You are on page 1of 9

CRACKED NIPPLE

Definisi
Cracked nipple (puting susu lecet)merupakan perlukaan pada puting susu yang disebabkan
karena trauma pada puting susu saat menyusui, kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka
berdarah (sehingga ASI menjadi berwarna pink).

Insidensi
 Sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui pernah menderita kelecetan pada payudaranya dan
bengkak pada payudara
 Bengkak pada payudara  mengarah ke mastitis dan biasanya terjadi pada hari ketiga dan
keempat sesudah ibu melahirkan

Etiologi

Kesalahan dalam teknik menyusui

•Bayi hanya menyusui pada puting dan tidak menutupi areola  bayi dapat sedikit ASI karena gusi bayi
tidak menekan sinus lactiferus, sedangkan ibunya akan menjadi nyeri dan lecet pada puting susu

Moniliasis (infeksi Candida albicans)

•Infeksi pada mulut bayi yang kemudian menular ke puting susu ibu

Terkena paparan bahan iritan

•Sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu

Bayi dengan tali lidah yang pendek

•Isapan pada puting susu saja

Penggunaan breast pump yang kurang tepat

•Penggunaan pada level suction yang tinggi dapat mencederai payudara

Gambaran Klinis
 Luka lecet kekuningan
 Kulit tampak terkelupas/ luka berdarah sampai mengakibatkan rasa sakit pada saat menyusui
o Infeksi jamur  rasa sakit terbakar
o Perlekatan yg kurang baik  paling sakit saat bayi melekat dan berkurang seiring
bayi menyusu  rasa sakit teriris
 Tampak lebih merah
 Terlihat retak

Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik  sesuai dengan temuan gejala klinis
 Pemeriksaan penunjang  mammografi dan USG payudara

Diagnosis Banding
 Mastitis
 Abses payudara
 Ca mammae

Penanganan – sebelum menyusui


 Briefly apply a cold pack to numb the injured area before nursing.Cold can help dull the pain,
particularly during the initial latch, which tends to hurt the most.
 Periksa apakah bayi menderita infeksi jamur atau tidak  jika ada  dapat diberikan
antijamur seperti nistatin

Penanganan – saat menyusui


 Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit
 Harus yakin bahwa teknik menyusui benar
 The best latch position is off-center, with more of the areola below the nipple in your baby's
mouth.

 Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) sehingga payudara tidak sampai terlalu
penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus
 Try different nursing positions. You may find that certain positions make it easier for your
baby to latch on correctly and are much more comfortable than others.
Penanganan – setelah menyusui

 Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tapi diangin-anginkan
sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti infeksi
 Jangan pernah mencuci daerah areola dan puting dengan sabun

Edukasi

Edukasi mengenai prinsip dasar menyusui yaitu teknik benar, susui sesuai permintaan
bayi, ibu rileks dan percaya diri saat menyusui.

Penilaian proses menyusui.

 B= Body Position : Rileks, nyaman, ibu memegang seluruh tubuh bayi, kepala tegak lurus,
dagu bayi menyentuh payudara, seluruh tubuh bayi menghadap ibu, payudara ibu mendekati
bayi, bukan bayi mendekati payudara ibu.
 R= Response : Bayi mencari puting, menghisap tenang, dan asi keluar. Isapan bayi lambat
dan tenang, ada jeda diantra isapan, ada gerakan menelan dari bayi.
 E= Emotion : Ibu merangkul dengan yakin, atensi ibu baik (menatap bayi).
 A= Anatomy : Payudara lunak setelah menyusui dan terasa lebih ringan
 S= Suckling: Isapan bayi, kekuatan normal. Kelekatan mulut bayi yang baik:
- Dagu menyentuh payudara
- Mulut bayi terbuka lebar
- Bibir Bawah keluar
- Areola mama sedikit terlihat, biasanya bagian bawah tidak terlihat, bagian atas sedikit
terlihat.
Kelekatan yang benar.

Kelekatan yang salah.

 T= Time : 15-20 menit bayi akan melepas sendiri apabila teknik dan posisi menyusui benar.

PENCEGAHAN

a. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Wanita dan siapa saja yang merawat mereka perlu mengetahui tentang penatalaksanaan
menyusui yang efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan
kesehatan payudara. Butir-butir penting adalah :

 mulai menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan


 memastikan bahwa bayi mengisap payudara dengan baik;
 menyusui tanpa batas, dalam hal frekuensi atau durasi, dan membiarkan bayi selesai
menyusui satu payudara dulu, sebelum memberikan yang lain;
 menyusui secara eksklusif selama minimal 4 bulan dan bila mungkin 6 bulan.

Wanita dan orang yang merawatnya juga perlu memahami bahwa hal – hal berikut ini
dapat mengganggu, membatasi, atau mengurangi jumlah isapan dalam proses menyusui, dan
meningkatkan risiko stasis ASI, yaitu :

 Penggunaan dot
 Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama, terutama dari
botol susu.
 Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk mengisap payudara
yang lain.
 Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
 Tidak menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam.
 Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab lain,
Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi dari hal-hal
tersebut, tetapi bila tak terhindarkan, ibu dapat mencegah mastitis bila ia melakukan perawatan
ekstra pada payudaranya.

b. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan

Praktik berikut ini penting untuk mencegah stasis ASI dan mastitis. Mereka harus
dilakukan secara rutin pada semua tempat di mana ibu melahirkan atau dirawat sebelum dan
setelah persalinan, yaitu rumah sakit bersalin, fasilitas kesehatan yang lebih kecil seperti pusat
kesehatan, atau di rumah bila ibu melahirkan di sana, atau bila ibu kembali setelah melahirkan.
Praktik tersebut adalah sebagai berikut :

 Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya, dan mulai menyusui segera setelah tampak
tanda-tanda kesiapan, biasanya dalam jam pertama atau lebih.
 Bayi harus tidur di tempat tidur yang sama dengan ibunya, atau di dekatnya pada kamar yang
sama.
 Semua ibu harus mendapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam teknik menyusui, baik
sudah maupun belum pernah menyusui sebelumnya, untuk menjamin pengisapan yang baik
pada payudara, pengisapan yang efektif, dan pengeluaran ASI yang efisien.
 Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi menunjukkan tanda-
tanda siap menyusui, seperti membuka mulut dan mencari payudara.
 Setiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif, dan menghindari
penggunaan makanan tambahan, botol, dan dot.
 Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk mempertahankan laktasi bila bayinya terlalu
kecil atau lemah untuk mengisap dengan efektif.
 Bila ibu dirawat di rumah sakit, ia memerlukan bantuan yang terlatih saat menyusui pertama
kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat mcnyusui berikutnya.
c. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang

Bila payudara ibu menjadi sangat penuh atau terbendung selama minggu pertama, bila
ASI ada, penting untuk memastikan bahwa ASI dikeluarkan dan kondisi tersebut diatasi.

 Ibu harus dibantu untuk memperbaiki isapan pada payudara oleh bayinya, untuk
memperbaiki pengeluaran ASI, dan untuk mencegah luka pada puting susu.
 Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki, tanpa
batas.
 Bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dan kencang pada payudara, atau bila
puting susunya tertarik sampai rata sehingga bayi sulit mengisap, ibu harus memeras ASI-
nya.
 Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan pompa. Bila payudara sangat nyeri,
jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan metode botol
d. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI

Seorang ibu perlu mengetahui bagaimana merawat payudaranya, dan tentang tanda dini
stasis ASI atau mastitis sehingga ia dapat mengobati dirinya sendiri di rumah dan mencari
pertolongan secepatnya bila keadaan tersebut tidak menghilang. Ia harus memeriksa
payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri, atau panas, atau kemerahan:

 Bila ibu mempunyai salah satu faktor risiko, seperti kealpaan menyusui;
 Bila ibu mengalami demam atau merasa sakit, contohnya sakit kepala. Bila ibu mempunyai
satu dan tanda-tanda tersebut, ibu perlu untuk:
1. beristirahat, di tempat tidur bila mungkin
2. sering menyusui pada payudara yang terkena
3. mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat, atau
pancuran hangat;
4. memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusu untuk membantu ASI
mengalir dari daerah tersebut;
5. mencari pertolongan dan petugas kesehatan bila ibu tidak merasa lebih baik pada
keesokan harinya.
e. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu menemui kesulitan
yang dapat menyebabkan stasis ASI, seperti:

 nyeri atau puting pecah-pecah;


 ketidaknyamanan payudara setelah menyusui;
 kompresi nipple
 bayi yang tidak puas seperti menyusu sangat sering, jarang, atau lama
 kehilangan percaya diri pada suplai ASI sendiri, menganggap ASI yang dihasilkan tidak
cukup
 pengenalan makanan lain secara dini
 menggunakan dot

KOMPLIKASI

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis.

a. Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi yang biasanya terjadi karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yang
sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan, ibu
harus mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu
dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

b. Mastitis

Mastitis biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus
benar-benar beristirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang,
serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.

PROGNOSIS

Papila mammae lecet/luka harus segera ditangani dengan baik, karena jika dibiarkan saja
akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, Kimberley T. 2014. A Randomized Controlled Trial Evaluating Lanolin for the
Treatment of Nipple Pain Among Breastfeeding Women. University of Toronto.
2. Buck, Miranda L. et al. 2014. Nipple pain, Damage, And Vasospasm in the First 8 Week
Postpartum. Breastfeeding Medicine Vol.9 hal.56-62.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Santos, Silvia et al. 2016. Prevalance and Factors associated with cracked nipples in fisrt
month postpartum. Bahia: State University of Feira de Santana Bahia, Brazil.
6. 2014. Sore Nipples. Australian Breastfeeding Associaton.

You might also like