You are on page 1of 9

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.E
Umur : 17 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pulogadung, jakarta timur
Tgl Masuk RS : 20/04/2017

ANAMNESIS
KeluhanUtama :Nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan:Mual, muntah, lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS. Nyeri ulu hati
dirasakan seperti terbakar. Nyeri dirasakan menatap dan kadang berulang. Setelah
makan, perut terasa kembung dan rasa penuh, dan merasa cepat kenyang. Beberapa
hari sebelum masuk RS, os mengatakan makan rujak pedas.
Keluhan disertai mual, muntah setiap habis makan. Muntah sebanyak 4-
5x/hari. Pasien juga mengeluh lemas, dan sejak sakit, nafsu makan menjadi
menurun. Pasien sering makan tidak teratur. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat keluhan sama (+) nyeri ulu hati, hilang timbul sudah 3 bln
- Riwayat gastritis (-)Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-)
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat keluhan sama (ibu)
- Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma(-),
- Riwayat keganasan disangkal
Riwayat psikososial :
- Pasien mengaku makan tidak teratur, 1x/hari
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
- Riwayat kebiasaan memakan makanan yang asam dan pedas
- Kopi (+) 3x/hari

Riwayat alergi :

- Tidak ada alergi makanan, obat-obatan, debu dan cuaca


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaanumum: tampak sakitsedang
Kesadaran : compos mentis
Antropometri :
– TB: 153 cm
– BB: 43 kg
– IMT: 43/(1,53)2 = 18,6 (gizibaik)
Tanda-tanda vital
– TD: 110/70 mmHg
– Nadi: 80x/menit
– Pernafasan: 20x/menit
– Suhu : 36,7
Status Generalis
• Kepala : Normocephal
• Mata : KonjungtivaAnemis (-/-), skleraikterik (-/-)
• Hidung : sekret (-), Epistaksis (-),septum deviasi (-)
• Telinga : Sekret (-), Normotia, Nyeritekan (-)
• Mulut : Bibir lembab, coated tongue (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-), PembesaranKel. Tiroid (-)
• Thoraks
• Paru-Paru
• Inspeksi : Simetris, tidakada dada yang tertinggal.
• Palpasi : vokal fremitus dalambatas normal
• Perkusi : Sonorpadakedualapangparu
• Auskultasi : vesikuler, kanan=kiri, wheezing (-/-),
ronkhi (-/-)
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordistidakterlihat
• Palpasi : Ictus cordisteraba
• Perkusi : dbn
• Auskultasi : Bunyijantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
• Abdomen
• Inspeksi : Datar, Scar (-)
• Auskultasi : Bisingususdalambatas normal
• Perkusi : Timpani padakeempatkuadran abdomen
• Palpasi : Nyeritekanepigastrium(+), Pembesaranhepar (-), Pembesaran
Lien (-),
• Ekstremitasatas :
• Akralhangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), turgor
kulitmenurun.
• Ekstremitasbawah :
• Akralhangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), turgor
kulitmenurun.
RESUME:
Os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS.
Nyeriuluhatidirasakanseperti terbakar. Nyeri dirasakan menatap dan kadang berulang.
Setelah makan, perut terasa kembung dan rasa penuh, dan merasa cepat kenyang.
Beberapa hari sebelum masuk RS, os mengatakan makan rujak pedas.
Keluhan disertai mual, muntah setiap habis makan. Muntah sebanyak 4-
5x/hari. Pasien juga mengeluh lemas, dan sejak sakit, nafsu makan menjadi menurun.
Pasien sering makan tidak teratur. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

Pemeriksaan fisik : nyeri tekan epigastrium

ASSESMENT

Dispepsia
S : nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung,

O : TD : 110/80 mmHg, N : 80/mnt, R : 20x/m, S : 36,70C

nyeri tekan epigastrium

A : Dispepsia

P:

Rencana pemeriksaan : Lab, radiologi, endoskopi

Rencana terapi :

Ranitidin 2x150 mg
Domperidon 3x10 mg

 Makan porsi kecil tapi sering


 Kurangi makan pedes , asam dan minum kopi
DISPEPSIA

Definisi :

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan –peptein(pencernaan).
Kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitas
asam lambung, dan rasa panas yang menjalar ke dada.

Epidemiologi :

Dispepsia fungsional, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki tingkat prevalensi tinggi,
yakni 5% dari seluruh sarana layanan kesehatan primer. Studi tahun 2011 di Denmark
mengungkapkan bahwa 1 dari 5 pasien yang datang dengan dispepsia yang telah
terinfeksi H. Pylori.

Penyebab Dispepsia

Esopagus-Gaster-Duodenal Tukak peptik, Gastritis


kronis, Gastrititis NSAID

Obat-obatan Antiinflamasi non steroid

Hepato-bilier Hepatitis, Kolesistitis,


Kolelitiasis

Pankreas Pankreatitis

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional

FAKTOR RISIKO

Individu dengan karakteristik berikut ini lebih berisiko mengalami dispepsia:


konsumsi kafein berlebihan, minum minuman beralkohol, merokok, konsumsi steroid
dan OAINS, serta berdomisili di daerah dengan prevalensi H. pylori tinggi.

KLASIFIKASI

Dispepsia organik :

- Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikuli, ulkus duodeni)


- GERD atau dengan esofagitis
- Obat : OAINS, aspirin
- Kolelitiasis simtomatik, pancreatik kronik
- Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, gastroparesis DM)
- Keganasan (gaster, pancreatic, kolon)
- Nyeri dinding perut

Dispepsia fungsional :

- Disfungsi sensorik-motorik gastroduodenum


- Gastroparesis idiopatik/hipomotilitas antrum
- Disaritmia gaster
- Hipersensitivitas gaster/duodenum
- Faktor psikososial
- Gastritis H. Pylori
- idiopatik

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dispepsia masih belum sepenuhnya jelas faktor-faktor yang dicurigai


memiliki peranan bermakna, seperti :

1. Abnormalitas fungsi motorik lambung, khususnya keterlambatan pengosongan


lambung, hipomotilitas antrum.

2. Infeksi Helicobacter pylori

3. Faktor-faktor psikososial, khususnya terkait dengan gangguan cemas dan


depresi.

O Sekresi asam lambung

tingkat sekresi asam lambung  terdapat peningkatan sensitivitas mukosa


lambung terhadap asam rasa tidak enak di perut.

O Helicobacter pylori

infeksi H. pylori pada dispepsia fungsional sekitar 50%

O Dismotilitas

keterlambatan pengosongan lambung, akomodasi fundus terganggu, distensi


antrum, kontraktilitas fundus postprandial, dan dismotilitas duodenal.

O Ambang rangsang persepsi

pasien dispepsia dicurigai mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap


distensi balon di gaster atau duodenum, meskipun mekanisme pastinya masih belum
dipahami.
O Peranan hormonal

Peranan hormon masih belum jelas diketahui dalam patogenesis dispepsia


fungsional.

O Disfungsi autonom

Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas


gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga
berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung sewaktu menerima
makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat
kenyang.

O Aktivitas mioelektrik lambung

Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi


terdeteksi pada beberapa kasus dispepsia fungsional, tetapi peranannya masih perlu
dibuktikan lebih lanjut.

O Diet dan faktor lingkungan

Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia


fungsional

PEMERIKSAAN

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik :

Untuk mengidentifikasi kelainan intra abdomen atau intra lumen yang padat
(misalnya tumor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai dengan adanya
rangsang peritoneal/peritonitis.

Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium : Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik


lainnya seperti antara lain pankreatitis kronis, diabetes mellitus, dan lainnya.

Pemeriksaan radiologi yaitu: mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa


saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran kearah tumor.

Endoskopi : mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan struktural atau


organik intra lumen saluran cerna bagian atas sepertiadanyatukak/ulkus, tumor
dsb, sertadapatdisertai pengambilan contoh jaringan (biopsi) dari jaringan yang
dicurigai untuk mengidentifikasi adanya kuman helicobacter.

TERAPI

Non Medikamentosa :

- Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain,
bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
- Menghindari stress
- Stop merokok & alkohol
- Stop kafein (stimulan asam lambung)
- Menghindari makanan dan minuman soda
- Menghindari makan malam.

Medikamentosa :

Obat golongan penekan asam lambung: (Antasida, H2blocker, dan Proton Pump
Inhibitor)Obat golongan sitoproteksi : Sukralfat,Rebamipid

Antibiotika : Infeksi Helicobacter pylori (Amoksisilin,Claritromisin, dan


Metronidazol)

INDIKASI RAWAT

1. Jika pasien mengalami gejala dan tandabahaya (alarming features) seperti


berikut:perdarahan saluran cerna, sulit menelan, nyeri saat menelan, anemia yang
tidak bisa dijelaskan sebabnya, perubahan nafsu makan, dan penurunan berat
badan,atau ada indikasiendoskopi. Segera rujuk pasien ke spesialisgastroenterologi
atau rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.

2. Bila gejala dan tanda lebih mengarah pada kelainan jantung, segera rujuk ke
spesialis jantung.

PROGNOSIS

Dispepsia fungsional memiliki prognosis kualitas hidup lebih rendah dibandingkan


dengan individu dengan dispepsia organik. Tingkat kecemasan sedang hingga
beratjuga lebih sering dialami oleh individu dispepsia fungsional.25 Lebih jauh
diteliti, terungkap bahwa pasien dispepsia fungsional, terutama yang refrakter
terhadap pengobatan, memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi dan
gangguan psikiatris.

DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi IV. 2006.
Pusat Penerbitan, Depatermen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Hlm. 337.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. 1995. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Hlm. 376.

Mansjoer , Arief., et al. Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. jilid II. 2001.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hlm. 492.

Hadi, Sujono. Gastroenterologi. 2002. Penerbit PT. Alumni, Bandung. Hlm. 181.

You might also like