Professional Documents
Culture Documents
Keratokonjungtivitis Fliktenularis OS
Oleh:
Pembimbing:
dr. Yulida Evelyn, Sp.M
1
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : An. L
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Palembang
2
• Riwayat batuk lama >2 minggu disangkal
• Riwayat memakai kacamata disangkal
KBM Ortoforia
3
GBM
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan slitlamp
5. Diagnosis banding
Keratokonjungtivitis fliktenularis OS
Pingekuala iritan OS
Keratokonjungtivitis vernal OS
6. Diagnosis Kerja
Keratokonjungtivitis fliktenularis OS
4
7. Tatalaksana
1. Informed consent
2. KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang dialami
disebabkan oleh reaksi alergi
Menjelaskan kepada pasien untuk dilakukan tindakan
ekstraksi flikten
Menjelaskan kepada pasien mengenai komplikasi yang akan
timbul jika flikten tidak diangkat dibersihkan
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Menjaga kebersihan mata
4. Apabila pasien merasa silau dapat menguranginya dengan
menggunakan kacamata hitam
5. Kontrol ulang
6. Pro ekstraksi flikten OS (spooling RL)
7. Farmakologi
Air mata buatan ED 1 gtt/jam ODS
Levofloxacin ED 1 gtt/jam ODS
Kortikosteroid ED 1 gtt/2 jam ODS
8. Prognosis
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : dubia ad bonam
5
DISKUSI
An. L, 11 tahun datang dengan keluhan mata kiri nyeri sejak satu hari yang
lalu. perih, mata merah (+), berair-air (+), mata kiri terasa mengganjal (+), silau (+),
mata sering berkedip (+), penurunan visus (+), penglihatan kabur (-). Pada
pemeriksaan didapatkan tampak flikten di kornea mata kiri pasien. Selain itu,
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa slitlamp. Dari hasil slitlamp didapatkan
flikten di sentral kornea.
Fliktenula adalah akumulasi setempat limfosit, monosit, makrofag, dan
akhirnya neutrofil. Lesi ini mula-mula muncul di limbus, tetapi pada serangan-
serangan berikutnya akan mengenai konjungtiva bulbi dan kornea. Secara histologis,
flikten adalah kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag dan
kadang-kadang sel datia berinti banyak. Timbulnya flikten adalah manifestasi
hipersensitivitas tipe IV terhadap terhadap patogen yang biasanya adalah m.
tuberkulosis, stafilokokus, coccidioidomikosis, candida, helmintes, virus herpes
simpleks, toksin dari moluscum contagiosum yang terdapat pada margo palpebra dan
infeksi fokal pada gigi, hidung, telinga, tenggorokan, dan traktus urogenital.
Fliktenula kornea umumnya bilateral, membentuk parut dan vaskularisasi sedangkan
pada fliktenula konjungtiva tidak meninggalkan bekas. Flikten khas biasanya
unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu
atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi
dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva
tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral
limbus cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan
flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi
menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi.
6
Gejala yang ditimbulkan adalah mata berair (lakrimasi), mata merah setempat,
perih, iritasi dengan rasa sakit, khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut
terlibatkan terdapat fotofobia, gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan oftalmologi
dapat ditemukan penurunan visus karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata
dan membiaskan berkas cahaya, lesi pada kornea umumnya mengaburkan
penglihatan, terutama bila letaknya di pusat. Silau terjadi karena kontraksi iris
meradang yang nyeri, dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks yang timbul
akibat iritasi pada ujung saraf kornea. Injeksi siliar terjadi karena pelebaran pembuluh
darah arteri siliar anterior pada kornea sedangkan injeksi konjungtiva terjadi karena
pelebaran arteri konjungtiva posterior. Mata berair terjadi karena sensasi benda asing
dan rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang
hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.
7
sembuh spontan dalam 1-2 minggu, dengan kemungkinan terjadi kekambuhan.
Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea karena itu pasien harus diperiksa
kontrol ulang 2 hari kemudian untuk melihat tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh
sempurna. Maka dari itu, dokter perlu memberikan edukasi yaitu menggunakan
kacamata hitam, menjaga kebersihan mata, selain itu sebaiknya mencari penyebabnya
seperti adanya tuberkuloss, blefaritis stafilokokus kronik dan lainnya.
8
LAMPIRAN