You are on page 1of 9

Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF.


DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2014-JULI 2016

Wulan Kalangi1
Laya Rares2
Vera Sumual2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Email: wulankristlich@yahoo.co.id

Abstract: Uncorrected refractive errors are the most common causes of visual impairment
worldwide and it can cause blindness by 3%. The aim of this study was to determine the
prevalence of refractive errors in the Eye Clinic RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
This study was a descriptive retrospective study by collecting data from the medical records
of patients with refractive errors in the Eye Clinic RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
in the period of July 2014-July 2016. The results showed that there were 3581 patients
diagnosed with refractive errors and 3091 patients had more than one refractive errors. The
prevalence of refractive errors were significantly higher in females than in males, and
predominated among the age group 40-65 years. The prevalence of hypermetropia, myopia,
astigmatism, presbyopia were 35,4% (1268 patients), 26,1% (933 patients), 17,9% (642
patients), and 83,6% (2995 patients), respectively. The overall prevalence of refractive
errors were highest in housewife and civil servant. The prevalence of myopia based on
degrees of myopia were low myopia (78,6%), medium myopia (10,6%), high myopia
(3,7%) and different type in both eyes (7,1%). Conclusion: Refractive errors were more
prevalent in females than in males, among the age group 40-65 years, and highest in
housewife and civil servant. Presbyopia was the most common type of refractive error. The
vast majority patients with myopia was mild degree.
Keywords: refractive errors, hypermetropia, myopia, astigmatism, presbyopia.

Abstrak: Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi merupakan penyebab utama gangguan
penglihatan diseluruh dunia dan dapat menyebabkan kebutaan sebesar 3%. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian kelainan refraksi di Poliklinik Mata
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik pasien kelainan refraksi di Poliklinik
Mata RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Juli 2014-Juli 2016. Hasil penelitian
menunjukkan jumlah pasien kelainan refraksi sebesar 3581 pasien dengan 3091 pasien
memiliki lebih dari satu kelainan refraksi. Kasus kelainan refraksi secara signifikan lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan berdasarkan usia didominasi oleh
kelompok usia 40-65 tahun. Prevalensi hipermetropia, miopia, astigmatisma dan presbiopia
berturut-turut adalah 35,4% (1268 pasien), 26,1% (933 pasien), 17,9% (642 pasien), and
83,6% (2995 pasien). Secara keseluruhan prevalensi kelainan refraksi tertinggi didapatkan
pada IRT dan PNS. Prevalensi dari miopia berdasarkan derajatnya adalah miopia ringan
(78,6%), miopia sedang (10,6%), miopia tinggi (3,7%), dan derajat miopia berbeda pada
kedua mata (7,1%). Simpulan: Kelainan refraksi lebih banyak didapatkan pada perempuan
dibandingkan laki-laki, pada kelompok usia 40-65 tahun, dan tertinggi pada IRT dan PNS.
Presbiopia adalah jenis kelainan refraksi yang paling sering ditemukan. Sebagian besar
pasien miopia menderita miopia derajat ringan.
Kata kunci: kelainan refraksi, hipermetropia, miopia, astigmatisma, presbiopia

83
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

Indera penglihatan merupakan Indonesia sebesar 0,8% dari jumlah


syarat penting dalam meningkatkan populasi. Angka ini meningkat
kualitas hidup manusia karena berbagai dibandingkan prevalensi kebutaan
informasi visual diserap oleh mata. tahun 2007 yang hanya sebesar 0,5%.
Namun gangguan penglihatan banyak Padahal ketersediaan koreksi refraksi
terjadi, mulai dari gangguan ringan pada penduduk umur 6 tahun ke atas
hingga berat yang dapat menempati urutan ketiga tertinggi
mengakibatkan kebutaan. Secara nasional yakni 7,5%.3
global, kelainan refraksi yang tidak Gangguan penglihatan dan
dikoreksi merupakan penyebab kebutaan akibat kelainan refraksi
terbanyak dari gangguan penglihatan menjadi masalah yang harus segera
sebesar 43%. Kelainan refraksi juga ditangani. Apalagi kelainan refraksi
menyebabkan kebutaan sebesar 3% di jarang mendapat perhatian oleh
seluruh dunia.1 masyarakat, padahal ketersediaan
Kelainan refraksi terjadi ketika koreksi refraksi sudah memadai di tiap
bentuk mata mencegah bayangan daerah.3 Menurut perhitungan World
benda dari luar difokuskan tepat pada Health Organization (WHO), tanpa
retina. Panjang bola mata (lebih ada tindakan pencegahan dan
panjang atau lebih pendek), perubahan pengobatan terhadap kelainan refraksi,
bentuk kornea, atau penuaan lensa maka akan mengakibatkan
dapat menyebabkan kelainan peningkatan jumlah penderita. Salah
pembiasan sinar. Kebanyakan orang satu upaya untuk mengatasi
memiliki satu atau lebih dari kondisi permasalahan gangguan penglihatan di
ini. dunia, WHO mencanangkan Global
Di Indonesia, prevalensi Action Plan (GAP) Towards Universal
kebutaan dan gangguan penglihatan Eye Health 2014-2019 yang bertujuan
akibat kelainan refraksi mencapai untuk menurunkan angka kejadian
22,1% dari total populasi, dan sebesar kebutaan dan meningkatkan akses
15% diantaranya diderita oleh anak pelayanan rehabilitasi bagi pasien
usia sekolah.2 Prevalensi severe low dengan gangguan penglihatan.4
vision (visus mata terbaik <6/60-3/60) Berdasarkan uraian latar
pada usia produktif (15-54 tahun) belakang di atas maka penulis merasa
sebesar 1,49% dan prevalensi kebutaan perlu melakukan penelitian tentang
(visus mata terbaik <3/60) sebesar kelainan refraksi di Poliklinik Mata
0,5%. Prevalensi severe low vision dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
kebutaan meningkat pesat pada Sehingga diharapkan dapat menambah
penduduk kelompok usia 45 tahun ke informasi mengenai kelainan refraksi
atas dengan rata-rata peningkatan dan digunakan sebagai sumber untuk
sekitar 2-3 kali lipat setiap 10 tahun. penelitian yang lebih lanjut.
Prevalensi severe low vision dan
kebutaan tertinggi ditemukan pada METODE PENELITIAN
kelompok usia 75 tahun ke atas sesuai Penelitian ini bersifat deskriptif
peningkatan proses degeneratif pada retrospektif dengan mengambil data
usia tua.3 rekam medik pasien kelainan refraksi
Berdasarkan Riset Kesehatan di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R.D
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 Kandou Manado periode Juli 2014-Juli
provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi 2016. Adapun variabel penelitian
Selatan menempati urutan ketiga adalah jenis kelainan refraksi (miopia,
dengan prevalensi kebutaan tertinggi di hipermetropia, astigmatisma, dan

84
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

presbiopia), umur, jenis kelamin, dan Data pada Tabel 1


pekerjaan pasien kelainan refraksi serta memperlihatkan bahwa kelainan
data visus pasien miopia. refraksi paling banyak dialami oleh
perempuan dibandingkan laki-laki.
HASIL PENELITIAN Presbiopia merupakan jenis kelainan
Pasien kelainan refraksi di refraksi dengan prevalensi tertinggi
Poliklinik Mata RSUP Prof. DR. R.D. dibandingkan kelainan refraksi lainnya
Kandou Manado periode Juli 2014-Juli sebanyak 2995 pasien atau 83,6% dari
2016 berjumlah 3581 pasien. Dari 3581 jumlah pasien kelainan refraksi.
pasien tersebut didapatkan ada 3091 Sedangkan jenis kelainan refraksi
pasien yang memiliki lebih dari satu dengan prevalensi
kelainan refraksi.

terendah adalah astigmatisma Dari 933 pasien dengan


sebanyak 642 pasien atau 17,9% dari diagnosis miopia, data visus yang
jumlah pasien kelaian refraksi. berhasil dikumpulkan berjumlah 463
Tabel 1. Distribusi kelainan refraksi data (49,6%) sedangkan 465 (50,4%)
berdasarkan jenis kelainan refraksi kasus tidak diketahui. Dari total kasus
dan jenis kelamin (n=3581 pasien) ada 33 kasus yang memiliki derajat
Jenis L P Total miopia berbeda pada kedua matanya.
Kelainan Derajat low to medium, low to high,
Hipermetropia 518 750 1268 dan medium to high menyatakan
(35,4%) perbedaan derajat miopia pada kedua
Miopia 320 613 933 mata pasien. Berdasarkan data pada
(26,1%) Tabel 4, kasus miopia tertinggi
Astigmatisma 222 420 642 didapatkan pada miopia derajat
(17,9%) ringan/low sebesar 78,6%, diikuti
Presbiopia 1215 1780 2995 miopia derajat sedang/medium
(83,6%) 10,6%, miopia derajat low to medium
Keterangan: L= laki-laki; 5,6%, miopia tinggi/high 3,7%,
P=perempuan miopia derajat medium to high 1,1%
dan terendah pada derajat low to high
Berdasarkan data pada Tabel sebesar 0,4% dari total kasus miopia
2, terdapat variasi usia dari tiap jenis yang berhasil dikumpulkan.
kelainan refraksi. Namun secara
keseluruhan kelompok usia 40-65 BAHASAN
tahun adalah usia terbanyak yang Berdasarkan penelitian pada
mengalami kelainan refraksi. tahun 2003 di Pulau Sumatera dengan
Sedangkan kelompok usia terendah sampel dewasa berumur ≥21 tahun
adalah kelompok usia ≥80 tahun. didapatkan persentase tertinggi dari
Pasien yang datang didominasi oleh kelainan refraksi adalah miopia, hal
perempuan dibandingkan laki-laki. itu juga sesuai dengan penelitian oleh
Pada Tabel 3, pekerjaan Wu di Amerika Serikat dan di RSUP
dengan prevalensi kelainan refraksi H. Adam Malik Sumatera Utara.
tertinggi pada tiap jenis kelainan Namun pada penelitian ini didapatkan
refraksi baik hipermetropia, miopia, presentasi tertinggi kelainan refraksi
dan astigmatisma adalah IRT (Ibu adalah presbiopia sebanyak 2995
Rumah Tangga) dan diikuti oleh PNS kasus atau 83,6% dari total pasien
(Pegawai Negeri Sipil). kelainan refraksi. Hal ini terjadi

85
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

karena sebagian besar pasien yang dimana lebih dari 26% perempuan
didiagnosis dengan kelainan refraksi berusia 12 tahun ke atas mengalami
di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. gangguan penglihatan yang tidak
R.D. Kandou Manado berusia 40 dikoreksi akibat kelainan refraksi
tahun ke atas. Setelah usia 40 tahun, dibandingkan laki-laki. Selain itu,
lensa menjadi kurang elastis sehingga didapatkan 14% perempuan berusia
terjadi gangguan akomodasi yang lebih dari 40 tahun yang mengalami
5
disebut presbiopia. Hal itulah yang kelainan refraksi dibandingkan laki-
menyebabkan presbiopia menempati laki berusia 40 tahun ke atas.6 Hal ini
urutan tertinggi di Poliklinik Mata karena perempuan lebih
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou memperhatikan tentang kesehatannya
Manado. sehingga mereka lebih cepat
Berdasarkan jenis kelamin, memeriksakan dirinya jika ada
perempuan lebih banyak mengalami keluhan tentang kesehatannya.
kelainan refraksi dibandingkan laki- Berdasarkan usia, kelompok
laki. Hal ini sesuai dengan hasil usia 40-65 tahun memiliki prevalensi
penelitian National Institute of Eye kelainan refraksi tertinggi
Health yang menyatakan perempuan dibandingkan kelompok usia lain. Hal
lebih banyak mengalami kelainan ini sesuai dengan penelitian
refraksi dibandingkan laki-laki
Tabel 2. Distribusi kelainan refraksi berdasarkan usia dan jenis kelamin
(n=3581 pasien)
Kelompok Hipermetropia Miopia Astigmatisma Presbiopia
usia L P L P L P L P
(tahun)
0-17 3 6 49 81 22 30 - -
18-39 7 9 62 179 27 91 43 101
40-65 400 574 147 285 117 242 911 1379
66-79 101 155 55 64 50 54 241 292
≥80 7 6 7 4 6 3 20 8
Total 518 750 320 613 222 420 1215 1780
Keterangan: L= laki-laki; P=perempuan

Tabel 3. Distribusi kelainan refraksi berdasarkan pekerjaan


No Pekerjaan Hipermetropia Miopia Astigmatisma
1 Bawah 1 4 4
umur
2 Siswa 6 117 47
3 Mahasiswa - 80 34
4 IRT 369 241 185
5 PNS 344 184 135
6 Guru 24 15 11
7 Swasta 80 75 39
8 Wiraswasta 86 33 39
9 Petani 70 30 19
10 Sopir 17 5 6
11 Buruh 6 4 1
12 Pensiun 152 72 70

86
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

13 Pekerja 10 3 3
lepas
14 Profesional 4 2 4
15 Tidak 28 20 13
bekerja
16 Lain-lain 31 21 12
17 Pendeta 16 10 11
18 Dosen 6 6 3
19 TNI & 8 3 2
POLRI
20 Tukang 4 1 1
21 Pedagang 3 3 2
22 Dokter - 1 -
23 Nelayan - 3 1
24 Perawat 1 - -
JUMLAH 1268 933 642

Tabel 4. Distribusi miopia berdasarkan derajat miopia dan jenis kelamin


Jenis Low Low to Low Mediu Mediu High Jumlah
kelamin (<3 mediu to m m to (>6
dioptri) m high (3-6 high dioptri
dioptri) )
Laki-laki 118 6 2 18 1 6 151
Perempua 246 20 - 31 4 11 312
n
364 26 2 49 5 17 463
Jumlah (78,6% (5,6%) (0,4% (10,6% (1,1%) (3,7%) (100%
) ) ) )

574 kasus pada perempuan. Hal ini


sesuai dengan berbagai studi global
National Eye Institute yang salah satunya yang dilakukan
menyatakan bahwa usia 40 tahun ke
atas lebih sering mengalami kelainan
refraksi.6 Selain itu prevalensi di Mediterania-Spanyol oleh García-
kelainan refraksi di Poliklinik H. Lázaro yang menyatakan selain anak
Adam Malik Sumatera Utara periode kecil kasus hipermetropia juga
7 Juli 2008-7 Juli 2010 juga mengalami peningkatan pada usia 40-
mendapatkan hasil tertinggi pada usia 60 tahun kemudian menurun kembali
45-64 tahun sebesar 34,3%. Hal ini di usia lebih dari 60 tahun. Kasus
karena kelainan refraksi presbiopia hipermetropia lebih banyak dialami
yang biasanya diperoleh pada usia 40 oleh perempuan dibandingkan laki-
tahun. laki sebanyak 750 kasus atau 59,1%
Pada pasien hipermetropia dari jumlah kasus hipermetropia.
kelompok usia dengan kasus Berbagai studi global juga
terbanyak adalah kelompok usia 40- menunjukkan bahwa hipermetropia
65 tahun berjumlah 974 kasus atau paling sering terjadi pada anak-anak
76,8% dari total kasus hipermetropia dan orang tua serta menurun pada
dengan 400 kasus pada laki-laki dan dewasa muda.7 Walaupun demikian,

87
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

hasil yang didapatkan di Poliklinik sedangkan laki-laki hanya 67.500.444


Mata RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou kasus atau 45%.8
Manado untuk kelompok usia 0-17 Angka kejadian astigmatisma
tahun hanya 9 kasus atau 0,7% dari sebesar 17,9% dari total kasus
total kasus. Hal ini terjadi karena kelainan refraksi. Pada kasus
kelompok usia 0-17 tahun yang astigmatisma didapatkan bahwa
datang untuk memeriksa visus di kelompok usia 40-65 tahun
Poliklinik Mata adalah yang paling merupakan kelompok usia tertinggi
sedikit dari semua kelompok usia. yang mengalami astigmatisma
Pasien muda dengan hipermetropia sebanyak 359 kasus atau 55,9% dari
jarang memberikan keluhan karena total kasus astigmatisma, disusul oleh
matanya masih mampu melakukan kelompok usia 18-39 tahun sebanyak
akomodasi kuat untuk melihat benda 118 kasus atau 18,3% dari total kasus
dengan jelas. Inilah yang astigmatisma. Astigmatisma paling
menyebabkan kurangnya pasien banyak didapatkan pada bayi dan
muda yang datang melakukan meningkat seiring bertambahnya
pemeriksaan dan didiagnosis usia.9 Pada setiap kelompok usia
hipermetropia. kasus astigmatisma paling banyak
Berdasarkan berbagai studi dialami oleh perempuan
miopia diantaranya Baltimore Eye dibandingkan laki-laki, kecuali pada
Survey, Beaver Dam Eye Study, kelompok usia ≥80 tahun di mana
Andhra Pradesh Eye Disease Study, kasus pada laki-laki lebih tinggi dari
Visual Impairment Project, Tanjong perempuan dengan perbandingan 6:3
Pagar Survey didapatkan prevalensi kasus. Astigmatisma biasanya
miopia lebih tinggi pada orang didapatkan secara herediter dan
dewasa muda dan mengalami muncul saat lahir namun dapat
penurunan pada kelompok usia lebih menurun ataupun bertambah buruk
tua atau di atas 65 tahun. Hal ini seiring bertambahnya usia.
sesuai dengan hasil yang didapatkan Astigmatisma juga bisa muncul
yakni jumlah kasus miopia tertinggi akibat trauma ataupun operasi pada
berturut-turut didapatkan pada mata.10
kelompok usia 40-65 tahun, Angka kejadian presbiopia
kelompok usia 18-39 tahun, tertinggi pada usia 40-65 tahun
kelompok usia 0-17 tahun, kelompok sebanyak 2290 kasus atau 76,5% dari
usia 66-79 tahun, dan terakhir jumlah kasus presbiopia. Disusul
kelompok usia ≥80 tahun. Di tiap kelompok usia 66-79 tahun 533 kasus
kelompok usia didapatkan perempuan atau 17,8%, selanjutnya kelompok
lebih banyak mengalami miopia usia 18-39 tahun 144 kasus atau 4,8%
dibandingkan laki-laki. Hal ini juga dan kelompok usia ≥80 tahun 28
sesuai dengan hasil penelitian di kasus atau 0,9%. Tidak didapatkan
Amerika Serikat yang membedakan kasus presbiopia pada kelompok usia
kelainan refraksi berdasarkan jenis 0-17 tahun. Presbiopia muncul pada
kelamin dan ras baik kulit hitam, kulit usia 40 tahun ke atas. Namun, dari
putih dan hispanik didapatkan bahwa hasil pengambilan data didapatkan
semua ras dengan jenis kelamin presbiopia pada kelompok usia 18-39
perempuan lebih tinggi dibandingkan tahun sebanyak 144 kasus atau 4,8%
laki-laki yakni perempuan sebanyak dimana 101 kasus pada wanita dan 43
75.147.949 kasus atau 55%, kasus pada laki-laki. Kasus presbiopia
yang muncul lebih awal dari 40 tahun

88
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

disebut presbiopia prematur. di Australia menunjukkan bahwa


Presbiopia prematur dapat disebabkan anak yang terdiagnosis miopia
oleh karena faktor lingkungan seperti memiliki kebiasaan bekerja dekat
kebiasaan bekerja jarak dekat, gizi, serta peningkatan peluang terjadinya
penyakit, ataupun karena obat-obatan. miopia serta kurang menghabiskan
Selain itu jenis kelamin perempuan waktu di luar ruangan.13 Kerja jarak
lebih cepat mengalami presbiopia dekat dalam durasi yang lama dapat
dibandingkan laki-laki, faktor ini meningkatkan progresivitas dari
karena menopause ataupun miopia. Dalam pengukuran panjang
perawakan pendek pada perempuan.5 sumbu bola mata menggunakan
Kasus presbiopia tertinggi dialami IOLMaster pada pasien dengan
perempuan dibandingkan laki-laki kebiasaan bekerja jarak dekat
sebanyak 1780 kasus atau 59,4% dari menunjukkan peningkatan sumbu
total kasus presbiopia. bola mata pada pasien dengan miopia
Dari hasil pengambilan data, onset awal dan miopia progresif.14
pekerjaan tertinggi dari pasien yang Beberapa pekerjaan telah dibuktikan
didiagnosis kelainan refraksi baik dapat mempengaruhi terjadinya
hipermetropia dan astigmatisma miopia termasuk diantaranya peneliti,
adalah IRT, PNS dan pensiun. pembuat karpet, penjahit, mekanik,
Pekerjaan pasien hipermetropia pengacara, guru, dan manajer.
dengan prevalensi tertinggi berturut- Meskipun masih belum jelas apakah
turut adalah IRT, PNS, pensiun, aktivitas luar ruangan dapat
wiraswasta, swasta dan petani dengan membantu mencegah timbulnya
jumlah kasus 369, 344, 152, 86, 80, miopia dan progresivitas miopia,
dan 70 kasus. Pada astigmatisma namun beberapa studi epidemiologi
pasien dengan pekerjaan IRT terbaru menunjukkan bahwa waktu
didapatkan sebanyak 185 atau 28,8%, yang lebih banyak dihabiskan di luar
diikuti PNS 135 kasus atau 21,0%, ruangan menunjukkan penurunan
pensiun 70 kasus atau 10,9%, siswa kejadian miopia.15
47 kasus atau 7,3% dan pekerjaan Dari 463 data visus miopia
swasta dan wiraswasta dengan jumlah didapatkan lebih dari setengah pasien
kasus yang sama yakni 39 kasus atau miopia menderita miopia derajat
6,1% dari total kasus astigmatisma. ringan/low yakni 78,6%. Hal ini
Pekerjaan dengan prevalensi sesuai dengan teori yang menyatakan
miopia tertinggi adalah IRT sebanyak bahwa pada individu tanpa faktor
241 kasus atau 25,8% dari total kasus, predisposisi miopia yang terpajan
diikuti PNS 184 kasus atau 18,5%, faktor miopigenik secara terus-
siswa 117 kasus atau 11,8% dan menerus misalnya kerja jarak dekat
mahasiswa 80 kasus atau 8,1%. pada akhirnya dapat mengalami
Dalam berbagai studi menyatakan miopia ringan.11 Diikuti derajat
bahwa perkembangan miopia miopia sedang/medium sebesar
berhubungan dengan kerja jarak 10,6%, derajat low to medium 5,6%,
dekat.11,12 Kerja jarak dekat seperti derajat miopia tinggi/high sebesar
kebiasaan membaca, menulis, 3,7%, serta derajat miopia medium to
menggunakan komputer, dan high 1,1%. Pada studi cross-sectional
menggunakan gadget telah berbasis epidemiologi yang
dilaporkan bertanggung-jawab atas dilaksanakan di Hong Kong, 56,1%
peningkatan kasus miopia. Sebuah penderita miopia derajat tinggi
penelitian kohort pada anak sekolah mengalami satu atau lebih lesi

89
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

degeneratif retina preifer atau lesi 2. Masyarakat diharapkan dapat


dibagian posterior. Beberapa dari lesi meningkatkan kepedulian tentang
di retina dapat mengarah pada pentingnya penglihatan yang
hilangnya penglihatan yang berat dan optimal serta mempertimbangkan
ireversibel salah satunya adalah pengendalian bahaya pada
ablasio retina dan untuk itulah penting kelompok usia, jenis kelamin dan
bagi klinisi untuk waspada terhadap pekerjaan dengan prevalensi
miopia derajat tinggi.11 Kasus miopia tertinggi, melakukan deteksi dini,
terendah didapatkan pada derajat dan koreksi tajam penglihatan.
miopia mild to severe pada masing- 3. Dapat melakukan penelitian lebih
masing mata yaitu hanya 0,4% dari lanjut tentang data visus kelainan
total kasus miopia yang berhasil refraksi secara keseluruhan dan
dikumpulkan. penelitian lebih lanjut tentang
faktor—faktor risiko terjadinya
SIMPULAN kelainan refraksi.
Jumlah pasien kelainan refraksi
adalah 3581 pasien dengan 3091 DAFTAR PUSTAKA
pasien memiliki lebih dari satu 1. Pusat data dan informasi
kelainan refraksi. Kasus kelainan kementrian kesehatan republik
refraksi tertinggi didapatkan pada indonesia. Situasi gangguan
perempuan dibandingkan laki-laki penglihatan dan kebutaan.
dan berdasarkan usia kasus tertinggi Jakarta: Infodatin.
didapatkan pada kelompok usia 40-65 2. Kementerian Kesehatan Republik
tahun. Prevalensi presbiopia adalah Indonesia. Mata sehat di segala
yang tertinggi dibandingkan jenis usia untuk peningkatan kualitas
kelainan refraksi lainnya sebanyak hidup masyarakat Indonesia. 11
2995 kasus (83,6%) dari total kasus Agu 2012 [diakses 28 Agu 2016].
kelainan refraksi. Pekerjaan dengan Tersedia dari:
prevalensi tertinggi dari semua jenis http://www.depkes.go.id/article/p
kelainan refraksi adalah IRT dan rint/2082/mata-sehat-di-segala-
PNS. Kasus miopia tertinggi usia-untuk-peningkatan-kualitas-
didapatkan pada derajat miopia hidup-masyarakat-indonesia.html
ringan/low sebesar 78,6%. Derajat 3. Rifati L, Rosita T, Hasanah N,
miopia tinggi/high memiliki Indrawati L. Kesehatan indera. In:
prevalensi sebesar 3,7%. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
SARAN Kementerian Kesehatan RI. Riset
1. Pemerintah dan kalangan medis kesehatan dasar 2013. Jakarta:
diharapkan dapat melakukan Badan Penelitian dan
promosi kesehatan untuk Pengembangan Kesehatan
pemberdayaan masyarakat Kementerian Kesehatan RI; 2013.
tentang pentingnya peran mata h.231-8.
sehat, penanggulangan gangguan 4. World Health Organization.
penglihatan dan kebutaan di Universal eye health: a global
masyarakat secara dini, action plan 2014-2019. Spain:
pemerataan pelayanan mata yang WHO 2013. p.5-8.
bermutu dan terjangkau sehingga 5. Mancil GL, Bailey IL, Brookman
dapat menunjang program Global KE, Campbell JB, Cho MH,
Vision 2020: The Right to Sight. Rosenbloo AA. Optometric

90
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1 , Desember 2016

clinical practice guideline care of Smith JM, et al. Axial elongation


the patient with presbyopia. following prolonged near work in
American optometric association. myopes and emmetropes. Br J
2011. Ophthalmol. 2011;95:652-6.
6. National Institute of Health. Fact 15. Sherwin JC, Reacher MH, Keogh
sheet: refractive errors. 2016 RH, Khawaja AP, Mackey DA,
[cited 2016 Nov 18]. Available Foster PJ. The association
from: between time spent outdoors and
https://nei.nih.gov/sites/default/ myopia in children and
files/health- adolescents: a systematic review
pdfs/HVM09_Fact_Sheet_Final_t and meta-analysis.
agged.pdf Ophthalmology. 2012;119:2141-
7. Romin DM, Taboada JJ, Montes 51.
P, Aguila A, Martinez N. Global
prevalence of hyperopia. J
Emmetropia. 2015;6:109-116.
8. Prevent Blindness America.
Myopia prevalence by gender.
2012 [cited 2016 Nov 19].
Available from:
http://www.visionproblemsus.org
/refractive-error/myopia/myopia-
by-gender.html
9. Vitale S, Ellwein L, Cotch MF.
Prevalence of refractive error in
the United States, 1999-2004.
Arch Ophthalmol 2008;
126:1111-9.
10. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu
penyakit mata. Edisi 5. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI. 2015.
11. GossDA, Grosvenor TP, Keller
JT, Tootle WM, Northon T,
Zadnik K. Optometric clinical
practice guideline care of the
patient with myopia. American
optometric association. 2006.
12. GossDA. Nearwork and
myopia. Lancet. 2000;356:1456–
1457.
13. French AN, Morgan IG, Mitchell
P, Rose KA. Risk factors for
incident myopia in Australian
schoolchildren: the Sydney
adolescent vascular and eye study.
Ophthalmology. 2013;120:2100-
8.
14. Woodman EC, Read SA, Collins
MJ, Hegarty KJ, Priddle SB,

91

You might also like