You are on page 1of 6

Etiologi

Menurut Klaus dan Fanaroff et ul (1998), penyabab langsung yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin di dalam kandungan yang berpengaruh terhadap berat badan bayi saat lahir
adalah :

1. Plasenta
Fungsi plasenta diumpamakan sebagai gudang persediaan makanan yang vital untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan respirasi bagi janin yang disalurkan melalui tali pusat.
Pertumbuhan janin dalam kandungan yang normal, ditandai dengan pertambahan berat
plasentaa sejalan dengan pertambahan berat janin. Disfungsi plasenta yang teriadi dapat
menggunggu pertumbuhan janin.

2. Malnutrisi
Dua variabel yang mempengaruhi pertumbuhan janin adalah berat badan ibu sebelum
hamil dan pertambahan berat badan ibu selama hamil. lbu memiliki berat badan kurang
seringkai melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang
memiliki berat badan normal atau lebih. Kebutuhan nutrisi janin mulai meningkat saat
kehamilan memasuki trimester ketiga, sehingga ibu hamil yang memiliki simpanan nutrisi
yang lebih (obositas) biasanya jarang memiliki bayi yang berukuran lebih kecil walaupun
pertambahan berat badannya selama hamil tidak terlalu banyak.

3. Faktor-faktor genetik
Diperkirakan 40% dari variasi berat lahir berhubungan dengan pengaruh genetik ibu dan
janin, seorang ibu yang dilahirkan dengan berat badan rendah memiliki kecenderungan
untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

Patofisiologi dan faktor risiko terjadinya BBLR

Patofisiologi tejadinya BBLR ini bergantung pada faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya
BBLR. Berat hadan lahir rendah sering dikaitkan dengan keadaan sosial ekonomi rendah, kelainan
kongenital, infeksi intrauterin, kehamilan multipel, fungsi plasenta buruk, gizi buruk pada ibu,
penyakit ibu, serta kebiasaan kebiasaan ibu seperti merokok. penyalahgunaan obat, dan konsumsi
alkohol. BBLR juga dapat disebabkan oleh kelahiran prematur kurang dari 37 minggu (bayi
prematur) atau pertumbuhan janin terhambat (kecil untuk masa kehamilan).

Ada beberapa fuktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR :

1. Faktor Ibu
a. Usia
Usia ibu juga mempengaruhi berat lahir bayi. Usia yang berisiko tinggi terjadinya
BHLR adalah usia dibawah 20 tahun dan usia diatas 3 tahun. Menurut Depkes (2015)
dalam Mulyaningrum (2009) pada ibu hamil dengan umur <20 tahun, rahim dan
pariggul sering kali belum tumbu mencapai ukuran dewasa ibu hamil pada umur itu
mungkin mengalam persalinan lama/macet, atau gangguan lainnya karena
ketidaksiapan ibu untuk menerina tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Umur >35 tahun, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada umur itu
mempunyai kemunkinan lebih besar untuk mempunya anak cacat, persalinan lama dan
perdarahan.
Kehamilan pada masa remaja (umur <20 tahun) menimbulkan tantangan bagi
remaja itu sendiri dan bagi janin yang dikandungnya yang herhubungan dengan
meningkatnya risiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran perinatal yang buruk
seperti preeklamsi, berat lahir janin rendah dan prematuritas. Kehamilan padia urnur
remaja berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena kebutuhan zut gizi
pada masa tumbuh kembang remaja sangat dibutuhkan oleh tubuhnya sendiri
(Simbolon & Aini, 2013).
Ibu hamil umur >35 tahun juga tidak dianjurkan dan sangat berbahaya, karona
sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit
degeneratif pala persendian tulang belakang dan panggul.
Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum (2005) menyatakan bahwa kaitan lain
kehamilan 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang
ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Kehamilan di umur lebih ini akan
menghadapi kesulitan akibat lemahnya kuntraksi rahim serta sering timbul kelainan
pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan
penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka
sebaiknya merencanakan kehamilan pada umur antara 20-35 tahun

b. Paritas
Paritas nenunjukkan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Persalinan yang dibilang
aman adalah persalinan ke 2 dan ke 3. Persalinan lebih dari 4 akan meningkatkan risiko
terjadinya BBLR persalinan lebih dari 4 bisa menimbulkan komplikasi perdarahan dan
infeksi. Risiko BBLR semakin tinggi pada ibu dengan paritas tinggi hal ini disebabkan
karena semakin banyak persalinan maka rahim ibu akan lemah sehingga mengganggu
proses penyaluran nutrisi dari ibu janin.
c. Tingkat pendidikan pengetahuan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan.
Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan
teknologi. Ibu dengan pendidikan yang tinggi akan semakin mampu mengambil
keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini
mungkin bagi ibu dan jaminnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi selama masa kehamilan
(Simarmata, 2010)
d. Frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan yang diberikan kepada ibu hamil dengan
standar kunjungan 4 kali, karena pemeriksaan yang dilakukan secara dini akan mudah
mengetahui masalah yang dialami ibu selama kehamilannya dan akan lebih cepat
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Keuntungan pelayanan antenatal yang dapat diperoleh jika melakukan pemeriksaan
kehamilan selain dapat mengetahu risiko kehamilain dan menyiapkan persalinan
menuju kelahiran yang baik dan kesehatan ibu yang baik sampai masa laktasi dan nifas.
Penyebab BBLR dapat diketahui lebih awal dengan melakukan kunjungan ANC secara
teratur.
e. Status gizi ibu hamil
a. KEK (Kekurangan Energi Kronik)
Masalah gizi yang sering dihadapi hamil yaitu Kekurangan Energi Kronik
(KEK). KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung
berupa peningkatan kematian ibu, sedangkan bayi berisiko mengalami BBLR,
kematian dan gaugguan tumbuh kembang. Kematian bayi merupakan indikator
status kesehatan masyarakat yang penting berhubungan dengan anak sebagai
investasi bangsa. Ibu hamil yang KEK sebaiknya mendapatkan makanan tambahan
dan penyuluaan yang berkualitas. (Festy, 2009)
KEK disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktu cukup lama.
KEK pada wanita dinegara berkembang merupakan hasil kumulatif dari keadaan
kurang gizi sejak mesa janin, bayi dan anak-anak serta berlanjut hingga dewasa.
Secara spesifik, penyebab KEK pada ibu hamil adalah akibat dari ketidaksei
mbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.
Ketidaktersediaan pangan juga sering tejadi secara musiman atau secara kronis di
tingkat numah tangga, distribusi di dalam nmah tangga yang tidak proporsional
beratnya beban kerja ibu hamil (Albugis, 2008)
Mekanisme terjadinya BBLR akibat KEK pada ibu hamil yaitu diawali
dengan ibu hamil yang menderita KEK yang munyebabkan volume darah dalam
tubuh ibu menurun dan cardiac output ibu hamil tidak cukup, sehingga
menyebabkan adanya penurunan aliran darah ke plasenta. Aliran darah ke plasenta
yang merurun menyebabkan dua hal yaitu berkurangnya transfer zat-zat makanan
dari ibu ke plasenta yang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dan
pertumbuhan plasenta lebih kecil yang menyebabkan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) (Scetjiningsi, 1995 dala Kemar 2008)
LILA menpakan indikator status gizi ibu hamil. LILA diasumsikan ukuran
yang tidak terpengaruh dengan berat badan ibu dan bayi dalam kandungan. Di
Indonesia batas ambang LILA normal adalah 23,5 cm. Ibu hamil dengan ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm berisiko menderita KEK yang dapat menyebabkan
prematuritas dan risiko Berat Badan Bayi Rendah (Festy, 2009).
Pengukuran Lingkar Lengan Bagian atas (LILA) ibu pada saat hamil sangat
penting. Tujuan dilakukan pengukuran LILA untuk mengetahui secara dini status
gizi ibu hamil, apabila ukuran LILA < 23,5 cm maka kemungkinan ibu hamil untuk
melahirkan bayi dengan BBLR lebih besar. Ibu akan melahirkan bayi yang sahat,
cukup bulan dengan berat badan normal jika ukuran LILA ≥ 23,5 cm, karena setiap
ibu hamil memerlukan tambahan kalori dan nutrisi sehari-hari selama
kehamilannya untuk pertumbuhan dan perkembanga janinnya (Puji, 2009).

b. Penambahan berat badan <10kg


Peningkatan berat badan dalam kehamilan terjadi karena adanya
pertumbuhan janin dan perubahan beberapa tempat dari tubuh ibu. Berat badan
yang bertambah selama hamil dihubungkan dengan uterus dan isinya, payudara,
berubahnya volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskuler.
Pertambahan berat badan ibu merupakan pencerminan dari status gizi ibu
hamil. Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan
janin. Ibu yang menderita kekurangan energi dan protein (status gizi kurang) akan
menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin
berkurang, sehingga terjad reterdasi perkemangan janin intra utera dan bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Samsudin dan A kronegur 1986 dalam
Setianiagumm, 2005)
Berat badan ibu yang normal sebelum hamil, perlu ditambah minimal 10kg
pada masa kehamilannya. Berat badan ibu yang kurang sebelum hamil, perlu
ditambah hingga mendekati 15 kg (Maryunani, 2013). Menurut WHO penambahan
berat badan ibu hamil yang normal yaitu ≥ 10 kg sampai dengan <15 kg. Defisiensi
mikronutrien selama kehamilan serta penambahan berat badan yang tidak memadai
memiliki dampak terhadap neonatal dan bayi yaitu berupa kelahiran prematur,
BBLR dan kelahiran cacat (WHO, 2014). Kehamilan kembar penambahan berat
badan ibu antara 18-23kg selama kehamilannya (Gopar, 2009).

c. Tinggi badan
Tinggi badan ibu hamil yang berisiko BBLR adalah kurang dari sama dengan
145cm. Penelitian Budiman, (201l), menunjukkan bahwa makin tinggi badan ibu
hamil maka makin besar juga berat bayi yang dilahirkan. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Kate dkk dalam Budiman (2011) bahwa ibu yang
memiliki postur pendek memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat lahir lebih
rendah karena diperkirai an postur pendek menceminkan keadaan status gizi yang
kurang baik masa lampau.

Proverwati (2009) dalam Simbolon & Aini (2013) menjelaskan bahwa


tinggi badan ibu hamil terlalu pendek dan kurang dari 145cm merupakan salah satu
golongan risiko tinggi. Perbaikan tinggi badan perempuan berupa intervensi gizi
dan kesehatan perempuan di negara-negara maju terbukti memberi pengaruh yang
signifikan pada penurunan angka kejadian BBLR, menunjukkan perlunya
intervensi gizi dan kesehatan yang segera dilakukan bagi para perempuan Indonesia
yang dimulai dari perbaikan status gizi sejak dini sebagai upaya penurunan angka
kejadian BBLR.

f. Kadar HB
Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas normal.
Menurut WHO batas normal nilai Hb wanita hamil adalah 11 gram %. Faktor penyebab
anemia adalah kurang gizi, penykit kronis baik infeksi maupun non infeksi, sosial
ekonomi rendah, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Ibu yang hamil
dengan anemia pada trimester pertama kehamilannya berisiko 10,29 kali melahirkan
BBBR dibanding dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Ibu hamil yang
mengalami anemia pada trinester kedua kehamilannya berisiko 16 kali lebih banyak
melahirkan BBLR dari ibu yang tidak mengalami anemia. Anemia defisiensi besi
terjadi karena tidak cukupnyu zat gizi besi yang diserap dari makanan sehari-hari untuk
pembentukan sel darah merah sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran besi dalam tubuh. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
penyaluran oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme
jaringan sehingga pertumbuhan janin pun terhambat dan dapat berisiko BBLR.

g. Jarak kehamilan
Seorang ibu yang jarak kehamilannya dikatakan berisiko apabila hamil dalam
jangka kurang dari dua tahun, dan hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan atau janin lahir
dengan berat badab yang rendah. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai
darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta
terhadap janin (Depkes RI 2015).
Jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu
untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebekumnya. Ibu hamil dalam
kondisi tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian
ibu dan bayi yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem reproduksi. Sistem
reproduksi yang terganggu akan mengh pertumbuhan can perkembangan janin yang
dikandungnya sehingga he erhadap berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak
kehamilannya kurang dari dua tahun, k fisik dan kondisi rahimnya masih butuh istirahat
yang cukup mrihardiani. 2011) Faktor janin a. Kehamilan ganda Kehamilan ganda
yaitu keha diuara jumlah janin yang dikandung lebih dari satu (Mayunani. 2013) Laju
morbicitas dan alitas meningkat secara signifikan pada kehamilan dengan janin ganda.
Laju mortalitas perinatal lebih ingga dan adanya peningkatan risiko persalinan preterm
dengan masalah yang berhubungan dengan prematuritas Kehamilan ganda dapat mel
abkan peningkatan rasa ketidaknyamanan fisik ibu selama kehamilan, seperti
pernapasan pendek, sakit punggun cd cman kaki juga terjad kalau insidensi PIH
(Fregnancy Indvced Hypertension), anemia serta plasenta previa (Ladewig et ull, 2013)
Berat badan satu janin ganda rata-rata lebih ringan 1000 gram dari janin tunggal, Renat
harian bayi ganda dua dan tiga yang baru lahir kurang dari 2500 gram dan ganda ima
kurang dari 1000 gram. Berat hatian janin dari kehamilan ganda tidak sami. Terjadi
perhedaan anara 50-1000 gram dan terjadi pembagian sirkulasi darah yang tidak sama
yang menyebabkan pertumbuhan kedua janinnya pun berbeda (Departemen bstetri dan
Ginekologi RSCM, 2014)

Kelainan bawaan 1. Cacat bawaan Cacat bawaan yaitu keadaan janin yang cacat akibat
pertumbuhan janin diualam kandungan tidak sempurna (Depkes, 20))) Gambaran Klinik BBLR I.
BBLR dengan prematur Gambaran bayi berat lahir rendah karena prematur, luar dan tampak
tingkah lakunya terganturg dari tuanya umur kehamilan. Karakteristiknya adalah berat lahir sama
dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 em, lingkar
dada kurang cm, dari ngkan k pala kurang d kehamilan kurang dari nggu. Tanda-tanda yang terlih
lainnya a alalh c. Kepala relatif lebih besar dari badan d. Kulit tipis, ransparan, lemak subkutan
jarang e. Tangis lemah dan jarang pernapasan tidak teratur dan sering timbul apneu i. Otot-osot
masih hipotonik paha aloduksi, lutut dan pergelangan kaki fleksi, kepala nengarah ke satu eisi g.
Refleks ton leher lemah h. Refleks Moro positif i. Gerakan otot jarang j, Daya isap lenah k. Nadi
berkisar antara 100-140 kali per menit l. Frekuensi pernapasan 40-50 kali per menit

You might also like