You are on page 1of 9

4.

8 Analisis Daerah Genangan

Analisis daerah genangan dilakukan dengan cara manual.


Dibutuhkan beberapa data untuk menganalisis daerah genangan,
yaitu

a. Data survei pengukuran lapangan


b. Data cross section hasil pengukuran lapangan
c. Data luasan genangan
d. Data lain pendukung.

Data-data tersebut diatas diolah hingga mendapatkan hasil


akhir luasan genangan, lama genangan, tinggi genangan, hingga
volume genangan.

1. Pengukuran Lapangan
a. Survei Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-
data langsung dari lapangan. Survey ini perlu dilakukan
untuk melengkapi data sekunder yang mungkin belum
lengkap. Selain itu survey lapangan dilakukan untuk
mengetahui lebih detail permasalahan yang terjadi di
lapangan. Lokasi penyelidikan difokuskan pada beberapa
lokasi yang telah ditentukan pada survey pendahuluan
sebelumnya.
b. Survey topografi
1) Pelaksanaan Pengukuran Topografi
Secara garis besar pengukuran dan pemetaan
situasi meliputi pemasangan patok beton BM dan CP,
control horizontal dan vertical, pengukuran situasi detail

• Semua data penting yang digunakan untuk


menetukan koordinat Bench Mark diperoleh dengan
cara pemngukuran langsung di lapangan ; semua alat
ukur (Theodolit, Waterpass) yang digunakan dalam
keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang
diminta (dikalibrasi);
• Sebelum pekerjaan dimulai, konsultan menyerahkan
program kerja yang berisi jadwal waktu pelaksanaan
pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama
dengan direksi;
• Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan program
kerja dan waktu pelaksanaan sesuai dengan jangka
waktu yang tersedia.

a) Kontrol Horizontal
Koordinat awal untuk control horizontal
diambil/diinterpolasi dari peta topografi 1 : 50.000
dengan system grid. Sedangkan azimuth awal
diperoleh dengan pengukuran azimuth matahari.
Pengukuran control horizontal dilakukan
dengan cara polygon, polygon tertutup dan
melingkupi dareah yang dipetakan, jika daerahnya
cuckup luas polygon utama dibagi dalam beberapa
ring tertutup.
Diusahakan sisi polygon sama panjangnya,
polygon cabang terikat pada polygon utama dan titik
referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan. Diusahakan jalur polygon baik
cabang atau utama melalui batas alam yang ada
seperti jalan, sungai batas kampung dan lain-lain.
Titik polygon lainnya selain BM adalah patok
kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 60 cm. patok ini dicat
warna merah serta diberi paku payung diatasnya
untuk memudahkan identifikasi. Azimuth untuk
control maupun untuk sudut jurusan awal dicari
dengan pengamatan azimuth matahari. Pengamatan
dilakukan setiap 2,5 Km dan untuk target
pengamatan dipasang titik control (Control Point).

b) Kontrol Vertikal
Semua titik polygon diukur ketinggiannya, titik
referensi awal (untuk control vertical diambil dari
patok BM – TTG terdekat dan/atau titik lain yang
telah mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan.
Pengukuran control vertical dilakukan pergi – pulang
dengan selisih beda antara stand – I dengan stand –
11 tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan
adalah alat ukur waterpass otomatis (N12, NAK, atau
yang sejenisnya), sebelum dan sesudah pengukuran
alat ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah
jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh
lebih besar dari 60 m, sedangkan jarak terdekat dari
alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m.

c) Deskripsi Bench Mark


Bench mark dipasang di tempat yang aman dari
gangguan manusia atau binatang, BM dipasang 1
(satu) buah untuk setiap 50 Ha. atau setiap 2 Km.
untuk pengukuran sepanjang sungai/saluran
pembuang.
Setiap BM dibuat diskripsinya dan diberi nama
sesuai dengan daerah studi serta nomor urut yang
teratur. Ukuran BM adalah 20 cm x 20 cm x 100 cm
dan CP adalah 10 cm x 10 cm x 100 cm serta ukuran
marmer adalah 10 cm x 10 cm (untuk BM) dan 1,00
cm (untuk CP). Jumlah BM dan CP yang terpasang
adalah sebanyak 4 (empat) buah.
Seluruh BM dan CP dibuat diskripsinya dengan
dilengkapi : Koordinat (X, Y), elevasi (Z), Foto BM dan
CP, lokasi BM dan CP dan keterangan
penempatannya.
Semua BM dan CP serta patok polygon
ditunjukan pada peta situasi yang berskala 1 : 2000,
1 : 1000, 1 : 500. nama BM dan CP serta elevasinya
dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukan
sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok polygon,
hanya nama/nomor dan elevasi tanah asli yang
dicantumkan.

d) Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka
vertical dan horizontal yang telah dipasang dengan
melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di
dalam daerah survey.
Bila perlu jalur polygon dapat ditarik lagi dari
kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail
planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga
diperoleh penggambaran kontur yang lebih
menghasilkan informasi ketinggian yang lebih
memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih
dad interval 2,50 cm pada peta skala 1 : 2.000.
interval ini ekuivalen dengan jarak 50 m tiap
penambahan atau titik spot height atau 8 – 10 titik
spot height untuk setiap 1 Ha diatas tanah.
Pengambilan titik spot height bervariasi
tergantung pada kondisi lapangan. Karena pekerjaan
ini lebih dominan berada dalam wilayah perkotaan
dan permukiman penduduk, pengambilan titik-titik
situasi juga perlu disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan kebutuhan untuk kelengkapan data
perencanaan; pengukuran situasi dilakukan dengan
metode tachymetry menggunakan theodolit wild – T0
atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak
boleh lebih dari 60 m.
Untuk penggambaran kontur dibuat apa adanya
tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur
diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek
artistic tidak diperlukan.

2) Ketelitian dan Pemyajian Hasil Pekerjaan Pengukuran


Topografi
a) Pengecekan Alat dan Baku ukur
Seluruh alat ukur diteliti dan distel secara
teratur (kalibrasi). Seluruh data lapangan ditulis
dengan ball point hitam, pensil dilarang keras.
Tanggal pengukuran, nama juru ukur, tipe alat,
nomor serinya dan keadaan cuaca dimasukan dalam
buku ukur. Nama patok profil, patok polygon dan
nama monument jelas tertulis dalam buku ukur
sehingga tiap bagian dari pengukuran dapat dengan
mudah dicek. Buku ukur diberi indeks dengan benar
untuk nantinya dicek silang dengan lembaran
hitungan dan lembaran abstrak.

b) Data Hitungan
Data lapangan di table dengan rapi. Hitungan
pendahuluan dalam rangka pengecekan data
dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai
pengamatan lapangan. Seluruh perhitungan,
pengeplotan data dan penggambaran diatas kertas
millimeter, kecuali apabila pihak konsultan telah
memiliki software yang mendukung untuk
penggambaran langsung dengan format digitalisasi
tanpa menggambar draft diatas kertas millimeter.
Seluruh peta tanah asli dan peta rencana di plot
dengan format pada lembar berkoordinat ukuran A1
dimana koordinat bulat diperlihatkan pada garis grid.
Sumbu vertical adalah arah utara sedangkan sumbu
horizontal adalah arah timur. Seluruh ketinggian
patok polygon utama dihitung sampai tiga decimal
penuh. Seluruh ketinggian untuk profil serta titik
spot height juga diperlihatkan sampai tiga decimal
didalam peta tanah asli, peta rencana, long section
dan cross section.

2. Data Hasil Pengukuran

Perumahan Anggraini
Luas Genangan
10602.3 m2

Tinggi Genangan = 50.05 cm

Volume genangan = 5306.431 M3


Perumahan Griya Serpong
Luas Genangan

29252.4 m2

Tinggian Genangan = 44.46 cm

Volume genangan = 13005.59 M3

3. Debit Banjir

Peta Tataguna Jenis Data hujan


(topografi) lahan Tanah
daerah

Luas Koef Intensitas hujan dengan kala


daerah Pengaliran dan ulang tertentu
Retensi
A (I)
C

Debit rancangan
Q = 0,278 . C . I . A

Debit banjir dihitung setelah didapatkan nilai nilai C, I, A


dengan rumus
Q=CIA
Dimana :
Q = Kapasitas Pengaliran
C = Koefisian Pengaliran
I = Intensitas Hujan
A = Luas Daerah Pengaliran (Ha/Km2)
* 0,00278 adalah faktor konversi agar satuan jadi m3/det.
Hujan selama 1 jam dengan intensitas 1 mm/jam di daerah
seluas 1 km2, maka debit banjirnya 0,278 m3/dtk, dan akan
melimpas merata selama 1 jam.

a. Contoh Perhitungan Debit


Perumahan = Perumahan Anggraini
Luas daerah (A) = 10602.3 M2
Koefisien Pengaliran (C ) = 0.5
Intensitas Hujan (I) = 5.8 mm/jam
Q =CIA
= 0.5 x 5.8 x 10602.3 M2 x
(0.001/3600)
= 0.008541 M3/detik
I A Q Tinggi Lama
NO Perumahan C volume
(mm/jam) (M2) (M3/detik) genangan genangan

1 Anggraini 0.5 5.8 10602.3 0.008541 50.05 2 jam 5306.4311

Griya
2 0.5 5.8 29252.4 0.023564 44.46 2 jam 13005.595
Serpong

total 39854.61 0.032105


i. Kesimpulan
Pada proyek Pekerjaan Pengukuran Area Genangan/Banjir
pada BLOK Cisadane, terdapat 2 perumahan yang
tergenang/banjir. Yaitu
a. Perumahan Bintaro Sektor 5
Luasan Genangan = 24469.96M2
Volume Genangan = 9068.567 M3
Tinggi genangan = 37.06 cm
Durasi genangan = 2 jam
Debit = 0.019032 M3/detik
b. Perumahan Kampung Ceger
Luasan Genangan = 8414.31 M2
Volume Genangan = 2781.77 M3
Tinggi genangan = 33.06 cm
Durasi genangan = 2 jam 30 menit
Debit = 0.0065 M3/detik

You might also like