You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susunan saraf secara fungsional dapat dibagi menjadi dua yaitu


susunan saraf motorik dan susunan saraf sensorik. Sebagian berperan
menjadi saraf pusat dan sebagian lagi menjadi saraf perifer. Nervus
ischiadicus merupakan salah satu saraf motorik somatik perifer. Nervus
ischiadicus mempunyai beberapa akson yang keluar dari cornu anterior
medulla spinalis. Kepekaan tiap akson Nervus ischiadicus mungkin saja
memiliki tingkat kepekaan yang berbeda dalam mensarafi musculus
gastrocnemius.

Kepekaan tiap akson dari saraf perifer (nervus ischiadicus) dapat


diamati melalui pemberian rangsangan listrik tunggal pada nervus
ischiadicus dengan intensitas yang berbeda (dimulai dari intensitas rendah
ke intensitas tinggi : rangsangan subliminal, rangsangan liminal,
rangsangan supraliminal, rangsangan submaksimal, rangsangan maksimal,
rangsangan supramaksimal). Respon rangsangan diamati melalui kontraksi
musculus gastrocnemius serta mengukur amplitudo (kekuatan) kontraksi
dari otot tersebut.

Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun


(multiple) dan frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa
gambaran kontraksi otot yang berbeda, seperti muscle twitch, treppe,
summation contraction, incomplete tetanic contraction, complete tetanic
contraction.

Kekuatan kontraksi otot disamping dipengaruhi oleh antara lain


tingkat kepekaan saraf yang melayaninya, cara perangsangannya, dan
faktor pembebanan yang diberikan kepeda otot tersebut. Pembebanan pada
otot dapat diberikan pada saat otot kontrakasi (after loaded) dapat juga
diberikan pada saat sebelum otot kontraksi (preloaded). After loaded dan
preloaded memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan
kontraksi dan kerja otot. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
pengaruh pemberian frekwensi rangsangan terhadap kontraksi motor unit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian frekwensi rangsangan terhadap
kontraksi motor unit?

C. Hipotesis
1. Ho : pemberian frekwensi rangsangan tidak berpengaruh terhadap
kontraksi motor unit
2. Ha : pemberian frekwensi rangsangan berpengaruh terhadap kontraksi
motor unit
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

Katak sawah bertubuh kecil sampai agak besar, gmpal dengan kaki yang
kuat dan paha yang memiliki otot besar. Punggungnya berwarna lumpur
kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris. Terdapat warna hijau
lumut terang pada individu dengan ukuran yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha
dengan bercak-bercak hitam. Kaki depan dan belakang terdapat coreng-coreng
hitam dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali jari ke empat
(Cristy., 2008).

Sistem otot merupakan sistem yang ada pada hewan dan manusia yang
berguna dalam pergerakan. Sistem otot vertebrata dikontrol oleh sistem saraf.
Sistem saraf adalah sebuah sistem dalam tubuh yang merupakan adaptasi tubuh
dalam merespon rangsangan yang diterima. Pada katak, medulla spinalis termasuk
pusat gerak refleks. Ketika medulla spinalis dirusak, maka katak tidak dapat
memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan. Namun apabila merusak
otak dalam tempurung kepala katak, maka katak akan kehilangan kesadaran
namun refleks masih dapat berlangsung, hal ini disebabkan oleh medulla spinalis
yang masih utuh (Suryani dkk, 2013). Medulla spinalis merupakan lanjutan dari
medulla oblongata yang masuk kedalam kanalis vertebralis. Pada golongan
amphibi medulla spinalis mengalami pembesaran dibagian servikalis. Medulla
spinalis berfungsi untuk menghantarkan impuls dari saraf perifer ke otak dan
meneruskan impuls motoris dari otak ke saraf perifer (Omar, 2011).

Sistem saraf pada katak berupa otak yang berbentuk langsing atau
memanjang menyesuaikan diri dengan habitat di air dan di darat. Sistem saraf
teridiri dari jutaan sel saraf yang bervariasi. Sistem saraf meliputi sistem saraf tepi
dan sistem saraf pusat. Sel saraf berfungsi untuk mengirimkan impuls berupa
rangsangan atau tanggapan. Gerak refleks adalah gerakan yang tidak disengaja
atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui
jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Refleks gerak yang
ditimbulkan pada ekstemitas (tungkai) berpusat pada medulla spinalis. Jalannya
impuls pada gerak refleks adalah reseptor – syaraf sensoris (melalui lengkung
ventral) – medulla spinalis – syaraf motoris (melalui lengkung ventral) – efektor.
Potensial aksi menyebabkan otot berkontaksi. Dengan adanya potensial aksi
tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar
100 milidetik atau kurang yang disebut dengan kontaksi tunggal (Champbell dkk,
2004). Menurut (Santoso, 2010) mekanisme gerakan refleks pada katak yaitu :

1. Adanya reseptor rangsangan dari luar,


2. Induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang,
3. Adanya sinapsis,
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, sehingga terjadi
refleks oleh efektor sebagai respon.

Otot dapat melakukan kontraksi dengan secara terus menerus apabila


mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan
mekanis panas, dingin dan lainnya. Kita dapat mempelajari otot lebih dalam
dengan meneliti otot gastrocnemius pada katak, otot gastrocnemius tersebut sering
kali digunakan untuk percobaan dalam praktikum. Letak otot gastrocnemius diatas
fibiofibula, lebar, dan disisipi oleh tendon tumit (tendon Achilles) yang terlihat
jelas pada permukaan kaki (Syaifuddin, 2006).

Menurut Guyton & Hall (2007) dengan adanya pemberian rangsangan


listrik tunggal pada nervus ischiadius dengan intensitas berbeda (dari intensitas
rendah ke intensitas tinggi, antara lain :

1. Rangsangan subliminal adalah rangsangan yang tidak menimbulkan


reaksi/tidak adanya kontraksi,
2. Rangsangan liminal adalah rangsangan yang mulai menimbulkan
kontraksi tetapi dengan intensitas yang paling rendah (hanya pada daerah
yang paling peka),
3. Rangsangan supraliminal adalah rangsangan yang menimbulkan kontraksi
dengan intensitas diatas rangsangan liminal,
4. Rangsangan submaksimal adalah rangsangan yang menimbulkan kontraksi
dengan intensitas diatas rangsangan supraliminal,
5. Rangsangan maksimal adalah rangsangan yang diperoleh sudah tinggi atau
tetap, menimbulkan potensial aksi pada seluruh serabut saraf yang terdapat
pada berkas epinurium,
6. Rangsangan supramaksimal yaitu rangsangan yang lebih tinggi dari
rangsangan maksimal, menimbulkan potensial aksi yang sama dengan
rangsangan maksimal.

Respon rangsangan diamati melalui kontraksi musculus gastrocnemius


serta mengukur amplitude (kekuatan) kontraksi dari otot tersebut.otot dirangsang
dengan beberapa rangsangan secara beruntun dan frekuensi semakin ditinggikan
akan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran kontraksi otot yang berbeda-
beda, seperti muscle twich, treppe, summation contraction, incomplete tetanic
contraction, complete tetanic contraction. Kekuatan kontraksi otot disamping
dipengaruhi oleh antara lain tingkat kepekaan saraf yang melayaninya, cara
perangsangannya, dan faktor pembebanan yang diberikan kepada otot tersebut.
Pembebanan pada otot dapat diberikan pada saat otot berkontraksi (after loaded)
dapat juga diberikan pada saat sebelum otot kontraksi (preloaded). After loaded
dan preloaded memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan kontaksi
dan kerja otot (Guyton & Hall, 2007).

Tetani adalah respon dari serabut otot terhadap rangsangan berulang-ulang


dengan intensitas cepat, aktivitas mekanisme kontraksi terjadi secara berulang
sebelum adanya relaksasi. Tetani bergerigi terjadi saat awal relaksasi otot katak
berkontraksi karena diberikan rangsangan multiple, sehingga terjadi relaksasi
yang tidak sempurna. Tetani lurus bergerigi memiliki frekuensi yang sedikit
tinggi. Kekuatan kontraksi akan mencapai tingkat maksimum sehingga tambahan
peningkatan apapun pada frekuensi diatas titik ini tidak akan memberikan efek
peningkatan daya kontraksi yang lebih lanjut. Hal ini terjadi karena adanya cukup
ion kalsium yang dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan diantara
potensial aksi, sehingga terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung secara
terus menerus tanpa adanya relaksasi diantara potensial aksi. Sumasi adalah
respon dari serabut otot terhadap rangsangan berulang sebelum relaksasi selesai,
menyebabkan aktivitas tambahan dari respon yang ditambahkan pada kontraksi
yang sudah ada. Sumasi merupakan penjumlahan kejang otot untuk memperkuat
dan melakukan pergerakan otot (Pratama, 2013).
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental


karena terdapat variabel-variabel, yaitu variabel kontrol, variabel
manipulasi, dan variabel terikat. Variabel kontrolnya adalah menggunakan
katak berukuran sedang dan otot kaki yang sama pada setiap perlakuan,
otot yang digunakan adalah gastrocnemius. Variabel manipulasnya adalah
intensitas rangsangan dan jenis rangsangan dan variabel responnya adalah
nilai intensitas rangsangan dan frekwensi rangsangan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan gedung C10 lantai 1 Laboratorium Fisiologi Jurusan
Biologi FMIPA pada tanggal 28 November 2017.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol : menggunakan katak berukuran sedang dan otot kaki
yang sama pada setiap perlakuan, otot yang digunakan adalah
gastrocnemius.
2. Varabel manipulasi : intensitas rangsangan dan jenis rangsangan
3. Variabel respon : adalah nilai intensitas rangsangan dan frekwensi
rangsangan.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel manipulasi merupakan variabel yang sengaja dimanipulasi
dalam suatu situasi. Variabel manipulasi merupakan faktor yang
menjadi penyebab atau terjadinya perubahan variabel lain yatu
variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan pada praktikum
ini adalah intensitas rangsangan dan jenis rangsangan
2. Variabel kontrol disamping variabel manipulasi, terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi suatu hasil eksperimen. Padahal yang kita
inginkan dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian frekwensi rangsangan terhadap kontraksi motor unit adalah
satu-satunya variabel yang berpengaruh pada variabel respon. Oleh
karena itu peneliti harus yakin bahwa faktor lain harus dicegah agar
tidak mempengaruhi variabel respon, kecuali variabel manpulasi.
Variabel kontrol yang digunakan dalam praktikum ini adalah
menggunkan katak yang berukuran sedang dan kaki otot yang sama
pada setiap perlakuan, otot yang digunakan adalah gastrocnemius
pada bagian kaki katak .
3. Variabel respon merupakan variabel yang berubah sebagai hasil akibat
dari perubahan variabel manipulasi. Perubahan dari faktor ini karena
dipengaruhi oleh variabel manipulasi. Variabel responnya adalah nilai
intensitas rangsangan dan frekwensi rangsangan. Nilai intensitas
rangsangan merupakan respon dari adanya perbedaan intensitas
rangsangan yang diberikan. Ada lima nilai intensitas rangsangan yaitu
sub minimal, minimal, sub maksimal, maksimal, dan supra maksimal.
Frekwensi rangsangan adalah respon dari jenis rangsangan yaitu
kontraksi tunggal, tetani lurus bergerigi, tetani bergerigi, dan sumasi
gelombang.
E. Alat dan Bahan
1. Alat : 1 batang jarum, dissecting kit, papan bedah, beaker glass volume
50 ml, pipet, syring pengisi tinta, pemegang papan sediaan, kimograf,
katode beserta kabelnya, pemegang alat penulis, batang penulis, kertas
grafik,
2. Bahan : seekor katak besarnya sedang, 2 helai benang kelos yang kuat
(20 cm), larutan ringer/ garam fisiologis, tinta penulis
F. Langkah Kerja
a. Pembuatan sediaan otot
1. Menangkap katak kemudian memasukkan ke dalam beker glass
yang telah diisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroforom
membiarkan hingga katak tidak sadar.
2. Setelah kaki depan dan kaki belakang katak lemas, meletakkan
katak di atas dissecting pan dengan posisi tertelungkup.
3. Memfiksir kedua kaki depan dan salah satu kaki belakang dengan
jarum preparat.
4. Memegang kulit dipergelangan kakiyang tidak difiksir sehingga
kulit yang terjepit terlipat membujur. Menggunting kulit yang
terlipat tadi sehingga berlubang.
5. Memasukkan 1 daun gunting ke lubang tadi, gunting kulit
tersebut melingkar pergelangan kaki.
6. Dengan menggunakan 2 pinset menarik ujung kulit tadi ke arah
proksimalsehingga terlihat berkas otot gastrocnemius. Setelah itu
menetesiterus-menerus berkas otot tersebut dengan menggunkan
larutan ringer hingga semua kegiatan selesai.
7. Menusuk tendon achilles dengan pinset yang ujungnya tajam.
Buka pinset ke arah cranial agar berkas otot gastrocnemus
terpisah dari struktur bawahnya. menjepit kedua benang dengan
ujung pinset tadi dan menarik pinset keluar sehingga 2 benang
tadi berada di bawah berkas otot tadi.
8. Memegang 2 ujung benang yang sepihak dengan tangan kiri,
membelit pinset dengan dengan benang tadi sebanyak 2 lilitan.
Menarik kedua pihak ujung benang hingga sampulbenar-benar
rapat.
9. Memotong bagian distal tendon dari tulang, sedangkan tulang
betis dan berkas otot di bawah otot gastrocnemius yang kedua
tendonnya terikat benang. Membiarkan ujung benang tetap
panjang karena akan digunakan untuk mengkaitkan
gastrocnemius ke lubang terdistal dari pemegang penulis.
b. Menentukan nilai ambang berkas otot dengan grafik sumasi
motor unit sediaan otot gastrocnemius
1. Memegang kertas kimograf dengan bagian yang bergaris
meghadap badan dan ujung yang berlem di tangan kanan.
2. Melingkarkan kertas tersebut pada tabung silinder kimograf,
membasahiujung kertas yang berlem, dan melekatkan dengan
ujung kertas ditangan kanan tersebut dengan tangan pada
permukaan silinder.
3. Memasang pemegang papan sediaan, lalu memasang papan
sediaandengan mengendorkan dan mengencangkan sekrup pada
bagian tersebut.
4. Memasang batang penulis pada pemegangnya, lalu memasang
pemegang penulis pada tepi papan sediaan.
5. Ditepi lain papan sediaan, memasang katode. Tancapkan ujung
kabel hitampada lubang hitam pada kimograf dan ujung
merahpada lubang merah teratas pada angka terkecil kimograf.
Putar tombol pengatur intensitas rangsang pada angka terkecil.
6. Mengatur papan sediaan agar batang penulis dapat bergerak bebas
sambil merekam naik turunnya dengan lengkap.
7. Letakkan 1 beaker glass di bawah lubang papan untuk
menampung larutan ringer dari otot.
8. Mengangkat katak dengan menggunakan skapel,letakkan
tengkurap sehingga sediaan lutut kaki katak tepat berada di bawah
lubang terakhir batang pemegang penulis. Fiksir lutut pada gabus
alas katak dengan jarum.
9. Mengikat benang pengikat tendon achilles dengan erat pada
lubang paling distal pemegang batang penulis. Pastikan berkas
otot gastrocnemius telah berdiri tegak lurus pada alas papan
sediaan. Atur letak katode sehingga syaraf pada katak dapat
diletakkan di atas katode tanpa teregang.
10. Memasang saklar pada posisi “on”.
11. Dalam keadaan kimograf tidak berputar, menekan tombol
pemberian rangsangan tunggal.
12. Melihat apakah pada kertas kimograf sudah ada coretan ke atas
yang terkecil, yang menunjukkan terjadinya kontraksi kecil.
13. Apabila belum, memutar tombol pengatur besar rangsangan ke
angka lebih besar. Melakukan kegiatan 10 dan 11 hingga terjadi
kontraksi pertama. Intensitas rangsangan ini disebut dengan
intensitas rangsangan minimal.
14. Menghitung besar rangsangan dengan mengalikan angka
disebelah lubang tempat ujung kabel merah ditancapkan.
15. Jika jarumsudah menunjukkan angka terbesar tetapi belum juga
terjadi kontraksi maka pindahkan ujung kabel merah ke lubang
kabel merah di bawahnya. Putar tombol sampai menujukkan
angka terkecil, sebelum memberikan rangsangan berikutnya
lakukan kegiatan 10 dan 13.
16. Setelah mendapatkan besarnya intensitas rangsangan terbesar
yang menimbulkan kontraksi terkecil, mencatat besar intensitas
tersebut di bawah grafik intensitas terkecil tadi.
17. Memutar sedikit silinder kimograf agar ujung penulis bergeser
sedikit.
18. Memberi sedikit istirahat pada otot dengan menunda pemberian
rangsangan berikutnya.
19. Menaikkan intensitas pemberian rangsangan dan mencatat
masing-masing intensitas rangsang yang diberikan di bawah
grafik masing-masing yang terjadi.
20. Mengulaingi langkah 18 beberpa kali sehinggamendapatkan
sederet grafik kontraksi yang semakin tinggi, hingga grafik
mencapai tinggi yang tetap. Grafik ini disebut dengan motor unit.
21. Dengan grafik tersebut menentukan intensitas rangsangan sub
minimal, intensitas sub maksimal, dan intensitas rangsangan
supramaksimal.
c. Membuat grafik kontraksi tunggal, tetani lurus bergerigi, tetani
bergerigi, dan sumasi gelombang
1. Memasang saklar power kimograf pada posisi “on”
2. Menentuksn kecepatan putar silinder kimograf dengan
menempatkan pada skala yang sesuai pada tombol pengatur
frekwensi.
3. Dengan menggunakan rangsangan multiple, menentukan
frekwensi rangsang otot.
4. Rangsang otot dengan frekwensi rendah sekitar 3-4 detik.
Menuliskan frekwensi yang digunakan di bawah grafik yang
dihasilkan.
5. Mengistirahatkan ototsejenak dan tetap tetesi dengan larutan
ringer.
6. Memutar tombolfrekwensi lebih tinggi.
7. Merangsang otot dengan menekan tombol multiple selama 3-4
detik. Menuliskan frekwensi yang di digunakan dibawah grafik
yang dihasilkan.
8. Mengulangi langkah 5-7untuk frekwensi yang lebih tinggi lagi
hingga menghasilkan puncak grafik yang lurus.
9. Berdasarkan grafik yang diperoleh, menentukan frekwensi
rangsangan yang menghasilkan kontraksi tunggal, sumasi
gelombang, tetani tidak lengkap, dan tetani lengkap (sempurna).
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan terkait pengaruh


intensitas rangsangan terhadap aktivitas motor unit otot gastrocnemius pada
katak diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Intensitas rangsangan

No. Intensitas rangsangan


Rangsangan
(volt)
1. Sub minimal < 50
2. Minimal 50
3. Sub Maksimal 75-160
4. Maksimal 175
5. Supra maksimal  200

Tabel 2. Frekuensi rangsangan

No. Grafik Frekuensi (Hz)


1. 2 𝑥25
Kontraksi tunggal = 10
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
2. 4 𝑥25
Tetani lurus bergerigi = 20
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3. 6 𝑥25
Tetani bergerigi = 30
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
4. 10 𝑥25
Sumasi gelombang = 50
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Analisis

Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa intensitas ransangan pada


ransangan sub minimal dari katak yang dipakai untuk percobaan adalah lebih
kecil dari 50 Volt. Intensitas ransangan pada ransangan minimal adalah 50
Volt. Intensitas ransangan pada ransangan sub maksilam adalah antara 75 Volt
sampai 150 Volt. Intensitas ransangan pada ransangan maksimal adalah 175
Volt. Yang terakhir yaitu intensitas ransangan pada ransangan super maksimal
adalah 200 Volt.

Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa frekuensi pada kontraksi tunggal
dari katak yang dipakai untuk percobaan adalah 2. Frekuensi pada tenani lurus
bergerigi adalah 4. Frekuensi pada tetani bergerigi adalah 5 sampai 6. Yang
terakhir frekuensi pada sumasi gelombang adalah 10.

B. Pembahasan

Sifat kontraksi otot pada organisme ada yang terjadi secara sadar dan
tidak sadar. Sifat kontraksi otot ini tergantung dengan ada tidaknya saraf yang
mengendalikan otot tersebut. Pada otot yang dikendalikan oleh saraf, maka
kontraksi atau gerakannya terjadi secara sadar. Gabungan saraf dengan otot
disebut dengan motor unit. Menurut Guyton (2000), bahwa setiap motoneuron
yang meninggalkan medulla spinalis akan mempersarafi beragam serabut
otot, dan jumlahnya bergantung pada jenis otot. Semua serabut otot yang
dipersarafi oleh satu serabut saraf disebut unit motoric. Motor unit ini akan
menghubungkan motor neuron (saraf motorik) dengan otot yang akan
dipersarafi.

Mekanisme kerja saraf tergantung pada energy yang digunakan, jika


energi atau rangsangan yang digunakan tidak sampai batas minimum, maka
tidak akan terjadi kontraksi. Hal ini dikarenakan rangsangan tidak disalurkan
sehingga otot tidak berkontraksi dan motorunit tidak teraktivasi.

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan terkait pengaruh


frekuensi rangsangan terhadap kontraksi motor unit pada otot Gastrocnemius
Katak, diperoleh data bahwa intensitas rangsangan sub minimal adalah sebesar
kurang dari 50 volt (<50 Volt). Sub minimal adalah energy sebelum bergerak,
hal ini menunjukkan bahwa pada intensitas rangsangan sebesar kurang dari 50
volt (<50 V) motor unit belum teraktivasi sehingga belum dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi. Menurut Pratama (2013), rangsangan subminimal adalah
rangsangan yang diberikan tetapi belum ada satu motor unit yang bereaksi
terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk potensial aksi, apabila rangsangan
subminimal diperbesar sedikit (mencapai minimal) mungkin satu dua unit
motor terangsang, maka akan terjadi kontraksi yang terkecil pada otot itu
(kontraksi minimal). Pada praktikum kami, besar energi atau intensitas
rangsangan minimal untuk mengaktivasi motor unit pada otot Gastrocnemius
Katak adalah sebesar 50 volt. Pada intensitas sebesar 50 volt ini motor unit
mulai teraktivasi sehingga otot mulai bergerak atau berkontraksi.

Pada praktikum ini, intensitas rangsangan submaksimal untuk kontraksi


otot Gastrocnemius katak sebesar 75 sampai 120 volt. Rangsangan
submaksimal adalah jarak antara intensitas rangsangan minimal dengan
maksimal. Menurut Pratama (2013), rangsangan submaksimal adalah
rangsangan yang diberikan sehingga terjadi kontraksi yang besarnya mendekati
nilai maksimalnya. Sedangkan pada rangsangan maksimal diperoleh sebesar
intensitas rangsangan atau energy untuk mengaktifkan seluruh motor unit yaitu
sebesar 175 volt. Pada intensitas rangsangan maksimal ini diperoleh grafik
yang paling tinggi, hal ini menunjukkan bahwa semua motor unit sudak
teraktivasi dan kontraksi yang terjadi lebih besar sehingga energy yang
dibutuhkan untuk menarik otot ini juga lebih besar. Rangsangan maksimal
adalah rangsangan yang mengakibatkan semua motor unit memberikan reaksi
dan menghasilkan kontraksi paling tinggi (Pratama, 2013).

Pada rangsangan supramaksimal, diketahui intensitas rangsangan atau


energinya adalah sebesar  200 volt. Pada rangsangan supramaksimal ini,
frekuensinya ditingkatkan namun tetap menghasilkan grafik yang sama dengan
frekuensi tertinggi pada rangsangan maksimal. Artinya bahwa pada rangsangan
supramaksmial, semakin ditingkatkan enrgi untuk mengaktivasinya, tapi
responnya masih maksimal. Menurut Pratama (2013), rangsangan
supramaksimal adalah rangsangan yang lebih besar dari rangsangan maksimal
tetapi kontraksinya sama dengan rangsangan maksimal. Hal ini dikarenakan
pada energy maksimal, semua motor unit sudah teraktivasi, sehingga tidak
dapat memberikan respon yang lebih ketika ditambahkan lagi dengan
rangsangan atau energi. Menurut Azrin (2010), pengaturan kekuatan kontraksi,
yaitu tergantung dari jumlah motor unit yang aktif dan frekuensi peransangan.
Makin banyak motor unit yang aktif maka semakin besar kekuatan ototnya, dan
makin tinggi frekuensi perangsangan masing-masing motor unit, maka semakin
tinggi ketegangan otot.

Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui juga frekuensi rangsangan


pada otot Gastrocnemius Katak. Frekuensi rangsangan ini bisa dilihat
berdasarkan tipe grafik yang terbentuk. Pada masing-maisng tipe grafik ini
akan menghasilkan jumlah grafik per satuan waktu (5 detik). Pada grafik
kontraksi tunggal, frekuensi rangsangan yang dihasilkan sebesar 10 Hz. Grafik
kontraksi tunggal, yaitu grafik yang menunjukkan bahwa kontraksi antara satu
otot dengan otot yang lain masih sendirr-snediri (berbeda-beda). Menurut
Menurut Campbell (2004), kontraksi tunggal merupakan peningkatan tegangan
otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang terjadi akibat
pengaruh dari sebuah potensial aksi tunggal.

Pada grafik tetani lurus bergerigi, memiliki frekuensi rangsangan


sebesar 20 Hz. Grafik tetani lurus bergerigi, artinya pada frekuensi ini
kontraksi otot Gastrosnemius yang dihasilkan masih ada kaitannya dengan
kontraksi tunggal. Tetani lurus bergerigi ini terjadi karena otot belum
mengalami relaksasi sempurna kemudian langsung diberi rangsangan, sehingga
menghasilkan grafik garis yang bawahnya hampir sama (lurus) tapi atasnya
masih terpisah-pisah (Pratama, 2013). Kemudian pada grafik tetani bergerigi
memiliki frekuensi rangsangan sebesar 30 Hz. Tetani bergerigi terjadi karena
pertambahan panjang kekuatan kontraksi yang sempat mengalami relaksasi
sempurna kemudian dirangsang lagi (Pratama, 2013). Pada kondisis tetani otot
mengalami kekejangan karena berkontraksi secara terus menerus, sehingga
grafik yang dihasilkan mulai menggabung.

Pada grafik sumasi gelombang memiliki frekuensi sebesar 50 Hz, hal


ini dikarenakan sebelum kontraksi otot Gastrocnemius katak turun atau belum
mengalami relaksasi, otot tersebut ditambahkan rangsangan, sehingga otot akan
kembali berkontraksi. Kontraksi otot ini terjadi secara konstan, sehingga
menghasilkan grafik yang lurus.
BAB 5

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang pengaruh intensitas rangsangan
terhadap aktivitas motor unit otot gastrocnemius pada katak, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh intensitas rangsangan terhadap nilai ambang berkas
otot dan grafik sumasi motor unit sediaan otot gastrocnemius. Semakin
besar rangsangan ynag diberikan maka semakin besar nilai ambang yang
dihasilkan
2. Intensitas rangsangan otot gastrocnemius katak berkisar antara 50 hingga
250 volt. Sedangkan frekuensi rangsanga otot gastrocnemius katak
berkisar antara 10 Hz sampai 50 Hz.
DAFTAR PUSTAKA

Azrin, Miftah. 2010. Pengaruh Latihan Berjalan dan Latihan Beban Terhadap
Kekuatan Otot Tungkai Bawah Pada Manusia usia Lanjut. Jurnal
Teknobiologi. Vol 1 No 1. Fakultas Kedokteran Uvinersitas Riau

Champbell, N., Reece, J., & Mitchell, L. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.

Cristy., M. (2008). Kontraksi Otot Jantung Ikan Mas (Cyprinus carpio).


Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Guyton, A., & Hall, J. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Omar, S. (2011). Iktiologi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Pratama, A. (2013, Januari 24). Syaraf Perifer. Retrieved Desember 6, 2017, from
Ners Can Do Anything: http://angger-pratama-
fkp12.web.unair.ac.id/artikel_detail-71477-
Ilmu%20Dasar%20Keperawatan%20I-Syaraf%20Perifer.html

Santoso, I. (2010). Reproduksi dan Kebiasaan Makan Dilihat Dari Aspek Biologi
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Suryani, L., Budiyono, S., Astari , O., W, S., & Apriyani. (2013). Berbagai
Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf. Anatomi Fisiologi Manusia.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


EGC.
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan


1. Katak yang dibedah,
bagian otot
Gastrocnemius di berikan
aliran listrik
LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH PEMBERIAN RANGSANGAN ELEKTRIK


TERHADAP AKTIVITAS MOTOR UNIT OTOT
GASTROCNEMIUS KATAK

Disusun oleh :

1. Nurlita Anggraini (15030204008)


2. Ayu Ayatul M. (150302040
3. Novangga Dwiky P. (15030204030)
4. Siti Tita Nurfaizah (15030204047)

Pendidikan Biologi A 2015

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017

You might also like