You are on page 1of 6

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM

IMUN
02:48 |

Pengertian sistem imun


Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk
virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan
terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan
sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.

Letak sistem imun

Fungsi dari Sistem Imun

 Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag)
dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
 Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam
sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal
sebagai toleransi diri.
 Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah.
Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik
pasien.
 Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan
limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan
saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan

non Spesifik

 Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons
imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain
dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen
merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

 Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka
imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme
pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem
imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
 Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons
imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular)
 Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau
tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita
kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
 Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)

‡Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur


tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma,
sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian
Immunglobulin
Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak
ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai
sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan
mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan
sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan


fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B
bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B.
IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya
sekitar 0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi
yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi
terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang
merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan
Fasciola hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium falciparum,
dan artropoda.
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris
yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat dengan ikatan
disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam
tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum
sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan
antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan
teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary
immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk monomeris dari IgM
dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi
pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan
berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang
menggerakkan lintasan komplemen klasik.

Histologi Sistem Imun

Dr. Bambang Widjokongko

Sistem imun dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sistem imun spesifik dan non spesifik.

Sistem imun dikatakan non spesifik karena tidak ada proses perubahan imun setelah imunisasi.

Sedangkan sistem imun spesifik mengalami perubahan dan bereaksi terhadap antigen tertentu.

Sebagai contoh makrofag dan limfosit. Makrofag (nonspesifik) akan memakan segala.

Sedangkan limfosit (spesifik) akan pilih-pilih dulu. Kalau tidak cocok, lama-kelamaan limfosit akan
mati.

Contoh sistem imun non-spesifik yaitu :

- Kulit : dia bertugas mencegah zat asing masuk


- Gerak peristaltic usus : dia bertugas mengeluarkan zat racun yang terlanjura masuk ke dalam
tubuh melalui makanan

- Mata : punya mekanisme air mata yang mengeluarkan zat asing jika masuk

- Interferon : keuar pada saat cedera

Untuk yang spesifik diperantarai oleh sel B dan Sel T.

Jaringan Limfatika

- Sel penyusun : sel limfosit

- Rangka : jaringan ikat retikuler

Sel retikuler bercabang banyak sehingga membentuk kerangka

- Sel imunokompeten : bisa membedakan miliknya sendiri atau bukan

Sel limfosit B - akan mengalami proses membelah diri – membentuk populasi.

Dari populasi ini terbagi menjadi dua :

1. Aktif : dalam bentuk sel plasma – menghasilkan antibody

2. Pasif : dalam bentuk sel memori

Suatu saat apabila terpapar oleh antigen dengan jenis yang sama, sel memori akan berubah menjadi
sel plasma lalu menghasilkan antibody.

Limfosit dihasilkan di sumsum tulang

Pada sumsum tulang, limfosit belum berwarna. Limfosit akan menuju ke

1. Bursa : maturasi menjadi sel B. Berperan dalam kekebalan humoral

2. Timus : maturasi menjadi sel T. Berperan dalam kekebalan seluler.

Sel T yang aktif akan menjadi sel pembunuh (sitotoksik) yang kontak langsung dengan antigen,
kemudian menfagositosis.
Biasa bekerja pada transplantasi organ. Sehingga menjadi penyebab sering gagalnya transplantasi
organ.

Sel T juga dapat maturasi menjadi

- sel T helper (membantu maturasi sel B menghasilkan antibody)

- sel suppressor : menekan produksi antibody

Untuk organ sistem imun sebenarnya tidak jauh beda dengan organ hematopoesis. Jadi, keterangan
di bawah ini Cuma menambahi keterangan di cakul histology organ hemopoiesis saja.

Nodulus Limfatikus

- Stratum germinativum akan membesar apabila ada infeksi

- Membesarnya ini sebagai tanda bahwa limfosit B aktif berproliferasi

Limfonodus

- Ada bagian cembung dan cekung

- Bagian cembung tertutup oleh kapsul

- Bagian cekung disebut juga hillus

- Sel T terdapat di bagian parakorteks yaitu antara korteks dan medulla

- Nodulus sekunder aktif membelah sehingga dikatakan mengalami proliferasi atau berada pada
fase profase – anaphase (bukan interfase)

Lien

- Hampir mirip dengan limfonodus yaitu terdapat nodulus limfatikus

- Yang membedakan yaitu ditembus oleh arteri sentralis


- Penampangnya secar garis besar berwarna merah (karena dominan pulpa merah), sedangkan
pada nodus limfatikus berwarna biru.

- Dibedakan menjadi pulpa merah dan pulpa putih

- Dikatakan pulpa merah karena tersusun oleh sel darah lengkap (eritrosit, trombosit, leukosit)

- Terdapat arteri penisilius yang merupakan percabangan dari arteri pulpa.

- Arteri sentralis diselubungi oleh selubung peri arteri yang terdiri dari sel-sel fagosit.

- Lien berfungsi sebagai tempat sel T (pada peri arteri) dan sel B pada tempat yang lain.

Timus

- Merupakan organ limfa primer karena berfungsi dalam maturasi sel T

- Sawar darh timus tersusun dari epitel retikuler

- Timus terbentuk dari lobules-lobuls yang dibentuk oleh trabekula

- Pada medulla lobulus ditemukan adanya korpuskulum hassal

- Korpuskulum hassal timus berasal dari epitel retikuler

- Susunan epitel retikuler yaitu pipih tersususn konsentri

You might also like