You are on page 1of 9

Bedside Teaching

Keratokonjungtivitis Fliktenularis OS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Dwi Andari Maharani, S.Ked

Pembimbing:
dr. Yulida Evelyn, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASSRIWIJAYA
2018

1
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : An. L
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Palembang

2. Anamnesis (Autoanamnesis, 2 Januari 2018)


a. KeluhanUtama
Mata kiri nyeri sejak satu hari yang lalu

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sekitar 1 hari yang lalu, pasien mengeluh mata kiri nyeri,
perih, mata merah (+), berair-air (+), mata kiri terasa mengganjal
(+), silau (+), mata sering berkedip (+), penurunan visus (+),
sekret (-), penglihatan kabur (-), penglihatan ganda (-), demam (-
), sakit tenggorokan (-). Pasien sering mengucek matanya. Lalu
pasien berobat ke RSKM Palembang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat terkena keluhan serupa disangkal
• Riwayat bersin di pagi hari disangkal
• Riwayat infeksi saluran napas akut disangkal

2
• Riwayat batuk lama >2 minggu disangkal
• Riwayat memakai kacamata disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


 Ibu pasien mengalami keluhan yang sama ±2 minggu yang
lalu kemudian membeli obat tetes mata insto, keluhan
berkurang.

3. Pemeriksaan Fisik (2 Januari 2018)


a. Status Generalis
Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensinapas : 20 kali/menit
Suhu : 36,7o C

b. Status Oftalmologis (Tanggal 2 Januari 2018)


Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/21 3/60

Tekanan P=N+0 P=N+0


intraokular

KBM Ortoforia

3
GBM

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Injeksi konjungtiva Mix injeksi
Kornea Jernih Flikten di sentral kornea
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Central, Reflekscahaya Bulat, Central, Refleks cahaya
(+), diameter 3 mm (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Refleks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan slitlamp

5. Diagnosis banding
 Keratokonjungtivitis fliktenularis OS
 Pingekuala iritan OS
 Keratokonjungtivitis vernal OS

6. Diagnosis Kerja
Keratokonjungtivitis fliktenularis OS

4
7. Tatalaksana
1. Informed consent
2. KIE
 Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang dialami
disebabkan oleh reaksi alergi
 Menjelaskan kepada pasien untuk dilakukan tindakan
ekstraksi flikten
 Menjelaskan kepada pasien mengenai komplikasi yang akan
timbul jika flikten tidak diangkat dibersihkan
 Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Menjaga kebersihan mata
4. Apabila pasien merasa silau dapat menguranginya dengan
menggunakan kacamata hitam
5. Kontrol ulang
6. Pro ekstraksi flikten OS (spooling RL)
7. Farmakologi
 Air mata buatan ED 1 gtt/jam ODS
 Levofloxacin ED 1 gtt/jam ODS
 Kortikosteroid ED 1 gtt/2 jam ODS

8. Prognosis
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : dubia ad bonam

5
DISKUSI

An. L, 11 tahun datang dengan keluhan mata kiri nyeri sejak satu hari yang
lalu. perih, mata merah (+), berair-air (+), mata kiri terasa mengganjal (+), silau (+),
mata sering berkedip (+), penurunan visus (+), penglihatan kabur (-). Pada
pemeriksaan didapatkan tampak flikten di kornea mata kiri pasien. Selain itu,
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa slitlamp. Dari hasil slitlamp didapatkan
flikten di sentral kornea.
Fliktenula adalah akumulasi setempat limfosit, monosit, makrofag, dan
akhirnya neutrofil. Lesi ini mula-mula muncul di limbus, tetapi pada serangan-
serangan berikutnya akan mengenai konjungtiva bulbi dan kornea. Secara histologis,
flikten adalah kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag dan
kadang-kadang sel datia berinti banyak. Timbulnya flikten adalah manifestasi
hipersensitivitas tipe IV terhadap terhadap patogen yang biasanya adalah m.
tuberkulosis, stafilokokus, coccidioidomikosis, candida, helmintes, virus herpes
simpleks, toksin dari moluscum contagiosum yang terdapat pada margo palpebra dan
infeksi fokal pada gigi, hidung, telinga, tenggorokan, dan traktus urogenital.
Fliktenula kornea umumnya bilateral, membentuk parut dan vaskularisasi sedangkan
pada fliktenula konjungtiva tidak meninggalkan bekas. Flikten khas biasanya
unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu
atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi
dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva
tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral
limbus cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan
flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi
menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi.

6
Gejala yang ditimbulkan adalah mata berair (lakrimasi), mata merah setempat,
perih, iritasi dengan rasa sakit, khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut
terlibatkan terdapat fotofobia, gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan oftalmologi
dapat ditemukan penurunan visus karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata
dan membiaskan berkas cahaya, lesi pada kornea umumnya mengaburkan
penglihatan, terutama bila letaknya di pusat. Silau terjadi karena kontraksi iris
meradang yang nyeri, dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks yang timbul
akibat iritasi pada ujung saraf kornea. Injeksi siliar terjadi karena pelebaran pembuluh
darah arteri siliar anterior pada kornea sedangkan injeksi konjungtiva terjadi karena
pelebaran arteri konjungtiva posterior. Mata berair terjadi karena sensasi benda asing
dan rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang
hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.

Tampak flikten pada kornea. Fliktenula adalah akumulasi setempat limfosit,


monosit, makrofag, dan akhirnya neutrofil. Pada pemeriksaan slit lamp tampak
sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm.
Dilakukan ekstraksi flikten dengan cara spooling cairan ringer laktat hal ini
bertujuan agar menghilangkan flikten dan sekret mukus. Kemudian diberikan
kortikosteroid topikal untuk memperpendek lama penyakit penyakit dan mengurangi
timbulnya parut dan vaskularisasi. Kortikosteroid bekerja dengan menginhibisi
aktivasi sel T sebagai mediator inflamasi yang utama dalam proses ini, sehingga
respon proliferatif dan produksi sitokin berkurang. Pada pemberian kortikosteroid
dalam jangka waktu lama perlu diwaspadai kontraindikasi dan adanya berbagai faktor
penyulit antara lain infeksi sekunder jamur atau virus, munculnya glaukoma maupun
katarak. Diberikan antibiotik seperti levofloxacin lebih dianjurkan mengingat banyak
kemungkinan terdapat infeksi bakteri sekunder. Diberikan tetes mata air mata buatan
agar menciptakan keseimbangan antara imunitas dan mencegah kerusakan jaringan
mukosa akibat segala bentuk cedera yang menimbulkan lesi di permukaan mata
terutama di kornea. Pengobatan yang baik umumnya konjungtivitis fliktenularis akan

7
sembuh spontan dalam 1-2 minggu, dengan kemungkinan terjadi kekambuhan.
Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea karena itu pasien harus diperiksa
kontrol ulang 2 hari kemudian untuk melihat tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh
sempurna. Maka dari itu, dokter perlu memberikan edukasi yaitu menggunakan
kacamata hitam, menjaga kebersihan mata, selain itu sebaiknya mencari penyebabnya
seperti adanya tuberkuloss, blefaritis stafilokokus kronik dan lainnya.

8
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambaran OS pada pasien fiksasi jauh

Gambar 2. Gambaran OS pada fiksasi dekat

Gambar 3. Gambaran flikten pada OS

You might also like