Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar [1]. Pembelajaran melibatkan peserta didik,
tenaga pendidik, dan sumber belajar yang digunakan. Pada implementasi kurikulum 2013, pembelajaran
diarahkan kepada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana pendidik hanya berperan
sebagai fasilitator, peserta didik yang menemukan sendiri pengetahuannya. Dengan begitu, peserta didik
diharapkan memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi, gigih, dan kritis.
Kemampuan matematika hendaknya tidak hanya diukur dari kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan soal secara mekanistik, namun peserta didik juga diarahkan untuk mampu berpikir logis
dan kreatif [2]. Karena matematika merupakan suatu cara berpikir, mengator pembuktian logis, dan
sebagai bahasa melalui proses pembelajaran [3]. Hal lain yang menjadi penting adalah pemberian soal
yang berbasis kontekstual, agar peserta didik mampu menerapkan konsep dengan baik ke dalam
permasalahan sehari-hari untuk mendapatkan pengalaman belajar. Maka dari itu diperlukan tes yang
mampu melatih peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut. Soal bertipe
PISA dan TIMSS menjadi salah satu jenis tes yang dimaksud. PISA (Programme for International
Student Assessment) menekankan pada penguasaan konsep pada masalah kontekstual (literasi
matematika) siswa berusia 15 tahun [4]. Sedangkan TIMSS (The Trend in International Mathematics and
Science Study) bertujuan untuk perkembangan pembelajaran matematika dan sains pada kurikulum
sekolah setiap empat tahun sekali [5]. Dengan kata lain, TIMSS mengukur kemampuan matematika
peserta didik sesuai dengan standar kemampuan lulusan di kurikulum Negara yang bersangkutan.
Matematika di sekolah masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi peserta didik,
ditambah lagi dengan implementasi kurikulum 2013 yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Banyak dijumpai peserta didik yang kesulitan menemukan konsep dan suatu rumus dalam
matematika. Salah satu cara mengamati pencapaian peserta didik dilakukan dengan penilaian/tes tertulis
oleh pendidik. Pendidik dapat memberikan soal uji kompetensi setelah pembelajaran usai, atau dapat
dilakukan di tengah proses pembelajaran berlangsung. Dengan menganalisis kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal, pendidik mampu mengetahui sejauh mana penguasaan materi peserta didik dan pada
bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi/bab.
Pokok pembahasan dalam soal PISA-likes dan TIMSS-likes yang dibuat adalah materi luas dan
volume, perbandingan, dan trigonometri, karena berdasarkan pengamatan dari peneliti, ketiga sub-bab
tersebut siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Pertimbangan lain adalah pada
sub-bab tersebut adalah konteks yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan
siswa dalam menyelesaiakan masalah matematika PISA-likes dan TIMSS-likes tersebut akan dianalisis
menggunakan kategori kesalahan: Watson. Karena kategori kesalahan: Watson dapat digunakan pada
masalah matematika yang berbasis kontekstual atau soal certa maupun bukan.
Dapat dilihat pada tabel, bahwa Soal A tentang Luas dan Volume bagi siswa dapat dinyatakan
cukup sulit. Karena jika dilihat dari tipe soal A ini merupakan soal cerita kontekstual dan terdapat gambar
sehingga siswa cukup sulit untuk meninterpretasikannya ke dalam pikiran peserta didik. Hal tersebut juga
sesuai dengan penelitan saudara Aryadi yang berjudul “Identifying (Indonesian) Students’ Difficulties in
Solving Context-Based (PISA) Mathematics Tasks” yang menyatakan bahwa siswa Indonesia masih sulit
untuk memahami soal-soal cerita berbasis kontekstual. Lebih lanjut, peneliti akan merinci kesalahan-
kesalajhan siswa dalam menyelesaiakan masalah matematika tiap butirnya, yaitu:
Dengan total 45 kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah pada Soal TIMSS-likes tentang
Trigonometri, terdapat beberapa kesalahan yang menarik yaitu:
a. Kesimpulan hilang (Ommited Conclusion) yaitu terdapat 26 siswa tidak mencantumkan
kesimpulan/interpretasi atas suatu nilai/jawaban yang didapat ke dalam konteks soal.
b. Konflik level respon (Response Level Conflict) yaitu terdapat 19 siswa dalam mengerjakan soal,
ada prosedur yang tidak dicantumkan siswa karena terdapat jawaban/nilai tanpa adanya cara
menemukan jawaban tersebut.
Secara umum kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada Soal PISA-likes B:
Perbandingan dapat dilihat di Tabel 4 di bawah ini:
Hasil tertulis di atas juga didukung oleh hasil wawan cara yang menyebutkan bahwa siswa
sebagian besar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaiakan soal kontekstual. Serta siswa
menyatakan bahwa sulit dalam memahami gambar dan keterangan yang dituliskan sehingga terjadi sulit
pemahaman masalah. Serta siswa banyak yang menyatakan belum terbiasa dengan tipe soal yang
diberikan. Serta dengan soal yang tipenya agar siswa lebih banyak membaca dan memahami masalah
tidak memberikan motivasi yang lebih untuk mengerjakan sehingga hasilnya pun kurang.
(Tambahi kemungkinan factor-faktor yang mempengaruhi kesulitan yang didapatkan yang
didukung oleh sumber2 yang dipercaya)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
[2] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Silabus Matematika SMA kelas XI Wajib
Kemendikbud RI.
[3] Heri Retnawati. 2017. Kesalahan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Persaman Garis Lurus.
Prosiding: Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY. PM79-PM84.
[4] Wijaya, A. 2015. Kesalahan Siswa dalam Memilah Data Relevan Pada Soal Matematika Berbasis
Konteks. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS. 461-469.
[5] Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P. & Arora, A. 2012. TIMMS 2011international results in
mathematics. Chessnut Hill, MA: TIMMS & PIRLS International Study Center Lynch School of
Education, Boston College.
[6] Sunardi, 1995: 17-23