Berikut adalah sabda Rasulullah SAW:

ُ ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َر‬


‫س ْو ِل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِب ْي ُه َري َْرة َ َر‬
ِ َّ‫ َم ْن أ َ َح ُّق الن‬،‫هللا‬
‫اس‬ ُ ‫يَا َر‬: ‫سلَّ َم فَقَا َل‬
ِ ‫س ْو َل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫هللا‬ ِ
‫ قَا َل ث ُ َّم‬،‫ قَا َل ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل أ ُ ُّم َك‬،‫ص َحابَتِي؟ قَا َل أ ُ ُّم َك‬ َ ‫ِب ُح ْس ِن‬
‫ قَا َل أَبُ ْو َك‬،‫ قَا َل ث ُ َّم َم ْن‬،‫َم ْن؟ قَا َل أ ُ ُّم َك‬
Artinya:
“Seorang sahabat bertanya, siapa yang paling pertama harus aku perlakukan
dengan baik dan berbakti kepadanya?” Rasulullah menjawab “Ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu” (HR. Muttafaq ‘alaih).

57
Pendidikan bagi seorang ibu sangat penting sekali, karena ibu merupakan
sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, baik dan buruknya
pendidikan ibu terhadap anak-anaknya berpengaruh besar bagi perkembangan dan
watak anak-anaknya di kemudian hari Maka dari itu janganlah kita durhaka pada
orang tua khusunya ibu karena Rasulullah SAW sangat mengormati kedua orang
tuanya khusnya ibu.

5.2. Pandangan Islam tentang Anemia pada Ibu hamil


Islam sungguh luar biasa dalam memberikan perhatian terhadap persoalan
kesehatan. Karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitas lainnya.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa
mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT.
Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima
manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah karena telah
diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan.
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah
Ibrahim [14]:7).

Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan.


Memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya
sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi
penentu baik atau buruknya suatu masyarakat. Permasalahan keluarga tentu saja
berkaitan erat dengan wanita dan anak-anak. Bahkan wanita memegang peranan
terhadap kelangsungan dan kesinambungan keluarga tersebut. Perkembangan

58
keluarga melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting
dalam melahirkan generasi baru dari manusia.
Proses kehamilan yang sepenuhnya diemban oleh seorang calon ibu,
merupakan sebuah kerja keras dan penuh resiko. Membuat wanita berada di
ambang ancaman, jika saja permasalahan tersebut tidak mendapatkan perhatian
memadai dari semua pihak. Keselamatan dan kesehatan ibu hamil merupakan
tulang punggung dari kesinambungan manusia di dunia ini. Kewajiban semua
pihaklah untuk peduli terhadap masalah tersebut.
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembali” (Qs. Luqman [31]:14).

Pada wanita yang sedang hamil, sangat diutamakan untuk memiliki


kondisi fisik dan psikis yang sehat karena keadaannya akan menyangkut pada
perkembangan sang bayi dalam kandungannya dan juga pada proses
melahirkannya. Bila calon ibu sehat wal afiat, insya Allah bayi dalam
kandungannya pun akan berkembang normal dan sehat. Maka usaha untuk
menjadi ibu yang sehat dan bayi dalam kandungan yang sehat harus terus
diutamakan dan diusahakan.
Untuk menjaga kondisi kesehatan fisik ibu hamil, maka pola makan
sehari-hari harus diperhatikan dengan baik, yaitu pola makan yang halal, thoyyib
(baik), sehat dengan gizi yang seimbang dan makanan yang bervariasi.
Berikut adalah Firman Allah SWT:

59
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al Baqarah
[2]:168).

Maksud dari hadist diatas sangatlah penting menjaga asupan makanan dan
minuman yang dikonsumsi bagi ibu hamil. Karena baik buruknya makanan
tersebut mempengaruhi gizi bagi ibu dengan janinnya. Makanan yang halal akan
memberikan efek gizi yang baik bagi ibu dan janinnya sedangkan sebaliknya
apabila menkonsumsi makanan yang haram akan memberikan efek gizi yang
buruk bagi ibu dan janinnya.

Untuk menjaga kondisi kesehatan psikis ibu hamil, maka ibu hamil sangat
dianjurkan untuk memperbanyak do’a, berdzikir dan membaca Al-Qur’an.
Rasulullah SAW bersabda:

َ‫ِإ َّن هللاَ أ َ ْنزَ َل الدَّا َء َوالد ََّوا َء َو َجعَ َل ِل ُك ِل دَاءٍ دَ َواء فَتَدَ َاو ْوا َول‬
‫تَدَ َاو ْوا ِب َح َرام‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan
janganlah berobat dengan yang haram” (H.R. Abu Dawud).

Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu jenis penyakit yang
datangnya dari Allah SWT, dan wajib hukumnya berobat. Sebagaimana hadist
nabi setiap penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT pasti ada obatnya maka
berobatlah dan jangan berobat yang haram. Dari hadist diatas, dijelaskan bahwa
bagi orang yang terkena anemia atau penyakit apapun termasuk penyakit anemia

60
bagi seorang ibu wajib hukumnya berobat kepada ahlinya dan berobat tidak boleh
berobat yang haram.
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya :
“(Yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk
kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan
menghidupkan aku (kembali), dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni
kesalahan pada hari kiamat” (QS. Ash-Shu’ara (26): 78 -82).

Allah SWT juga telah menjanjikan apabila orang yang sakit bersabar dan
berikhtirar dalam sakitnya, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya, seperti
yang dijelaskan dalam hadits berikut:
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

َّ ‫ض فَ َما ِس َواهُ ِإلَّ َح‬


ُ‫ط هللا‬ ٍ ‫ص ْيبُهُ أَذى ِم ْن َم َر‬ ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم ي‬
‫ش َج َرة ُ َو َرقَ َها‬ ُّ ‫س ِيئَاتِ ِه َك َما ت َ ُح‬
َّ ‫ط ال‬ َ ‫ِب ِه‬
Artinya :
“Tidaklah seorang muslim tertimpa oleh suatu yang tidak menyenangkan, sakit
atau yang lainnya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-
kesalahannya. Dan dosanya akan berguguran sebagaimana pohon menggugurkan
daunnya.” (Muttafaq ‘alaih).

Anemia pada ibu hamil lebih banyak disebabkan karena kurangnya asupan
gizi bagi ibu dan bayinya selama masa kehamilan. Oleh karena itu seorang ibu
hamil harus selalu menjaga asupan gizinya secara baik dan benar dengan cara
makan-makanan yang bergizi, makan yang cukup, serta juga menjaga pola
fikirnya yang sehat tidak boleh stress. Bagi ibu yang menderita anemia diwajibkan

61
segera berobat kepada ahlinya karena setiap penyakit yang diberikan oleh Allah
SWT pasti ada obatnya maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram.
5.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prevalensi Anemia
pada Ibu Hamil dalam Pandangan Islam
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, didapatkan
hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena kami meneliti di daerah cempaka putih yang
memang daerah tersebut dominannya sudah penduduk menengah ke atas dan
sudah memiliki pendidikan yang cukup dan sudah adanya kesadaran ibu hamil
untuk menjaga kesehatannya agar terhindar dari berbagai penyakit dan hal-hal
yang membahayakan keselamatan ibu dan janinnya.
Hal ini sesuai dengan pandangan Islam bahwa seorang perempuan haruslah
cukup umur untuk menikah dan hamil, baik secara fisik (baligh) maupun mental.
Ibu hamil juga perlu menjaga kesehatannya, misalnya dengan mengkonsumsi
makanan sehat. Ibu hamil yang sakit dianjurkan untuk berobat karena Islam
adalah agama yang sempurna dan mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk
aspek kesehatan dan pengobatan untuk umatnya.

62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitiaan yang telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada Tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran tingkat pendidikan ibu yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih pada Tahun 2015 di dominasi dengan tingkat pendidikan ibu
rendah (SD,SMP,SMA/SMK) berjumlah 156 orang (80,8%), dan tingkat
pendidikan ibu tinggi (sarjana, diploma, magister, profesi, doktor, spesialis)
berjumlah 37 orang (19,2%).
2. Pada penelitian ini didapatkan gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015 di dominasi dengan yang
tidak anemia sebanyak 142 orang (73,6) dari total sampel yang diambil adalah
193 ibu hamil
3. Pada hasil keseluruhan penelitian jumlah terbanyak kasus di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih pada Tahun 2015 yaitu pada ibu hamil yang tidak
anemia dengan latar belakang pendidikan rendah yang berjumlah 116 orang
(81,7%).
4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2015.
5. Islam senantiasa mengajarkan betapa pentingnya menuntut ilmu dan senantiasa
harus menjaga kesehatan baik kesehatan secara fisik maupun secara psikis. Bagi
ibu hamil dianjurkan untuk senantiasa memakan-makanan yang halal dan thoyyib
(baik) dan memakan-makanan yang bergizi supaya terhindar dari penyakit
anemia.

63
6.2. Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan instansi kesehatan (Puskesmas) dapat melakukan penyuluhan
mengenai anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Dan
penyuluhan pada ibu hamil sesuai tingkat pendidikan masing-masing ibu hamil
agar informasi tentang penyakit anemia mudah di mengerti.
2. Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil mengenai pentingnya
kesehatan terutama ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC secara dini untuk
mengenali tanda dan gejala anemia serta menambah informasi dan pengembangan
ilmu pengetahuan tentang anemia.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian lain mengenai anemia pada ibu hamil, namun dengan variabel yang
berbeda perlu dilakukan dimasa yang akan datang dengan data yang lebih lengkap
agar hasil penelitian dapat bermanfaat untuk menanggulangi masalah anemia pada
kehamilan.

64
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan. 2002. Jakarta: PT Sari Agung.

Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim. 2010. Solo: Insan Kamil.

Cunningham, F.G., et al. 2012. Obstetri Williams. Edisi 23 Volume 2. Jakarta:


EGC.

Handayani W dan Andi SH. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Heatologi. Salemba Medika. Jakarta

Hannan M, et al. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pad


Ibu Hamil Di Puskesmas Pasean Pamekasan. Jurnal Kesehatan
“Wiraraja Medika”.p: 47.

Infodatin. 2014. Situasi Kesehatan Ibu. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Leveno KJ, et al. 2009. Williams Manual Of Obstetrics. 21st Ed. The McGraw-
Hill Companies Inc. Terjemahan Pendit BU. 2004. Obstetri William:
Panduan Ringkas. Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba IBG, et al. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Melisa, et al. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
pada ibu Hamil. Jurnal Ilmu Pendidikan Kedokteran. 1(1): 2.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineksa Cipta.

Noverstiti, Elsy. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kota Padang Tahun 2012. Padang

65
Nurhidayati RD. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.

Permen. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.

Perumal, Vanamail. 2014. Reproductive risk factors assessment for anaemia


among pregnant women in India using a multinomial logistic regression
model. Tropical Medicine and International Health volume 19 no 7 pp
841–851 July 2014.

Prawirohardjo, S., et al. 2013. Ilmu Kebidanan: Sarwono Prawirohardjo Edisi


Keempat Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Prawirohardjo S, et al. 2014. Ilmu Kebidanan, edisi 4, hal 774-780. Jakarta: PT


Bina Pustaka.

Purbadewi L dan Ulvie YNS. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang


Anemia dengan Kejadiaan Anemia pada Ibu Hamil. Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang.

Ridayanti NKA, et al. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Dengan
Kejadian Anemia Pada Kehamilannya Di Puskesmas Banguntapan I
Bantul.p: 3.

Riskesdas. 2013. Hasil Riskesdas 2013 Terkait Kesehatan Ibu. Kementerian


Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Saminem. 2009. Kehamilan Normal: Seri Asuhan Kebidanan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

66
Silalahi, M. Analisis faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil di
Kabupaten Dairi tahun 2006 [Tesis]. Medan: USU; 2007.

Soraya MN. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu
Hamil, Dengan Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Tahun 2013. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

WHO. 2014. Global Nutrition Targets 2025: anemia policy brief


(WHO/NMH/NHD/14.4). World Health, Geneva.

WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and


assessment of severity (WHO/NMH/NHD/MNM/11.1). World Health,
Geneva.

Yulianasari AI. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada


remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

67
68

You might also like