You are on page 1of 9

 Nama Produk : Katana

Ukuran : mm

R20

36
45

82
730

 Spesifikasi
 Material : AISI 1095
Metal Composition (%)
C 0,95
Mn 0,50
P 0,04
S 0,05
Si 0,51
Fe 97,95

 Bentuk : Persegi Panjang


 Panjang : 730 mm
 Lebar : 45 mm
 Tebal : 3 mm
 Berat : 0.25 kg

3
 Fungsi Katana
Katana merupakan pedang khas ninja. Setiap ninja mempunyai katana dipunggung
mereka. Pedang ini merupakan pedang umum dengan panjang antara 70-80 cm.
Tipe single-edge dan melengkung. Selain dipakai ninja, katana juga digunakan sebagai
senjata, katana memiliki nilai seni tinggi dan sebagai wujud representasi dari status
sosial orang yang membawanya. Biasanya dibawa berpasangan dengan wakizashi atau
tanto yang digunakan untuk close-quarter combat dimana katana digunakan untuk
open-quarter combat.

 Diagram Alir Proses Pembuatan Katana

Pelat AISI 1095

Heating

Forging

Differential hardening

Quenching

Grinding

Coating

 Tahapan Proses Pembuatan Katana


1) Memilih Material Bilah Katana
Baja karbon memungkinkan kita untuk melakukan heat treatment dengan
peralatan yang sederhana atau bahkan kuno sekalipun. Para perajin pisau di
daerah pelosok Indonesia sudah membuktikannya. Disisi yang lain, heat treatment

4
atas stainless steel membutuhkan peralatan heat treating oven yang memadai,
suhu yang tinggi, dan sangat ketat prosedurnnya untuk menghasilkan bilah yang
baik. Dan baja karbon menang di semua bidang dibanding stainless steel kecuali
ketahanan terhadap karat. Terlebih lagi, harganya lebih murah. Secara kualitas,
baja karbon AISI 1095 bisa menghasilkan kekerasan dan ketajaman yang baik dan
tidak mudah tumpul. Semakin tinggi tingkat karbonnya maka akan semakin keras
katana yang dihasilkan, tetapi mengandung resiko juga akan semakin getas
(mudah patah). Walau baja seri 1095 mempunyai resiko sangat mudah berkarat,
tetapi bisa diatasi dengan proses coating diakhir. AISI 1095 ini yang paling umum
digunakan untuk katana kualitas premium dimana tingkat karbon yang tinggi
(0,95%) akan menjamin ketajaman dan kekerasan bilah. Dengan bahan ini
penempaan katana bisa dilakukan pelipatan (folded) untuk menghasilkan alur
cantik yang alami di katana seperti alur kayu. Menapa material ini bisa dibuat
seperti itu, karena proses folding akan membuat penempaan menjadi lama
sehingga dapat menurunkan kadar karbon pada baja (teroksidasi). Apabila kadar
karbon awal sudah rendah, maka hasil folding akan membuat katana cantik tetapi
tidak kuat.

2) Melakukan Proses Penempaan (Forging)


Pada proses kedua ini ada tahapan yang perlu dilakukan secara benar untuk
membuat baja yang anda pilih bisa ditempa dengan mudah dan materialnya
merata.

5
1. Annealing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan
menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel).
Biasanya suhu kriktikal tiap baja karbon berbeda tapi berada di kisaran 700-800
derajat Celcius. Baja kembali dimasukkan ke dalam tungku, matikan tungku dan
biarkan baja di dalamnya sampai keesokan hari. Baja dalam keadaan ter-anneal
akan lebih empuk dibanding kondisi ter-normalisasi. Biasanya saat baja datang dari
pabrik atau supplier kondisinya adalam keadaan ter-aneal. Artinya baja ada dalam
kondisi cukup empuk untuk memungkinkan pengerjaan selanjutnya.
2. Normalizing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan
menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel).
Biasanya kemudian dilewatkan sedikit dengan kembali memasukkan baja tersebut
ke dalam tungku sampai 10 detik, lalu baja dibiarkan mendingin sendiri sampai
sama dengan suhu ruang. Normalizing adalah tahap mengurangi stress pada baja.
Saat baja dikerjakan dia akan mengalami stress. Normalizing juga mengembalikan
penyebaran mikrostruktur baja kedalam keadaan yang merata atau dalam kasus
lain pembuatan baja karbon (tamahagane) secara tradisional, material mentah
yang dihasilkan kandungan karbonnya sangat tidak rata sehingga perlu dilakukan
normalizing.
Disinilah proses penempaan dan folding dilakukan. Proses ini dilakukan
berkali-kali hingga bentuk dasar pedang terlihat. Prosedur yang biasanya dilakukan
adalah dengan fokus ke proses pembentukan materialnya terlebih dahulu (folded,
campuran bahan) baru setelah campuran materialnya dianggap selesai berlanjut
ke penempaan untuk memanjangkan dan membentuk bentuk dasar katana. Perlu
diingat bahwa proses folding dan pencampuran ini adalah optional, artinya bisa
untuk tidak dilakukan dan langsung menuju penempaan sampai membentuk
bentuk dasar katana. Suhu ketika penempaan pun perlu diperhatikan yaitu sekitar
850-1050 derajat Celcius, lebih tinggi dari suhu kritikal. Pada tahap folding, agar

6
bisa menghasilkan alur cantik seperti pada gambar diawal, baja biasanya dilipat
minimal sampai 10 X. Artinya akan ada minimal 2^10 = 1024 lapisan yang
terbentuk dan lapisan tersebut akan tampak ketika pengasahan dan coating. Tiap
selesai satu kali folding dilakukan, material kembali dinormalisasi lagi dengan
dimasukan kembali ke tungku.

Setelah proses folding, saatnya memangjangkan dan membentuk bentuk


dasar katana. diawali dengan menempanya sedikit-sedikit ke satu arah agar
memanjangnya teratur ke satu arah tertentu. Apabila ketika pemanjangan
material ikut melebar, putar material dan tempa dari arah sisi agar lebarnya
kembali ke seharusnya. Apabila baja sudah dingin, panaskan kembali sampai suhu
penempaan dan ulangi terus penempaan hingga mencapai panjang yang sesuai.
Sekali lagi, hati-hati proses penempaan yang terlalu lama akan menurunkan kadar
karbon pada baja.

Setelah panjangnya dirasa cukup, saatnya membuat lengkungan pedang.


Lengkungan pada katana diperlukan agar katana bisa langsung dipakai menyerang

7
saat pertama dikeluarkan dari sarungnya. Sebetulnya tidak ada aturan baku harus
seberapa lengkung, tapi biasanya swordsmith mengukur panjang lengannya
sebagai jari-jari lalu diputar dengan bahunya sebagai pusat sumbu. Itu adalah
simulasi release katana dari sarungnya, dan selengkung itulah katana biasanya
dibuat.

Ketika bentuk dasar katana sudah terlihat, sebetulnya proses penempaan


sudah berakhir. Selanjutnya adalah proses hardening. Tetapi sebelum proses
hardening, pedang harus dibuat bentuk lebih detailnya dengan diasah atau di-
gerinda (metode stock removal). Pembentukan detail contonya membentuk garis
darah, pembedaan sisi yang akan ditajamkan dan sisi yang tidak, dan pembentukan
bentuk gagang, karena apabila sudah melewati proses hardening baja menjadi
keras dan susah untuk disesuaikan lagi bentuknya.
3) Melakukan proses pengerasan (hardening)
Proses hardening adalah proses mengeraskan baja dengan mencelupkannya
ke dalam cairan pendingin semisal minyak atau air. Proses dilakukan dengan
kembali memanaskan baja sampai ke tahap kritikal kemudian dengan cepat
memasukkannya ke dalam cairan pendinginnya untuk membuat baja mengeras.
Baja akan mencapai kekerasan maksimal setelah melalui proses ini. Hardening
pada katana menggunakan metode differensial hardening. Artinya akan ada
bagian yang hardening-nya mencapai maksimum tapi ada juga bagian yang
hardening-nya tidak mencapai maksimum. Berbeda dengan pisau, katana
mempunyai bilah yang panjang. Akibatnya resiko bilah patah di tengah menjadi
sangat tinggi bila dibandingkan dengan pisau yang bilahnya pendek. Ini juga yang

8
membuat bahan baja untuk pisau bisa menggunakan baja yg kandungan
karbonnya sangat tinggi untuk menghasilkan tingkat ketajaman yang tinggi. Proses
hardening pada pisau pun tidak ada istilah clay tempering. Biasanya langsung
dipanaskan telanjang sampai suhu kritikal dan langsung didinginkan ke media
pendinginnya. Beda dengan katana yang akan beresiko patah apabila
menggunakan baja yang tingkat karbonnya terlalu tinggi dan proses hardening
yang biasa. Proses hardening maksimum akan memberikan tingkat kekerasan dan
keawetan ketajaman yang bagus pada pedang. Sisi buruknya bagian itu menjadi
lebih getas (mudah pecah atau patah, tidak lentur). Hardening maksimum ini
diberikan ke sisi tajam katana agar slashing power dan keawetan ketajamannya
sempurna. Sedangkan sisi yang tidak tajamnya akan dilakukan proses hardening
yang tidak maksimum (diinsulasi menggunakan sesuatu) untuk mempertahankan
kelenturan pedang sehingga tidak mudah patah caranya yaitu menggunakan clay
tempered. Ini teknik yang diturunkan secara turun temurun oleh swordsmith di
jepang. Ini juga yang membedakan katana dengan pedang lain yang ada didunia.
Ini juga yang membuat katana begitu spesial; ringan, tajam, dinamis, lentur, dan
mempunya slashing power yang sempurna yang bisa menghasilkan perfect cut.
Tahapan dari differential hardening ini adalah mengoleskan clay tipis ke sisi
tajam katana dan mengoleskan clay tebal ke sisi lainnya. Caranya ada banyak, ada
yang mengoleskan secara tebal terlebih dahulu kesemuanya baru menipiskan di
sisi tajamnya, ada juga yang sebaliknya. Ada juga yang hanya menoleskan clay ke
sisi tidak tajamnya saja dan sisi tajamnya dibiarkan telanjang. Tidak ada masalah
yang mana cara yang dipilih, karena intinya ada bagian yang di hardening maximal
dan ada bagian yang diinsulasi oleh sesuatu sehingga hardening-nya tidak
maksimal dan baja tetap mempunyai tingkat kelenturan yang tinggi. Juga yang
menjadi penentu ketebalan tersebut adalah bahan clay yang digunakan. Selain
menentukan tingkat ketebalannya, bahan clay juga yang menentukan berapa lama
katana dicelup di air saat proses hardening nya. Inti dari clay ini adalah insulasi
panas, artinya harus dipilih bahan yang mempunyai kapasitas kalor yang tinggi.

9
Biasanya yang mudah terpikirkan dan mudah didapat adalah tanah liat bahan
pembuat keramik

Setelah pengolesan clay selesai, katana lalu dipanaskan sampai suhu kritikalnya
dan langsung dimasukan ke air kira-kira 3-9 detik. Indikator warna sebagai
indikator suhu, biasanya mengangkat katana dari tungku apabila warna baja-nya
sudah seperti warna kuning kemerahan.

4) Melakukan Proses Pengasahan dan Coating


Pengasahan dilakukan dengan menggunakan gerinda mesin sehingga
prosesnya menjadi sangat cepat, dan juga menggunakan amplasan ataupun batu
sungai dan diasah menggunakan tenaga tangan, proses mengasah dilakukan
dengan menggosoknya ke satu arah, tidak bolak balik.

10
Kemudian untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi maka katana
dilakukan proses coating dengan mencelupkannya kedalam larutan Zn.

11

You might also like