You are on page 1of 8

Kerusakan mikrovaskuler dan peningkatan jumlah sel lapisan sinovial

adalah gejala awal dari lesi pada rheumatoid arthritis. Hal yang menyebabkan
timbulnya respon tersebut belum diketahui secara pasti. Peningkatan jumlah sel-
sel lapisan sinovial terlihat bersamaan dengan infiltrasi perivaskuler dan adanya
sel mononuklear. Sebelum timbulnya gejala klinis, perivaskuler yang
menginfiltrasi terdiri dari sel-sel myeloid, sedangkan pada gejala arthritis, sel T
juga ditemukan, meskipun jumlah mereka tampaknya tidak berkorelasi dengan
gejala. Sebagai proses berlanjut, terjadi edematous (penimbunan cairan berlebihan
diantara sel tubuh) dan menjorok ke dalam rongga sendi sebagai proyeksi vili.
Pemeriksaan dengan mikroskopis cahaya mengungkapkan konstelasi
karakteristik dari gejala yang terjadi pada rheumatoid arthtritis yaitu terjadi
hiperplasia dan pembesaran dari sel-sel lapisan sinovial, perubahan vaskular fokal
atau segmental termasuk kerusakan mikrovaskuler dari trombosis dan
neovaskularisasi, edema, produksi autoantibodi (rheumatoid factors and
citurillinated protein antibody [ACPA]), infiltrasi sel monokluear, kerusakan
kartilago dan tulang serta timbulnya penyakit sistemik seperti kelainan
kardiovaskuler,paru, psikologi, dan gangguan tulang. Karakterisik di atas sering
berkumpul menjadi satu dalam agregat di sekitar pembuluh darah kecil (Mclnnes,
I.B. dan Schett, G., 2011).
Kumpulan mononuklear sel bervariasi dalam komposisi dan ukuran. Sel
yang menginfiltrasi secara dominan adalah limfosit T. Sel T CD4+ adalah sel
yang paling dominan di antara sel T CD8+ T, mereka ditemukan di dekat
makrofag HLA-DR+ dan sel dendrit.
Disamping akumulasi sel T, rheumatoid sinovitis juga ditandai dengan
infiltrasi sejumlah variabel sel B dan antibodi yang memproduksi sel plasma. Pada
penyakit lanjut, struktur mirip dengan germinal center dari kelenjar getah bening
juga ditemukan di sinovium. Dua faktor rheumatoid yaitu poliklonal
imunoglobulin dan autoantibodi diproduksi di dalam jaringan synovial yang
menyebabkan terjadinya pembentukan kompleks lokal imun. Antibodi yang
berada pada komponen jaringan synovial juga ikut berperan dalam terjadinya
inflamasi. Peningkatan jumlah mast sel yang aktif juga ditemukan di sinovium.
Pelepasan lokal dari isi butiran mast sel dapat berperan pada terjadinya inflamasi.
Akhirnya, fibroblas pada synovial rheumatoid artritis menjadi bukti nyata
dari aktivasi substansi yang memproduksi berbagai enzim seperti kolagen dan
katepsin yang dapat mendegradasi komponen dari matriks artikular. Fibroblas
yang diaktifkan ini sangat terlihat pada lapisan luar dan antarmuka dengan tulang
dan tulang rawan. Osteoklas juga terlihat pada sisi dari tulang yang tererosi. Sel
stroma mesenchymal aktif yang mirip ditemukan di sum-sum tulang normal juga
dapat ditemukan di sinovium rheumatoid.
Dari beberapa studi menunjukkan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan
karena faktor genetik dan lingkungan. Merokok dan penyebab penyakit
pernafasan lain menambah resiko rheumatoid arthritis pada orang dengan
kerentanan dari alel HLA-DR4. Agen penyebab infeksi juga menjadi salah satu
pendukung terjadinya rheumatoid arthritis seperti (cytomegalovirus, proteus
species, dan E.coli) karena formasi komplek imun selama terinfeksi dapat
memperparah induksi dari rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis juga berhubungan dengan penyakit periodontal. Salah
satu contohnya adalah Porphyromonas gingivalis mengekspresikan PADI4 yang
dapat mengawali terbentuknya citrulinasi dari protein pada mamalia (Mclnnes,
I.B. dan Schett, G., 2011).
Gambar 1. Perjalanan Deret Perkembangan Rheumatoid Arthritis
Diambil dari The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis oleh Iain B. Mclness dan Georg
Schett, M.D.
Sinovium rheumatoid ditandai dengan adanya beberapa produk sekresi
dari pengaktifan limfosit makrofag dan fibroblas. Produksi lokal dari sitokin dan
chemokines muncul untuk menandai beberapa patologis dan manifestasi klinis
dari Rheumatoid Arthritis. Molekul efektor ini termasuk dalam substansi yang
berasal dari limfosit T, sel myeloid yang diaktifkan, dan sekresi dari tipe sel lain
di synovium seperti fibroblas dan sel endotel. Aktifitas dari sitokin dan
chemokines muncul untuk menandai gejala dari rheumatoid sinovitis yaitu
diantaranya inflamasi jaringan synovial, inflamasi cairan synovial, proliferasi
synovial, dan kerusakan tulang, tulang rawan serta manifestasi sitemik dari
rheumatoid artritis.
Di samping itu, untuk menghambat inflamasi yang di produksi dari
molekul efektor yang menyebabkan penyebaran proses inflamasi dibentuklah
faktor lokal termasuk inhibitor spesifik dari aksi sitokin seperti CGF Beta yang
menghambat banyak gejala dari sinovitis rheumatoid diantaranya yaitu
pengaktifan sel T proliferasi, diferensiasi sel B dan migrasi dari sel-sel ke sisi
inflamasi.
Hal utama dair inflamasi kronis pada jaringan synovial adalah proses
inflamasi akut di carian synovial. Cairan synovial eksudatif mengandung banyak
polimorfonuklear leukosit daripada sel morfonuklear. Mekanisme substansi di
atas berperan pada stimulasi dari pengeluaran cairan synovial. Produksi antibodi
lokal menuju komponen jaringan dan komplek imun dapat mengaktivasi
penghasilan anaphilatoksin dan faktor chemotactic. Produksi lokal dari chemokine
dan sitokin dengan aktifitas chemotactict serta mediator inflamasi ( leukotriene
b4 ) dan produk dari pengaktifan pelengkap dapat menarik neutrophil.
Selain itu berbagai agen yang sama dapat menstimulasi sel endotalial di
akhir vena kapiler menjadi lebih efisien pada pengikatan sel sirkulasi. Hasil net
adalah meningkatnya migrasi dari polimorofonuklear leukosit ke dalam sisi
synovial. Disamping itu mediator vasoaktif seperti histamin diproduksi oleh mast
sel yang menginfiltrasi sinovium rheumatoid dapat juga menyebabkan
pengeluaran sel perangsang inflamasi ke dalam cairan synovial. Akhirnya efek
vasodilatasi dari produksi lokal prostaglandin dapat menyebabkan masuknya sel
inflamasi ke dalam sisi inflamasi.
Dalam cairan synovial polimorfonuklear, leukosit dapat memakan
kompleks imun dengan produksi dari metabolit oksigen reaktif dan mediator
inflamasi lain. Produksi lokal sitokin dan chemokine dapat menambah stmulasi
polimorfonuklear leukosit.
Mekanisme tepat dari kerusakan tulang rawan dan tulang belum
terselesaikan secara komplit. Meskipun cairan synovial mengandung enzim yang
berpotensi untuk mendegradasi tulang rawan, mayoritas kerusakan terjadi di
penjajaran dalam inflamasi sinovium atau panus(radang kronis) yang tersebar
menutupi artikular tulang rawan. Jaringan granulasi vaskular ini mengandung
fibroblas, pembuluh darah kecil, dan variabel berbagai sel mononuklear serta
produksi sejumlah besar enzim degradatif (kolagen dan stromelysin) yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.
Gambar 2.Adaptasi Sistem Imun di dalam persendian dari Rheumatoid Arthritis
Diambil dari The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis oleh Iain B. Mclness dan Georg Schett,
M.D.
Gambar 3. Mekanisme yang Dapat Berkontribusi untuk Manifestasi Klinis Komplikasi Jangka
Panjang pada Rheumatoid Arthtiris
Diambil dari The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis oleh Iain B. Mclness dan Georg Schett,
M.D.

Jadi, dua perubahan utama pada rheumatoid arthritis adalah radang kronis
sinovitis dan erosi kartilago artikuler yang progresif. Pada stadium awal penyakit,
ditemukan nyeri dan pembengkakan, terutama pada tangan dan sebelah distal
sendi metatarsal kaki. Dengan terjadinya penyakit, sendi lutut, pergelangan kaki,
pinggul, tulang servikal dan temporomandibuler akan terkena. Sendi menjadi
lunak dan sering bengkak (karena edema, hiperplasia, dan keterangan lain
konstelasi karakteristik yang telah dijelaskan di awal bahasan).
Infiltrasi sinovia mencakup limfosit, sel plasma, makrofag, dan terkadang
polimorfmonuklear. Pada stadium awal ditemukan kenaikan jumlah sel radang
yang ringan, tetapi pada penyakit yang sudah terbentuk akan ditandai dengan
adanya massa noduler besar dari limfosit dan makrofag. Granuloma biasanya
tidak ditemukan dalam sinovia tetapi mungkin ditemukan pada kapsula sendi di
dekatnya. Lapisan jaringan ikat yang mengalami radang kronis (pannus) secara
perlahan melebar dari tepi sinovia, mengikis kartilago artikuler sewaktu melebar.

Gambar 4. Perkembangan Rheumatoid Arthritis dari Keadaan Normal, Peradangan, Erosi


Kartilago, Hiperplasia, Hingga Deformitas dan Berakibat pada Osteoporosis
Diambil dari (maaf riska bukunya di fitri)

You might also like