You are on page 1of 17

Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka

yang ingin mendapatkan keturunan namun sampai saat ini belum juga mendapatkan kehamilan.
Berikut adalah beberapa proses bayi tabung (IVF) yang dijelaskan dengan gambar agar suami istri
semakin yakin apakah pilihan yang mereka ambil tepat atau tidak.

Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur

Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel
Sperma yang kemudian berhasil untuk meneronos sel telur merupakan sel sperma dengan kualitas
terbaik saat itu.

Perkembangan Sel telur

Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur tersebut akan berjalan
melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya. Dokter kemudian memilih
sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada proses ini pasien disuntikkan hormon untuk
menambah jumlah produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6 minggu sampai sel telur
dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek
samping.

Pelepasan Sel telur

Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur siap untuk dikumpulkan.
Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan
pada proses bayi tabung (IVF) berikutnya.

Spema beku

Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan kemu

kepada laboratorium dan kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para tenaga medis.
Menciptakan Embrio

Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk menyatukan keduanya
dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel
telur, maka akan dilakukan ICSI.

Embrio Berumur 2 hari

Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan
nama embrio). Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang
diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.
Pemindahan Embrio

Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien
Implanted fetus

Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita dan
kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
seperti tampak pada gambar diatas.

LEAVE A REPLY

 SEARCH IT!

Search
Search for:
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk menyatukan keduanya
dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel
telur, maka akan dilakukan ICSI.
Embrio Berumur 2 hari

Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan
nama embrio). Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang
diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.
Pemindahan Embrio

Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien
Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita dan
kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
seperti tampak pada gambar diatas.

LEAVE A REPLY

 SEARCH IT!

Search
Search for:
 RECENT ENTRIES
 patch game digimon error
 Fire Uploader
 Install WordPress di ubuntu secara localhost
 Optimalkan Internet Speed anda dengan Full Speed
 Kingston mengeluarkan flashdisk 256GB
 Instalasi Ubuntu
 Tabel poker di karmic tidak muncul
 Blankon + AWN – Desktop Effect
 Distribusi Linux
 Hak cipta dan Merek Dagang Linux
 LINKS
 ekonomika dan bisnis
 Lowongan Kerja
 milisdad
 News and Sport
 oklex
 Teknik
 WordPress.com
 WordPress.org
 1. Masalah saluran telur.

 Saluran telur tidak berfungsi dengan baik, atau tidak memungkinkan terjadinya
pertemuan antara sel telur dengan sperma, sehingga pembuahan tidak terjadi.
Walaupun pembuahan bisa terjadi, kemungkinan embrio tidak masuk ke rongga
rahim, sehingga terjadi kehamilan di luar kandungan.

 2. Masalah sperma.
 – Jumlah sperma sangat sedikit (<10 juta/cc).
 – Sebagian besar sperma tidak bergerak (30%).
 – Gerakan sperma sangat lambat (Astenozoospermia).
 – Sperma tidak keluar bersama air mani (Azoospermia).

3. Endometriosis berat.

Kondisi dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis berat, kecil
kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami.

4. Unexplained infertility

Unexplained infertility yaitu ketidaksuburan yang tidak diketahui penyebabnya.


Pembuahan normal sebenarnya bisa dilakukan, tapi tidak kunjung berhasil karena tidak
bisa diketahui apakah sperma dapat bertemu dengan sel telur, atau sperma dapat
menembus sel telur untuk melakukan pembuahan

5. Antibodi Antisperma.

Adanya antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada sperma itu
sendiri (sperma seperti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel telur),
sehingga menghambat terjadinya pembuahan.
 Dampak

Pada program bayi tabung proses pembuahan


terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode
pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan
cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode
intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di
Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah meningkatnya jumlah cacat
bawaan tersebut memang murni dampak bayi tabung ataukah faktor lainnya. Tetapi yang
pasti, kasus cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan
dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko
menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat
maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.

Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung,
pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur
tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi
kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus
berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit.

Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses
pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi
tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong
Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian
terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.
Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah meningkatnya jumlah cacat
bawaan tersebut memang murni dampak bayi tabung ataukah faktor lainnya. Tetapi yang
pasti, kasus cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan
dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko
menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat
maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.

Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung,
pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur
tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi
kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus
berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit.

Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan
anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses
bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat
tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi,
namun penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.

Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan
ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis
(lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian
Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel
telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut.
Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS
relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.

Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang sesuatu yang dilematis. Di
satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu pasutri yang sulit mempunyai
momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi lain, segala risiko yang harus
dihadapi pasien adalah suatu pilihan yang sulit dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan
pembuahan buatan juga relatif kecil. Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan
kehamilan. Apalagi sukses kehamilan yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak
semakin kecil kemungkinannya, yakni sebesar 15%.
Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan
anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses
bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat
tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi,
namun penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.

Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan
ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis
(lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian
Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel
telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut.
Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS
relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.

Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang sesuatu yang dilematis. Di
satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu pasutri yang sulit mempunyai
momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi lain, segala risiko yang harus
dihadapi pasien adalah suatu pilihan yang sulit dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan
pembuahan buatan juga relatif kecil. Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan
kehamilan. Apalagi sukses kehamilan yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak
semakin kecil kemungkinannya, yakni sebesar 15%.

3. Endometriosis berat.

Kondisi dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis berat, kecil
kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami.

4. Unexplained infertility

Unexplained infertility yaitu ketidaksuburan yang tidak diketahui penyebabnya.


Pembuahan normal sebenarnya bisa dilakukan, tapi tidak kunjung berhasil karena tidak
bisa diketahui apakah sperma dapat bertemu dengan sel telur, atau sperma dapat
menembus sel telur untuk melakukan pembuahan

5. Antibodi Antisperma.
Adanya antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada sperma itu
sendiri (sperma seperti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel telur),
sehingga menghambat terjadinya pembuahan.

 Dampak

Pada program bayi tabung proses pembuahan


terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode
pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan
cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode
intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di
Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah meningkatnya jumlah cacat
bawaan tersebut memang murni dampak bayi tabung ataukah faktor lainnya. Tetapi yang
pasti, kasus cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan
dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko
menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat
maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.

Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung,
pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur
tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi
kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus
berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit.

Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses
pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi
tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong
Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian
terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah meningkatnya jumlah cacat
bawaan tersebut memang murni dampak bayi tabung ataukah faktor lainnya. Tetapi yang
pasti, kasus cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan
dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko
menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat
maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.

Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung,
pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur
tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi
kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus
berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit.

Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan
anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses
bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat
tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi,
namun penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.

Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan
ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis
(lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian
Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel
telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut.
Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS
relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.

Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang sesuatu yang dilematis. Di
satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu pasutri yang sulit mempunyai
momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi lain, segala risiko yang harus
dihadapi pasien adalah suatu pilihan yang sulit dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan
pembuahan buatan juga relatif kecil. Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan
kehamilan. Apalagi sukses kehamilan yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak
semakin kecil kemungkinannya, yakni sebesar 15%.

Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan
anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses
bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat
tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi,
namun penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.

Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan
ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis
(lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian
Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel
telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut.
Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS
relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.

Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang sesuatu yang dilematis. Di
satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu pasutri yang sulit mempunyai
momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi lain, segala risiko yang harus
dihadapi pasien adalah suatu pilihan yang sulit dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan
pembuahan buatan juga relatif kecil. Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan
kehamilan. Apalagi sukses kehamilan yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak
semakin kecil kemungkinannya, yakni sebesar 15%.

Bayi tabung atau In Vitro Fertilization adalah proses pembuahan sel telur dengan sperma yang
terjadi di luar tubuh wanita. Pada proses ini sel telur dikeluarkan dari ovarium sang wanita untuk
diinkubasi dengan sperma. Metode bayi tabung sudah ada sejak zaman dahulu dan terus
dikembangkan dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan untuk membantu setiap pasangan yang
mengalami kesulitan dalam mencapai kehamilan.
Selain itu, beberapa pasangan yang dinyatakan sehat, serta bisa memiliki anak namun sulit pun bisa
melakukan cara ini . Beberapa pasangan yang sulit mendapatkan keturunan biasanya dikarenakan
beberapa factor, salah satunya karena tuba falopi sang istri mengalami kerusakan yang permanen
sehingga sulit untuk terjadinya pembuahan di dalam Rahim.
Lalu, apakah bayi tabung memiliki efek negatif? Nah, berikut beberapa penjelasan terkait dengan
dampak negatif dan positif mengenai bayi tabung. Di antaranya :

Dampak Positif
Salah satu tujuan dari sebuah pernikahan adalah memiliki keturunan. Namun, pada kenyataannya
tidak semua pasangan bisa memiliki keturunan dengan mudah. Ada yang dengan mudahnya
memiliki anak, dan ada pula pasangan yang dengan susah payah berusaha melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan keturunan, salah satunya dengan metode bayi tabung.

Nah, sebuah data menunjukan bahwa 11-15 persen pasangan suami istri pada usia subur
mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan, baik karena kurang subur ataupun karena tidak
subur.

• Membantu pasangan segera memiliki keturunan


Saat ini kemajuan teknologi dan bidang kedokteran sudah sangat maju dan modern, jadi tingkat
keberhasilan pasangan dalam melakukan bayi tabung sudah sangat tinggi. Dan, hal iniah yang
sangat memberikan dampak positif terhadap pasangan yang ingin memiliki keturunan.

Dampak Negatif
Walaupun teknologi dan ilmu kedokteran sudah sangat canggih, namun dampak negatif dari bayi
tabung masih tetap ada. Pasalnya, metode pembuahan ini bukan tidak mungkin akan menimbulkan
risiko, misalnya saja seperti cacat bawaan dan beberapa faktor risiko lainnya. Nah, berikut beberapa
dampak negatif dari bayi tabung:

• Masalah dalam pendonoran sperma


Pendoronan sperma tidak akan menjadi masalah jika sperma yang dipertemukan dengan sel telur
adalah milik suaminya yang sah. Namun, akan menjadi masalah jika sperma tersebut dari orang lain
yang tidak terikat pernikahan. Misalnya saja sperma yang didonorkan dari bank sperma ataupun sel
telur dari pendonor telur lainnya.

• Tindakan pembunuhan
Jika dikaitkan dengan moral dan etika bangsa Indonesia, banyak masyarakat yang menolak karena
proses pembuahan ini dilakukan dengan cawan petri, di mana embrio yang dibutuhkan akan
dimasukkan ke dalam rahim dan sisanya akan “dibuang”. Nah, hak hidup embrio tersebutlah yang
menjadi permasalahannya, dan banyak yang menganggap bahwa hal ini merupakan tindakan
pembunuhan.

Namun, terlepas dari kedua dampak positif dan negatif di atas, jika Anda akan melakukan proses
bayi tabung ada baiknya untuk mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter Anda. Selain itu,
mencari referensi dari orang-orang yang pernah melakukan bayi tabung pun penting Anda lakukan,
selain bisa menambah motivasi , Anda pun bisa mencari tahu dengan lebih detail tentang bayi
tabung.

You might also like