Professional Documents
Culture Documents
Saraf fasialis membawa sekitar 10.000 serabut saraf, dan 7.000 serabut tersebut
merupakan akson motorik yang bermielin yang mencapai otot- otot wajah. Masing-
masing dari serabut saraf tersebut dapat dikenai secara terpisah terhadap derajat trauma
yang berbeda (May 2000).
Sunderland telah mendeskripsikan lima derajat trauma yang dapat mengenai
satu serabut saraf perifer. Klasifikasi ini menggambarkan kejadian patofisiologi yang
dihubungkan dengan setiap jenis gangguan yang mengenai saraf fasialis secara lebih
mudah. Tiga derajat pertama dapat terjadi pada Bell’s palsy dan herpes zoster
cephalicus. Derajat keempat dan kelima dari trauma tersebut dapat terjadi bila terdapat
gangguan dari saraf, seperti pada transeksi saraf yang mungkin terjadi selama operasi,
sebagai hasil dari fraktur tulang temporal yang berat atau dari suatu pertumbuhan tumor
jinak atau ganas yang tumbuh dengan cepat. Pada Bell’s palsy, herpes zoster
cephalicus, otitis media dan rauma, kompresi dapat terjadi tiba- tiba atau lambat
progresif dalam 5- 10 hari. Pada otitis media dan trauma, proses yang terjadi lebih
kepada tekanan yang mendesak saraf daripada gangguan intraneural, namun hasil
kompresi saraf tetap sama seperti pada Bell’s palsy dan herpes zoster cephalicus.
Diawali dengan penggembungan aksoplasma, kompresi pada aliran vena dan
selanjutnya terjadi kompresi saraf dan kehilangan akson- akson, dan dengan cepat
terjadi kehilangan endoneural tube yang kemudian menyebabkan derajat ketiga dari
trauma. Pada derajat empat dan lima, karena kebanyakan atau semua endoneural tube
telah dirusak, sama seperti perineurium pada derajat keempat trauma, dan prineurium
dan epineurium pada pada trauma derajat kelima, penyembuhan tidak akan pernah
sebaik pada derajat pertama (May 2000).
Selama proses regenerasi saraf fasialis, terjadi tiga perubahan mayor pada
akson, yaitu: (1) perubahan pada jarak antara nodus renvier (2) akson- akson yang baru
terbentuk dilapisi oleh myelin yang lebih tipis paripada akson normal (3) terdapat
pemecahan dan penyilangan dari akson- akson yang menginervasi kembali kelompok-
kelompok otot yang denervasi tanpa perlu menyesuaikan dengan susunan badan sel-
motor unit yang dijumpai sebelum terjadi degenerasi. Akibat dari faktor- faktor ini,
dapat terjadi suatu tic atau kedutan involunter (May 2000).
May, M. 2000. Disorders of facial nerve. In: May, M (ed). The Facial Nerve. Thieme.
New York
Tiara.2017.Buku ajar neurologi.Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Jakarta